Anda di halaman 1dari 28

Perforasi gaster

dr. Astri R Dewi


Pendamping : dr. Widiana
Identitas
Nama Tn M
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 56 tahun
Pekerjaan Petani
Agama Islam
Alamat Cikedung
Tanggal MRS 20 Juni 2019
Nomer rekam medik 078768
Anamnesis
• Os datang dengan membawa surat rujukan dari PMC,
dengan keluhan nyeri seluruh perut ± 1 hari SMRS,
nyeri perut dirasakan terus menerus, dengan berbagai
perubahan posisi namun os tidak kunjung reda, os
biasa mengkonsumsi obat pegel pegel/ pereda nyeri
yang dibelinya di warung. Os saat ini tidak bisa bab,
dan tidak bisa kentut, os terakhir bab 2 hari yang lalu,
namun mencret hanya 1kali cair, lendir +, darah -.
Disertai muntah setiap kali makan/minum, perut terasa
kembung dan os juga mengeluhkan sesak. BAK dalam
batas normal. Os baru pertama kali mengalami hal ini.
Os tidak mempunyai riwayat HT, DM-, Asma-,
jantung -
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Ku: cm tampak
kesakitan • Kepala: ca -/- s-/-
TD:130/90 mmHg
• Thorax :pulmo : vbs+/+, rh-/-, wh-/-
N: 120x / menit
• Cor : bunyi jantung murni reguler gallop -,
R: 24 x/menit murmur –
S: 36,5 % • Abdomen: distensi +, bu-, tidak teraba massa,
Spo2: 88% defans muskular +, nyeri tekan seluruh regio
abdomen
• Ekstremitas : akral hangat udem -/-
Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan saat di IGD
• Nacl 20tpm
Hemoglobin : 15,3 g/dl
Eritrosit : 4,8 x 106/µl • Nrm 10 lpm
Leukosit : 3.100/µl • Metronidazol 3x500 iv
Hematokrit : 48,9 % • Omeprazol 2x1
Trombosit : 263.000 /µl
MCV : 102,0 fl • Ketorolac 3x1
MCH : 31,5 pg • Cefriaxon 2x1
MCHC : 31,2 g/dl • Cek lab darah rutin, ct bt
RDW : 14,1 %
• Pasang ngt, dc
• Pro operasi cito
Dx: Peritonitis e.c Perforasi gaster
Ruang ICU 21-7-19
Follow up post op laparatomi explorasi
S: sesak, nyeri post op, flatus +, puasa
Ruangan kweni 22-7-19
O: ku.cm tampak sesak S: sesak, nyeri pada luka post op, flatus +, puasa
Td: 120/70, Hr: 114 x/m, R : 26x/m , S: 36,3 O: ku.cm tampak sesak
Td:120/70 mmhg, N: 80x/m, R: 26x/m S: 36,5
Mata : ca-/- si-/-
Mata: ca-/- si-/-
Thorax:pulmo :vbs +/+ Rh+/+ wh-/- Thorax: pulmo : vbs+/+ rh+/+ wh-/-
Retraksi – Cor: bj murni reg gallop-, murmur –
Abdomen : bu -, luka tertutup perban +,nyeri tekan +
Abdomen : bu -, distensi-, supel, luka+ tertutup
perban, nyeri tekan+ Ekstremitas : akral hangat
Drain + sedikit . Dc : + , ngt+
Ekstremitas akral hangat Ro thorax: kesan bronkopneumonia
Drain: sedikit warna hijau bening, ngt +, dc+ A: POST op LE + BP
A: post op LE P: RL 20tpm
KeIVFDtorolac 3x1
P: terpasang dobutamin 1,8 cc/jam Rantidin 2x1
Infus rl 20tpm Ceftriaxon 2x1
Terapi lain lain lanjut Acetilsistein 2x200mg
Advice dr.wahyu nebu ventoin /6 jam
Acc pindah besok, ruangan kweni Konsul dr.dini.Sp.P
• Laboratorium : 23-7 -19 • Laboratorium 26-7-19
• Hb:12,4 • Hb:14,1
• Leukosit : 10.200 • Leukosit : 17.300
• Eritrosit : 3,9 • Eritrosit : 4,5
• Hematokrit : 37,4 • Hematokrit : 43,9
• Trombosit:253.000 • Trombosit:296.000
• Mcv: 95 • Mcv: 96
• Mch : 31,5 • Mch : 30,8
• Mchc : 33,2 • Mchc : 32,2
• RDW-CV 12,2 • RDW-CV 12,2
• Bas % : 1 • Bas % : 0
• Eosin : 2 • Eosin : 1
• Neu%: 65 • Neu%: 78
• Lym %: 20 • Lym %: 13
• Mon %: 12 • Mon %: 7
• Stab%: 78
Hasil lab saat di ruangan kweni
23-7-19 24- 7-19 25-7-19 26-7-19
S: sesak +, nyeri bekas operasi+, S: sesak +, nyeri post op +, nanah S: sesak + menurun, nyeri post op S: sesak -, nyeri post op +, nanah -
mencret +, puasa + +, mencret +,puasa -, minum+ +, nanah -, bab cair+,puasa -, , bab cair,puasa -, minum+ ,
0: ku.cm tampak sesak sedikit –sedikit minum+ , makan makan
Td: 130/70 mmhg 0: ku: cm 0: ku: cm 0: ku: cm
N: 80x/m Td: 120/70 mmhg Td: 120/70 mmhg Td: 120/70 mmhg
R: 20 x/m N: 80x/m N: 80x/m N: 80x/m
S: 36, 5 R: 20 x/m R: 20 x/m R: 20 x/m
Kepala : ca-/- si-/- S: 36, 7 S: 36, 2 S: 36, 3
Thorax: pulmo : vbs+/+ rh+/+, wh Kepala : ca-/- si-/- Kepala : ca-/- si-/- Kepala : ca-/- si-/-
-/- Thorax: pulmo : vbs+/+ rh+/+, wh Thorax: pulmo : vbs+/+ rh+/+ Thorax: pulmo : vbs+/+ rh+/+
Cor: bj murni reg gallop -, -/- minimal, wh -/- minimal, wh -/-
murmur – Cor: bj murni reg gallop -, Cor: bj murni reg gallop -, Cor: bj murni reg gallop -,
Abdomen: bu + sedikit, distensi -, murmur – murmur – murmur –
nyeri tekan + minimal, luka post Abdomen: bu + , distensi -, nyeri Abdomen: bu +, distensi -, nyeri Abdomen: bu +, distensi -, nyeri
op+ nanah -, darah -, basah, tekan + minimal, luka post op+ tekan + minimal, luka post op+ tekan + minimal, luka post op+
drain-, ngt + nanah +, darah -, basah, drain-, nanah -, darah -, basah, drain-, nanah +, darah -, basah, drain-,
Ekstremitas akral hangat , udem – ngt +, dc + ngt -, dc + ngt +, dc +
A: postoperasi le H 3 + bp Ekstremitas akral hangat , udem – Ekstremitas akral hangat , udem – Ekstremitas akral hangat , udem –
P: advice dr. wahyu , SP.B terapi A: postoperasi le H 4 + bp A: postoperasi le H 5 + bp A: postoperasi le H 6 + bp
lanjut P: terapi lanjut P: nebustop P: blpl acc kontrol poli
Advice dr. Dini. Sp.P Lain – lain lanjut
Ventolin nebu/6jam Rencana besok blpl
Fartison 1x100 mg iv
(hydrocortisone sodium succiate )
Moxifloxacin 1x400 mg
Cek ur, cr,ot/pt
Peritonitis ec perforasi gaster
Definisi

