Anda di halaman 1dari 8

Hutang Membawa Kenikmatan

Hutang Membawa Kenikmatan - Setelah selesai berpakaian, aku telpon resepsionis


untuk minta dicariin taksi ke airport. Setelah menunggu lebih kurang sepuluh menit,
resepsionis menelpon kembali memberitahu taksi yang dipesan sudah menunggu. Aku
dan Ratih bergegas turun. Aku pakaikan topi berburuku ke kepala Ratih. Rambutnya
diselipkan ke atas dan topi menutup sebagian kepalanya.

Keliatan bukan Ratih yang tadi malam aku temui. Aku tersenyum melihat penampilannya
yang tomboy itu. Setelah mencium bibirnya, aku gandeng tangannya, kami bergegas
keluar kamar. Setelah mengembalikan kunci kamar di resepsionis, kami langsung masuk
ke taksi. Ransel kuletakkan di tempat duduk depan. Ratih dan aku duduk di belakang.
Taksi langsung tancap gas ke airport. Aku minta cepat dengan alasan mengejar jam.

Di dalam taksi, Ratih terlihat menikmati perjalanan. Wajahnya begitu berseri-seri. Dia
menikmati kesibukan jalan raya yang kami lalui. Perlahan-lahan aku lihat matanya
meredup. Dia pasti capek banget, pikirku. Aku tepuk pelan lengannya dan kuisyaratkan
dengan tanganku ke bahuku, Ratih mengerti dan menyandarkan kepalanya ke bahuku.

Taksi melaju dengan cepat menuju airport. Tidak banyak halangan berarti di jalan.
Sampai di airport, sebelum turun aku bangunkan Ratih. Sambil merapikan rambut dan
pakaiannya, Ratih mengikutiku berjalan ke arah terminal keberangkatan. Sambil
membawa ranselku, aku perhatikan loket-loket di terminal keberangkatan yang ada
jurusan Denpasar. Terlihat ada jurusan Denpasar, aku langsung menarik tangan Ratih,
menanyakan jam keberangkatan dan harga tiket pesawat. Staf yang bertugas
menyebutkan angka di bawah 500-an ribu per orang. Aku hitung sebentar, aku pikir
uangku cukup. Apalah arti uang segitu, yang penting nyawa Ratih bisa aku selamatkan,
pikirku lagi. Aku keluarkan kartu kredit dan minta diselesaikan pembayaran. Kebetulan
keberangkatan 1 jam lagi, Ratih masih bisa beristirahat.

Aku lihat Ratih begitu bersemangat. Tidak ada ketakutan atau kecemasan di wajahnya.
Hanya senyum yang terkembang lebar dan binar mata gembira yang aku lihat. Aku
senang akhirnya Ratih akan keluar dari masalahnya. Aku mulai mengingat-ingat nama
teman yang bisa aku minta tolong untuk mencarikan pekerjaan buat Ratih nanti.

Setelah tiket aku dapatkan, aku pegang tangan Ratih, aku gandeng ke tempat duduk
tunggu penumpang yang akan berangkat. Bangku di tengah-tengah deretan terlihat
masih kosong. Ada sandaran juga. Setelah Ratih duduk, aku dekatkan ranselku ke
kakinya biar dia bisa selonjorkan kakinya. Lalu aku sandarkan punggungku. Sambil
meluruskan kakinya, Ratih kembali menyandarkan kepalanya di bahuku. Waktu di
hendak melepaskan topinya, aku larang.

Pakai aja terus. Nanti di dalam pesawat aja baru lepas bisikku.

Siapa tahu di sini ada teman bos kamu atau ada orang yang pernah kamu kenal. Bahaya
bisikku lagi.

Ratih mengerti. Dia menganggukkan kepala lalu menyandarkan kepalanya di bahuku.


Setelah lebih kurang satu jam menunggu, aku dengar suara informasi dari pengeras suara
yang memberitahukan pesawat dengan jurusan Denpasar akan berangkat dan para
penumpang diminta bersiap-siap. Aku bangunkan Ratih. Dengan memanggul ranselku,
aku gandeng tangan Ratih.

