A. Gelombang suara
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu fase
pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara bergantian mengenai membran timpani.
B. Anatomi telinga
Telinga luar
Telinga luar menyalurkan gelomang suara ke meatus auditorius eksterna.
Teinga tengah
Telinga tengah adaah rongga yang berisi udara di dalam Os temporalis yang terbuka melalui tuba
auditorius (eusthacius)ke nasofaring dan melalui nasofaring menuju keluar. 3 tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes terletak di telinga tengah.
Telinga dalam
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari : koklea(terdiri dari 3 tuba yang meingkar : skala vetibuli,
skala media dan skala timpani), organ korti (merupakan organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf
sebagai respons terhadap getaran membran basilar), kanalis semisirkularis, kurtikulus dan sakulus.
C. Jaras pendengaran
1. Fase mekanik
2. Fase listrik
PRAKTIKUM
Tujuan
Tes pendengaran ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi pendengaran seseorang. Tes ini terdiri atas :
a. Tes rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga seseorang
b. Tes weber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga subjek
c. Tes schwabach, bertujuan untuk membandingkan antara pengantaran tulang antara telinga pemeriksa dan
telinga subjek.
Metode dan hasil percobaan
ALAT DAN BAHAN :
- Garpu Tala 512 Hz
- Ruangan yang tidak bising suara
a. Tes rinne
Tes Rinne's membandingkan konduksi udara dan konduksi tulang telinga. Masing-masing diuji secara
terpisah.
1. Menyiapkan garpu tala 512 Hz
4. Meminta probandus untuk memberi tanda jika suara tidak terdengar lagi
5. Ketika probandus tidak lagi mendengar adanya suara, pindahkan garpu tala di depan meatus auditory
externus
3. Menanyakan pada probandus apakah suara yang didengarkan berada pada telinga kanan/ telinga
kiri / pada tengah dahi.
c. Tes Schwabach
Merupakan pemeriksaan subyektif karena membandingkan pendengaran antara pemeriksa dan
pasien.
4. Meminta probandus untuk memberi tanda jika suara tidak terdengar lagi
5. Ketika probandus tidak mendengar adanya suara, pindahkan garpu tala ke tulang mastoid
pemeriksa
6. Pemeriksa merasakan apakah terdengar adanya suara
7. Lakukan sebaliknya, tempatkan garpu tala pada tulang mastoid pemeriksa lalu pada tulang
mastoid probandus
Saliva adalah sekresi yang berkaitan dengan mulut, dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva utama
yang terletak di rongga mulut
Sekresi saliva normal yaitu 800-1500 mL/hari
Ph normal 6,0-7,0
Kandungan saliva :
a. 99,5% H2O
b. 0,5% elektrolit dan protein : Glikoprotein musin, IgA, Lisozim, Laktoferin, Protein kaya prolin
Jalur parasimpatis dan simpatis untuk mengatur pengeluaran saliva. Sistem parasimpatis meningkatkan
sekresi saliva sedangkan system simpatis menurunkan sekresi saliva
1. ANATOMI
2. KLASIFIKASI GLANDULA SALIVARIUS
Jumlah 25 % 5% 70%
4. FUNGSI SALIVA
a. Mempermudah proses menelan
b. Melisiskan atau menghancurkan bakteri
c. Sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap
d. Membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah
e. Menjaga kebersihan mulut dan gigi
Deglutisi yaitu proses perpindahan bolus makanan dari mulut menuju ke gaster. Deglutisi difasilitasi
oleh sekresi saliva dan mucus pada mulut, faring dan esophagus. Proses menelan terbagi atas 3 tahap
yaitu Tahap Volunter yang dimana bolus memasuki orofaring, tahap faringeal jalur involunter yang
dimana bolus dari faring menuju esophagus, dan tahap esophageal, jalur involunter bolus dari esophagus
menuju gaster.
