Anda di halaman 1dari 17

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah

(eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen
(Badan POM, 2011)

Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan perfusi O2 ke
jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan
tambahan umumnya melalui transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal
sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006).

Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010).
Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang (Developing
countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).

Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah rentang
nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah
berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood
cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006).

B. Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a. Perdarahan

Perdarahan dapat diakibatkan berbagai


penyebab diantaranya adalah trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam,
dan lain-lain.
b. Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis, terjadi jika
gangguan pada sel darah merah itu sendiri memperpendek siklus hidupnya (kelainan
intrinsik) atau perubahan lingkungan yang menyebabkan penghancuran sel darah merah
(kelainan ekstrinsik). Sel darah merah mengalami kelainan pada keadaan :
- Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan, contohnya adalah pada
penderita penyakit sel sabit (sickle cell anemia)
- Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
- Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis herediter dan eliptositosis
- Difisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) dan defisiensi
piruvat kinase (Price, 2006).

2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme
kompensasi, tingakat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia adalah : a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia,
pansitopenia b. Penurunan BB, kelemahan c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat,
ekstremitas dingin, palpitasi, kulit pucat. d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses
menghisap yang buruk (bayi). e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.

KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Penyebab:

§ agen neoplastik/sitoplastik

§ terapi radiasi

§ antibiotic tertentu

§ obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

§ benzene

§ infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:

§ Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

§ Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.

§ Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal

Gejala-gejala:

§ Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

§ Hematokrit turun 20-30%

§ Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid,
abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:

§ Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi

§ Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

§ Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin


Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:

§ Atropi papilla lidah

§ Lidah pucat, merah, meradang

§ Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

§ Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik

Penyebab:

§ Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

§ Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor

§ Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan
segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi
sel darah merah:

§ Pengaruh obat-obatan tertentu

§ Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik

§ Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

§ Proses autoimun
§ Reaksi transfusi

§ Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL

Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL

Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal

Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL

Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL

Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C
dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan
unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena
kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.

Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin
untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan


seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.

Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti
infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin
(antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia
karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid,
beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi
proses pembentukan sel darah merah.

Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang
menyebabkan kekurangan darah yang parah.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
DAN KOLABORASI

1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation


efektif b/d penurunan keperawatan selama ………jam Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan darah, perfusi jaringan klien adekuat sensasi perifer)
suplai oksigen berkurang dengan kriteria :
§ Monitor adanya daerah
- Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
terhadap
- Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
- Akral hangat § Monitor adanya paretese
- Tanda-tanda vital dalam
§ Instruksikan keluarga untuk
rentang normal mengobservasi kulit jika ada lesi
atau laserasi

§ Gunakan sarun tangan untuk


proteksi

§ Batasi gerakan pada kepala,


leher dan punggung

§ Monitor kemampuan BAB

§ Kolaborasi pemberian
analgetik

§ Monitor adanya
tromboplebitis

§ Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan NIC :


kurang dari kebutuhan keperawatan selama ……….status
tubuh b/d intake yang nutrisi klien adekuat dengan Nutrition Management
kurang, anoreksia kriteria § Kaji adanya alergi makanan
v Adanya peningkatan berat § Kolaborasi dengan ahli gizi
badan sesuai dengan tujuan untuk menentukan jumlah kalori
Definisi : Intake nutrisi
tidak cukup untuk v Beratbadan ideal sesuai dan nutrisi yang dibutuhkan
keperluan metabolisme pasien.
dengan tinggi badan
tubuh. § Anjurkan pasien untuk
v Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe

v Tidk ada tanda tanda § Anjurkan pasien untuk


Batasan karakteristik :
malnutrisi meningkatkan protein dan
- Berat badan 20 % atau vitamin C
lebih di bawah ideal v Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan § Berikan substansi gula
- Dilaporkan adanya
§ Yakinkan diet yang dimakan
intake makanan yang v Tidak terjadi penurunan berat
kurang dari RDA badan yang berarti mengandung tinggi serat untuk
(Recomended Daily mencegah konstipasi
Allowance) v Pemasukan yang adekuat
§ Berikan makanan yang terpilih
v Tanda-tanda malnutri si ( sudah dikonsultasikan dengan
- Membran mukosa dan
ahli gizi)
konjungtiva pucat v Membran konjungtiva dan
- Kelemahan otot yang mukos tidk pucat § Ajarkan pasien bagaimana
digunakan untuk v Nilai Lab.: membuat catatan makanan
menelan/mengunyah harian.
Protein total: 6-8 gr%
- Luka, inflamasi pada § Monitor jumlah nutrisi dan
rongga mulut Albumin: 3.5-5,3 gr % kandungan kalori

