Manajemen Strategis Dan Kebijakan Pendid
Manajemen Strategis Dan Kebijakan Pendid
Oleh
Fridiyanto
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
REKOMENDASI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Strategis................................................................................ 15
B. Dasar Strategi.......................................................................................... 10
C. Tipe-tipe Strategi.................................................................................... 17
D. Perumusan Strategi................................................................................. 17
E. Tahapan Strategi..................................................................................... 18
1
BAB III PERENCANAAN STRATEGIS
2
BAB VIII OPERASIONALISASI STRATEGI
A. Menurut Besarannya.............................................................................. 79
B. Menurut Tingkatannya............................................................................ 81
C. Menurut Jangka Waktunya..................................................................... 84
D. Teknik-Teknik Perencanaan..................................................................... 85
E. Penganggaran......................................................................................... 86
A. Pengertian Kebijakan.............................................................................. 99
B. Kebijakan Negara.................................................................................... 97
C. Kewenangan Organisasi.......................................................................... 97
D. Perumusan dan Komunikasi Kebijakan ................................................... 98
3
BAB XIII RENSTRA PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
operasional, serta pengolahan data sebagai rujukan yang membantu manajer
tingkat menengah dalam mengelola organisasi.
Manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Luther Gulick mengatakan,
manajemen sebagai ilmu karena memahami bekerja sama secara sistematik.
Dikatakan sebagai kiat menurut Follet karena manajemen mencapai sasaran
melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang
sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai
suatu prestasi manajer, dan para professional yang dituntun oleh kode etik.1
MBS dipopulerkan oleh Peter Drucker (1954), prinsip ini membantu memperjelas
dan menjabarkan tahap tujuan organisasi, proses ini menetukan tujuan atasan dan
bawahan. Manajer tingkat atas bersama-sama dengan manajer tingkat bawah
menentukan tujuan unit kerja agar serasi dengan tujuan organisasi. Reddin (1971)
menjelaskan bahwa MBS akan sukses apabila memiliki unsur-unsur sebagai
berikut: 1) komitmen pada program; 2) penentuan sasaran pada tingkat puncak; 3)
1
Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. 2004
2
Terry, 1973: 4 dalam Fatah. Ibid. H. 19
6
sasaran individu ; 4) peran serta aktif ; 5) otonomi dalam pelaksanaan ; 6)
penilaian prestasi.
SIM dibutuhkan oleh manajer sebagai dasar melakukan pemantauan dan penilaian
kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai. Gordon B. Davis (1974) mendefinisikan
SIM sebagai sebuah sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
3
Ibid. h. 39
7
SIM merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada
pembuatan keterangan-keterangan bagi manajer yang berfungsi untuk mengambil
keputusan. Informasi merupakan data yang telah diolah, dianalisis melalui suatu
cara sehingga menjadi berarti. Sedangkan data adalah fakta atau fenomena yang
belum dianalisis.4
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
1. Perencanaan
Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses
menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam
kenyataan.5 Usman (2008: 60) mengatakan bahwa perencanaan adalah sejumlah
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan Terry
menjelaskan definisi perencanaan sebagai berikut: Planning is the selecting and
relating of facts and the making and using of assumption regarding the future in
the visualization and formulation of proposed activities, believe necessary to
achieve desired results.6
4
Ibid. h. 39
5
dalam Syafaruddin. 2005. h. 61
6
Terry. Op. Cit.h. 192
8
sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan mencapai tujuan. 7 Menurut Usman
perencanaan pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan atas
sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara yang akan dilaksanakan dimasa
yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki.
7
T.H. Handoko. 2008
8
Syafaruddin. Op. Cit. h. 68
9
perhatian pada perencanaan jangka panjang daripada perusahaan lokal. Akan
tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan keseimbangan antara
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena itu
penting bagi para manejer untuk mengerti peranan perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang dalam pola perencanaan secara keseluruhan.9
2. Pengorganisasian
9
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE Yogyakarta
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga Jakarta
10
4. Mengalokasi sumber-sumber daya dan petunjuk-petunjuk un tukk tugas-
tugas bagaian tersebut.
