Anda di halaman 1dari 5

A.

Pendahuluan
Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di segala bidang kehidupan
seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya. Namun dibalik
kemajuan tersebut ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif
yang ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah bencana seperti kecelakaan akibat kerja,
pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan orang cidera setiap
tahunnya (Soehatman Ramli, 2009).
Kondisi ini disebabkan karena kurangnya kepedulian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di tengah masyarakat pekerja. Proses pembangunan juga masih belum diimbangi dengan
peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja (K3), sehingga bahaya dan risikonya terus
meningkat (Soehatman Ramli, 2009).
JSA sendiri merupakan metode yang mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya
dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah, dan digunakan untuk mengembangkan
solusi yang dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya (National Occupational Safety Association,
1999).
PT. Indo Acidatama merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang industri kimia dengan
etanol, acetid acid, acetaldehyde dan ethyl acetate sebagai produk utama, dan didalam tempat
kerjanya terdapat potensipotensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mesin-mesin/peralatan produksi,
manusia, serta lingkungan kerja, serta sistem yang mengatur berjalannya proses produksi sehingga
diperlukan suatu tindakan pencegahan dan tindakan pengendalian yang tepat dan sesuai dengan
regulasi pemerintah yang berlaku agar kecelakaan kerja dapat dicegah.

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk menilai risiko pekerjaan terhadap kecelakaan kerja pada karyawan PT. Indo
Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dengan menggunakan Job Safety
Analysis (JSA).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar.
b. Untuk menilai risiko kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar.
c. Untuk menganalisis pengendalian risiko kecelakaan kerja dengan hierarki of control
sesuai dengan sistem perusahaan.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif Dalam penelitian
deskriptif analitik ini peneliti ingin menggambarkan hasil dari penilaian dengan Job Safety Analysis
(JSA) terhadap angka kecelakaan kerja dan menyajikan hasil analisa checklist dan kuisioner dalam
bentuk tabel atau presentase.

D. Hasil Penilitian
1. Hasil JSA
Berikut ini merupakan penelitian mengenai Penilaian Risiko Pekerjaan dengan Job Safety
Analysis (JSA) terhadap Angka Kecelakaan Kerja pada Karyawan PT. Indo Acidatama Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Di dalam tabel akan dijelasakan mengenai uraian kegiatan
pada tiap divisi, potensi bahaya yang terdapat pada tiap tahapan pekerjaan, risiko yang mungkin
terjadi pada tiap tahapan pekerjaan, tindakan pengendalian yang sudah dilakukan dari pihak
perusahaan, juga rekomendasi dari peneliti untuk melengkapi tindakan pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan.

1.1 Hasil JSA di Unit Electric Maintenance


No Tahapan Pekerjaan Potensi Risiko Tindakan Rekomendasi
Bahaya Pengendalian yang
Sudah Ada
1. Membuka mesin AC Tidak ada - - -
yang berada di luar potensi bahaya
ruangan yang serius
2. Check bagian yang - Aliran - Tersengat aliran - Dilakukan - Melakukan check bagian
mengalami trouble listrik listrik yang pengecekan dalam mesin, sebaiknya
terdapat pada sesuai SOP mematikan sumber listrik
mesin AC - Harus ada WP yang mengalir pada mesin
(Working AC
Permit) sebelum - Disediakan APD untuk
melakukan penanganan listrik
pekerjaan
3. Pelepasan kipas pada - Mata pisau - Tersangkut - Dilakukan sesuai - Teliti saat melepas kipas dan
mesin AC (kabel pada kipas tajam - Tergores SOP menggunakan APD
kipas putus) - Terpotong - Harus ada WP
sebelum bekerja
4. Penyambungan kabel - Aliran - Tersengat listrik - Dilakukan sesuai - Mematikan aliran listrik
listrik - Terbakar SOP sebelum menangani kabel,
- Hubungan - Tergores - Harus ada WP juga menghindari adanya
arus pendek - Terpotong sebelum bekerja hubungan arus pendek listrik
listrik apabila terjadi kecelakaan
- Pemotong pada saat penyambungan
tajam kebel
(gunting) - Menggunakan sarung tangan
untuk melindungi dari
bahaya
5. Mengembalikan/merakit - Hubungan - Tersengat - Dilakukan sesuai - Harus mengingat dengan
kembali menjadi utuh arus pendek listrik SOP teliti sehingga saat perakitan
listrik - Terbakar - Harus ada WP tidak terjadi kesalahan yang
sebelum bekerja mengakibatkan hubungan
arus pendek listrik

