Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari


tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980
usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang
(5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH
juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia
di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4
tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia
di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1
tahun (KEMENSOS, 2010). Menua merupakan proses yang alami dalam
kehidupan manusiayang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh
dalam menghadapi pengaruh daridalam maupun dari luar tubuh.
Perubahan tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh
meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia
menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada
lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa,
masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan
dan pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi, 2010).

Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55


tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar
11,6 persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya
Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit
yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas
bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang
dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor
tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis.
Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut
usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-
hari (Efendi, 2010).

Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan


dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya
adalah keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut
usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup
komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi
oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk
pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya
proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi.

Lansia adalah kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap


kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau dikenal dengan aging berarti
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat
alamiah/fisiologis. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan memimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas. Indonesia sendiri menduduki rangking
keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu
mendapat perhatian. Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang
semakin meningkat, Indonesia juga menghadapi beban ganda (double
burden) dengan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas)
karena usia harapan hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun.
(Merry, 2008)
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang mengalami
kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah


mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga
masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki
masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan
seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata
dan seseorang itu telah disebut lansia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?


2. Apa faktor-faktor lansia ?
3. Apa saja ciri-ciri dari lansia ?
4. Apa batasan lansia ?
5. Apa Klasifikasi lansia ?
6. Apa Karakteristik lansia ?
7. Apa saja perubahan kondisi fisik pada lansia ?
8. Apa saja masalah kesehatan pada lansia ?
9. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di
hadapai lansia ?
10. Apa saja indikator pada lansia ?
11. Apa saja program kesehatan pada lansia ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia


2. Untuk faktor-faktor lansia ?
3. Untuk mengetahui ciri-ciri lansia
4. Untuk mengetahui batasan pada lansia
5. Untuk mengetahui klasifikasi pada lansia
6. Untuk mengetahui karakteristik pada lansia
7. Untuk mengetahui perubahan kondisi fisik pada lansia ?
8. Untuk mengetahui masalah pada kesehatan lansia.
9. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang
di hadapai lansia
10. Untuk mengetahui indikator pada lansia
11. Untuk mengetahui program kesehatan pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010 ).
Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, 1999).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010 )
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses menua. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C.
Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa
puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut
usia adalah orang yang berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia
55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap
penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan
tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13
ayat 1 menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial.

B. faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan


Meliputi:
1. Hereditas : Keturunan/Genetik
2. Nutrisi : Makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. stres

C. Ciri - ciri lansia


Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri ciri orang lanjut usia, yaitu
:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat - pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pandapat
orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk, karena perlakuan yang
buruk itu mebuat penyesuaina diri lansia menjadi buruk.

D. Batasan Lansia
1. Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa
batasan umur Lansia, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun

2. Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :


a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau


lebih
E. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia
1. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
dalam bukunya Rosidawati, 2008).
4. Lansia potensial
Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya
Rosidawati, 2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya
Rosidawati, 2008.

F. Karakteristik Lansia
Menurut Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
G. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan
psikologis.
1. Perubahan fisik
Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel,
kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran,
penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori, inteligensi,
personality dan adjustment (pengaturan), dan pencapaian
(Achievement).
2. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran,
keluarga (emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun,
ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama,
panti jompo.
3. Perubahan psikologi
Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple
pathology ), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik
yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
.Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia
juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut :
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power
sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy),
pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari
kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan
pada point tiga di atas.
5. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-
olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif
maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan
dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar
pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja
atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
6. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya
ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi
hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
H. Masalah-masalah kesehatan yang Terjadi pada Lansia
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat
perubahan sistem, antara lain:
1. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain :
Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan
Pneumonia.
2. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara
lain : Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.
3. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti
Cerebro Vaskuler Accident.
4. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara
lain : Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis,
Osteporosis.
5. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.
6. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :
Katarak, Glaukoma, Presbikusis.
7. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain
: Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.
8. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan
perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.
9. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :
Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus
Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.
10. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