5. Mengevaluasi mengevaluasi hasil-hasil dari strategi pengorganisasian
yang diimplementasi.
Henri Fayol dalam Winardi (2003) mengemukakan Enam Belas petunjuk
upaya pengorganisasian, sebagai berikut:
10
Winardi. 2003
11
Konsep dalam pengorganisasian menurut Mondy dan Premeaux (1995) yaitu
tanggung jawab, dan pertanggungjawaban. (Syafaruddin, 2005: 71)
3.Penggerakan
Penggerakan merupan keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk
mendorong anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan
ekonomis.11
12
operasional. John F. Mee menggunakan istilah motivating yang lebih menekankan
manajer harus bersifat mendorong anggota agar intrinsic anggota digabung
dorongan external diharapkan mampu memberikan yang terbaik bagi organisasi.
4. Pengawasan
Menurut Murdick dalam Fatah bahwa pengawasan merupakan proses dasar yang
secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya organisasi. 12
Robins (1984) menjelaskan Control is the process of monitoring activities to
ensure they are being accomplished as planned and of correcting any significant
deviations. Sementara Terry (1973) Controlling is determining what is being
accomplish, that evaluating performance and, if necessary applying corrective
measures so performance takes according to plans. Pengawasan akan efektif
apabila memiliki karakter sebagai berikut:
13
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial
budaya serta menyeluruh suatu Negara.
14
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan
oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam
hal ini terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnya. Adapun
komponen-komponen yang ikut serta dalam proses ini adalah :
15
1. Model-model Perencanaan Pendidikan
Nanang Fatah (2004) mengelompokkan perencanaan pendidikan ke dalam empat
kelompok sebagai berikut:
Model perencanaan komprehensif. Model ini digunakan untuk
menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan,
dan juga berfungsi sebagai patokan dalam menjabarkan rencana-rencana ke arah
tujuan yang lebih luas.
Model target setting. Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan
proyeksi ataupun memerkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu
tertentu. Dalam persiapannya dikenal (1) model untuk analisis demografis dan
proyeksi penduduk; (2) model untuk memproyeksikan enrolment (jumlah siswa
terdaftar) sekolah; (3) model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.
Model pembiayaan dan keefektifan biaya. Model ini sering digunakan
untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan
suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi
alternatif penanggulangan masalah yang dihadapi.
Model PBBS. PBBS (planning, programming, budgeting system)
bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan penganggaran dipandang
sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan satu sama lainnya.
2. Metode-Metode Perencanaan
August W. Smith dalam Fatah (2004) mengemukakan metode yang secara umum
dapat diterapkan dalam bidang pendidikan. Metode-metode tersebut, sebagai
berikut:
Mean ways and analysis. Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-
sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tigahal yang perlu
dianalisis dalam metode ini yaitu: means yang berkaitan dengan sumber-sumber
yang diperlukan, ways yang berhubungan dengan cara dan alternatif tindakan
yang dirumuskan dan bakal dipilih, ends yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Kitiga aspek ini dikaji secara timbal balik.
16
Input-output analysis. Metode ini dilakukan dengan mengadakan
pengkajian terhadap interelasi dan interdependensi sebagai komponen masukan
dan keluaran dari suatu sistem. Metode ini dapat digunakan untuk menilai
alternatif dalam proses transformasi.
Econometric analysis. Metode ini menggunakan data empirik, teori
ekonomi dan statistik dalam mengukur perubahan dalam kaitan dengan ekonomi.
Metode ekonometrik mengembangkan persamaan-persamaan yang
mengembangkan persamaan-persamaan yang menggambarkan hubungan
ketergantungan di antara variabel-variabel yang ada dalam satu sistem.
Cause effect diagram. Metode ini digunakan dalam perencanaan dengan
menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang masa depan.
Metode ini sangat cocok untuk perencanaan yang bersifat strategik.