• Peritonitis adalah peradangan yang


disebabkan oleh infeksi atau kondisi
aseptik pada selaput organ perut
(peritoneum). Peritoneum adalah
selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding
perut bagian dalam. Lokasi peritonitis
bisa terlokalisir atau difus dan
riwayat akut atau kronik.
Gearhart SL, Silen W,
2008.
Klasifikasi
PERITONITIS PRIMER (SPONTANEUS)
Disebabkan invasi hematogen dari rongga peritoneal yang berlangsung dari rongga
peritoneum
Paling sering akibat penyakt hepar kronik
Banyak terjadi pada penderita :
SLE
Nefrosis
Sirosis hepatis dengan asites
Nronkopneumonia dan TB paru
Pyelonefritis
Peritonitis sekunder
Adanya kontaminasi bakteri intra abdominal dari perforasi viskus
Selain bakteri, dapat terjadi akibat iritasi kimia dari perforasi gaster
perforasi apendiks, asam lambung dari perforasi lambung, cairan
empedu dari perforasi kandung empedu serta laserasi hepar akibat
trauma
Peritonitis Tersier
Terjadi akibat intervensi medis: dialisa peritonitis,
sehingga umumnya terjadi infeksi oleh mikroba
floral kulit.
Tersering : Staphylococcus Spp
Peritonitis yang :
Mendapatkan terapi yang tidak adekuat
Superinfeksi kuman
Akibat tindakan operasi sebelumnya.
epidemiologi

