Pencegahan
Pemberian imunoglobulin varisela-zooster (VZIG) akan mencegah atau
memperlemah infeksi varisella pada orang rentan yang terpajan apabila
diberikan dalam 96 jam dengan dosis 125 U per 10 kg, i.m.
Efek pada janin
Cacar air pada wanita hamil selama paruh pertama gestasi dapat menyebabkan
malformasi kongenital akibat infeksi transplasenta, berupa korioretinitis, atrofi
korteks serebri, hidronefrosis dan defek kulit serta tulang tungkai.
Resiko tertinggi terletak pada usia gestasi antara 13 dan 20 minggu. Pajanan
pada usia kehamilan yang lebih belakangan menyebabkan lesi varisella
kongenital, dan bayi kadang-kadang mengalami herpes zooster pada usia
beberapa bulan (Chiang dkk, 1995). Janin yang terpajan virus tepat sebelum dan
saat persalinan ketika antibodi ibu belum terbentuk, mengalami ancaman serius,
bayi akan mengalami infeksi viseral dan susunan syaraf pusat diseminata, yang
sering kali mematikan.
2.Influenza
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Orthomyxoviridae, meliputi
influenza tipe A dan tipe B. Influenza A lebih serius dari pada B. Penyakit ini tidak
mengancam nyawa bagi orang dewasa sehat, kecuali apabila timbul pneumonia,
prognosis menjadi serius. Haris (1919) melaporkan angka kematian kasar ibu
hamil sebesar 27 %, yang meningkat menjadi 50% apabila terjadi pneumonia.
Pencegahan
Center for Disease Control and Prevention(1998) menganjurkan vaksinasi
terhadap influenza bagi semua wanita hamil setelah trimester pertama. Berapa
pun usia gestasi, wanita dengan penyakit medis kronik, misalnya dibetes atau
jantung, divaksinasi. Amantadin berespon baik dan spesifik terhadap virus-virus
influenza A apabila diberikan dalam 48 jam setelah awitan gejala.
Efek pada janin
Belum ada bukti kuat bahwa virus influenza A menyebabkan malformasi
kongenital atau kelainan pada bayi.
3.Parotitis
Parotitis adalah penyakit infeksi pada orang dewasa yang jarang dijumpai yang
disebabkan oleh paramiksovirus RNA. Virus terutama menginfeksi kelenjar liur,
tetapi juga dapat mengenai gonad, meningen, pankreas dan organ lain. Parotitis
selama kehamilan tidak lebi parah dibanding pada orang dewasa tidak hamil dan
tidak terdapat bukti bahwa virus bersifat teratogenik (Ouhilal, 2000). Vaksin
Jeryl-Lynn (virus hidup yang dilemahkan) dan vaksin MMR kontraindikasi bagi
wanit haml.
Efek pada janin
Tidak ada bukti kuat bahwa infeksi parotitis meningkatkan angka kematian janin
maupun anomali mayor pada janin. Parotitis kongenital sangat jarang dijumpai.
4.Rubeola (campak)
Virus tampaknya tidak bersifat teratogenik, tetapi terjadi peningkatan frekuensi
abortus dan BBLR pada kehamilan dengan penyulit campak (Siegel dan Fuerst,
1966). Apabila seorang wanita menderita campak sesaat sebelum melahirkan ,
timbul resiko infeksi serius yang cukup besar pada neonatus, terutama pada bayi
preterm. Imunisasi pasif dapat dicapai dengan pemberian globulin serum imun 5
ml i.m dalam 3 hari setelah terpajan. Vaksinasi aktif tidak diberikan selama
kehamilan, tetapi wanita yang rentan secara rutin divaksinasi postpartum.
