Anda di halaman 1dari 14

PREPLANNING PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SPO)

DI WISMA AMARTA PUTRA


RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama, Hal ini
berkaiatan dengan tuntutan profesi dan tuntanan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2006). Era globalisasi dan perkembangan
ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan
kesehatan yang optimal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan managerial dari tenaga
keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2015).
Keperawatan Indonesia saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan
sebagai profesi, hal ini didukung pula oleh tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan yang dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh dan melaksanakan asuhan keperawatan
atau melakukan tindakan sesuai dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan, sehingga
pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Perawat juga harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat,
dan menjadi tenaga perawat yang profesional. Kemampuan manajerial itu dapat dimiliki
melalui berbagai cara salah satunya dapat ditempuh dengan meningkatkan keterampilan
melalui bangku kuliah yang harus dilalui lewat pembelajaran di lahan praktik.
Fokus utama managemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktif sehingga visi dan misi organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM
kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktik profesionalnya.
Seorang perawat akan memberikan pelayanan profesionalnya jika perawat tersebut sejak
awal diberikan program pengembangan staff yang terstruktur. Metode dalam penyusunan
tenaga keperawatan seharusnya terstruktur, sistematis, teratur, dan rasional yang
digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawartan yang dibutuhkan agar
dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan setting tertentu.
Upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan jiwa telah dilakukan oleh
tenaga keperawatan, salah satunya dengan melakukan kegiatan terapi aktifitas kelompok
(TAK) dan interaksi sebagai terapi keperawatan jiwa yang bertujuan mengubah perilaku
klien menjadi adaftif, edukatif, dan konsisten dijalankan sangat efektif mengubah perilaku
karena dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling mempengaruhi, dan
terjalin satu persetujuan norma kelompok yang diakui bersama. Dalam kelompok akan
terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang selain terjadi interaksi, juga interdepensi, dan
saling membagi tujuan dan norma bersama. Interaksi diberikan agar pasien bisa
mengontrol masalah keperawatan yang mereka alami dengan kegiatan atau tindakan yang
dilakukan.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dapat berupa orientasi realita yang bertujuan untuk
memfasilitasi klien yang mengalami orientasi yang tidak akurat terhadap kondisi
lingkungan sekitar, dirinya sendiri serta agar kemampuan daya realitasnya kembali realita
dan akurat sesuai dengan kondiisi obyektif. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi
merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi yang merupakan
aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
stimulasi sensori bertujuan malatih cara mengekspresikan perasaannya dalam bentuk
kegiatan.
Komunikasi atau interaksi dalam keperawatan adalah suatu proses untuk menciptakan
hubungan antara perawat dengan pasien, keluarga pasien, maupun tim kesehatan lain
untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pasien dimana pasien menceritakan masalah
yang dirasakan dan perawat memberi solusi atau cara mengatasinya (Dalami, 2010).
Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan komunikasi terapeutik, merupakan
komunikasi yang dilakukan perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan sehingga
memberikan terapi untuk proses penyembuhan pasien dan membantu pasien mengatasi
masalah yang dihadapinya (Nurhasanah, 2009).
Namun dalam kenyataannya kegiatan pelaksanaan tindakan tersebut masih ada yang
belum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaannya masih
belum makseimal. Penerapan tindakan sesuai standar prosedur masih dibilang kurang
diterapkan oleh perawat karena berbagai penyebab. Dalam hal ini pemahaman perawat
tentang spo masih kurang atau belum maksimal disamping itu role play tentang tindakan
sesuai standar prosedur belum dilakukan. Oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi
konsep SPO dan simulasi/ role play kegiatan.
Dalam rangka praktik managemen keparawatan di wisma Amarta Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Soerojo Magelang, mahasiswa Profesi Ners Universitas Ngudi Waluyo mencoba
menerapkan problem solving cycle di wisma Amarta sebagai tempat praktik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan sosialisasi tentang SPO dan role play pelaksanaan tindakan sesuai
SPO diharapkan perawat mampu melakukan tindakan sesuai dengan standar prosedur
operasional yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menambah pemahaman perawat tentang SPO
b. Untuk menambah kepatuhan perawat dalam melaksanakan tindakan sesuai SPO
c. Untuk menjadi motivasi perawat dalam penerapan SPO
d. Untuk meninjau kembali evaluasi pelaksanaan tindakan sesuai spo

