Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENCEMARAN AIR

OLEH
KELOMPOK III

NUR AVINA A1C4 14 029


YOLANDA JUANS PATTI A1C4 14 041
ROSLINA A1C4 14 075
FITRIAH EKA ILSA PUTRI A1C4 14 085

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari

lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya

memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik

langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

biotik dan abiotik.

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air

menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330

juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada

lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat

hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.

Dewasa ini 1,2 milyar penduduk dunia tidak mempunyai akses ke air

bersih dan hampir dua kali dari jumlah itu tidak mempunyai fasilitas sanitasi dasar

yang memadai. Portensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini diperkirakan

sebesar 15.000 meter kubik perkapita pertahun. Jauh lebih tinggi dari rata-rata

pasokan dunia yang hanya 8.000 m3/kapita/tahun. Pulau Jawa pada tahun 1930

masih mampu memasok 4.700 m3/kapita/tahun, saat ini total potensinya sudah

tinggal sepertiganya, yakni tinggal 1500 m3/kapita/tahun. Pada tahun 2020 total

potensinya diperkirakan tinggal 1200 m3/kapita/tahun. Dari potensi alami ini,


yang layak dikelola secara ekonomi hanya 35%, sehingga potensi nyata tinggal

400 m3/kapita/tahun, jauh dibawah angka minimum PBB, yaitu sebesar 1.000

m3/kapita/tahun. Padahal dari jumlah 35% tersebut, sebesar 6% diperlukan untuk

penyelamatan saluran dan sungai-sungai, sebagai maintenance low.

Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak

diolah atau tercemar karena penggunaannya melebihi kapasitasnya untuk dapat

diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita

memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa

pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi

bagikebanyakan negara (Midleton, 2004). Berdasarkan penjelasan diatas maka

pada makalah ini akan dibahas secara terperinci mengenai pencemaran air.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dijabarkan pada makalah ini yaitu:

1. Bagaimana definisi air secara umum?

2. Jelaskan macam-macam air sesuai dengan kebutuhannya?

3. Jelaskan sumber-sumber pencemaran air?

4. Bagaimana Parameter pencemaran air?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui definisi air

2. Mengetahui macam-macam air sesuai dengan kebutuhannya

3. Mengetahui sumber-sumber pencemaran air

4. Mengetahui parameter pencemaran air


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Air (Secara Umum)

Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsure

hydrogen (H2) yang bersenyawa dengan unsure oksigen (O) dalam hal ini

membentuk senyawa H2O. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting

bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat

digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi

kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi

kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari

berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi.

Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari

untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolism. Di dalam

tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat-zat makanan dalam bentuk

larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk

melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada

disekitar alveoli. Beberapa pengertian air menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Sayyid Quthb, air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan

satu unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat

menantikan kedatangannya.

2. Menurut Eko Budi Kuncoro, air merupakan suatu senyawa kimia sederhana

yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai

ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari

luar yang akan memecahkan ikatan-ikatan ini.


3. Menurut Bambang Agus Murtidjo, air merupakan substansi yang mempunyai

keistimewaan sebagai penghantar panas yang sangat baik, sehingga air di

dalam tubuh lebih penting dari makanan.

4. Menurut Sitanala Arsyad , air adalah senyawa gabungan antara dua atom

hydrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O.

5. Menurut Effendi, air adalah salah satu sumber energy gerak.

6. Menurut Robert J. Kodoatie, air merupakan material yang membuat kehidupan

terjadi di bumi.

7. Menurut Roestam Sjarief, air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan

oleh makhluk hidup.

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air

adalah satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam

ketiga wujudnya tersebut. Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia

H2O, yaitu satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan

tidak berbau pada kondisi

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena memiliki

kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,

gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering

disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air

berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan

dan temperature standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion

hidroksida (OH-).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1991 mendefenisikan air bersih

sebagai berikut :

a. Dipandang dari sudut ilmiah, air bersih adalah air yang telah bebas dari

mineral, bahan kimia jasad renik

b. Dipandang dari sudut program, air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan rumah tangga dan dapat diminum setelah masak.

B. Macam-Macam Air

Jenis air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air

permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004).

1. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam

NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air Atmosfir, Air Meteriologik

Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi

pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran kotoran

industri/debu dan lain sebagainya tatapi dalam keadaan murni sangat bersih. Sehingga

untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya tidak menampung

air hujan pada saat hujan baru turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi

(karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan boros

terhadap pemakaian sabun.


