BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
setiap spesies yang berperan serta di dalamnya skala molekuler, bahkan kadang-
kadang atomik.
pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi
berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam
kimia yang disebut volumetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan
43
pada pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
stoikiometri dengan zat yang ditentukan. Pemeriksaan volumetri ini sangat luas
pemakaianya hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini
ketepatanya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat
diguanakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang
berbeda-beda.
dalam suatu reaksi, dapat kita dilakukan percobaan dengan menggunakan atau
mengamati reaksi antara logam tembaga dengan larutan garam besi (III) dalam
B. Tujuan Percobaan
logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan komposisi ion tembaga
yang dihasilkan.
C. Manfaat Percobaan
D. Prinsip Percobaan
(III).
45
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Stoikiometri
reaksi kimia, tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah
diberikan, teknik dan alat percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar.
ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang
menangani aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua
fundamental ini merupakan dasar teori atom, dan secara konsisten dijelaskan
dengan teori atom. Namun, menarik untuk dicatat bahwa, konsep ekuivalen
B. Stoikiometri
kuntitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi
hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan
46
dengan bidang kimia. Konsep yang paling fundamental dalam kimia adalah
hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas
Koefisien reaksi dengan konsep mol merupakan angka banding mol zat
yang tepat bereaksi dengan mol zat yang terjadi. Faktor stoikiometri berhubungan
dengan zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia yang didasarkan pada mol.
Walaupun mol penting dalam dasar perhitungan persamaan kimia, kita tidak
tersebut bila mengukur massa dalam gram atau kilogram, volume dalam mililiter
atau liter dan seterusnya. Jika jumlah zat-zat diketahui massanya, kita dapat
d. Tahap 4. Gunakan massa molar untuk mengubah mol zat yang diinginkan
C. Reaksi Kimia
kimia. Zat yang mengalami perubahan disebut dengan reaktan ditulis pada sisi kiri
dan zat yang terbentuk yaitu produk ditulis disisi kanan dari tanda panah.
47
Persaamaan kimia harus setara dan mengikut hukum kekekalan massa. Jumlah
atom tiap jenis unsur dalam reaktan dan produk sama. Stoikiometri adalah ilmu
yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan
diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi
dengan satuan lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah
dalam kasus yang lain, kecepatan dapat berbanding dengan konsentrasi zat-zat
(katalis) yang bahkan tidak tampak dalam persamaan stoikiometri. Suatu studi
ini mengalami reaksi lebih lanjut membentuk produk stoikiometri. Akan tetapi
tidak ada hubungan yang penting antara stoikiometri dengan hukum kecepatan
D. Besi
Besi (Fe) merupakan logam transisi yang sangat berguna dan logam yang
sangat reaktif. Dalam keadaan murni, besi tidak terlalu keras, tetapi jika
ditambahkan dengan sedikit karbon dan logam lainnya maka akan terbentuk alloy
baja yang kuat. Besi adalah logam kedua dan unsur keempat terbanyak di kerak
bumi sebesar 6,2% dalam persen massa. Karena kelimpahan besi yang cukup
besar sehingga pengolahanya relatif mudah dan murah. Besi mempunyai sifat-
bijihnya dan dapat ditemukan di banyak tempat. Penentuan besi sangat penting
warna spesifik. Senyawa besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe 2+ (ferro) dan
Pertukaran kation salah satunya dipengaruhi oleh muatan ion. Muatan ion
yang besar cenderung menggantikan ion dengan muatan yang lebih kecil. Fe 3+
memiliki muatan yang lebih besar dari kation-kation yang terdapat di dalam ruang
antar lembar montmorilonit (Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+) sehingga Fe3+ dapat
49
menempel pada permukaan montmorilonit yang bermuatan negatif. Fe3+ dan Fe2+
(Dian, 2007).