Delphi. Metode ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternatif
program, mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang melandasi judgments
tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
konsensus. Biasanya metode ini dimulai dengan melontarkan suatu masalah yang
berdifa umum untuk diidentifikasi menjadi masalah yang lebih spesifik. Dalam
metode ini melibatkan pakar ahli tertentu.
Heuristik. Metode ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk
mengakomodasi pandangan yang bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini
didasarkan atas seperangkat prinsip dan prosedur yang mensistematiskan langkah-
langkah dalam usaha pemecahan.
Analisis siklus kehidupan. Metode ini digunakan terutama untuk
mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan siklus kehidupan
mengenai produksi, proyek, program atau aktifitas. Fase yang dilalui:
konseptualisasi, spesifikasi, prototipe, pengujian dan evaluasi, operasi, produksi.
Value added analysis. Metode ini digunakan untuk mengukur
keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan sehingga mendapatkan
gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya.
(Fatah. H. 52)
F. Model Perencanaan Pendidikan
17
G. Model Perencanaan Pendidikan
Model Master Plan untuk Pendidikan. Master plan untuk pendidikan memiliki
dimensi waktu yang bersifat jangka panjang perencanaan strategi sebagai
contohnya
BAB II
18
KONSEP STRATEGIS
A. Pengertian Strategis
Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para jenderal
untuk memenangkan suatu pertempuran dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas.1 Penggunaan kata stratejik sangat popular di lingkungan militer. Stratejik
dalam peperangan adalah pengaturan cara untuk memenangkan peperangan.
Dalam Oxford Edvanced Learners Dictionary the art of commander in chief, the
art of projecting and directing the larger military movements and operation of
compaign.2(Seni seorang panglima tertinggi, seni memproyeksikan dan mengatur
gerakan militer yang lebih besar serta operasi-operasi kampanye).
1
Sihombing. 2000
2
Hornby. Oxford Advanced Learners Dictionary.
3
dalam Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: rafika Aitama. 2009. h. 20
4
Ibid. h. 20
19
1. Keunggulan kompetitif. Strategi generik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif: (a) Inovasi,
menjadi produser unik; (b) Kualitas, menyampaikan barang dan jasa
berkualitas tinggi kepada pelanggan; (c) Kepemimpinan biaya, hasil
kebijakan yang direncanakan bertujuan pada pengelolaan pengurangan
pengeluaran.
2. Kapabilitas khusus. Kapabilitas khusus adalah karakteristik yang tidak
dapat atau sulit ditiru pesaing. Empat kriteria yang disusulkan Barney
(1991): (a) Penciptaan nilai bagi pelanggan; (b) Memiliki sesuatu yang
sangat langka; (c) Tidak ada substitusinya.
B. Dasar Strategi
1. Tujuan stratejik: (a) Visi yang luas mengenai alasan organisasi didirikan;
(b) Misi Organisasi; (c) Tujuan spesifik yang dioperasionalisasikan
2. Strategi berbasis sumber daya adalah kapabilitas stratejik organisasi yang
tergantung pada kualitas sumber daya.
C. Tipe-tipe Strategi
5
Ibid. h. 20
20
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya: strategi
pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisi, strategi
pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya
Strategi Bisnis disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena berorientasi
pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-
strategi yang berhubungan dengan keuangan.
D. Perumusan Strategi
Pertama, Pendekatan sistematis untuk merumuskan strategi, yang terdiri dari: (a)
Menetapkan misi; (b) Menyusun sasaran; (c) Melakukan pengamatan lingkungan
internal dan eksternal dengan SWOT; (d) Melakukan analisa strategi yang ada
untuk menetapkan hubungannya dengan penilaian internal dan eksternal; (e)
Tetapkan kapabilitas khusus organisasi; (f) Menetapkan masalah stratejik utama
yang timbul dari analisis sebelumnya; (g) Menetapkan strategi korporasi dan
fungsional untuk mencapai sasaran dan keunggulan kompetitif,
mempertimbangkan masalah stratejik utama; (h) Mempersiapkan rencana stratejik
terintegrasi untuk menerapkan strategi; (i) Menerapkan strategi; (j) Memantau
penerapan dan menyempurnakan strategi yang telah ada atu mengembangkan
strategi baru bila diperlukan.6
6
Ibid. h. 20
21
perumusan strategi dilihat sebagai hal terpisah dari proses penerapan. (b)
Evolusioner, perumusan strategi sebagai proses evolusioner merupakan produk
kekuatan pasar, dimana organisasi paling efisien dan paling produktif akan
memenangkannya; (c) Proses, perumusan strategi sebagai proses setahap demi
setahap berkembang melalui diskusi dan ketidaksepakatan; (d) Sistemik, strategi
dibentuk oleh sistem sosial dimana sistem sosial diletakkan sebagai strategi.7
E. Tahapan Strategi
22
internal factors that are the bases for current strategies b. Measuring
performance, andc. Taking corrective actions. Strategi evaluasi akan menjadi
bagian penting dari laporan akuntabilitas kinerja sebuah lembaga atau organisasi.