Menurut survei World Health Organization


(WHO), kasus peritonitis di dunia adalah
5,9 juta kasus. Di Republik Demokrasi
Kongo, antara 1 Oktober dan 10
Desember 2004, telah terjadi 615 kasus
peritonitis berat (dengan atau tanpa
perforasi), termasuk 134 kematian
(tingkat fatalitas kasus, 21,8%), yang
merupakan komplikasi dari demam tifoid.4
Patofisioogi
H.pylori, OAINS → perubahan kualitatif
lambung yang dapat mempermudah
terjadinya degradasi mukus oleh pepsin
→ mengubah permeabilitas sawar epitel
→ difusi balik asam klorida → Histamin
dikeluarkan → sekresi asam dan pepsin
lebih lanjut → berlangsung terus menerus
→ Perluasan lewat submukosa dan
muskularis → tukak dalam → Perforasi
Tanda dan gejala
Nausea dan vomitus
Nyeri perut hebat
Demam tinggi
Sulit BAB dan flatus
Nyeri tekan diseluruh abdomen
Muscle guarding atau rigiditi
Penurunan bising usus
Takikardi
Takipneu
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium
(leukositosis)
Urinalisa
• Pemeriksaan radiologi :
Foto polos abdomen 2 posisi atau 3
posisi
Radiologi
Penatalaksanaan
Penanganan preoperatif :
Resusitasi cairan
AB
Peritonitis sekunder : memerlukan tindakan
Peritonitis primer dapat diberikan AB beah 02 dan ventilasi
broad spectrum l(sefalosporin 1. Puasa dan pasang NGT Intubasi, kateter
generasi 3) seperti cefotaxim 3x2 gr IV Monitoring hemodinamika
Atasi syok dah koreksi cairan dan elektrolit
atau ceftriaxone 1x2gr iv Penanganan operatif :
Antibiotik spektrum luas
Umumnya mengalami perbaikan Untuk mengontrol sumber dari kontaminasi
02
dalam 72 jam dengan AB yang tepat peritoneum
pembedahan
Kontrol sepsis
Peritoneal lavage
Peritoneal drainage

Kontrol sepsis
Menghilangkan penyebab infeksi, mencegah Peritoneal drainage
komplikasi lebih lanjut Penggunaan drain sangat penting untuk
Peritoneal lavage abses intra abdominal dan peritonitis lokal.
Pada peritonitis difus, lavage dengan cairan Drainase berguna pada infeksi fokal atau
kristaloid isotonik (> 3 liter) dapat kontaminasi lanjutan. Drainase diindikasikan
menghilangkan darah, gumpalan fibrin, untuk peradangan massa terlokalisasi
serta bakteri
Penanganan post operatif
• Monitoring inteksif, bantuan ventilator dilakukan
pada pasien yang tidak stabil.
• Tujuan untuk mencapai stabilitas hemodinamika
untuk perfusi organ organ vital
• AB diberikan selama 10-14 hari
• Respon klinik yang baik :
• Produksi urin yang normal, tidak demam dan
tidak leukositosis, ku baik
komplikasi
Infeksi , abses residual, sepsis
intraperitoneal,
pembentukan fistula ( akhir
minggu pertama operasi )
Demam tinggi yang persisten
Sepsis
Prognosis

Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas


cepat dilakukan maka prognosisnya dubia ad bonam.
Sedangkan bila diagnosis, tindakan, dan pemberian antibiotik
terlambat dilakukan maka prognosisnya menjadi dubia ad malam.
Hasil terapi meningkat dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini.
Faktor-faktor berikut akan meningkatkan resiko kematian :
1. Usia lanjut
2. 2. Adanya penyakit yang mendasari sebelumnya 3. Malnutrisi 4.
Timbulnya komplikasi

Anda mungkin juga menyukai