Logam tembaga penting dalam industri, sebagai suatu racun dan senyawa
nonesensial bagi makhluk hidup, sebagai suatu pengotor lingkungan. Logam ini
pertumbuhan kelainan dari organ penting dan risiko dari kanker kulit. Toksisitas
ekstrim ke arah laut dan air bersih bagi organisme pada umumnya. Tembaga
adalah salah satu yang berpotensi pada resiko kesehatan sehubungan dengan
yang diizinkan di air minum adalah 2.0 mgL-1 berdasarkan EPA. Semakin
penggunaan dari bahan bakar fosil membuat pengembangan metode untuk analisis
dilebur dalam proses multitahap yang memisahkan besi dan tembaga sulfida yang
belerang trioksida. Kemudian pemanasan dalam tungku dengan fluks silika akan
mengubah oksida-oksida besi dan beberapa besi belerang menjadi ampas (slag),
dan menghasilkan lelehan tembaga sulfida dan besi sulfida dengan ampas besi
memiliki sifat konduktifitas elektrik dan termal yang sangat baik. Penggunaan
serbuk tembaga ini baik dalam bentuk tembaga murni maupun dipadu dengan
logam lainnya. Dalam bentuk murni, serbuk tembaga banyak diaplikasikan dalam
semikonduktor dan fuel cell. Dipadukan dengan logam lainnya seperti timah, seng
dan nikel, tembaga dalam bentuk serbuk dipergunakan untuk komponen struktural
dan material friksional. Contoh lainnya penggunaan serbuk tembaga yaitu untuk
di bidang medis dan kimia. Pembuatan serbuk tembaga dapat dilakukan dengan
dan elektrolisis. Dari berbagai metode pembuatan tersebut, dapat diperoleh serbuk
dengan karakteristik yang berbeda. Serbuk tembaga yang dihasilkan dari proses
tinggi. Hal ini sangat sesuai untuk aplikasi di bidang elektronika yang
memerlukan konduktifitas elektrik dan termal yang tinggi. Selain itu, keuntungan
lainnya dari metode elektrolisis ini antara lain serbuk tembaga yang dihasilkan
memiliki luas permukaan spesifik yang besar, green strength tinggi, kadar oksigen
51
rendah serta kompresibilitas yang baik. Sedangkan keuntungan dari segi proses,
elektrolisis dinilai cukup sederhana, konsumsi energi yang rendah dan lebih
berbagai keunggulan, tetapi metode ini juga memiliki beberapa kesulitan dalam
BAB III
METODE PERCOBAAN
Oleo, Kendari.
1. Alat
analitik, labu takar 100 mL, pipet volum, erlenmeyer 100 mL, gelas beaker 500
mL, gelas beaker 100 mL, gelas arloji, botol sempot, penjepit, statif dan klem,
buret.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 0,2 gram serbuk Cu, 30
C. Prosedur Kerja
kedalam gelas beaker 100 mL. Disiapkan gelas beaker 500 mL, kemudian diisi
dengan 30 mL larutan besi 0,02 M dan 15 mL larutan asam sulfat 2,5 M. Serbuk
berisi larutan besi (III) dan asam sulfat dan wadah tembaga diberi penahan yaitu
penutup cawan porselin. Ditutup gelas beaker dengan gelas arloji, kemudian
dididihkan hingga semua tembaga larut sempurna. Larutan didinginkan pada air
dingin dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan.
mL, dan Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 0,02 M. Titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali. Ditentukan reaksi (1) dan (2), dihitung pula konsentrasi Fe 2+ dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
percobaan Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam dapat diihat pada tabel
dibawah ini:
kedalam gelas kimia 100 mL, kemudian dimasukkan 30 mL larutan besi 0,02 M
dan 15 mL larutan asam sulfat 2,5 M kedalam gelas kimia lainnya berukuran 500
mL campuran larutan tersebut berwarna kuning pekat. Serbuk logam yang telah
tembaga sedikit larut. Larutan Cu yang telah dilarutkan namun hanya larut sedikit
terssebut diencerkan kedalam labu takar 100 mL, kemudian larutan dipipet 25 mL
dan dititrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02 M, titrasi dilakukan sebanyak
tiga kali. Volume KMnO4 pada titrasi pertama sampai ketiga berturut-turut yaitu 1
B. Analisis Data
Fe2+ Fe3++ e- X5
V 1 + V 2+ V 3 1+4+4
Rata-rata Vol. KMnO4 0,04 M = 2 = 3 =3
mL
[Cu + ]
Dit. : Perbandingan mol (r), reaksi yang dominan,dan [Cu 2+ ] ?
Penyelesaian :
Re aksi : 5 Fe 2 MnO 4 8 H 5 Fe 3 Mn 2 4 H 2 O
C. Pembahasan
Reaksi kimia terjadi karena adanya perubahan struktur, komposisi, dan
energi dari suatu zat yang bercampur atau bereaksi antara satu sama lain baik itu
dalam skala molecular maupun dalam skala atomik. Reaksi kimia sering kali
yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti mengukur.
(stoikiometri senyawa) dan antar zat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi).