Tahapan deglutisi Aktivitas Hasil
Membuka jalur dari kimus menuju Regulasi jalur kimus dari gaster
Sphyncter Pyloric ke duodenum keduodenum dan mencegah alur
balik (refluks) ke gaster
Aktivitas Digestif pada Pankreas, Hepar, Kandung empedu, dan Intestinum Tenue
Struktur Aktivitas
Mukosa/submukosa
Glandula Brunner Sekresi cairan alkalin untuk system buffer dari asam
lambung, dan mucus untuk proteksi serta lubrikasi
Migrating Motility Complex (MMC) Peristaltik (untuk memindahkan kimus pada sphinter
ileocaecal)
Enzim Pencernaan
SALIVA
Lingual Lipase Glandula lingua pada Trigliserida (lemak Asam lemak dan digliserida
lidah dan minyak) dan lipid
lainnya
Carboxypeptidase Sel Acinar pancreas Asam amino pada Asam amino dan Peptida
(aktivasi dari akhir carboxyl dari
procarboxypeptidase peptide
dengan bantuan
tripsin)
Pancreatic lipase Sel Acinar pankreas Trigliserida (lemak Asam lemak dan monogliserida
dan minyak) yang
teremulsifikasi
dengan garam empedu
NUKLEASE
PEPTIDA
Nucleosidase dan Intestinum tenue Nukleotida Basa nitrogen, pentosa, dan fosfat
phosphatase
2. Fase gastric : Makanan memasuki gaster terjadi regulasi neural dimana peningkatan pH gaster
membantu regang dari dinding gaster sehingga kemoreseptor dan reseptor regang pada gaster
mendeteksi peningkatan pH, aferennya menuju pusat pengaturan oleh plexus submukosa dan eferennya
pengiriman impuls secara parasimpatis sehingga hasilnya sel parietal sekresi HCL dan Otot Polos dari
dinding gaster kontraksi untuk pencampuran bolus dengan enzim untuk menjadi kimus sehingga terjadi
pengosongan lambung
*Regulasi hormonal dibantu oleh gastrin yang diproduksi oleh sel G fungsinya untuk stimulasi asam
lambung dan meningkatkan motilitas gaster. Sehingga terjadi konstraksi sphincter esophageal dan
relaksasi sphincter pyloric (peningkatan pengosongan lambung)
3. Fase intestinal : Makanan memasuki intestinum tenue. Terjadi regulasi neural dimana sejak masuknya
kimus akan membuat reflex enterogastric. Reseptor regang pada dinding duodenum mengirim impuls
ke medulla oblongata untuk stimulasi simpatis dan inhibisi parasimpatis. Terjadi penurunan motilitas
lambung dan peningkatan kontaksi sphincter pylorus sehingga terjadi penurunan pengosongan lambung.
*Untuk regulasi hormonal dibantu CCK dihasilkan oleh sel CCK pada kripta Lieberkuhn (fungsi sebagai
stimulasi peningkatan asam lambung dan inhibisi pengosongan lambung) dan sekretin oleh sel S pada
kripta Lieberkuhn (fungsi inhibisi asam lambung akibat produksi bikarbonat untuk keseimbangan asam-
basa)
Destruksi RBC terhadap Bilirubin Indirek & Bilirubin Direk
Prehepatik
Intrahepatik
Posthepatik
PRAKTIKUM
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pH dan viskositas saliva
2. Untuk menguji adanya protein dalam saliva
3. Untuk menentukan adanya karbohidrat dalam saliva
4. Untuk mengetahui adanya aktivitas enzim amylase
5. Untuk menguji adanya kaitan aktivitas enzim amylase dengan hidrolisis karbohidrat
6. Untuk menentukan adanya kalsium dalam saliva
B. Metode dan Hasil Percobaan
Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Indikator Ph 1. Saliva
2. Tabung reaksi 2. Larutan asam asetat
3. Gelas beaker 3. Larutan kalium
4. Plat tetes oksalat
5. Rak tabung 4. Larutan iodine
6. Pemanas listrik 5. Larutan benedict
7. Pembakar bunsen 6. Larutan amilum 1%
8. Stopwatch 7. Air mendidih
9. Penjepit tabung 8. HCl 1N
10. Label 9. NaOH 1N
10. Aquades
11. Paraffin bersih
12. Tissue
13. Kertas lakmus
Prosedur
VISKOSITAS DAN PH
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membersihkan mulut
3. Mengunyah paraffin
4. Menampung saliva di gelas beaker
5. Menentukan pH saliva dengan menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan di saliva