BAB III
23
PERENCANAAN STRATEGIS
1
.Hani Handoko. Manajemen. Jakarta: Erlangga. 1996
2
Ravik Karsidi, MS. http://happytreeflash.com/manajemen-strategis-ppt.html. (tanggal 10 Juli
2011)
3
http://id.wikipedia.org/wiki/perencanaan -strategis (tanggal 10 Juli 2011)
4
http://www.google.co.id.perencanaan strategis. (tanggal 8 Juli 2011)
24
program strategis, mengintegrasikan unsur belajar bersama kedalam proses
perencanaan.5
1. Proses membuat keputusan dan tindakan penting yang akan memandu agar
organisasi dapat menentukan: apa yang harus dikerjakan ?; dan mengapa
organisasi harus mengerjakannya ?
2. Fokus utama adalah pengidentifikasian isu-isu mendasar dan
pemecahannya yang menjadi perhatian utama organisasi.
3. Lebih menekankan pada penilaian terhadap lingkungan atau faktor luar
dan dalam organisasi.
4. Lebih mendorong pengumpulan versi (usulan) yang diidealkan dalam
bentuk visi keberhasilan
5. Lebih berorientasi kepada tindakan.7
C. Langkah-Langkah Perencanaan Strategis
5
Ravik Karsidi. Op.Cit
6
http://id.wikipedia.0rg/wiki/perencanaan-strategis (tanggal 8 Juli 2011)
7
Ravik Karsidi. Op. Cit. Manajemen Strategis.
25
Persiapan:
1. Analisa Kebutuhan
2. Membangun Komitmen
Perumusan aspek dasar organisasi:
1. Analisa stakeholders
2. Perumusan mandat organisasi
3. Perumusan Misi, Visi, Nilai
Perumusan aspek strategis organisasi:
8
Ibid.
26
Tahap 4 : Perencanaan strategis perusahaan. Ini diperlukan untuk mengurangi
konflik internal. Perencanaan strategis yang terpadu ini bersifat
administratif.
1. Menentukan batasan usaha atau bisnis. Memilih fokus bidang usaha yang
akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.
2. Memberikan arah perusahaan. Menentuan batasan usaha dan arah
perusahaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang
mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan
9
http://id.wikipedia.org/wiki/perencanaan-strategis (tanggal 10 Juli 2011)
10
Ravik karsidi MS. Op.Cit. Manajemen Strategis.
27
prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan
lingkungan.
3. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan. Rencana strategis
menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses
interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
4. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.
5. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.
6. Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.
G. Metode Penyusunan Rencana Strategis
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik diperkenalkan oleh Porter untuk membedakan umum
dengan pendekatannya sendiri. Dalam analisis lingkungan dimasukkan semua
faktor lingkungan usaha, baik yang langsung maupun tidak langsung,
sehingga bersifat global. Pendekatan ini relatif mudah karena dua hal:
informasi yang disyaratkan bersifat global dan teknik yang digunakan
sederhana.
2. Pendekatan Non-Klasik
Pendekatan non-klasik atau pendekatan Porter ini menitikberatkan pada
analisis posisi persaingan, sehingga hanya lingkungan langsung perusahaan
yang relevan. Pendekatan ini mensyaratkan informasi yang cukup tentang
pihak dalam lingkungan persaingan tersebut. Hasilnya spesifik tentang strategi
perusahaan yang dipilih.