I. Indikator lansia
1. Pelayanan medis
a. Skrining kesehatan pada 40% pra lansia
b. Skrining kesehatan pada 70% lanjut usia
c. Skrining kesehatan pada 100% lansia di pandi werdha
d. 30% puskesmas melaksanakan konseling lanjut usia.
2. Kegiatan non medis
a. 70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut
b. 50% desa memiliki kelompok lanjut usia
c. 50% kelompok lanjut usia melaksanakan senam lansia

J. Program kesehatan pada lansia


1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.
a. Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain
:
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia.
2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan
disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
b. Sasaran posyandu lansia
1) Sasaran langsung:
a) Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b) Usia lanjut 60-69 thn
c) Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia
lanjut berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan
2) Sasaran tidak langsung:
a) Keluarga dimana usia lanjut berada
b) Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c) Organisasi sosial yg peduli
d) Petugas kesehatan

c. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai
berikut :
1) Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat
badan dan atau tinggi badan.
2) Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks
massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan
sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
3) Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini
juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

d. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu antara lain :
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangka. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia
mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan
atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka
hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri
posyandu lansia.
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau
mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.
e. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan
dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua ) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
2. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah
raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,
dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku
pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana,
thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
3. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan
sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan usia
lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran
yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat dilingkungan
usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan
berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan
penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat
terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan
rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi
petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative yang harus
dijalani, baik kepada usia lanjut maupun keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahannya.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Pemeriksaan tekanan darah,
b. pengobatan secara umum,
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan
medic ke Rumah sakit.
4. Terapi pada lansia :
a. Terapi modalitas : untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan
kebersamaan,bertukar pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi berkebun : Untuk melatih kesabaran
e. Terapi dengan binatang : Untuk meningkatkan kasih saying dan
mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
Life review terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Aspek-aspek Pengkajian Pada Kelompok Ibu Hamil
NAMA KOMPONEN METODE
SUB ASPEK SUMBER DATA
ASPEK KAJIAN W O A SD
MORBI- Hipertensi Gejala Depkes,lansia V
DITAS Penyebab Depkes,lansia V
Faktor resiko Depkes, Lansia V
Akibat Lansia V
Pengetahuan Lansia
ARTRITIS Penyebab Lansia V
GOUT Jenis kelamin Depkes V
Pendidikan Depkes V
Faktor resiko Depkes V

Diabetes Pengetahuan Lansia V


millitus Status Gizi Puskesmas V
Faktor genetik Lansia V
Lingkungan Perangkat Desa V
tempat tinggal
FAKTOR GIZI Pola makan Lansia V
YANG Asupan nutrisi Lansia V
MEMPE Jenis makanan Lansia V
NGARU LINGKUNG Kebersihan Tempat Lansia V
HI AN V
Kondisi Tempat Lansia V
V
Lokasi Tempat Lansia V
Kenyamanan Lansia V
PELAYANA Akses fasilitas Perangkat Desa V
N keseatan
KESEHATA Jenis pelayanan Perangkat Desa V
N DAN keseatan
KEGIATAN Kualitas Lansia V
SOSIAL pelayanan
keseatan
Kegiatan yang Lansia V
diikuti
CORE DATA Jumlah Lansia Depkes, Perangkat V
DEMOGRAF Desa
I Riwayat Depkes, V
kesehatan puskesmas
Kebiasaan Lansia V
Perilaku yang Lansia V
dtampilkan
Nilai dan Lansia V
keyakinan
8 SUB LINGKUNG Kondisi jalan Masyarakat sekitar V
SYSTEM AN FISIK Kondisi Lansia V
Prostitusi
Fasilitas umum : Warga Sekitar V
Sekolah dan
layanan
kesehatan
PELAYANA Klinik konsultasi Puskesmas, Bidan V
N PSK Desa
KESEHATA Jarak Jarak Tempat V
N DAN Lansia ke layanan
SOSIAL kesehatan
EKONOMI Perekonomian di Lansia V
wilayah tempat
tinggal
Perekonomian Lansia V
Lansia
Transportasi Lansia V
TRANSPORT yang digunakan
ASI DAN Kebiasaan Lansia, keluarga V
KEAMANAN menggunakan lansia
alat t
bransportasi
POLITIK Dukungan UU V
DAN pemerintah desa
PEMERINTA terhadap
HAN perkembangan
Lansia
Srategi UU, Layanan V
pemerintah Kesehatan
setempat dalam
membina Lansia
KOMUNIKA Cara Lansia V
SI berkomunikasi
dengan Lansia
lain