- Mudah merasa Globulin 1,8-3,6 gr % § Berikan informasi tentang


kenyang, sesaat setelah HB tidak kurang dari 10 gr % kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan
§ Kaji kemampuan pasien untuk
- Dilaporkan atau fakta mendapatkan nutrisi yang
adanya kekurangan dibutuhkan
makanan

- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa Nutrition Monitoring

- Perasaan § BB pasien dalam batas normal


ketidakmampuan untuk § Monitor adanya penurunan
mengunyah makanan berat badan
- Miskonsepsi § Monitor tipe dan jumlah
- Kehilangan BB dengan aktivitas yang biasa dilakukan
makanan cukup § Monitor interaksi anak atau
- Keengganan untuk orangtua selama makan
makan § Monitor lingkungan selama
- Kram pada abdomen makan

§ Jadwalkan pengobatan dan


- Tonus otot jelek
tindakan tidak selama jam makan
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa § Monitor kulit kering dan
patologi perubahan pigmentasi

- Kurang berminat § Monitor turgor kulit


terhadap makanan § Monitor kekeringan, rambut
- Pembuluh darah kapiler kusam, dan mudah patah
mulai rapuh § Monitor mual dan muntah
- Diare dan atau § Monitor kadar albumin, total
steatorrhea protein, Hb, dan kadar Ht
- Kehilangan rambut § Monitor makanan kesukaan
yang cukup banyak
(rontok) § Monitor pertumbuhan dan
- Suara usus hiperaktif perkembangan

- Kurangnya informasi, § Monitor pucat, kemerahan,


misinformasi dan kekeringan jaringan
konjungtiva

§ Monitor kalori dan intake


Faktor-faktor yang nuntrisi
berhubungan :
§ Catat adanya edema,
Ketidakmampuan hiperemik, hipertonik papila
pemasukan atau
lidah dan cavitas oral.
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi § Catat jika lidah berwarna
berhubungan dengan magenta, scarlet
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

3 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan NIC :


kelemahan fisik keperawatan
selama ……….jam kebutuhan Self Care assistane : ADLs
mandiri klien terpenuhi dengan § Monitor kemempuan klien
Definisi : kriteria untuk perawatan diri yang
v Klien terbebas dari bau badan mandiri.
Gangguan kemampuan
untuk melakukan ADL v Menyatakan kenyamanan § Monitor kebutuhan klien
pada diri terhadap kemampuan untuk untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs
berhias, toileting dan makan.
Batasan karakteristik : v Dapat melakukan ADLS dengan
bantuan § Sediakan bantuan sampai klien
ketidakmampuan untuk mampu secara utuh untuk
mandi, ketidakmampuan melakukan self-care.
untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk § Dorong klien untuk melakukan
makan, ketidakmampuan aktivitas sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang dimiliki.

§ Dorong untuk melakukan


secara mandiri, tapi beri bantuan
Faktor yang berhubungan :
ketika klien tidak mampu
kelemahan, kerusakan
melakukannya.
kognitif atau perceptual,
kerusakan neuromuskular/ § Ajarkan klien/ keluarga untuk
otot-otot saraf mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.

§ Berikan aktivitas rutin sehari-


hari sesuai kemampuan.

§ Pertimbangkan usia klien jika


mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ……….jam
status imun klien meningkat Infection Control (Kontrol infeksi)

Definisi : Peningkatan dengan kriteria · Bersihkan lingkungan


resiko masuknya v Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien lain
organisme patogen gejala infeksi · Pertahankan teknik isolasi
v Menunjukkan kemampuan · Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor resiko : untuk mencegah timbulnya perlu
infeksi
- Prosedur Infasif · Instruksikan pada
v Jumlah leukosit dalam batas pengunjung untuk mencuci
- Ketidakcukupan normal tangan saat berkunjung dan
pengetahuan untuk setelah berkunjung
menghindari paparan v Menunjukkan perilaku hidup
sehat meninggalkan pasien
patogen
· Gunakan sabun
- Trauma antimikrobia untuk cuci tangan
- Kerusakan jaringan · Cuci tangan setiap sebelum
dan peningkatan paparan dan sesudah tindakan kperawtan
lingkungan
· Gunakan baju, sarung
- Ruptur membran
tangan sebagai alat pelindung
amnion
· Pertahankan lingkungan
- Agen farmasi aseptik selama pemasangan alat
(imunosupresan)
· Ganti letak IV perifer dan
- Malnutrisi line central dan dressing sesuai
- Peningkatan dengan petunjuk umum
paparan lingkungan
· Gunakan kateter intermiten
patogen untuk menurunkan infeksi
- Imonusupresi kandung kencing
- Ketidakadekuatan · Tingktkan intake nutrisi
imum buatan
· Berikan terapi antibiotik
- Tidak adekuat bila perlu
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi
respon inflamasi) terhadap infeksi)
- Tidak adekuat · Monitor tanda dan gejala
pertahanan tubuh primer infeksi sistemik dan lokal
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja · Monitor hitung granulosit,
silia, cairan tubuh statis, WBC
perubahan sekresi pH,
· Monitor kerentanan
perubahan peristaltik)
terhadap infeksi
- Penyakit kronik
· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi


k/p

· Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

· Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

· Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari


infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan suplai keperawatan selama ……..klien
dapat beraktivitas dengan 1. Menentukan penyebab
dan kebutuhan oksigen
kriteria intoleransi
aktivitas&menentukan apakah
- Berpartisipasi dalam aktivitas penyebab dari fisik,
fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai psikis/motivasi

-Menyatakan gejala 2. Observasi adanya


memburuknya efek dari pembatasan klien dalam
OR&menyatakan onsetnya beraktifitas.
segera
3. Kaji kesesuaian
-Warna kulit aktivitas&istirahat klien sehari-
normal,hangat&kering hari

Memverbalisa-sikan pentingnya 4. ↑ aktivitas secara bertahap,


aktivitasseca-ra bertahap biarkan klien berpartisipasi dapat
perubahan posisi, berpindah &
Mengekspresikan pengertian
perawatan diri
pentingnya keseimbangan
latihan&istira 5. Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap. Monitor
Hat gejala intoleransi aktivitas
- Peningkatan toleransi aktivitas 6. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital

7. Lakukan latihan ROM jika


klien tidak dapat menoleransi
aktivitas

8. Bantu klien memilih aktifitas


yang mampu untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
b.d ventilasi-perfusi keperawatan selama ……..status
v Bersihkan mulut, hidung dan
respirasi : pertukaran gas
membaik dengan kriteria : secret trakea

v Mendemonstrasikan v Pertahankan jalan nafas yang


peningkatan ventilasi dan paten
oksigenasi yang adekuat v Atur peralatan oksigenasi
v Memelihara kebersihan paru v Monitor aliran oksigen
paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan v Pertahankan posisi pasien

v Mendemonstrasikan batuk v Onservasi adanya tanda tanda


efektif dan suara nafas yang hipoventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan
v Monitor adanya kecemasan
dyspneu (mampu mengeluarkan
pasien terhadap oksigenasi
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
Vital sign Monitoring
Tanda tanda vital dalam rentang
normal Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan


darah

Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan


dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum,


selama, dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama


pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan


abnormal

Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management


nafas b.d keperawatan selama …….…status
respirasi klien membaik dengan · Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
kriteria
bila perlu
v Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang · Posisikan pasien untuk
bersih, tidak ada sianosis dan memaksimalkan ventilasi
dyspneu (mampu mengeluarkan · Identifikasi pasien perlunya
sputum, mampu bernafas pemasangan alat jalan nafas
dengan mudah, tidak ada pursed buatan
lips)
· Pasang mayo bila perlu
v Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa · Lakukan fisioterapi dada
tercekik, irama nafas, frekuensi jika perlu
pernafasan dalam rentang
· Keluarkan sekret dengan
normal, tidak ada suara nafas
batuk atau suction
abnormal)
· Auskultasi suara nafas,
Tanda Tanda vital dalam rentang
catat adanya suara tambahan
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan) · Lakukan suction pada mayo

· Berikan bronkodilator bila


perlu

· Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

· Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama ……..
.keletihan klien teratasi dengan § Monitor respon klien terhadap
aktivitas takikardi, disritmia,
kriteria : dispneu, pucat, dan jumlah
respirasi
- Kemampuan aktivitas
adekuat § Monitor dan catat jumlah tidur
klien
- Mempertahankan nutrisi
adekuat § Monitor ketidaknyamanan
atauu nyeri selama bergerak dan
- Keseimbangan aktivitas aktivitas
dan istirahat
§ Monitor intake nutrisi
- Menggunakan teknik
energi konservasi § Instruksikan klien untuk
mencatat tanda-tanda dan gejala
- Mempertahankan interaksi kelelahan
sosial
§ Jelakan kepada klien hubungan
- Mengidentifikasi faktor- kelelahan dengan proses
faktor fisik dan psikologis yang
penyakit
menyebabkan kelelahan
§ Catat aktivitas yang dapat
- Mempertahankan
meningkatkan kelelahan
kemampuan untuk konsentrasi
§ Anjurkan klien melakukan yang
meningkatkan relaksasi

§ Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

 Anugrah P, dkk. 2012. Anemia Gravis Et Causa Perdarahan Pervaginam. Fakultas


Kedokteran dan Ilmu-Ilmu kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
 Bulechek G, Butcher H, Dochterman J. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC),
fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (3
ed.). Jakarta: EGC.
 Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC),
fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 -
2014. (M. Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans.) Jakarta: EGC.
 Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action Publishing.
 Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit (6
ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.
 Suryadi, & Yuliani, R. (2001). Praktek klinik asuhan keperawatan pada anak.Jakarta:
Sagung Seto.
 Carpenito. 2009.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Yasmi Asih, Edisi ke -10.
Jakarta : EGC. Doengoes, M.E.,. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Grace, Pierce A. 2006. At a
Glance Ilmu Bedah, AlihBahasa Vidhia Umami.Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga. Handayani, Wiwik &
Sulistyo Andi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Hofbrand, A.V, Pettit, J.E & Moss, P.A.H. 2005. Kapita Selekta
Hematologi. Jakarta: EGC.

Pengkajian
(1) Anamnesa : identitas klien, riwayat penyakit sekarang, pengumpulan
data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologinya penyakit.
(2) Riwayat penyakit dahulu : pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab anemia aplastik, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
(3) Riwayat penyakit keluarga : Penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya anemia, sering terjadi pada bebarapa keturunan, dan anemia
aplastik yang cenderung diturunkan secara genetic.
(4) Pemeriksaan fisik : Aktivitas / istirahat, Keletihan, kelemahan otot,
malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan istirahat banyak, takikardi,
takipnea, dispnea pada saat beraktivitas atau istirahat, letargi, menarik
diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya, ataksia, tubuh tidak
tegak, bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda
lain yang menunjukkan keletihan
(5) Sirkulasi : (a) Riwayat kehilangan darah kronis, missal : perdarahan
GI. (b) Palpitasi (takikardi kompensasi) (c) Hipotensi postural (d)
Distrimia : abnormalitas EKG misal, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T. (d) Bunyi jantung murmur sistolik . (e)
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjongtiva,
mulu, faring, bibir) dan dasar kaku. (f) Sklera biru atau putih seperti
mutiara. (g) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
perifer dan vasokonstriksi kompensasi). (h) Kuku mudah patah,
berbentuk seperti sendok . (i) Rambut kering, mudah putus, menipis
(5) Integritas Ego : (a) Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya tranfusi darah. (b) Depresi

(6) Eliminasi : (a) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, (b) Flatulen,


sindrom malabsorbsi. (c) Hematemisis, feses dengan darah segar,
melena . (d) Diare atau konstipasi. (e) Penurunan haluaran urine.
(Distensi abdomen
(7) Makanan/cairan : (a) Penurunan masukan diet. (b) Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). (c)Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. (d) Adanya penurunan berat badan. (e) Membran mukosa
kering, pucat. (f) Stomatitis. (g)Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

(8) Neurosensori : (a) Sakit perut, berdenyut pusing, vertigo, tinitus,


ketidakmampuan berkonsentrasi, (b) Insomnia, penurunan penglihatan
dan bayangan pada mata, (c) Kelemahan, keseimbangan buruk,
parestisia tangan/kaki, (d) Peka rangsang, gelisah, defresi, apatis,
(e) Tidak mampu berespon lambat dan dangkal, (f) Hemoragis retina,
(g) Epistaksis, (h) Gangguan koordinas, ataksia
(9) Nyeri/kenyamanan : Nyeri abdomen samar, sakit kepala
(10) Pernafasan : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas,Takipnea,
ortopnea dan dispnea
(11) Keamanan : riwayat terpajan terhadap bahan kimia, misal :
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalena, tidak tolerin terhadap panas
dan / atau dingin, tranfusi darah sebelumnya,gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi,demam rendah,
menggigil, berkeringat malam, limfadenofati umum. Petekien dan
ekimosis

Anda mungkin juga menyukai