Anda di halaman 1dari 7

Aggregrate Inventory Control

A. Pendahuluan
Manajemen inventory merupakan manajemen pembagian. Inventori merupakan hasil dari
manajemen kebijakan dan prosedur operasi sebuah perusahaan. Kebijakan dan prosedur
ini merupakan turunan permintaan prduk(costumer) dan material supply(supplier)
sekaligus dari constrain seperti kapabilitas, kapasitas dan finansial sumber daya. Nilai
item inventori yang cukup besar, memungkinkan terjadinya diversifikasi menjadi bagian
yang lebih kecil. Adapun area vital dalam pengembangan dan pemeliharaan sebuah
sistem, dan kerusakan yang mungkin dapat merusak efisiensi keseluruhan sistem adalah:
Pengembangan peramalan dan permintaan dan penanganan terhadap eror ramalan
Pemilihan dari model inventory(EOQ, EOI,EPQ, DRP, MRP)
Pengukuran terhadap biayan inventori
Metode yang digunakan untuk merekam sebuah item
Metode untuk receipt, storage, dan issue
Informasi prosedur yang digunakan untuk merekam pengecualian

B. Tipe Sistem Kontrol


Ada banyak tipe dalam sistem kontrol tapi sulit mengklasifikasikan mereka kedalam
runtut dan tetap membatasi karakteristik. Hal ini memisahkan sistem mayor menjadi
situasi permintaan dan doktrin operasi. Termasuk diagram yang perpetual, two-bin,
periodic, penambahan pilihan, dan distribusi perencanaan material. Adapun perpetual dan
two-bin disini merupakan ukuran fix order(berdasarkan kuantitas).

1. Perpetual Sistem
Perpetual sistem memegang sebuah record dari sebuah jumlah yang sedang berjalan
tetap dalam stoknya. Sistem ini berdasar kepada economy order quantity (EOQ) dan
reorder point. Perpetual sistem ini diketahui dengan cara mengetahui order size(Q)
dan minimal level stok yang menandakan peletakan sebuah order(B). Setelah reorder
point dan economic order quantitynya sudah ditentukan, maka review periode dan
demand rate adalah variable dan lead time dapat di tentukan atau variable.
Kekurangan dari sistem ini adalah memerlukan perpetual auditing dari inventori pada
stok secepatnya ketika reorder point telah tercapai.
2. Two-Bin inventory Sistem
Two-bin inventory sistem merupakan versi dari sistem fixed order size yang
beroperasi tanpa bersama perpetual record. Inventori biasanya disimpan di 2 bin:
tanda terima pemesan(order receipt) dan jumlah yang sama untuk reorder
ditempatkan disatu bin. Sedangkan pengingat dari order diletakkan di bin yang
berbeda. Stok diambil dahulu dari bin yang terdiri dari perbedaan antara order
quantity dan reorder point. Ketika stok di bin tersebut berkurang, order di lepaskan.
Permintaan kemudian memenuhi bin kedua, yang terdiri dari lead time yang sudah
pasti ditambah dengan safety stock.
Sistem ini sebenarnya dapat menggunakan 1 buah bin. Hal ini karena sistem 2 bin
terkadang tidak menyediakan informasi order terbuka. Sistem 2 bin hanya dapat
digunakan kerika tidak lebih dari dari satu penambahan order yang menonjol. Selain
itu kuantitas order harus lebih besar disbanding reorder poinnya. Sistem 2 bin ini
sangat cocok untuk item yang memiliki lead time pendek seperti peralaan kantor.

3. Optional Replenishment Inventory System


Optional Replishment inventory system merupakan campuran dari sistem perpetual
dan sistem periodik. Stock level di jelaskan pada interval regular, tapi order tidak
ditempatkan sampai posisi iventori jatuh pada penentuan kembali reorder point.
Adapun parameternya antara lain:
The length of the review period T
The maximum inventory level E
The reorder point B.

Tapi ingat bahwa baik perpetual dan sistem periodik ditentukan oleh dua parameter,
reorder point sebagai parameter yang mendefinisikan ketiga kemungkinan perintah
untuk ditempatkan dalam jumlah yang efisien; mengurangi biaya yang mungkin
timbul dari seringnya penempatan pesanan kecil dalam sistem periodik dua parameter.
Namun, sistem pengisian opsional tidak dapat dibedakan dari sistem persediaan
periodik ketika masa peninjauan begitu lama bahwa pesanan dipicu di hampir setiap
review.