C. Sasaran
Katim dan Perawat pelaksana di wisma Amarta Putra

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi / roleplay

E. Strategi Pelaksanaan
1. Sosialisasi dengan perawat Amarta Putra tentang konsep SPO dan penkes kelompok
2. Role play kegiatan TAK dan interaksi dan penkes kelompok bersama katim dan
perawat di wisma Amarta Putra
3. Diskusi dengan perawat terkait memperbaiki tindakan agar sesuai SPO
4. Mendiskusikan dengan katim untuk lebih rutin dilakukan evaluasi kegiatan sesuai SOP
oleh perawat dan pelaksanaan kembali penkes kelompok
5. Mendiskusikan dengan karu tentang pembuatan instrumen penilaian tindakan sesuai
SPO dan jadwal kegiatan penkes kelompok

F. Alat dan Bahan


1. Alat tulis dan laptop
2. Materi SPO
3. SPO pelaksanaan TAK
4. SPO pelaksanaan Interaksi
5. Buku dokumentasi TAK dan interaksi

G. Pengorganisasian dan uraian Tugas


Koordinator : Kadek Noviani
Uraian tugas :Bertanggung jawab atas terlaksananya sosialisasi SPO dan role play
TAK dan interaksi di wisma Amarta

H. Waktu Pelaksanaan
Hari : Agustus 2017
Tempat : Wisma Amarta Putra

I. Kegiatan Pelaksanaan
Hari/tanggal Kegiatan Waktu Media dan alat
Sabtu, 5/8/2017 1. Melakukan sosialisasi dengan 09.00-selesai Laptop, alat tulis,
Minggu, 6/8/2017 perawat Amarta Putra tentang 19.00-selesai materi SOP
konsep SPO
Senin, 7/8/2017 15.00-selesai

2. Role play kegiatan TAK dan Laptop, SOP cuci


Senin, 7/8/2017 15.20-selesai
interaksi dan penkes kelompok tangan, alat tulis
Selasa, 8/8/2017 09.00-selesai
sesuai SOP bersama katim dan
Rabu, 9/8/2017 19.00-selesai
perawat di wisma Amarta Putra
15.00-selesai

Sabtu, 5/8/2017 3. Diskusi dengan perawat terkait 09.00-selesai


Alat tulis
Minggu, 6/8/2017 memperbaiki tindakan agar 19.00-selesai

Senin, 7/8/2017 sesuai SPO


15.00-selesai
Sabtu, 5/8/2017 4. Mendiskusikan dengan katim 10.50-selesai Alat tulis
Minggu, 6/8/2017 untuk lebih rutin dilakukan 19.00-selesai
evaluasi kegiatan sesuai SOP
Senin, 7/8/2017 15.40-selesai
oleh perawat dan pelaksanaan
10.50-selesai
Sabtu, 5/8/2017
kembali penkes kelompok
19.00-selesai
Minggu, 6/8/2017
15.40-selesai
Senin, 7/8/2017