6. Menentukan viskositasnya dengan menuangkan saliva dari gelas beaker ke tabung reaksi
7. Mencatat hasilnya
Hasil:
Viskositas = kental
Ph= 6,0-7,0
PROTEIN
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan beberapa tetes asam asetat
3. Mengamati presipitat
Hasil:
Ada presipitat = protein +
KARBOHIDRAT
1. Memasukkan 2 mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 2 tetes HCl
3. Memanaskan larutan selama 10 menit
4. Menambahkan 2 tetes NaOH
5. Menambahkan 10mL reagen benedict dan panaskan beberapa menit
6. Mengamati dan mencatat hasilnya
ENZIM AMILASE
1. Memasukkan 25 mL larutan amilum 1% ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 10 mL saliva dan diaduk 3 menit
3. Meneteskan sedikit larutan ke plat tetes
4. Meneteskan larutan iodine di plat tetes dengan interval 1 menit
5. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
6. Mengambil 5mL larutan saliva ke dalam pipet bersih
7. Menambahkan 10mL larutan benedict
8. Mengamati dan mencatat hasilnya
KALSIUM
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 3 tetes asam asetat
3. Menambahkan 3 tetes potassium oksalat
4. Mengamati dan mencatat hasilnya
Jangka waktu produksi progesteron saat menstruasi dapat diperpanjang selama 2 minggu dengan
pemberian hCG. Sekitar hari ke-8 ssetelah ovulasi atau 1 hari setelah implantasi, hCG mengambil alih
corpus luteum. Keberlangsungan fungsi corpus luteum sepenuhnya bergantung pada hCG.
Keberlangsungan kehamilan dependen pada progesteron corpus luteum hingga minggu ke-7
kehamilan. Sintesis progesteron luteum mulai menurun pada sekitar 6 minggu walaupun produksi hCG
terus terjadi dan meningkat kadarnya.
Sebelum hari ke-110, pituitari anterior fetus belum memproduksi LH. Pada waktu krisis diferensiasi
seksual fetus laki-laki, hCG masuk ke plasma fetus dari sinsitiotrofoblas bekerja sebagai pengganti LH
dan menstimulasi replikasi sel Leydig testis dan sintesis testosteron untuk mendukung diferensiasi
seksual pria.
hCG memiliki aktivitas tiroid intrinsik dan merupakan zat tirotropik plasenta kedua. hCG dapat
berikatan dengan reseptor TSH pada sel tiroid. Reseptor LH-hCG juga diekspresikan pada tiroid.
Sehingga memungkinkan stimulasinya pada tiroid melalui reseptor tersebut.
5. Membantu vasodilatasi vaskular uterus dan relaksasi otot polos myometrium via reseptor LH-hCG
Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan stimulasi hormonal pertumbuhan jaringan endometrium secara berkala.
Siklus ini berlangsung selama 28 hari (kisaran: 21-35 hari) dan dibagi menjadi 3 fase: folikular, ovulasi dan
luteal
Fase folikular Ovulasi Fase luteal
Durasi fase bervariasi Konsentrasi tinggi dari estrogen Durasi fase cukup konstan (12-16 hari,
Suhu basal tubuh rendah merangsang lebih sering biasanya 12 hari)
Perkembangan folikel ovarium pelepasan GnRH dari hipotalamus. Suhu basal tubuh meningkat (>98F atau
Hal ini merangsang gonadotropin
Peningkatan jumlah sel 36,6C)
di hipofisis anterior untuk
stroma dan glandula pada mensekresikan LH . Glandula endometrium lebih berliku
endometrium GnRH mempromosikan pelepasan Edema pada stroma endometrium
Pertumbuhan vaskular FSH dan LH tambahan oleh Peningkatan sekresi progesteron oleh
endometrium hipofisis anterior ovarium
LH menyebabkan pecahnya folikel
Sekresi estrogen dari ovarium
matur(Graafian) akibat enzim
kolagenase dan pengeluaran oosit
sekunder sekitar 9 jam setelah
puncak LH tercapai.
Hasil fertilisasi
Pengembalian jumlah kromosom menjadi diploid
Variasi spesies
Determinasi seks
Inisiasi pembelahan/cleavage
Zigot mengalami pembelahan menjadi beberapa blastomer saat melewati tuba uterina. Sekitar 3 hari
setelah fetilisasi, zigot membelah menjadi 16 blastomer yang disebut morula, masuk ke uterus.