Perjalanan pesawat menuju Denpasar lancar dan kami tiba pada saat hari menjelang sore.
Ratih tertidur dengan pulas di pesawat. Sekarang wajahnya terlihat lebih segar. Keluar
dari terminal kedatangan, kami langsung masuk ke dalam taksi yang aku hentikan. Tak
terasa beberapa menit lagi kami akan tiba di kamar kostku. Aku punya segudang rencana
yang akan kulakukan untuk Ratih. Kulihat wajahnya yang berseri-seri.

Wajahnya celingukan kanan-kiri memperhatikan kendaraan yang lalu-lalang.


Persimpangan jalan raya yang besar. Kesibukan di sepanjang jalan. Para turis yang
berjalan kaki di sepanjang trotoar. Semua tak lepas dari pengamatannya. Karena begitu
penasaran atau heran, Ratih memandang sambil memutar kepalanya ke belakang. Lalu
menanyakan kepadaku setiap yang dilhatnya. Aku sedikit sibuk menerangkan dan
menjawab. Sopir taksi senyum-senyum memperhatikan kami dari kaca spion di
depannya. Kadang dia ikut menerangkan sambil tertawa-tawa.

Aku senang karena Ratih mulai melupakan masalahnya. Keceriaan di wajah dan kata-
katanya yang kadang konyol meyakinkanku bahwa Ratih siap memasuki dunia yang baru.
Dunia yang lebih cerah untuk masa depannya.
Pintu pagar rumah kostku terlihat. Aku bisikkan bahwa kami sudah sampai, Ratih
bergegas an merapikan pakaian dan memakai topinya lagi. Aku katakan dia sudah aman,
gak perlu pakai topi lagi. Dia langsung tertawa. Kulihat argo taksi dan kulebihkan uang
untuk tips si sopir.

Keluar dari taksi, aku sandang ranselku dan kugandeng tangan Ratih. Di depan pintu,
aku peluk pinggangnya, setelah pintu terbuka, kupersilahkan dia masuk duluan. Hari
menunjukkan sekiytar pukul 4 sore. Untung aku terbiasa rapi. Jadi aku tak malu
mengajak wanita masuk kamarku. Lima hari aku tinggalkan kamarku untuk pendakian
ke Semeru. Rencananya aku mendaki bersama-sama mahasiwa pecinta alam dari
Surabaya. Tapi mereka masih terkendala dana akhirnya aku berangkat sendiri.

Kuletakkan ranselku dan kulihat Ratih langsung terbaring di tempat tidur. Aku maklum
Ratih pasti sangat lelah. Kuhidupan pemanas air dan kutuangkan dua sachet kopi ke dua
buah gelas untuk kami minum berdua. Lalu kunyalakan TV. Kukeluarkan semua pakaian
di dalam ranselku dan keletakkan di atas tempat tidur. Ratih terlihat langsung tertidur
pulas. Tanpa bermaksud membangunkannya, pakaian yang aku letakkan di tempat tidur
menyentuh lenngannya. Dia langsung terbangun.

Oh maaf, sayang. Gak sengaja kataku.

Kamu mau langsung tidur? Gak mandi dulu? tanyaku.

Capek, sayang jawabnya pelan. Matanya masih tertutup.

Aku tersenyum. Sambil berdiri, aku elus lengannya. Aku lihat warna pemanas air sudah
berubah. Air masak, pikirku. Aku tuangkan untuk dua gelas kopi. Lalu aku duduk di lantai
sambil meluruskan kakiku. Sambil merokok. Aku nikmati tayangan di TV. Ratih tertidur
pulas sekali. Dengan tidur miring begitu, kaki kanan disilangkan ke kaki kiri
memperlihatkan bulatan pantatnya yang indah. Gak pakai CD, gumamku sambil tertawa
sendiri.

Sekitar pukul setengah delapan malam, Ratih terbangun. Aku selesai merapikan
pakaianku. Semua yang masih bersih sudah aku masukkan ke dalam lemari. Ratih duduk
di tempat tidur sambil mengucek-ngucek matanya.