4. Distribution Requirement Planning Inventory System


Perencanaan kebutuhan distribusi (DRP) adalah metode penanganan penambahan
saham di lingkungan distribusi multiechelon. Ini berlaku logika waktu bertahap untuk
produk dalam jaringan distribusi dengan cara yang sama dengan cara MRP berlaku ke
subassemblies dan komponen produk dalam tagihan pembuatan jaringan bahan. DRP,
seperti MRP, membedakan antara permintaan independen dan dependen. Semua
tuntutan dalam jaringan distribusi tergantung kecuali pada tingkat jaringan untuk
menurunkan permintaan persediaan pada tingkat yang lebih tinggi sekali. Meskipun
kebutuhan kotor harus diperkirakan pada tingkat distribusi lokal, mereka dapat
dihitung pada semua tingkatan lainnya. Berdasarkan visibilitas masa depan
persyaratan, DRP mengisi ulang apa yang telah dikonsumsi dalam mensukseskan
tingkat jaringan distribusi.
5. Single Order Quantity Inventory System
Single order quantity inventory system merupakan kategoti umum/general untuk
menangani variasi dari item yang di order tidak secara frekuensi atau hanya sekali.
Adapun item yang masuk kondisi tersebut adalah ketika (1) permintaan tidak
repetitive dan terjadi pada interval yang tidak berfrekuensi (2) sebuah permintaan
yang tidak pasti ada untuk item yang memiliki siklus hidup rendah. Contoh dari
situasi pertama bertipe seperti promosional, item yang musiman di order oleh outlet
lain, kadang-kadang item yang digunakan spare part untuk pemeliharaan, dll. Contoh
situasi kedua di klasifikasikan oleh item yang tidak nyata (bunga, ikan segar) atau
berumur pendek, dan item usang. Ditentukan oleh analisis marginal, analisis biaya,
kalkulasi untuk project yang memiliki spesifikasi atau management judgment.
6. Material Requirements Planning Inventory System
Material Requirements Planning Inventory system cocok digunakan untuk item yang
menunjukkan permintaan diskrit dan ketergantungan, sistem klasik yang kurang
diinginkan. Sistem ini merencanakan inventory lot size sehingga mereka
membutuhkan waktu secara bertahap ketika dibutuhkan.
Waktu pemfasean merupakan bagian penting dalam sistem MRP. Waktu pemfasean
membutuhkan kebutuhan masa depan dan beberapa waktu untuk berekasi(lead time).
Lead time harus terancang sedemikian rupa untuk setiap pemesanan material,
fabrikasi, subassembly dan assembly. MRP merupakan penjadwalan mundur yang
dimulai dengan produk jadi. Adapun tujuan dari MRP ini adalah merencanakan
inventory sehingga tetap tersedia ketika dibutuhkan.
7. Just-In-Time System
Just-In-Time System digunakan untuk kegiatan manufaktur yang bersifat repetitive.
Sistem ini mengontrol bahan baku dan in-process inventory level untuk permintaan
item permintaan dependent. Sistem ini menghubungkan pusat-pusat kerja sehingga
ada aliran material yang mirip dengan yang ditemukan di jalur perakitan. Sistem ini
mencoba untuk menngendalikan semua antrian menjadi nol dan mendapatkan lot size
yang ideal untuk satu unit.
8. Theory of Constrain Inventory System
Theory of Constrain Inventory System merupakan sebuah filosofi yang berkembang
secara berkelanjutan yang focus pada kendala operasional. Sistem ini menyatakan
bahwa ada beberapa kendala yang teridentifikasi dengan operasi dari beberapa
organisasi dan seharusnya sebuah management mengontrol dengan cara
mengidentifikasi dan mengontrol secara efektif. Sebuah kendala didefinisikan sebagai
sesuatu yang mencegah sistem untuk mendapatkan performansi yang tinggi untuk
mencapai tujuannya. TOC merencanakan jadwal dari semua aktivitas(sumber daya)
terhadap kendala yang paling mengikat.