Kamis, 5/8/2017 5. Mendiskusikan dengan karu 14.15-selesai Alat tulis


tentang pembuatan instrumen
penilaian tindakan penkes
kelompok sesuai SPO

J. Kriteria Evaluasi sosialisasi SPO


1. Evaluasi struktur
a. Tersedia pre planning sosialisasi SPO bagi perawat di wisma Amarta Putra
b. Tersedia cukup waktu untuk diskusi dan sharing terkait penerapan SPO saat
tindakan bagi perawat dan katim di wisma Amarta Putra
c. Tersedia tempat untuk diskusi dan sharing persepsi tentang SPO dan pelaksanaan
roleplay kegiatan sesuai SPO
d. Tersedia cukup waktu untuk diskusi dan sharing terkait menindak lanjuti
pelaksanaan evaluasi dan intrumen penilaian penkes dengan katim dan karu
2. Evaluasi proses
Katim dan perawat pelaksana menunjukkan antusiasme dalam kegiatan sosialisasi dan
diskusi tentang penerapan SPO dalam melaukan asuhan keperawatan
3. Evaluasi hasil
Perawat sudah mampu memahami tentang SPO dan akan mulai melakukan asuhan
keperawatan sesuai spo
K. Kriteria evaluasi Role play TAK, interaksi dan penkes
1. Evaluasi struktur
a. Tersedia pre planning, SPO TAK, interaksi, penkes dan buku dokumentasinya
b. Tersedia cukup waktu untuk pelaksanaan role play TAK, interaksi dan penkes
bersama perawat di wisma Amarta Putra
c. Tersedia tempat untuk pelaksanaan role play TAK, interaksi dan penkes bersama
perawat di wisma Amarta
2. Evaluasi proses
Perawat Pasien menunjukkan antusiasme dalam role play TAK, interaksi dan penkes,
role play tersebut terlaksanakan dan berjalan sesuai dengan SPO
3. Evaluasi hasil
Role play TAK, interaksi dan penkes terlaksanakan dan berjalan sesuai SPO dan
perawat sudah cukup mampu untuk memahami bagaimana langkah roleplay tersebut
sesuai SPO
L. Kriteria evaluasi diskusi dengan perawat
1. Evaluasi struktur
a. Tersedia cukup waktu untuk pelaksanaan diskusi bersama perawat di wisma
Amarta Putra
b. Tersedia tempat untuk pelaksanaan diskusi terkait kesesuaian SPO bersama
perawat
c. Tersedia cukup waktu untuk diskusi terkait pelaksanaan evaluasi terhadap
kesesuaian SPO
2. Evaluasi proses
Pasien bersedia diajak diskusi dan mau memberikan saran
3. Evaluasi hasil
Diskusi terlaksanakan dan evaluasi akan mulai dilaksanakan
LAMPIRAN MATERI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