Enak tidurnya, sayang? tanyaku sambil mencuci gelas yang aku pakai untuk kopi tadi.

Tuh kopi kamu. Udah dingin. Kamu tadi langsung tidur. Padahal aku buat dua gelas
kopinya sambungku. Aku letakkan gelasku di rak kecil.

Jam berapa sekarang, sayang? tanya Ratih sambil celingukan mencari jam dinding.

Setengah delapan, sayang. Ayo mandi. Aku temani. Abis mandi kita beli makan malam
ya ajakku mengulurkan tangan ke arahnya. Ratih menyambut tanganku. Sambil berjalan
ke kamar mandi, aku ambil handuk dari lemari pakaian.
Di dalam kamar mandi, setelah aku hidupkan lampunya aku masukkan tangan ke dalam
bak kamar mandiku. Huuuuhh lumayan dingin, gumamku. Dengan air kran yang
mengalir, sedikit mengurangi dingin suhu air. Aku bantu Ratih membuka kemejanya.
Aku buka retsleiting celanaku, aku lepaskan dan aku gantung bersama kemeja yang Ratih
pakai. Ratih juga gantungkan celana pendek yang dipakainya.

Dalam keadaan telanjanhg bulat seperti itu, aku takkan bosan mengagumi keindahan
bentuk tubuh Ratih. Tubuh sintal dengan kulit putih bersih. Bulatan belahan dadanya
begitu sempurna dengan putting kecil yang berwarna merah kecoklatan. Lingkaran
berwarna coklat mmuda di sekitar putingnya sangat mengundang lidahku menjilati.
Pinggulnya membulat diimbangi dengan perut rampingnya membentuk lekukan huruf V
di tengah selangkangannya. Berakhir di bulu-bulu tipis yang berurutan tumbuh
mengarah ke samping kanan-kiri.

Sambil menunduk, aku cium bibirnya, tanganku mengambil air dari dalam bak. Aku
guyurkan ke atas tubuh kami berdua. Ratih langsung memelukku erat sambil berteriak.

Aaaaaah Dingin, sayaaaang teriaknya megap-megap.

Aku tertawa melihat tingkahnya. Ratih memelukku erat sambil meloncat-loncat kecil. Air
dingin yang aku guyurkan sangat menusuk kulit halusnya pikirku. Lalu aku ambil lagi
dari dalam bak. Aku guyurkan lagi beberapa kali. Sambil mengulum bibirnya, aku
sabunkan punggungnya. Sabun berganti-ganti dari tangan kiriku ke tangan kanan.
Sambil aku sabuni punggungnya, aku remas-remas pantatnya dengan tanganku yang
lain. Ratih membalas ciumanku sambil memeluk tubuhku. Ratih memelukku dengan
kedua tangannya masuk ke bawah ketiakku, dilingkarkan ke bahuku dari belakang lewat
punggung. Tangannya menekankku agak menunduk. Ratih hanya setinggi bahukku.

Ooooohhh sayaaang Ratih melepaskan ciumanku, mendesah dengan pelan sambil


menyandarkan kepalanya ke dadaku.

Enak banget ciuman kamu, sayang. Bikin horny berat katanya sambil tersenyum
menatapku.
Cerita Sex
Indonesia - Aku
membalas
senyumannya dengan
meneruskan
ciumanku. Sabun aku
letakkan di dinding
bak, kedua tanganku
bebas meremas,
mengelus bulatan
pantat dan pinggulnya.
Satu tangan Ratih
mengelus
punggungku,
tangannya yang
mencari batang
kejantananku tang
tertekan tubuhnya
yang memelukku erat.
Gesekan batang
kejantananku di
perutnya mungkin
mengundang
tangannya untuk
mengukurs udah
seberapa keras berdiri.
Ratih menggenggam
sambil meremas-
remas.

