PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010 ).
Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, 1999).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010 )
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses menua. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C.
Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa
puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut
usia adalah orang yang berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia
55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap
penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan
tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13
ayat 1 menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial.
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. stres
D. Batasan Lansia
1. Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa
batasan umur Lansia, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun
F. Karakteristik Lansia
Menurut Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
G. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan
psikologis.
1. Perubahan fisik
Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel,
kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran,
penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori, inteligensi,
personality dan adjustment (pengaturan), dan pencapaian
(Achievement).
2. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran,
keluarga (emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun,
ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama,
panti jompo.
3. Perubahan psikologi
Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple
pathology ), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik
yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
.Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia
juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut :
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power
sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy),
pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari
kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan
pada point tiga di atas.
5. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-
olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif
maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan
dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar
pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja
atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
6. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya
ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi
hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
H. Masalah-masalah kesehatan yang Terjadi pada Lansia
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat
perubahan sistem, antara lain:
1. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain :
Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan
Pneumonia.
2. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara
lain : Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.
3. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti
Cerebro Vaskuler Accident.
4. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara
lain : Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis,
Osteporosis.
5. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.
6. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :
Katarak, Glaukoma, Presbikusis.
7. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain
: Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.
8. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan
perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.
9. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :
Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus
Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.
10. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.
I. Indikator lansia
1. Pelayanan medis
a. Skrining kesehatan pada 40% pra lansia
b. Skrining kesehatan pada 70% lanjut usia
c. Skrining kesehatan pada 100% lansia di pandi werdha
d. 30% puskesmas melaksanakan konseling lanjut usia.
2. Kegiatan non medis
a. 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut
b. 50% desa memiliki kelompok lanjut usia
c. 50% kelompok lanjut usia melaksanakan senam lansia
I. PENGKAJIAN
Aspek-aspek Pengkajian Pada Kelompok Ibu Hamil
NAMA KOMPONEN METODE
SUB ASPEK SUMBER DATA
ASPEK KAJIAN W O A SD
MORBI- Hipertensi Gejala Depkes,lansia V
DITAS Penyebab Depkes,lansia V
Faktor resiko Depkes, Lansia V
Akibat Lansia V
Pengetahuan Lansia
ARTRITIS Penyebab Lansia V
GOUT Jenis kelamin Depkes V
Pendidikan Depkes V
Faktor resiko Depkes V
Cara Lansia V
berkomunikasi
dengan sesama
Lansia
www.scibd.com/askep-klien-dengan-depresi.html
www.scibd.com/askep-klien-dengan-demensia.html
http://deasbatamisland.blogspot.com/2007/11/askep-lansia-dengan
gangguan.html
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Komunitas Lansia
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2016