Sebuah rongga terbentuk dalam morula, disebut blastokista yang terdiri dari:
Inner mass cell (embryoblast), akan menjadi embryo
Rongga blastokista, akan mennjadi primitive yolk sac
Outer layer cell (trophoblast), akan membungkus inner mass cell dan rongga blastokista
Pada hari ke 4 atau 5 zona pellucida mengalami degradasi dan menghilang, dan pada hari ke-6 blastula
menempel pada epitel endometrium. Sel trofoblastik menginvasi epitel dan stroma endometrium (7).
Trofoblast secara perlahan terbagi menjadi dua lapisan: cytotrophoblast di bagian dalam, dan
syncytiotrophoblast di bagian luar (7-8).
Pada hari ke-7 endoderm embrionik mulai membentuk permukaan ventral pada inner mass cell, menjadi
lapisan germinal primer pertama. Serta blastokista mulai implantasi pada endometrium dan menetap pada
uterus.
Tahap bipotensial janin berusia 5-6 minggu. Organ-organ reproduksi internal berpotensi untuk berkembang
menjadi struktur laki-laki atau perempuan.
Sebagai uji diagnostik dugaan kehamilan, untuk menentukan apakah seorang wanita hamil atau tidak
C. Prinsip
Tes strip hCG adalah immunnoassay two-site sandwich untuk menentukan hCg dalam urine secara
kualitatif. Membran sebelumnya telah dilapisi dengan anti-hCG kelinci pada daerah pita uji. Selama
pengujian, urine pasien dibiarkan bereaksi dengan konjugat koloid emas berwarna dan anti-hCG
monoklonal yang dikeringkan pada strip uji. Campuran ini kemudian bergerak naik pada membran
melalui kapilaritas.
D. Prosedur
1. Keluarkan test strip dari wadah kering. Beri label identifikasi pasien atau kontrol pada strip.
2. Celupkan strip ke dalam urine dengan ujung panah mengarah ke urine. Jangan celupkan melewati
garis MAX (maksimum). Strip dapat dibiarkan dalam urine atau dikeluarkan seelah minimal 3 detik
dan letakkan strip pada permukaan yang bersih, kering, dan tidak menyerap (misalnya, mulut
wadah urnie)
3. Tunggu hingga pita warna muncul. Bergantung pada kadar hCG dalam spesimen, hasil positif dapat
diamati paling singkat 40-90 detik. Namun, untuk mengonfirmasi hasil negatif, waktu reaksi
lengkap harus dipenuhi (5 menit). Jangan interpretasikan hasil setelah 10 menit.
E. Hasil
1. Negatif: hanya satu pita warna yang muncul pada bagian kontrol. Tidak tampak pita warna pada
bagian uji.
2. Positif: pita warna jelas tampak pada daerah kontrol dan uji. Instensitas warna dapat bervariasi.
3. Invalid: tidak tampak pita warna sama sekali atau tidak tampak pita warna pada daerah kontrol;
ulangi pengujian.
C. Prosedur
1. Mengambil katak dengan tenang agaar katak tidak stress
2. Memberi stimulasi pada kloaka katak dengan kapas
3. Menarik kulit punggung katak. Kemudian injeksikan 3 mL urine wanita hamil secara subkutan
dengan syringe
4. Pindahkan katak ke dalam gelas beker dan tunggu selama 10 menit. Tempatkan wadah berisi katak
pada ruang yang gelap dan sunyi
5. Mengambil sperma katak yang keluar
6. Meletakkan sperma katak pada kaca preparat dan amati di bawah mikroskop
D. Hasil
Positif : Jika tampak pada mikroskop gambaran sperma
Negatif : Jika tidak tampak pada mikroskop gambaran sperma
Harvard Step-UpTest
dan
Lari 2,4 Km Metode Cooper
Fisiologi Kardiovaskular
Anatomi Jantung
Sirkulasi darah
Sistem sirkulasi darah terbagi atas 3 yaitu :
1. Sirkulasi Sitemik
2. Sirkulasi Pulmonal
3. Sirkulasi Coroner
*Darah terdeoksigenasi yang berasal dari vena cava superior et inferior dan sinus coronaries mengalir ke atrium
dexter.Valva tricuspidalis terbuka akibat kontraksi dari atrium sehingga darah akan menuju ke ventrikel dexter.