Lalu dikocoknya pelan-pelan. Ratih selalu gemas tiap memegang batang kejantananku.
Dia meremas kuat-kuat setelah mengelus dari sela pahaku naik ke batang otot keras yang
mengacung berdiri di sela pahaku. Batang kejantananku yang bersih bulu itu mungkin
membuatnya betah mengelus dan meremas dengan bebas. Tanpa terhalang oleh bulu-
bulu selangkangan. Tubuh kami yang berhimpitan rapat menekan buah dadanya ke
dadaku. Tergesek-gesek karena gerakan tubuhnya yang menikmati aliran rangsangan ke
selangkangan.

Ooooohhhhh Jilatin, sayang pintanya sambil menundukkan tubuhku lebih ke


bawah.

Aku guyurkan dulu air dari dalam bak beberapa kali ke tubuhnya untuk membersihkan
sabun yang akan menghalangi kenikmatanku mengemut bibir belahan di sela pahanya.
Lalu aku menunduk dan jongkok di depan Ratih sambil meletakkan satu kakinya di
bahuku. ceritasexhot.org Ratih merapatkan tubuhnya ke dinding bak. Satu tangannya
pegangan di pinggir bak. Sambil meremas rambutku, Ratih mendesah-desah menikmati
lidahku yang menggesek-gesek bibir dan belahan dalam di sela pahanya. Aku gesek-
gesekkan gigiku pelan, aku hisap bibirnya lalu lidahku menjulur ke dalam sambil
menggesek-gesek dinding kanan-kirinya. Aku keluarkan lidahku dari dalam belahan sela
pahanya, aku jilatin gundukan tembem itu kea rah atas. Di bagian atas belahannya,
lidahku berhenti lalu menekan-nekan lebih kuat daging kecil yang menonjol keluar di sela
bagian atasnya.

Ooooooohhhhh Enak banget, sayaaaang Ratih melenguh keras. Tangannya


meremas kuat rambutku. Tiap lidahku menekan atau menggesek area selangkangannya,
pantat Ratih langsung bergerak maju-mundur dan berputar-putar. Terutama tiap
mulutku mengemut sambil menghisap blehan sela pahanya itu.

Ooooohhh Enak, sayaaaang Ratih mendesah berulang-ulang. Aku lihat ke atas,


kepalanya menengadah sambil memejamkan mata. Kakinya yang bersandar di bahuku
bergerak menekan-nekan bahuku. Aku rasakan aliran cairan kental dari dalam sela
pahanya. Sambil lidahku menggesek-gesek dinding belahan sela pahanya, aku jilat cairan
kental itu. Lidahku terus menggesek-gesek dinding belahan sela pahanya sampai ke
dalam-dalam. Tanganku mencengkeram pantat Ratih dengan kuat. Aku pegang sambil
kuremas-remas.

Lalu aku berdiri, aku cium bibirnya sambil kuangkat satu kakinya. Ratih langsung
melingkarkan kedua tangannya di leherku. Kemudian aku angkat satu lagi kakinya hingga
akhirnya aku gendong. Kedua kakinya kutahan di tanganku, tangannnya memeluk erat
leherku. Sambil menggendong, aku sandarkan pantat Ratih sedikit di dinding bak mandi.
Yakin poisi bercinta kami aman, sambil mengangkat-angkat tubuhnya, batang
kejantananku mulai mngocok-ngocok liang kewanitaannya dengan cepat. Kedua kakiku
aku lebarkan. Ratih menyandarkan kepalanya di bahuku sambil mendesah-desah.

Oooooohhh, sayaaang Ooooohhhhhhh, sayaaaang desahnya berulang-ulang.

Sambil memperbaiki gendonganku, dengan tubuhnya yang sedikit terangkat, bibirku


sekarang bisa menjangkau bibir Ratih. Dengan memeluk leherku erat-erat Ratih
membalas ciumanku. Lidahnya terjulur ke dalam mulutku memilin dan menjilat lidahku.
Bibirnya tak henti-henti menyedot bibirku. Aku balas dengan mengemut bibirnya juga.
Lidahku juga kugesek-gesekkan dengan lidahnnya di dalam mulut. Tapi Ratih tak dapat
menahan aliran kenikmatan dari belahan sela pahanya yang dikocok-kocok batang
kejantananku.