1.2 Hasil JSA di Unit Environment / WWT (Waste Water Treatment)


No Tahapan Pekerjaan Potensi Risiko Tindakan Rekomendasi
Bahaya Pengendalian yang
Sudah Ada
1. Check level cuaca Tidak ada - - -
amper flow potensi bahaya
yang berisiko
1. Check regulator, - Pinggiran - Terpeleset - Dilakukan sesuai - Berhati-hati melakukan
sumber bau, feed kolam licin - Terjatuh SOP pengecekan di lokasi yang
untuk evaporator - Harus ada WP dekat kolam
sebelum bekerja
- Pemakaian sepatu
boots untuk
pekerja
2. Melakukan nutrisi - Angkat - Cidera - Tersedia alat - Pada saat mengangkut
chemical gamping angkat - Nyeri pinggang bantu (troli) untuk karung harus dengan
yang salah mengangkut posisi yang benar dan
karung berisi beratnya disesuaikan
chemical gamping dengan standar berat
3. Memasukkan nutrisi - Bahan - Luka pada kulit - Penggunaan - Menggunakan sarung
chemical gamping kimia - Panas pakaian berlengan tangan untuk melindungi
berbahaya panjang dan mengurangi dampak
terkena chemical gamping
5. Check Ph, suhu dan - Lokasi licin - Terpeleset - Dilakukan sesuai - Lokasi yang dekat dengan
pengambilan sampel - terjatuh SOP kolam
- Harus ada WP
sebelum bekerja
- Pemakaian sepatu
boots untuk
pekerja

1.3 Hasil JSA di unit Mechanic Maintenance


No TAHAPAN POTENSI RISIKO TINDAKAN REKOMENDASI
PENGERJAAN BAHAYA PENGENDALIAN
YANG SUDAH
DILAKUKAN
1 Menyiapkan alat Kabel Gerinda a. Terjatuh a. Dilakukan sesuai a. Sebaiknya alat pemotong
pemotong yang panjang b. terlilit dengan SOP (gerinda) dtempatkan di
b. Harus ada WP lokasi yang tidak
sebelum berdekatan dengan benda-
melakukan benda lainnya.
pekerjaan b. Kabel yang
menghubungkan dengan
arus listrik harus di gulung
atau ditata dengan rapi,
tidak berserakan, sehingga
tidak menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
2 Menyalakan alat Pisau a. Tergores a. Dilakukan sesuai Menggunakan sarung tangan
pemotong besi pemotong b. terpotong dengan SOP untuk melindungi tangan.
(gerinda) tajam b. Harus ada WP
sebelum
melakukan
pekerjaan
3 Mulai memotong besi a. Pisau a. Tergores a. Dilakukan sesuai a. Sebaiknya pekerja
pemotong b. Terpotong dengan SOP. menggunakan pakaian
tajam yang c. Terbakar b. Harus ada WP khusus tahan api dan
berputar sebelum kacamata (spectacles)
b. Percikan melakukan untuk melindungi tubuh
bunga api pekerjaan. dan mata dari percikan
c. Menggunakan bunga api
pakaian b. Menggunakan sarung
berlengan tangan untuk melindungi
panjang. tangan
4 Proses Pemotongan Bising Penurunan Belum ada tindakan a. Pemotongan dapat
Besi fungsi dengar pengendalian untuk dilakukan di tempat atau
masalah kebisingan ruangan khusus yang telah
diberi peredam suara.
b. Apabila tidak mingkin
rekomendasi diatas, maka
penggunaan ear muff pada
saat proses pemotongan
besi bagi pekerja yang
memotong juga pekerja
yang berada di sekitar
lokasi pemotongan besi
dapat mengurangi risiko
penurunan fungsi
pendengaran
5 Memindahkan besi a. Angkat a. Cidera a. Terdapat alat a. Mengangkat dengan
yang sudah terpotong angkut b. Nyeri bantu seperti troli posisi yang benar dan
yang salah pinggang untuk disesuaikan dengan berat
b. Bekas c. Tergores mengangkut besi. besi, apabila tidak dapat
potongan d. Terpotong b. Menggunakan diangkat secara manual
besi tajam baju berlengan lebih baik menggunakan
panjang. alat bantu untuk
mengurangi beban kerja.
b. Menggunaan APD
seperti sarung tangan
untuk mengurangi risiko
terkena bekas potongan
besi yang tajam