Stoikiometri adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
perhitungan berbagai aspek kesetaraan massa zat yang bereaksi dalam skala
terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah partikel
jumlah mol. Jadi, koefisien reaksi merupakan perbandingan jumlah mol zat yang
terlibat dalam reaksi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka banyaknya zat yang
menggunakan persamaan reaksi setara. Apabila jumlah mol salah satu zat yang
bereaksi diketahui, maka jumlah mol zat yang lain dalam reaksi itu dapat
merupakan bagian yang sangat penting untuk menelaan ilmu kimia. Konsep mol
dapat meliputi atom, ion, dan satuan rumus molekul. Dengan menggunakan
konsep mol, suatu zat atau banyaknya zat dapat diukur dalam satuan massa atau
volume sehingga dapat dihubungkan dengan satu mol zat sebagai aspek kuantitatif
besi (III). Logam yang digunakan dalam percobaan ini adalah logam Cu. Logam
Cu adalah logam yang berwarna merah muda yang lunak, dapat ditempah dan liat.
58
Sama halnya dengan besi yang juga berasal dari golongan logam tetapi berwarna
putih perak. Besi membentuk dua deret garam yang paling penting yaitu besi (II)
dan besi (III). Garam besi (II) terbentuk dari besi (II) oksida FeO. Garam ini
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi (III)
diturunkan dari oksida besi (III) Fe2O3. Garam ini lebih stabil dari pada garam
besi (II). Dalam larutannya mengandung kation Fe3+, warnanya menjadi semakin
kuat. Zat zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi ion besi (II).
Perlakuan pertama pada percobaan ini adalah mencampurkan logam Cu
bertujuan untuk melarutkan logam Cu pada suhu tinggi, Namun suhu yang
digunakan saat pendidihan hanya kisaran 200-400oC sementara titik leleh yang
dimiliki oleh logam Cu tersebut adalah sebesar 1084,62oC. Sehingga pada saat
yang digunakan sangat rendah dari titik leleh logam Cu tersebut. Larutan yang
telah didihkan kemudian didinginkan lalu disarin dengan kertas saring. Larutan
tersebut diencerkan sebanyak 100 mL lalu dititrasi dengan KMnO4. Warna larutan
tetap tidak berubah, hal ini karena tidak adanya kandungan logam Cu yang terlibat
garam besi (III). Dari hasil reaksi yang terjadi, Cu mengalami oksidasi dari Cu
menjadi Cu2+ dan besi (III) tereduksi dari besi (III) menjadi besi (II) atau Fe 3+
menjadi Fe2+. Dari larutan garam Fe(III) biru menjadi biru mudah. Dari hasil
reaksi ini, untuk menentukan konsentrasi Fe2+ yang terjadi dari reaksi di atas dapat
59
besar jumlah zat yang dapat bereaksi dari hasil pencampuran tersebut. Dengan
konsentrasi zat dalam hal ini zat bereakasi dari percobaan ini.
Mol Fe3+ yang diperoleh adalah 0,00012 mol dan mol Cu adalah 0,003 mol
perbandingan jumah mol (r) yang diperoleh, maka reaksi yang terjadi tidak dapat
ditentukan mana reaksi 1 dan mana reaksi 2. Hal ini karena berdasarkan teori,
harga r berkisar antara 1 sampai 2. Jika didapatkan nilai dari r adalah mendekati 1
maka dapat di ramalkan reaksi yang terjadi adalah reaksi nomor 1 dan nilai
perbandingan [Cu+] / [Cu2+] adalah 1 : 0, dan reaksi yang mungkin terjadi pada
dari [Cu+] lebih besar dari [Cu2+]. Namun, pada percobaan kali ini perbandingan
jumlah mol (r) tidak mencukupi kisaran harga r yang seharusnya sehingga dapat
dikatakan percobaaan yang dilakukan gagal. Hal ini disebabkan disebabkan oleh
beberapa hal seperti tembaga yang digunakan telah rusak atau tidak layak pakai
sebab ketika dipanaskan tembaga tersebut tidak dapat larut ataupun meleleh,
kemudian alat yang digunakan kurang steril, dan kurangnya ketelitian dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
jumlah mol (r) sebesar 0,04. Berdasarkan perbandingan jumah mol (r) yang
diperoleh, maka stoikiometri reaksi logam dengan garam tidak dapat ditentukan
terjadi pada reaksi 1 ataupun reaksi 2, sebab harga r harus berkisar antara 1
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada percobaan kali ini yaitu sebaiknya
diperoleh.