Terjadinya kontraksi ventrikel Valva tricuspidalis menutup, Valva Trunci Pulmonalis Terbuka Darah
akan mengalir pada valva trunci pulmonalis menuju ke A. Pulmonalis dexter et sinister (Darah CO2) menuju
ke paru-paru untuk pertukaran CO2 dengan O2
*Darah oksigenasi dari pulmo melalu V. Pulmonalis dexter et sinister menuju atrium sinister valve
bikuspidalis terbuka (kontraksi atrium) darah mengalir menuju ke ventrikel sinister penutupan valve
bicuspid dan terbukanya valve aortica (kontraksi ventrikel) darah kaya oksigen menuju aorta melalui valve
aortica untuk menuju ke arteriola dan kapiler (seluruh tubuh)
Sirkulasi koroner
Nutrisi tidak dapat berdifusi cukup cepat dari darah di bilik jantung untuk memasok semua lapisan sel yang
membentuk dinding otot jantung. Untuk itu, miokardium memiliki sirkulasi tersendiri yaitu sirkulasi koroner.
Sementara jantung berkontraksi, darah mengalir di arteri coroner. Adanya tekanan tinggi darah di aorta
mendorong darah melalui arteri koroner, menuju kapiler, dan kemudian ke pembuluh darah koroner
Arteri koroner
Dua arteri koroner, dexter et sinister merupakan cabang dari aorta ascendens pasokan darah
mengandung oksigen ke miokardium
*Arteri coronaria sinistra melewati auricula cordis sinistra dan membagi ke dalam R. interventrikular anterior
dan R. sirkumfleksa. R. Anterior interventricular atau left anterior descending (LAD) artery dalam sulkus
interventrikular anterior memberi pasokan darah beroksigen ke dinding ventrikel. R. sirkumfleksa terletak pada
sulkus koroner dan mendistribusikan darah beroksigen ke dinding ventrikel sinsitra dan atrium sinistra.
*Arteri coronaria dexter memasok darah pada cabang arteri menuju ke atrium kanan. Hal ini berlanjut ke
aurikula cordis dexter dan akhirnya membagi ke dalam R. interventrikular posterior dan R. marginal.
Cardiac cycle
Tahapan dalam siklus jantung :
Sistol atrium
Dimulainya kontraksi atrium (tekanan pada atrium > tekanan pada ventrikel) Valva atrioventrikular dexter et
sinister terbuka
Atrium mengejeksikan darah ke ventrikel
Dimulainya pengisian di ventrikel
Akhir sistol atrium
Terjadinya end diastolic volume (ventrikel mencapai volume maksimum) Katup atrioventrikular dexter et
sinister akan tertutup
Sistol ventrikel
Terjadi peningkatan tekanan di ventrikel (tekanan pada ventrikel > tekanan pada atrium) sehingga terjadinya
kontraksi isovolumetrik (penutupan katup atrioventrikular dexter et sinister dan pembukaan katup semilunar)
Ejeksi ventrikel
Terbukanya katup semilunaris darah akan mengalir menuju valve trunci pulmonalis dan valve aorticus (Stroke
Volume = 60 % EDV)
Tekanan ventrikel turun
Akan terjadinya relaksasi isovolumetrik. Ventrikel mengalami end systolic volume yang dimana sekitar 40 % dari
end diastolic volume
Diastol ventrikel
Terjadinya relaksasi isovolumetrik (penutupan katup semilunar dan valve av)
Tekanan atrium tinggi dari tekanan ventrikular
Valva atroventrikular terbuka dan terjadi pengisian pasif pada atrium dan ventrikel dan terjadinya akhir dari sklus
jantung
Cardiac Output
Cardiac Output adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel per menit. Rumus dari Cardiac
Output yaitu hasil kali dari isi sekuncup jantung (Stroke Volume) dan frekuensi jantung (Heart Rate).