1.4 Hasil JSA di Divisi General Affair


No TAHAPAN POTENSI RISIKO TINDAKAN REKOMENDASI
PENGERJAAN BAHAYA PENGENDALIAN
YANG SUDAH ADA
1 Menyiapkan alat dan Tidak ada
bahan untuk mengecat potensi bahaya
yang berisiko
2 Menggunakan tangga Tangga licin a. Terpeleset a. Terdapat SOP a. Selalu
untuk naik ke tangki b. Terjatuh b. Terdapat WP menggunakan
safety belt untuk
melidungi diri saat
terpeleset agar tidak
langsung jatuh ke
bawah.
b. Menggunakan
sepatu boots untuk
mengurangi risiko
terpeleset akibat
tangga yang licin.
3 Proses mengecat Cairan cat a. Terciprat a. Terdapat SOP Menggunakan goosles
cairan cat b. Terdapat WP untuk melindungi mata
ke dalam dari gas, debu, uap dan
mata larutan bahan kimia
b. Tertelan seperti cat.
c. Bau dari
bahan yg
terdapat di
dalam cat

1.5 Hasil JSA di Divisi Utiliti


NO TAHAP POTENSI RISIKO TINDAKAN REKOMENDASI
PENGERJAAN BAHAYA PENGENDALIAN
YANG SUDAH
ADA
1 Mengoperasikan alat Lokasi/medan Menabrak a. Operator harus Sebaiknya operator
untuk mengangkut memiliki SIO memahami lokasi
bahan bakar batu bara. (Surat Ijin dulu sebelum
Operator) mengoperasikan
b. Terdapat SOP alat pengangkut
c. Terdapat WP bahan bakar batu
bara.
2 Mengangkut batu bara Kelebihan Alat pengangkut a. Terdapat SOP Alat pengangkut di
ke lokasi boiler muatan terbalik b. Terdapat WP isi dengan kapasitas
dan daya angkut
yang sesuai dan
tidak berlebihan.
3 Memasukkan batu bara a. Tekanan a. Gangguan a. Terdapat SOP Pekerja sebaiknya
ke dalam tangki bahan panas pernafasan b. Terdapat WP diberikan APD
bakar boiler b. Kebisingan b. Gangguan berupa masker,
c. Debu penglihatan googles/safety
c. Penurunan glass, dan ear muff
fungsi dengar untuk mengurangi
risiko penyakit
akibat kerja (PAK)

2. Data Kecelakaan Kerja PT. Info Acidatama Tbk.


Dari data jumlah kecelakaan kerja yang terjadi, kecelakaan kerja pada tahun 2009
terjadi kecelakaan kerja sebesar 61,73%. Pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terjadi zero
accident. Lalu pada tahun 2013 terjadi pada bulan september dengan jenis kecelakaan
terpeleset dan terjatuh.
3. Analisis Univariat
Menurut tabel, responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 7 orang
(33,4%) dari 21 responden, dimana kecelakaan kerja terjadi karena perilaku tenaga kerja
yang kurang aman. Hasil wawancara dengan tenaga kerja bahwa penyebab terjadinya
kecelakaan kerja dikarenakan perilaku yang tidak aman, ditambah pernyataan salah satu
tenaga kerja yang menyatakan bahwa dia pernah mengalami hampir celakan pada saat
melakukan pengelasan.

Anda mungkin juga menyukai