Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian yang


dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat
sederhana untuk pencaharian sendiri. Dalam Pasal 20 dan Pasal 66 sampai dengan Pasal 73
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara mengakomodasi
kepentingan tambang rakyat karena selain memecahkan persoalan yang selama ini terjadi,di lain
pihak merupakan bukti konkrit pengakuan terhadap eksistensi keberadaan tambang rakyat, yang
apabila di lakukan pembinaan dengan baik, merupakan salah satu potensi ekonomi lokal yang
dapat menggerakkan perekonomian di daerah tersebut. Dengan secara nyata adanya legalisasi
dan pembinaan pertambangan rakyat, maka sesungguhnya dapat mendatangkan beberapa
keuntungan dan dampak positif lainnya, yaitu :

1. Menanggulangi persoalan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah bersangkutan.


2. Terbuka dan terciptanya lapangan kerja baru
3. Membangkitkan jiwa-jiwa wirausaha di daerah
4. Mencegah terjadinya urbanisasi
5. Dapat menekan dan mengendalikan kerusakan lingkungan, karena dilakukan pada
wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan peruntukkannya sebagai WPR.
6. Mencegah kegiatan penambangan Tanpa Izin (PETI)

Peraturan mengenai pertambangan batubara diatur dalam Undang-Undang Nomor 4


Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU 4/2009), dan lebih rinci diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (PP
22/2010) . Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
Wilayah Pertambangan merupakan landasan dalam pengelolaan wilayah pertambangan mineral
dan batubara di Indonesia. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah
wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan
administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional. WP sendiri terbagi
menjadi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan
Wilayah Pencadangan Negara (WPN). WUP adalah bagian dari WP yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WPR adalah bagian dari WP tempat
dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Sedangkan WPN adalah bagian dari WP yang
dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.

Menurut Pasal 1 ayat 32 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) adalah bagian dari Wilayah
Pertambangan dimana kegiatan usaha pertambangan rakyat dilakukan. WPR ditetapkan oleh
bupati/walikota setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota.
Pasal 22 UU Minerba mencantumkan beberapa kriteria untuk menetapkan WPR yang
diumumkan kepada masyarakat secara terbuka oleh bupati/walikota setempat.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Wilayah Pertambangan Rakyat

Dalam UU 4/2009, kawasan pertambangan rakyat disebut dengan wilayah pertambangan


rakyat. Wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah salah atu bagian dari wilayah pertambangan
tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Yang dimaksud dengan wilayah
pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat
dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.

2. Kriteria Wilayah Pertambangan Rakyat

Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR. Kegiatan pertambangan


rakyat dikelompokkan sebagai berikut:

a. pertambangan mineral logam;


b. pertambangan mineral bukan logam;
c. pertambangan batuan; dan/atau
d. pertambangan batubara.

Wilayah Pertambangan Rakyat sendiri memiliki beberapa kritria atau ketentuan, yakni sebagai
berikut :
a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau diantara tepi dan
tepi sungai;
b. mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 meter;
c. merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. luas maksimal WPR sebesar 25 hektare;
e. menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-
kurangnya 15 tahun;
g. tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN; dan
h. merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang.

Perlu diketahui bahwa wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah
dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.
Jika telah memenuhi kriteria, maka wilayah tersebut ditetapkan menjadi WPR oleh
bupati/walikota setempat setelah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten/kota. Penetapan
WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati/walikota kepada menteri dan gubernur.

Koordinasi dengan pemerintah provinsi, sebagaimana disebutkan di atas, dilakukan untuk


mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data dan informasi yang dimiliki pemerintah
provinsi. Sedangkan konsultasi dengan DPRD kabupaten/kota untuk memperoleh pertimbangan.

3. Perolehan Izin Pertambangan Rakyat

Setelah penetapan WPR, tahap selanjutnya adalah Bupati/walikota memberikan Izin


Pertambangan Rakyat (IPR), terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan maupun
kelompok masyarakat dan/atau koperasi. IPR adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah
mendapatkan IPR. IPR ini diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang. Untuk memperoleh IPR pemohon wajib menyampaikan surat permohonan kepada
bupati/walikota.

Menurut Pasal 48 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan


Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (PP 23/2010) untuk mendapatkan IPR,
pemohon harus memenuhi:

a. persyaratan administratif;
b. persyaratan teknis; dan
c. persyaratan finansial.
 Persyaratan administratif dimaksud terdiri dari:
a. orang perseorangan, paling sedikit meliputi:

o surat permohonan;
o kartu tanda penduduk;
o komoditas tambang yang dimohon; dan
o surat keterangan dari kelurahan/desa setempat

b. kelompok masyarakat, paling sedikit meliputi:

o surat permohonan;
o komoditas tambang yang dimohon; dan
o surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.

c. koperasi setempat, paling sedikit meliputi:

o surat permohonan;
o nomor pokok wajib pajak;
o akta pendirian koperasi yang telah disahkan deh pejabat yang berwenang;
o komoditas tambang yang dimohon; dan
o surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.

 Untuk persyaratan teknis berupa surat pernyataan yang memuat paling sedikit mengenai:
a. sumuran pada IPR paling dalam 25 meter;
b. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah
tenaga maksimal 25 horse power untuk 1 (satu) IPR; dan
c. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.

 Sedangkan untuk persyaratan finansial sebagaimana dimaksud berupa laporan keuangan 1


(satu) tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah salah atu bagian dari wilayah pertambangan
tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Yang dimaksud dengan wilayah
pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat
dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.

WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah kabupaten/kota. Kriteria atau ketentuan WPR diatur dalam Pasal 22 UU Minerba
yang mencantumkan beberapa kriteria untuk menetapkan WPR dan harus diumumkan kepada
masyarakat secara terbuka oleh bupati/walikota setempat.

Menurut Pasal 48 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan


Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (PP 23/2010) untuk mendapatkan IPR,
pemohon harus memenuhi:

a. persyaratan administratif;
b. persyaratan teknis; dan
c. persyaratan finansial.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Johan. 2011. Wilayah Pertambangan Rakyat. (online)


http://www.hukumpertambangan.com/uncategorized/wilayah-pertambangan-rakyat/.
(Diakses pada 29 Januari 2018)

Hasanah, Sovia. 2016. Ketentuan Hukum Pertambangan Rakyat. (online)


http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt57e87ff70c53d/ketentuan-hukum-
pertambangan-rakyat. (Diakses pada 29 Januari 2018)

Dasar hukum:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;

3. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha


Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara.

Anda mungkin juga menyukai