CURAH JANTUNG
Dipengaruhi oleh
Menurun akibat Meningkat akibat
persarafan persarafan
parasimpatis simpatis dan Kontraktilitas End Diastolic
epinefrin Volume
Dibantu pompa
otot rangka dan
respirasi
Bunyi Jantung
Epinefrin dan norepinefrin : Hormon yang dihasilkan oleh medulla adrenal yang berkerja pada system
simpatis dan parasimpatis
Antidiuretic hormone (ADH) : Diproduksi di hipotalamus dan pengeluaran dari hipofisis posterior yang
berfungsi dalam dehidrasi atau penurunan volum darah. Mekanisme
aksinya berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Biasa disebut dengan
vasopressin
Atrial Natriuretic peptide : Disekresikan pada sel miokardium atrium yang mekanisme aksinya
dalam vasodilatasi pembuluh darah (penurunan BP)
Regulasi Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan Darah
Regulasi system saraf dalam pengaturan tekanan darah melalui umpan balik negative terbagi atas 2 tipe
refleks yaitu :
Refleks baroreseptor
Refleks kemoreseptor
Refleks baroreseptor
Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek untuk mengatur tekanan darah. Refleks ini akan terpicu
jika terjadi perubahan pada tekanan arteri rerata. Baroreseptor terdapat di sinus karotikus dan arcus aorta.
Medulla Adrenal:
Norepinefrin ,
epinefrin
Refleks Kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan reseptor sensorik yang memantau komposisi kimia darah, yang terletak
dekat dengan baroreseptor dari sinus karotis dan arcus aorta dalam struktur kecil yang disebut corpus carotis
dan aorta.
Kemoreseptor ini mendeteksi perubahan kimia dalam darah berupa O2 , CO2 , dan H+ .
+
Pada kondisi hipoksia (penurunan O2), asidosis (peningkatan konsentrasi H ), atau hiperkapnia
(kelebihan CO2) membuat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga merangsang kemoreseptor
untuk mengirim impuls ke pusat kardiovaskular pusat cardiovaskular meningkatkan stimulasi
simpatis ke arteriol dan vena terjadi vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah.
Kemoreseptor ini juga memberikan masukan ke pusat pernapasan di batang otak untuk menyesuaikan
laju pernapasan.
Tujuan
Tujuan dari tes ini adalah untuk memantau kemampuan sistem kardiovaskular pada subjek.
Prosedur
Tes Langkah Harvard dilakukan sebagai berikut:
1. Subjek duduk selama 5 menit, menghitung detak jantung
2. Subjek melangkah keatas dan kebawah pada bangku harvard dengan kecepatan 30 langkah
per menit selama 5 menit atau sampai kelelahan
3. Meminta seseorang untuk membantu subjek menjaga kecepatan yang diperlukan
4. Kelelahan didefinisikan ketika subjek tidak dapat mempertahankan laju loncatan
selama 15 detik
5. Subjek segera duduk setelah menyelesaikan tes selama satu menit dan mengukur detak
jantung selama 30 detik (P)
6. Hitung estimasi tingkat kebugaran
Analisis
Untuk estimasi tingkat kebugaran Anda:
INTERPRETASI SKOR :
90 : Sangat baik
80-89 : Baik
65-79 : Cukup baik
55-64 : rata-rata
<54 : Buruk
Tes ini pada dasarnya untuk mengukur kapasitas aerobic. Tes ini adalah suatu cara yang sangat baik
untuk menentukan fitmess seseorang (General firness) dan kemampuan fisiknya.
Prosedur
>3,0
ORGAN PERNAPASAN
PROSES RESPIRASI:
Inspirasi: otot pernapasan berkontraksi diafragma mendatar rongga dada membesar tekanan udara
dalam paru rendah- udara masuk
Ekspirasi: otot pernapasan berelaksasi- diafragma melengkung- rongga dada mengecil- tekanan udara
dalam paru membesar udara keluar.
RESPIRASI MEMILIKI 3 STEPS:
Ventilasi Pulmonar: inspirasi dan ekspirasi udara melalui pertukaran udara antara atmosfer dan paru-
paru
Respirasi eksternal (Pulmonary): pertukaran gas antara alveolus paru dan kapiler darah.
Respirasi internal (jaringan): pertukaran udara antara kapiler darah dan jaringan tubuh.