Oooooohhhh, sayaaaang Aku mau keluar, sayaaaaang Ratih menjerit sedikit keras.
Cepat-cepat aku cium lagi bibirnya. Meredam suara desahan kami yang sedang bercinta
mungkin terdengar orang di luar kamar. Tapi Ratih benar-benar tidak dapat lagi
menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi merangsang belahan sela pahanya.

Oooooohhhh, sayaaaaang Oooooohhh, sayaaaang. Ooooohhhhhhh Ratih


mendongakkan kepalanya menikmati aliran kenikmatannya keluar dari dalam.
Dijepitkan kedua kakinya yang aku tahan dengan tanganku. Aku rasakan denyutan-
denyutan bibir dan dinding belahan sela pahanya meremas batang kejantananku
berulang-ulang. Cairan kental dari cinta kami berdua mengalir membasahi batang
kejantananku yang terus mengocok-ngocok dari bawah.

Ooooooohhhh Enak banget, sayaaaang Ratih menjatuhkan kepalanya bersandar di


bahuku. Pelukan tangannya di leherku sedikit berkurang. Aku cium bibirnya dengan
lembut. Berlawanan dengan kocokan batang kejantananku yang semakin kencang
menyodok-nyodok dari bawah. Denyutan dinding belahan sela paha Ratih merangsang
batang kejantananku. Aliran kenikmatan itu semakin memenuhi kepala batang
kejantananku dengan cepat. Aku mungkin tidak dapat menahan lebih lama dorongan
yang telah terkumpul di kepala batang kejantananku. Pantatku berdenyut-denyut
kencang. Aku kencangkan otot pantatku. Tapi aku tak sangup lagi.

Aaaaaaaahhhh Ratiiih Oooooohhhh, sayaaaaaang aku mendesah kencang.


Kuangkat pantatku menekan ke atas, masukkan batang kejantananku lebih dalam di
belahan sela paha Ratih. Aliran kenikmatan yang aku tahan dari tadi menyembur dengan
kencang ke dalam belahan liang kewanitaan Ratih yang sangat aku cintai. Sejenak aku
diamkan batang kejantananku yang berdenyut-denyut memuncratkan cairan kental hasil
percintaan kami malam ini. Aku masih merasakan dinding belahan liang kewanitaan
Ratih terus berdenyut meremas batang kejantananku yang masih keras. Sambil
menikmati aliran kenikmatan yang tersembur keluar hasil percintaan kami, aku cium
lembut bibir Ratih. Lalu pelan-pelan aku turunkan tubuhnya.

Suka, sayang? Enak tadi? tanyaku sambil mengguyurkan air dari dalam bak ke
tubuhnya lalu ke tubuhku.

Selalu enak bercinta dengan kamu, sayang katanya dengan gembira. Senyum lebar
terkembang di bibirnya. Aku cium lagi bibirnya. Kami bersih-bersih dan langsung
berpakaian.

Kami makan keluar malam ini sambil keliling bermotor berdua menikmati suasana
malam di daerah Kuta, Bali. Sambil makan aku memperhatikan Ratih yang memakai
pakaianku. Akan banyak pengeluaranku untuk menata ulang hidup Ratih termasuk
membeli pakaiannya. Ratih juga harus bekerja. Karena dengan bekerja, hidupnya akan
semakin berkembang baik. Tapi hatiku gembira karena aku harus menyelamatkan hidup
Ratih, seorang anak manusia yang butuh seseorang untuk membantunya meniti
perjalanan hidup. Aku harus siap dengan segala beban dan resiko, pikirku sambil
menghela nafas.

Sambil mengarahkan laju motor ke kost, aku nikmati hangatnya dekapan Ratih yang
menyandarkan kepalanya di punggungku. Besok kami punya banyak kegiatan yang sudah
aku rencanakan untuk masa depan Ratih. Aku sendiri masih memiliki dua hari lagi libur
sebelum masuk kerja
ABG Bispak Telanjang, Bokep Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot Janda, Cerita
Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita
SE, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita Skandal, Cerita
Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket ABG
Bispak Telanjang

Anda mungkin juga menyukai