5.Rubella
Rubela atau campak Jerman, yaitu suatu penyakit yang biasanya tidak begitu
penting pada keadaan tidak hamil,pernah menjadi penyebab langsung hasil-
akhir kehamilan yang jelek dan bahkan lebih serius lagi, penyebab malformasi
kongenital berat. Hubungan antara rubela maternal dan malformasi kongenital
serius, pertama-tama dikenali oleh Gregg (1942), seorang ahli oftalmologi
Australia.
Pencegahan
Untuk memberantas penyakit infeksi ini sama sekali, pendekatan berikut
dianjurkan untuk mengimunisasikan populasi dewasa, khususnya populasi
wanita usia reproduktif:
Pendidikan bagi para petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat luas
mengenai bahaya infeksi rubella.
Vaksinasi bagi para ibu yang rentan sebagai bagian dari perawatan medis dan
obstetrik rutin
Vaksinasi bagi semua wanita yang datang ke klinik keluarga berencana
Pengenalan dan vaksinasi bagi wanita yang belum memiliki kekebalan sesudah
Vaksinasi buat ibu hamil yang lazim dilakukan di Indonesia cuma TT (Tetanus Toksoid).
Dilakukan sekali sebelum hamil dan sekali lagi seharusnya dilakukan malah sebelum
menikah. Kalau sebelum nikah atau sebelum hamil belum pernah mendapat vaksinasi ini,
berarti saat hamil si ibu harus memperoleh suntikan TT sebanyak dua kali. Yakni selagi
hamil muda dan sebulan kemudian.Yang penting 2 bulan sebelum melahirkan si ibu sudah
komplet mendapatkan 'paket' suntikan ini.
Sebab, jika lewat dari waktu itu atau malah sudah dekat waktu melahirkan, kemungkinan
besar belum sempat terbentuk antibodi atau daya imunitas untuk memerangi tetanus yang
mungkin menerpa saat melahirkan.
DIANGGAP HARUS KB
Diperlukan upaya semua pihak untuk melakukan re-education pada masyarakat bahwa
pemberian suntikan/vaksinasi TT justru diperlukan untuk menjaga janinnya kalau dalam
waktu dekat langsung hamil si ibu sudah mendapat daya imunitas terhadap tetanus.
Dengan pemberian vaksinasi TT menjelang nikah diharapkan bila yang bersangkutan tak
disuntik lagi selama kehamilannya, minimal sudah terbentuk kekebalan dalam dirinya.
Kalaupun harus diberikan dua kali tak lain agar imunitas yang terbentuk diharapkan bisa
memberi respons terhadap serangan infeksi yang mungkin terjadi saat persalinan.
Pertimbangan utama yang membuat vaksinasi TT bisa diberikan pada ibu hamil,karena
vaksinasi ini ada yang terbuat dari protein tertentu hingga aman dan bisa diberikan pada ibu
hamil. Tidak seperti vaksinasi lainnya semisal rubella, varicella, meningitis, tokso ataupun
vaksinasi lain yang tak boleh diberikan pada ibu hamil karena merupakan virus yang
dilemahkan hingga terlarang untuk diberikan karena dikhawatirkan malah mengganggu atau
merusak kehamilan.Itu sebabnya tidak ada jenis vaksinasi lain yang bisa diberikan selain TT
yang harus diberikan sebelum hamil.
Sementara untuk vaksinasi lain, semisal TORCH tak disarankan dilakukan dalam keadaan
hamil. Agar lebih safe sekaligus untuk menghindari dampak merugikan/membahayakan,
mereka yang mendapat vaksinasi TORCH, minimal 3 bulan setelah suntik, justru tak
diperbolehkan hamil dan disarankan langsung ber-KB untuk sementara waktu. Sebab jika
sampai hamil sebelum tenggang waktu tersebut, ditakutkan virus TORCH yang ganas ini bisa
menimbulkan kecacatan pada bayi, sekalipun sudah dilemahkan. Kendati boleh jadi terhadap
si ibu, virus dalam vaksin tadi tak memberi reaksi berarti karena tubuhnya sudah memperoleh
kekebalan.