3. Air Permukaan

Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air

permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-

faktor yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Mutu atau kualitas baku

b. Jumlah atau kuantitasnya

c. Kontinuitasnya

Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik

karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan

meliputi :

a) Air Sungai

Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini karena

selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-

batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena

itu dalam penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna.

b) Air Rawa

Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh adanya

zat zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut

dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi

tersebut, maka umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam

keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur mangan

(Mn) ini akan larut.

4. Air tanah
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan , air tanah

merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke

dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air

tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya

kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-

zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium,

magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan.

C. Sumber-Sumber Pencemar Air

Ada berbagai jenis sumber pencemaran air diantaranya seperti sampah

yang berasal dari masyarakat baik itu dari limbah rumah tangga maupun dari

limbah pertanian dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Saat ini tercatat

ada beberapa jenis polutan yang mampu membuat pencemaran air diantaranya

adalah sumber bahan yang mengandung bibit penyakit, limbah yang

membutuhkan oksigen tinggi serta waktu yang lama untuk terurai, bahan yang

tidak sedimen serta bahan yang mengandung radioaktif panas tinggi. Semua bahan

tersebut memiliki dampak yang tidak baik dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Berikut ini adalah beberapa sumber pencemaran air:

1. Limbah Industri

Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin

berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna),

atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk),

atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk

mengendalikan pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri

harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi
pencemaran. Di laut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan

dengan kapal lain atau karang. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah

menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung

laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya,

polutan dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian

permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak.

2. Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk

organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati

kemudian dimakan hewan atau manusia, orang yang memakannya akan

keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang

berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat

biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai

dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik

yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air

kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang

demikian akan mengancam kelestarian bendungan. Bendungan akan cepat

dangkal dan biota air akan mati karenanya.

3. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari

limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa

sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit,

kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik,


alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun,

menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari

limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan

jamur.

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan

pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air

akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing

Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk

biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah

pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau

yang menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup

kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah

tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang

ada.

4. Penangkapan Ikan Menggunakan Racun

Beberapa penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari

tumbuhan atau potas (racun) untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga

semua biota air. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga

hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan

memusnahkan jenis makluk hidup yang ada didalamnya. Kegiatan penangkapan

ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan

menurunkan sumber daya perairan.


D. Parameter Pencemaran Air

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01 /

birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar internasional yang

ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara,

melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam

pengolahan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum

untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat dinilai

kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas air

yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik,

kimia, dan mikrobiologis.

a) Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut:

1) Jernih atau tidak keruh

2) Tidak berwarna

3) Rasanya tawar

4) Tidak berbau

5) Temperaturnya normal

6) Tidak mengandung zat padatan.

b) Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut:

1) pH normal
2) Tidak mengandung bahan kimia beracun

3) Tidak mengandung garam atau ion-ion logam

4) Kesadahan rendah

5) Tidak mengandung bahan organik.

c) Persyaratan Mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai

berikut:

1) Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,

salmonellatyphi, vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui

air.

2) Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,

phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.

Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap

air tersebut diantaranya pengukuran parameter sika dan kimia. Berdasarkan

dengan hal pencemaran air dan kualitas air, maka menteri lingkungan hidup telah

menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010

Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri dan Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.

Kualitas air ditentukan berdasarkan keadaan air dalam keadaan normal, dan bila

terjadi penyimpangan dari keadaan normal disebut sebagai air yang mengalami

pencemaran, atau disebut air terpolusi. Analisis penentuan kualitas air sangat

penting bagi pengguna air sebagai informasi tentang keberadaan senyawa kimia

yang terkandung di dalam air.


1. Parameter Fisika

Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan

warna, bau dan rasa.

a) Suhu

Suhu merupakan faktor langsung yang mempengaruhi laju pertumbuhan,

kelangsungan hidup dan meningkatkan laju metabolisme organisme. Peningkatan

suhu perairan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

kehidupan organisme suatu perairan. Suhu ekosistem air dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya intensitas cahaya matahari dan pertukaran panas

antara air dengan udara sekelilingnya. Standar baku mutu suhu menurut KepMen

LH No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut adalah 28-32C.

b) Kecerahan

Kecerahan perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan

kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada

perairan, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas

fotosintesis. Tingkat kecerahan perairan dapat menunjukkan sampai sejauh mana

penetrasi cahaya matahari menembus kolom perairan. Tingkat kecerahan sangat

dipengaruhi oleh kekeruhan perairan. Semakin tinggi kekeruhan perairan, maka

akan semakin rendah penetrasi cahaya yang menembus kolom air, sehingga

tingkat kecerahan semakin rendah (Nuriya, dkk., 2010).


Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel

suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton

dan organisme lainnya. Effendi (2003), menyatakan bahwa tingginya nilai

kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas

desinfeksi pada proses penjernihan air.

Standar baku mutu

c) Padatan Tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS)

Padatan tersuspensi adalah padatan yang mengakibatkan kekeruhan air,

tidak larut dan tidak mengendapkan langsung. Padatan tersuspensi juga

merupakan salah satu unsur material dalam sedimen selain batuan, material

biologi, endapan zat kimia, kumpulan debu dan partikel sampah, tumbuhan,

material daun, dan logam berat. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan

dapat menimbulkan kekeruhan iar. Hal ini menyebabkan menurunnya laju

fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun, dan

menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makanan (Nuriya, dkk., 2010).

Menurut US-EPA pengaruh padatan tersuspensi sangat beragam,

tergantung pada sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut, khususnya bahan

toksik. Untuk zat padat tanpa bagian toksik yang nyata pada tanaman bentik dan

hewan tidak bertulang belakang dapat mengakibatkan angka kematian yang

tinggi. Sedangkan pengaruh yang berbahaya pada ikan, zooplankton, dan makhluk

hidup lainnya pada prinsipnya adalah penyumbatan insang oleh partikel. Standar

baku mutu biota laut menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 yakni 5 25

mg/L.
d) Zat Padat Larut atau Total Dissolve Solid (TDS)

Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang

tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 m.

Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut

dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah

bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.

2. Parameter Kimia

Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.

a) Salinitas

Salinitas air laut dapat mempengaruhi tingkat kejenuhan oksigen terlarut

perairan tersebut, dimana semakin tinggi salinitas maka kapasitas kejenuhan

oksigen di air semakin menurun. Salinitas air laut dapat berbeda secara geogras,

salah satunya disebabkan oleh banyaknya air sungai yang masuk ke laut. Standar

baku mutu salinitas berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 bahwa salinitas

untuk biota laut adalah 3334 o/oo.

b) Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion

hydrogen dalam perairan. Secara umum, nilai pH menggambarkan seberapa besar

tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7

adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7

dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Kondisi perairan yang bersifat sangat
asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena akan

mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi

organisme terhadap pH bervariasi dan pada umumnya sebagian besar organisme

akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Menurut KepMen LH No.51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut menyatakan bahwa pH untuk kehidupan biota laut

adalah 6,5-8,5.

c) Oksigen Terlarut atau Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan dalam

bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk molekul hidrogenoksida, biasanya

dinyatakan dalam mg/l (ppm). Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi

kehidupan organisme karena dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat

pada kematian organisme dan efek tidak langsung meningkatkan toksisitas bahan

pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri.

Kandungan oksigen terlarut sangat berhubungan dengan tingkat

pencemaran, jenis limbah dan banyaknya bahan organik di suatu perairan. Selain

itu, kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah tergantung

pada kadar oksigen terlarut dan banyaknya organisme pengurai. Standar baku

mutu oksigen terlarut menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004, yakni > 3 mg/L.

Menurut Miller, kandungan oksigen terlarut < 4,5 mg/L termasuk kategori

tercemar berat.

Rendahnya kadar oksigen dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan

lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Fungsi oksigen

selain untuk pernapasan organisme juga untuk mengoksidasi bahan organik yang
ada di dasar sedimen perairan. Ibrahim (1982) menyatakan bahwa kelarutan

oksigen di perairan bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air

pada sore hari > 20 ppm. Besarnya kadar oksigen di dalam air tergantung juga

pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak bakteri di

dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air. Kadar oksigen terlarut di

alam umumnya < 2 ppm. Baku Mutu Air kelas 1 untuk parameter oksigen terlarut

minimal 6,00 mg/L.

d) Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan

untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Berdasarkan

kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam

menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara

biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji yang

menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya

kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di

dalam air.

e) Kebutuhan Oksigen Biokimia atau Biochemical Oxygen Demand


(BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme

(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam

kondisi aerobik. BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada

suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air
tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara

biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan

anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen

terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan

menjadi anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik.