Cara Lansia V
berkomunikasi
dengan sesama
Lansia

PENDIDIKA Sekolah yang Data kecamatan V


N ada disekitar
tempat tinggal
Peran sekolah Kepala yayasan V
REKREASI Tempat rekreasi Lansia V
yang sering
digunakan
Lansia
Tempat rekreasi Lansia V
yang dekat
dengan Lansia
DIAGNOSA NOC NIC
Defisiensi Domain 7 : Kesehatan Domain 7 : Komunitas.
kesehatan komunittas. Level 2 :peningkatan kesehatan
komunitas. komunitas.
Level 2 : Perlindungan
Intervensi :
kesehatan komunitas.
Potensial factor 1. Pengembangan kesehatan
yang komunitas
Outcome : Control resiko
berhubungan : a. Identifikasi bersama
komunitas:penyakit
1. program komunitas mengenai
Kronik :
tidak masalah, kekuatan, dan
seluruhnya a. Penyediaan program perioritas kesehatan.
mengatasi pendidikan publik b. Bantu anggota komunitas
masalah tentang penyakit untuk meningkatkan
kesehatan. kronik. kesadaran dan
2. Ketidakcuku b. Ketersediaan program memberikan perhatian
pan ahlidi skrining preventif mengenai masalah-
komunitas c. Tingkat partisipasi masalah kesehatan.
populasi targetbdalam c. Tingkatkan jaringan
program preventif. mengenai dukungan
d. Ketersediaan program komunitas.
Potensial
pendidikan 2. Pendidikan kesehatan
batasan
manajemen kronis a. Bantu individu ,
karakteristik :
sendiri. keluarga, dan
1) Masalah
e. Penyediaan pelayanan masyarakat untuk
kesehatan
kesehatan sesuai dan masyarakat
yang dialami
populasi target. untuk memperjelas
oleh suatu
f. Pemantauan insiden keyakinan dan nilai-
kelompok
penyakit kronis. nilai keyakinan.
atau
g. Pemantauan b. Pertimbangkan
populasi.
prevalensi penyakit dukungan keluarga ,
2) Resiko
dan masyarakat
hospitalisasi kronis terhadap perilaku
yang dialami h. Pemantauan yang kondusif bagi
oleh morbiditas penyakit kesehatan.
kelompok kronis. c. Gunakan berbagai
atau i. Pemantauan kematian strategi dan
populasi. akibat penyakit kronis intervensi utama
3) Resiko status j. Pemantauan dalam program
fisiologis komplikasi penyakit pendidikan.
yang dialami kronis. d. Rencanakan tindak
oleh k. Kepatuhan standar lanjut jangka panjang
kelompok nasional untuk untuk memperkuat
atau populasi pencegahan dan perilaku kesehatan
4) Resiko status penanganan penyakit atau adaptasi
Psikologis. kronis. terhadap gaya hidup.
l. Kebijakan publik 3. Pengembangan program
yang meningkatkan a. Bantu kelompok atau
kesehatan masyarakat dalam
m. Kebijakan publik mengidentifikasi
yang mencegah kebutuhan atau
penyakit. masalah kesehatan
yang signifikan.
b. Pilih pendekatan
yang paling tepat.
c. Kembangkan tujuan
dan sasaran untuk
mengatasi kebutuhan
atau masalah.
d. Modifikasi dan
sempurnakan
program.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi


ke-6, EGC, Jakarta, 2000

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV.


Sagumg Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta:


penerbit Buku Kedokteran EGC

Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

www.scibd.com/askep-klien-dengan-depresi.html

www.scibd.com/askep-klien-dengan-demensia.html

http://deasbatamisland.blogspot.com/2007/11/askep-lansia-dengan
gangguan.html
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Komunitas Lansia

Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunitas 3

(Pembimbing Akademik: Puji Lestari, S.Kep.,Ns., M. Kes)

Disusun oleh :

1. Wahyu Nilam Pratiwi (010113a120)


2. Vivi Candra (010113a119)
3. Nur Ismi (010113a086)
4. Nunung mukayatun (010113a085)

PRODI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2016

Anda mungkin juga menyukai