Kendati begitu, ibu yang pernah sakit kuning di masa kecilnya harus lebih berhati-hati.
Artinya, bukan tidak mungkin dulu ia cuma terkena hepatitis tipe A yang tidak terlalu
menimbulkan masalah dibanding hepatitis jenis B maupun C yang pasti membutuhkan
penanganan berbeda karena dampak yang ditimbulkan pun berbeda. Sebabnya dalam
kepustakaan disebutkan setiap orang yang pernah terkena sakit kuning semasa kecil dalam
kurun waktu 5-15 tahun mendatang berisiko mengalami sirosis atau pengerasan hati.Ini
terbilang fatal dan bisa berakhir dengan kematian.
Karena itu,ibu hamil yang ketahuan positif terinfeksi hepatitis atau punya lingkungan yang
rawan, semisal tinggal serumah dengan pengidap hepatitis, bayinya akan terkena infeksi
serupa dalam 24 jam pertama. Apalagi hepatitis menular dan bisa ditularkan lewat sentuhan.
Hingga belakangan ini kepada para ibu gencar dianjurkan untuk cek HbsAg untuk
mengetahui apakah mereka mengidap atau tidak.
BERKEMUNGKINAN CACAT
Sayangnya pemberian vaksinasi tanpa melalui plasenta juga tidak mungkin karena vaksinasi
apa pun pasti akan melalui aliran darah si ibu menuju janinnya. Bahkan di awal kehamilan
(usia 2-8 minggu yang kerap disebut masa embriologi), belum ada barrier/penghalang karena
plasenta pun belum terbentuk. Saat itu plasenta masih berbentuk desidua yang bisa dilewati
kuman atau virus apa saja. Hingga sangat rawan terhadap berbagai kemungkinan cacat yang
muncul akibat serangan kuman atau virus yang masuk tadi.
Kendati begitu, bukan berarti setelah terbentuk plasenta pada kehamilan usia 4-5 bulan, lantas
masuknya "bahaya" tadi tidak menimbulkan masalah. Paling tidak, bisa terhambat karena
plasenta sudah berfungsi sebagai barier yang menghadang masuknya kuman-kuman. Itulah
mengapa kalaupun pemberian vaksinasi TT yang pertama terlambat diberikan, lantas
dipaksakan masuk sesudah usia kehamilan cukup tua,nyaris tak ada gunanya lagi karena
sudah terlalu dekat dengan waktu persalinan sementara kekebalan tubuh yang diharapkan
boleh jadi belum terbentuk.
Selain itu, didasari pula pada pertimbangan dari berbagai penelitian bahwa pemberian
vaksinasi apa pun tetap memberikan dampak yang merugikan terhadap janin. Riskan sekali
kalau vaksinasi yang dimaksudkan memberi kekebalan pada si ibu malah berkemungkinan
menimbulkan kecacatan bayi. Terlebih jenis Tokso, Rubella, dan Citomegalo yang sama
bahayanya untuk janin muda usia maupun janin siap lahir. Sebab virus jenis ini sasaran
utamanya adalah daerah otak. Bisa jadi karena sawar penolak jaringannya sangat minim,
hingga kepala memang teramat rawan terhadap berbagai kemungkinan infeksi.Otak
merupakan pusat susunan syaraf sekaligus pusat pengendali semua aktivitas tubuh. Hingga
bisa saja tidak tampak cacat, tapi si bayi mengalami ketulian atau katarak kongenital yang
membuat padangannya kabur.
Kecacatan semacam itu baru tampak di kemudian hari saat anak berusia 3-4 tahun. Infeksi
yang sudah ada sejak dalam rahim tapi dampaknya baru terlihat belakangan semacam ini
disebut infeksi intrauterine yang merupakan salah satu dampak buruk akibat infeksi golongan
TORCH.