Menurut Mahida (1981), BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran

limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk

menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang

telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 20 yang tinggi

dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang

diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm.

f) Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan

salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan

tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh

ketersediaan nutrien. Konsentrasi nitrat menurut baku mutu KepMen LH No. 51

Tahun 2004 adalah berkisar antara 0,93,2 mg/L.

g) Fosfat

Fosfat berasal dari deterjen dalam limbah cair dan pestisida serta

insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah

sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat
tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel

organisme dalam air. Di daerah pertanian, ortofosfat berasal dari bahan pupuk

yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat

dapat memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang

menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri

pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air

buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat dalam suatu perairan

bersumber dari limbah industri, domestik dan pertanian, serta hancuran bahan

organik.

Menurut Boyd (1982), kadar fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air

minum adalah 0,2 ppm. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar

antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1 ppm, tergolong perairan yang

eutrof. Baku mutu kadar Fosfat untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan Peraturan

Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalah

sebesar 0,20 mg/L. Berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 nilai baku mutu

fosfat adalah 0,015 mg/L.

3. Parameter Biologis

Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air. Bakteri yang dapat digunakan

sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah bakteri Escherichia coli,

yang merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di

dalam kotoran manusia dan hewan sehingga disebut juga Faecal coliform. Faecal
coliform adalah anggota dari coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada

suhu 44,5C dan merupakan bagian yang paling dominan (97%) pada tinja

manusia dan hewan (Effendi, 2003).

Faecal coliform merupakan bakteri petunjuk adanya pencemaran tinja

yang paling efisien, karena Faecal coliform hanya dan selalu terdapat dalam tinja

manusia. Jika bakteri tersebut terdapat dalam perairan maka dapat dikatakan

perairan tersebut telah tercemar dan tidak dapat dijadikan sebagai sumber air

minum. Baku mutu kadar Faecal coliform untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan

Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007)

adalah sebesar 100/100 mL. Baku mutu kadar Total coliform untuk kualitas air

kelas 1 berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah

Provinsi Bali, 2007) adalah sebesar 1000/1000 mL.

Data angka baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.

Tabel 1. Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pencemaran Air

Parameter Kelas Baku Mutu


I II III IV
pH 6-9 6-9 6-9 6-9
Padatan 50 50 400 400
tersuspensi
(TSS)
Zat Padat 1000 1000 1000 1000
Larut (TDS)
COD 10 25 50 100
BOD 2 3 6 12
Data angka baku mutu menurut Kep. Men. Neg. L.H. No. Kep-

51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu air limbah bagi kawasan industri.


Tabel 2. Baku Mutu Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu air limbah bagi
kawasan industri
Parameter Golongan Baku Mutu Limbah Cair
I II
Ph 6-9 6-9
Padatan tersuspensi (TSS) 200 200
Zat Padat Larut (TDS) 2000 4000
COD 100 300
BOD 50 150

Data angka baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

Tabel 3. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Kelas
Parameter Keteramgan
I II III IV
Fisika
Suhu (C) Deviasi suhu dari
deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
keadaan alamiahnya
Residu
1000 1000 1000 2000
Terlarut
(mg/L)
Residu Bagi pengolahan air
Tersuspensi( minum secara
mg/L) 50 50 400 400 konvensional, residu
tersuspensi 5000
mg/L
Kimia
pH Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
6-9 6-9 6-9
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiah
BOD(mg/L) 2 3 6 12
COD(mg/L) 10 25 50 100
DO(mg/L) 6 4 3 0 Angka batas
Total Fosfat
sebagai P 0,2 0,2 1 5
(mg/L)
NO3 sebagai
10 10 20 20
N (mg/L)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

1. Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsure hidrogen

(H2) yang bersenyawa dengan unsure oksigen (O) dalam hal ini membentuk

senyawa H2O. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi

kehidupan makhluk hidup di bumi ini.

2. Jenis air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air

permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004).

3. Sumber pencemaran air dapat berasal dari limbah industri, limbah pertanian,

limbah rumah tangga, penangkapan ikan menggunakan racun.

4. Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01 /

birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar

internasional yang ditetapkan WHO. Terdapat beberapa parameter

pencemaran air diantaranya parameter fisika dan parameter kimia

Anda mungkin juga menyukai