Anda di halaman 1dari 8

http://id.wikisource.

org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_13_Tahun_1998 20:22
210311
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/253082631.pdf 20;36 210311
http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/83/jiptummpp-gdl-s1-2005-yuliaharti-4143-PENDAHUL-N.pdf
20;41 210311

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA


Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo
dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu:
1) fisik,
2) psikologik,
3) sosial dan
4) ekonomi.
Masalah di atas dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan,
kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut
menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis
(kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah
penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih
kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.
Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam
penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang
diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan.
Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan
atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat
meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia. Hal tersebut dilakukan dengan
pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan
mempertahankan kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi antara lain:
berkurangnya kemampuan mencerna makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan
makanan.
Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan sehari-hari
yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau mendapat bantuan
yang minimal. Perawatan yang diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan
mulut, kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi pelayanan kesehatan
yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai.
PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA MERUPAKAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
PADA PROMOSI KESEHATAN LANSIA
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan
berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
kelu-arga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannyaTujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Mendekatkan pelayanan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan
kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan
pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat
posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan posyandu lansia
2) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang dekat
akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa
harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong
minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke
posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik
terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum
dalam situs Pemerintah Kota adalah:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk pelaksanaan Program Kunjungan Lansia ini minimal dapat dilakukan 1 bulan sekali atau
sesuai dengan program pelayanan kesehatn puskesmas setempat.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana
penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,
buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi
meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

Peran Perawat Dalam Kebijakan Pemerintah


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal disuatu tempat, saling berinteraksi satu sama yang
lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. (WHO). Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest
yang sama (Linda Jarvis) salah satu bentuk komunitas adalah lansia.
Keperawatan komunitas merupakan sintesa dari praktik keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dari
masyarakat. Bantuan yang diberikan berorientasi pada ketidaktahuan, ketidakmampuan serta
ketidakmauan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatannya atau upaya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan serta sikap dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang
dihadapinya.
Keperawatan komunitas mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui:
Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga dan kelompok dalam
masyarakat, dengan strategi intervensi yaitu proses kelompok, pendidikan kesehatan serta
kerjasama ( partnership).
Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara
komprehensif, dengan sasaran seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga serta kelompok
yang beresiko tinggi.
Pada praktek asuhan keperawatan komunitas dalam hal ini pada lansia, perawat harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, diantaranya adalah :

Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan komunitas harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas atau lansia itu sendiri.

Kerjasama.
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan sektoral.

Secara langsung.
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung: mengkaji dan intervensi klien dan
lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik, mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan dan pencegahan kesehatan.

Keadilan.
Tindakan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri.

Autonomi
Klien/komunitas diberi kebebasan dalam memilih serta melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada

Dari hal tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan komunitas , perawat dapat berperan
sebagai :

Pelaksana
Pendidik
Pengelola

Peneliti
Manager
Konsultan dalam keperawatan komunitas.

http://ikhwan554.blogspot.com/2010/03/government-policy-on-health-promotion.html 20;25
210311

Anda mungkin juga menyukai