C. Pemilihan Inventory Control


Pemilihan inventory control biasanya berhubungan dengan menghabiskan banyak supply
dari item yang memiliki biaya murah dan melakukan sedikit pengawasan terhadap
mereka. Sebaliknya, jumlah kecil dari barang-barang mahal yang dibeli, dan kontrol ketat
harus dilakukan atas mereka. Hal ini sangat menguntungkan kerika membagi inventori
tersebut menjadi 3 bagian berdasarkan volume dollar. Pendekatan ini disebut sebagai
analisis ABC. Nilai dari sebuah inventory untuk masing-masing item diperoleh dengan
mengkalikan permintaan tahunan dengan unit costnya.

D. Inventory System Development

Keberhasilan utama sistem persediaan bergantung pada mengubah teori persediaan ke


dalam prosedur rinci yang bisa diterapkan. Setiap sistem persediaan memerlukan
pengumpulan dan pengolahan sejumlah besar data. Desain bentuk dan prosedur dapat
sama pentingnya dengan akurasi kuantitatif yang tepat. Fondasi dari setiap sistem
pengendalian persediaan adalah input data dan catatan kontrol, yang harus terbaru dan
akurat. catatan buruk dan data dapat merusak sistem kontrol yang dirancang sempurna.
up-to-date data yang akurat dan catatan mengizinkan sistem persediaan untuk berfungsi
secara efisien dan efektif.
Perancangan sistem persediaan harus mencakup fleksibilitas yang cukup untuk
memungkinkan pertumbuhan, ekspansi, dan perubahan internal tanpa mengganggu sistem
operasional. Sistem ini harus mampu mengatasi dengan item yang luar biasa atau
peristiwa. Sistem persediaan harus mampu menjadi terintegrasi ke dalam sistem
organisasi lainnya dengan sedikit kesulitan.
E. Inventory System Improvement
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh manajer untuk
meningkatkan dan mengembagkan performansi :
1. Melakukan standarisasi item stock
2. Mengurangi leadtime
3. Mengurangi waktu siklus
4. Menggunakan sedikit suppliers
5. Menginformasikan supplier mengenai permintaan tahunan
6. Melakukan sebuah kontrak dengan supplier untuk pembelian minimum tahunan
7. Membeli pada pengiriman; menyusun bersama supplier untuk membayar item yang
mereka telah beli atau gunakan
8. Mempertimbangkan biaya transportasi
9. Pemesanan dalam jumlah ekonomis
10. Mengontrol akses untuk area penyimpanan
11. Mendapatkan perkiraan yang baik
12. Membuang kelebihan stok
13. Meningkatkan akurasi catatan

F. Aggregrate Inventory Measurement


Pengukuran Agregrate inventory berhubungan dengan keseluruhan level inventori dan
teknik yang digunakan untuk mengukur mereka. Adapun 4 cara yang paling umum
digunakan adalah:
1) Aggregate inventory value, merupakan nilai total dari biaya inventori.
2) Ratio of aggregate inventory value to annual sales, adalah inventori agregat pada
biaya dibagi dengan annual sales.
3) Days supply, adalah nilai total inventori dalam biaya dibagi dengan biaya yang
dikeluarkan perhari
4) Inventory turnover, berhubungan dengan siklus pemakaian dan penggantian material.

G. Aggregate Inventory Reduction


Tingkat kerja-in-proses (WIP) persediaan ditentukan oleh jumlah pekerjaan dirilis ke
toko dan tingkat output dari itu. Untuk mengurangi WIP, mengurangi jumlah pesanan
dirilis ke toko, menurunkan seluruh waktu (lead time), atau meningkatkan kapasitas kritis
(kelebihan beban atau hambatan) pusat-pusat kerja. Mayoritas WIP diwakili oleh
pekerjaan menunggu dalam antrian; waktu yang dihabiskan di antrian seperti biasanya
sebesar 80-90% dari waktu siklus manufaktur. Jika antrian dapat dipersingkat, WIP dan
lead time dapat Sejalan berkurang.

H. Lead Time Reduction


Tujuan utama dari strategi pengurangan lead time yang komprehensif bukan hanya untuk
memotong jumlah total waktu memimpin tetapi untuk meningkatkan kecepatan
throughput. Ada beberapa aktifitas yang menggunakan banyak waktu tapi tidak
memberikan value added. Sehingga mengakibatkan bottleneck dalam proses produksi.
Sistem yang terbebas dari bottleneck akan meningkatkan throughput dan membawa
perusahaan pada kesempatan baru untuk menjadi sistem yang optimasi(throughput
meningkat, proses berkelanjutan).

Anda mungkin juga menyukai