Anda di halaman 1dari 3

East Java

Origin :

Berdasarakan Hamilton (1979) pada daerah Jawa Barat kondisi geologi daerah ini
dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua lempeng yang berbeda jenis. Lempeng yang
pertama berada di bagian utara berkomposisi granitis yang selanjutnya dinamakan sebagai
Lempeng Benua Eurasia, selanjutnya lempeng yang kedua berada di selatan berkomposisi
basaltis yang selanjutnya dinamakan sebagai Lempeng Samudra Hindia-Australia. Kedua
lempeng ini saling bertumbukan yang mengakibatkan Lempeng Samudra menunjam di
bawah Lempeng Benua. Zona tumbukan (subduction zone), membentuk morfologi
menyerupai lembah curam yang dinamakan sebagai palung laut (trench). Di dalam palung ini
terakumulasi berbagai jenis batuan terdiri atas batuan sedimen laut dalam (Pelagic sediment),
batuan metamorfik (batuan ubahan) dan batuan beku berkomposisi basa hingga ultra basa
(ofiolit). Percampuran berbagai jenis batuan di dalam palung ini dinamakan sebagai batuan
bancuh (batuan campur aduk) atau dkenal sebagai batuan melange. Jejak-jejak aktifitas
tumbukan lempeng masa lampau (paleosubduk) dapat dilihat di daerah Ciletuh, Sukabumi. Di
daerah ini tersingkap batuan melange Ciletuh yang berumur Kapur dan merupakan salah
satu batuan tertua di Jawa yang dapat diamati di permukaan. Daerah lain di Jawa yang juga
memiliki batuan sama adalah daerah Karangsambung di Kebumen, Jawa tengah dan
Pegunungan Jiwo di Bayat, Jogyakarta.

Hal ini juga ditambahakan menurut Hall (2014) yang menjelaskan bahwa kondisi
geologi pada daerah Jawa Barat dikontrol oleh aktifitas tektonik yang bermula pada
pemekaran kerak benua dari Australia Barat pada akhir Jurassic, hingga pergerakan tersebut
membuat lempeng Australia Barat bertabrakan dengan Sundaland, yang mengakibatkan
penghentian subduksi Kapur. kerak benua ini juga membentang mulai dari Jawa Timur -
bagian selatan dari Selat Makassar - Laut Jawa Timur.
SW Borneo

Origin :

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng
mikro Sunda. Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia
yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak
Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng
Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung
Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, hal ini berdasarkan
Hutchison (1989) dan Metcalfe (1988, 1990, 1996).

Kemudian juga ditambahakn menurut Haile (1974) dan Bemmelen (1949) dikatakan
bahwa bagian barat daya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat,
Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan
sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang
diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan
terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar
line, Tatau-Mersing line; Boyan mlange antara Cekungan Ketungai dan Melawi), dan unit
lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Kemudian juga terdapat intrusive
besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas,
memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.

Sedangkan analisa lain berdasarkan Davies et al. (2014) menjelaskan bahwa SW


Borneo adalah semenanjung tenggara dari Sundaland pada inti benua Asia Tenggara, yang
sebelumnya dianggap bagian tertua dari Borneo. Batuan di wilayah SW Borneo adalah Pinoh
metamorf Group (PMG) dan granitoid dari batholith Schwaner (Komplek Meratus). PMG
sebelumnya telah ditafsirkan terbentuk mulai dari Perm-Karbon atau lebih. Sebelumnya studi
K-Ar batuan granitoid menghasilkan usia antara 112 dan 75 Ma. U-Pb zirkon dari dua sampel
granit PMG yang tercatat usianya antara 86-79 Ma, dan satu usia xenocryst dari 152 Ma. SW
Borneo telah banyak diasumsikan menjadi fragmen kerak yang dibelah dari margin
Indochina-China dan pada Perm-Karbon. Kemudian juga terdapat model alternatif lain telah
mengusulkan bahwa SW Borneo merupakan fragmen hasil pemekaran dari margin Australia
NW pada pertengahan-Cretaceous. Hal ini juga didukung dengan analisa petrografis dari
batuan PMG dan basement yang berasal dari tumpukan vulkanik-endapan yang tebal.
Metapelites yang hornfelses, phyllites dan sekis. Tekanan rendah metamorfosis regional (c. 3-
4 kbar, 500-625 C) dengan lokal metamorfosis kontak akibat intrusi batuan granitoid.
Metamorfosis ini juga diakibatkan oleh subduksi pada busur vulkanik wilayah SW Borneo
pada Cretaceous.

Selain itu juga menurut Taylor et al. (1990) menjelaskan bahwa tektonisme pada
pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan dan bagianutara
lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di
pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan yang dihubungkan
dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek
busur. Lempeng New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem
sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua Australia
(Banggai Sula) kebagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng di pertengahan
Oligosen.

Anda mungkin juga menyukai