A. STANDAR
1. Pengertian Standar
Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai definisi
standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar memberikan suatu
dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain seperti tertulis dibawah ini;
Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat (dr. Yodi
Mahendrata). Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati
bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Reyers, 1983).
Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-peraturan dalam
mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri, dan hasil sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari
komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau
hasil suatu harapan (Donebean).
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif
yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu
berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk
mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
2. Komponen-komponen standar
a. Standar Struktur
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan.
Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi;
1) Filosofi dan objektif
2) Organisasi dan administrasi
3) Kebijakan dan peraturan
4) Staffing dan pembinaan
5) Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap posisi klinis)
6) Fasilitas dan peralatan
b. Standar Proses
Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima
asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis,
mencakup :
1) Fungsi tugas, tanggung jawab, dan akontabilitas
2) Manajemen kinerja klinis
3) Monitoring dan evaluasi kinerja klinis
c. Standar Outcomes
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien.
Standar ini berfokus pada asuhan pasen yang prima, meliputi :
1) Kepuasan pasien
2) Keamanan pasein
3) Kenyamanan pasien
Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa yang
diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses yang baik akan
menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian outcomse atau hasil yang
diharapkan. Outcomes adalah hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi
proses. Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.
3. Manfaat standar
a. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan
perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/
diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara
luas.
b. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur
untuk memonitor kualitas kinerja.
c. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi
aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.
d. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya
dengan lebih baik.
e. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
f. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar
maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.
B. Standar Operasional Prosedur
1. Pengertian SOP
Ekotama (2015:41), serta Joko Dwi Santoso dalam Purnamasari (2015:10)
mengemukakan bahwa SOP memiliki tiga uraian yaitu standard, operating, dan
procedure. Ketiga uraian tersebut akan diuraikan di bawah ini:
a. Standard mengandung pengertian seperti tertera di bawah ini.
1) Ketentuan yang menjadi acuan pokok.
2) Sebagai acuan, di mana setiap anggota harus mematuhi standar tersebut.
3) Bisa juga sebagai hukum yang harus ditaati dengan kesepakatan tertentu.
4) Maka dari itu, yang perlu ditekankan adalah sifatnya mengikat.
b. Operating mengandung arti sebagai berikut dibawah ini.
1) Dipahami lebih kepada aktivitas kerja yang aplikatif.
2) Aktivitas tersebut menggambarkan alur kegiatan kerja baik yang rutin maupun
nonrutin.
3) Operasional adalah kegiatan kerja atau aktivitas-aktivitas di dalamnya yang terkait
dengan kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.
4) Dalam penerapannya, aktivitas-aktivitas tersebut harus sesuai dengan kaidah
atau standar yang diberlakukan.
c. Procedure mengandung arti sebagai berikut ini.
1) Langkah atau tahapan yang berhubungan dengan proses dalam aktivitas kerja.
2) Sebagai prosedur harus dideskripsikan secara jelas dan terperinci.
3) Prosedur dapat berupa gambar atau rincian tulisan.
Dari teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat Standard Operating
Procedure (SOP) adalah sebagai landasan atau pedoman dalam menjalankan tugas,
alat ukur kinerja, dan juga dapat memberikan rasa percaya diri karyawan dalam
melakukan setiap langkah kerja.
Pengertian SOP yang lain :
Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Protap merupakan
tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat
diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan
dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 1995). SOP merupakan
tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dialui untuk menyelesaikan
suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)
2. Tujuan SOP
a. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam
organisasi atau unit.
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
3. Fungsi SOP
1. Memperlancar tugas petugas atau tim.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
4. Manfaat SOP
a. Efisiensi Waktu, karena semua proses menjadi lebih cepat ketika pekerjaan itu sudah
terstruktur secara sistematis dalam sebuah dokumen tertulis. Semua kegiatan
karyawan sudah tercantum dalam SOP sehingga mereka tahu apa yang harus
dilakukan selama masa kerja.
b. Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai
konsumen dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
c. Kesungguhan karyawan dalam memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi
waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Ini merupakan standardisasi bagaimana
seorang karyawan menyelesaikan tugasnya.
d. Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan suatu
pekerjaan.
e. Dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian terhadap proses
layanan. Jika karyawan bertindak tidak sesuai dengan SOP berarti dia memiliki nilai
kurang dalam melakukan layanan.
f. Dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat
suatu perubahan sistem.
g. Dapat digunakan sebagai daftar yang digunakan secara berkala oleh pengawas ketika
diadakan audit. SOP yang valid akan mengurangi beban kerja. Bersamaan dengan itu
dapat juga meningkatkan comparability, credibility dan defensibility.
h. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan
proses sehari-hari.
i. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas.
5. Prinsip SOP
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
b. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan iptek serta
peraturan yang berlaku.
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya,
disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan pelayanan.
d. Harus didokumentasikan.
6. Langkah-Langkah SOP Terapi Aktivitas Kelompok
PRA ORIENTASI
1. Persiapan
a. Pasien
1) mengumpulkan klien
2) membuat kontrak dengan klien
3) Alat dan Bahan
b. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
a. salam dari perawat ( selamat pagi atau siang)
b. perkenalkan nama perawat dan nama panggilan
c. memberikan kesempatan pada klien untuk memperkenalkan nama masing-
masing
2. Evaluasi/Validasi
a. menanyakan perasaan klien saat ini
b. menanyakan masalah yang dirasakan
c. menanyakan penerapan TAK yang lalu
3. Kontrak
a. menjelaskan tujuan kegiatan TAK yang diberikan
b. menjelaskan aturan permainan
- jika ada anggota kelompok yang ingin keluar harus minta ijin
- mengikuti kegiatan sampai selesai
- mempersilahkan klien untuk minum atau kencing dulu sebelum acara dimulai
- kontrak waktu untuk kegiatan pada pasien yaitu 45 menit
FASE KERJA
1. Mulai kegiatan TAK yang akan diberikan
2. Tanyakan pendapat klien mengenai kegiatan yang dilakukan
3. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
4. Berikan pujian atas kemapuan memberi pendapat. “ Hindari penggunaan tepuk
tangan dalam memberikan penghargaan, lebih baik dengan mengucapkan kata”
Bagus”
5. Perawat memberikan kesimpulan tentang bacaan yang dibaca
FASE TERMINASI
1. Evaluasi
a. perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok dengan
mengucapkan kata “ Bagus”
2. Tindak Lanjut
menganjurkan klien untuk melatih kemampuan terkait kegiatan yang dilakukan
hari ini
3. Kontrak Selanjutnya
6. perawat menyampaikan untuk kegiatan TAK selanjutnya
bersama klien menentukan waktu dan tempat TAK yang akan datang
PRE PLANNING STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DI WISMA AMARTA PUTRA
RSJ PROF DR. SOERODJO MAGELANG

DISUSUN OLEH :

KADEK NOVIANI

070116B034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017

Anda mungkin juga menyukai