PUSAT RESPIRASI
Inspirasi:
1. M. Serratus Posterior Superior
2. M. Intercostalis Eksternus
3. M. Levator Costae
4. M. Scaleni
5. M. Sternocleidomastoideus
6. Diafragma
Ekspirasi :
1. M. Serratus Posterior Inferior
2. M. Intercostalis Internus
3. M. Transversus Thorachicae
4. M. Subcostalis
5. Otot abdomen
Statis
Dinamis
Volume Respirasi dan Kapasitas respirasi (Statis)
Volume Respirasi
1. Volume Tidal (TV) 500ml Jumlah udara saat inspirasi dan ekspirasi
normal (bernapas biasa)
2. Volume Cadangan Inspirasi 3000 ml Jumlah udara yang masih bisa dihirup setelah
(IRV) inspirasi normal
3. Volume Cadangan Ekspirasi 1100 ml Jumlah udara yang masih bisa dikeluarkan
(ERV) setelah ekspirasi normal
4. Volume Residu (RV) 1200ml Jumlah udara sisa di paru setelah ekspirasi
maksimum
Kapasitas Respirasi
5. Kapasitas Vital (VC) 4600 ml ERV + TV + IRV. Jumlah udara yang dapat
diekspirasi secara paksa setelah inspirasi
maksimum
6. Kapasitas Inspirasi (IC) 3500ml TV + IRV. Jumlah udara yang dapat dihirup
secara maksimum setelah ekspirasi normal
7. Kapasitas Residual Fungsional 2300 ml RV + ERV. Jumlah udara sisa pada paru
(FRC) setelah ekspirasi normal
8. Kapasitas Paru Total (TLC) 5800ml VC + RV. Jumlah udara maksimum dalam
paru-paru.
9. Volume Ekspirasi Paksa (FEV1) >75% Volume udara yang dikeluarkan paksa
dari FVC selama 1 detik. (FEV1/FVC) digunakan
untuk mendiagnosis penyakit pernapasan.
10. Ventilasi Voluntary Maximal 125-170 FEV1 x 40. Jumlah udara yang dapat masuk
(MVV) L/Menit dan keluar paru dalam 1 menit dengan
voluntary effort
KERJA SURFAKTAN
Kerja surfactant (surface active antigent) memiliki prinsip kerja seperti hukum LaPlace yaitu :
Pada tiap gelembung alveoli mempunyai tegangan permukaan (T) yang sama. Untuk yang alveoli kecil
tekanannya (P) > dari (P) alveoli besar dengan menggunakan persamaan :
P=2T/r
PENYAKIT PARU
Normalnya, FVC 5.0L dan FEV1 4.0L. sehingga perhitungan FEV1/FVC sebesar 80%. Pada penyakit paru
obstruktif nilai FEV1/FVC kurang dari nilai normal. Sedangkan pada penyakit paru restriktif nilai FEV1/FVC
lebih dari nilai normal.
PRAKTIKUM
B. TUJUAN
C. PROSEDUR
1. Bersihkan mounthpiece spirometer dengan larutan alcohol dan atur pointer pada angka 0.
2. Mendapatkan TV & MVV: probandus bernapas normal pada spirometer.
3. Mendapatkan nilai VC & FEV1: probandus melakukan ekspirasi paksa setelah sebelumnya telah
inspirasi maksimum.
4. Catat hasilnya
D. PERHITUNGAN
1. Menghitung nilai VC prediksi :
Pria : {27.63 (0.112 x umur)} x Tinggi badan
Wanita : {21.78 (0.101 x umur)} x Tinggi badan
2. Menghitung VC: (VC praktikum/VC prediksi) x 100%
Jika hasilnya <80% maka hasilnya abnormal, lanjutkan dengan perhitungan:
=(FEV1/VC praktikum) x 100%
Jika hasilnya > 70% : restriktif
Jika hasilnya <70% : Obstruktif
3. Volume minute = VT x RR probandus
4. MVV Prediksi = FEV1 x 40
Referensi:
FK UGM, 2015. Block 12 Circulation & Respiration. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2014. Block 4 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2014. Block 3 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
Tortora, GJ & Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy and Physiology. 13th Edition. John Wiley&Sons,
Inc. USA
Barrett, K., Barman,S., Boitano,S., Brooks, H, 2010. Ganongs Review of Medical Physiology. 23rd Edition.
McGraw Hill Companies, Inc. USA
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta.
Silverthorn, DU, 2014. Fisiologi Manusia. Edisi 6. EGC. Jakarta
Skills Laboratory Manual. 2015. History taking and Ear, Nose and Throat Examination. Faculty of Medicine
UGM. Yogyakarta.
Lecturer Assistant Department Physiology Faculty of Medicine Tadulako University