PENAPISAN SELEKTIF
Sedangkan bila TORCH sudah mengenai ibu yang hamil, akan lebih sulit lagi upaya
penyelamatan terhadap ibu maupun janinnya. Jika diberikan obat pun saat sudah terkena, tak
lain hanya untuk mencegah tingkat keparahan/progresivitasnya. Sementara mengurangi atau
malah menghilangkannya, nyaris mustahil. Kuman-kuman golongan berbahaya ini jika
mengenai si ibu di awal-awal kehamilan biasanya akan menyebabkan abortus spontan.
Hingga boleh dibilang si ibu maupun janinnya "terselamatkan".
Sebaliknya, kalau abortus tidak terjadi berarti infeksi tersebut berlangsung terus. Terutama
jika setelah periksa laboratorium, IgM-nya positif, maka dipastikan yang bersangkutan
terinfeksi penyakit tertentu. Sementara kalau hanya IgG-nya yang positif berarti dulu dia
pernah terinfeksi, namun sekarang tidak lagi. Jika suatu saat nanti diadakan pemeriksaan
kembali terjadi peningkatan IgG yang bermakna berarti terjadi infeksi ulang.
Kendati begitu IgM dan IgG yang positif bukan merupakan indikator utama yang
mengharuskan seseorang dianjurkan mendapat vaksinasi atau tidak mengingat mahalnya
biaya vaksinasi tertentu ini. Semisal biaya untuk TORCH yang mencapai Rp 1 juta lebih.
Hingga para ginekolog umumnya akan mengadakan penapisan selektif hanya pada mereka
yang berkemungkinan terkena infeksi tersebut.
Artinya, mereka yang karena kebiasaan maupun pekerjaan memang berisiko besar terhadap
kemungkinan penyakit tersebut. Semisal yang bersangkutan harus bersentuhan dengan tanah
atau binatang tertentu yang merupakan media virus tertentu, kendati penyebab penyakit
sebetulnya ada di mana saja dan tak bisa diketahui dengan mata telanjang.Mereka yang
diduga berkemungkinan terinfeksi ini prosentasenya jauh lebih sedikit dibanding mereka
yang "aman".
TINDAKAN ANTISIPATIF
Seperti halnya pada balita, kondisi ibu saat pemberian vaksinasi pun harus dalam keadaan fit.
Hingga bila sedang pilek atau tak enak badan, sebaiknya ditunda saja. Begitu juga reaksi
sesaat yang muncul seperti demam. Membangun sistem kekebalan tubuh yang prima dengan
membiasakan hidup sehat jauh lebih baik hasilnya ketimbang upaya membangun kekebalan
tubuh lewat vaksinasi.
Bentuk antisipasi untuk menghindari rubella, contohnya, bisa dilakukan relatif amat
sederhana. Semisal ibu hamil agar menjauhi makanan setengah matang atau malah tak
dimasak sama sekali.Meski angka kejadiannya sangat jarang di Indonesia, ada baiknya
dicegah. Begitu juga saat makan buah sebaiknya kulitnya dikupas dan biasakan cuci bersih
kedua tangan dengan sabun sebelum makan maupun menyentuh/mengolah bahan-bahan
makanan.
Begitu juga dengan prinsip pemeriksaan sepanjang kehamilan setiap 3 bulan, sebulan, 2
minggu sekali kemudian meningkat jadi seminggu sekali di minggu-minggu terakhir
kehamilan. Sasaran pemeriksaan antenatal untuk menjaga agar wanita hamil lebih sehat
dibanding sewaktu tidak/belum hamil. Dengan kondisi yang sehat, otomatis sistem kekebalan
tubuhnya secara keseluruhan jadi bagus. Pertimbangan lain adalah untuk mendeteksi secara
dini apabila terjadi kelainan/penyakit yang mungkin menyerang si ibu. Selain agar si ibu
dapat melahirkan dengan sehat, baik ibu maupun bayinya sehat secara fisik dan mental.