3. Pendekatan Administratif
28
Fokus pendekatan ini adalah dokumen resmi rencana strategis yang memenuhi
syarat yang berisi arah dan strategi perusahaan. Pendekatan ini kurang
memperhatikan faktor komitmen dan berbagai tingkat dan bidang manajemen.
4. Pendekatan Keperilakuan
Bertentangan dengan pendekatan administratif. Penekanan pendekatan ini
adalah manfaat utama dari suatu rencana strategis bukan pada hasil berupa
dokumen resmi, melainkan pada komitmen, kesepakatan, tingkah laku yang
dihasilkan dari proses penyusunan dokumen.
BAB IV
11
Ravik karsidi MS. Op.Cit. Manajemen Strategis.
29
MANAJEMEN STRATEGIS
1
Dwiningsih. 2001
2
David J Hunger dan Thomas L. Wheelen. Strategic Management. Fifth edition. USA: Addison
Wesley Publishing Company. 1996.
30
Strategic management is a set of managerial skills that can and should
be used througout the organization in a wide variety of function. We shall study
strategic management as a proces comprising three major types of interrelated
activities: strategic analysis, strategy formulation, and strategy implementation. 3
John A.Pearce memberi definisi Strategic management is defined as the set of
decisions and actions that result in the formulation and implementation of plans
designed to achieve a companys objectives.4 Menurut Wheelen dan Hunger
manajemen strategi adalah serangkaian keputusan manajerial dan kegiatan yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut
terdiri dari perumusan, perencanaan strategi, pelaksanaan, dan evaluasi.
31
tumpang tindih kegiatan akan terkurangi karena partisipasi dalam
memformulasikan strategi turut mengklarifikasi berbagai perbedaan; dan (5)
resistansi terhadap perubahan akan terkurangi.7
32
bahwa manajemen strategis adalah proses untuk menyelaraskan kemampuan
internal organisasi dengan peluang dan ancaman yang dihadapinya dalam
lingkungannya.
Menurut Gluck, Kaufman dan Walleck (1982), ada empat fase evolusi manajemen
strategis:
Hax dan Majluf (1984), evolusi manajemen strategis terdiri dari lima
tingkatan:
33
Hari Lubis12 perencanaan strategis dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut: Menetapkan misi organisasi, Memformulasikan falsafah organisasi,
Menetapkan kebijakan, Menetapkan tujuan, Mengembangkan strategi, Merancang
struktur organisasi, Menyediakan sumber daya manusia, Menetapkan prosedur
kerja, Menyediakan fasilitas, Menyediakan modal kerja, Menetapkan standar,
Menentukan rencana dan program operasional, Menyediakan informasi untuk
keperluan pengendalian, Mengaktifkan sumber daya manusia
12
dalam Yosal. Op.Cit. Manajemen Strategis. h. 12
13
D.P. Tampubolon. Profesi Manajemen. Jakarta: Erlangga. 1990.
34
1. Memberikan pedoman yang lebih baik bagi seluruh jajaran organisasi
mengenai titik krusial apa yang sedang dikerjakan.
35
Menurut Sagala, penerapan manajemen strategik dalam manajemen
sekolah adalah : (1) bagaimana misi sekolah konsisten dengan tujuan, sasaran, dan
program kerja sekolah yang tampak dalam program kerja sekolah; (2) kunci
kehidupan sekolah adalah adalah fokus pada kualitas manajemen sekolah dan
kualitas layanan belajar dengan menggunakan berbagai pendekatan sistematik
yang relevan; (3) menentukan dan menyediakan fasilitas belajar di kelas,
laboratorium, perpustakaan, bengkel praktek, dan sebagainya; dan (4) memenuhi
dan menggunakan anggaran untuk kegiatan seluruh operasional sekolah untuk
personal sekolah, fasilitas belajar, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan program sekolah.
36
mengenai masa depan yang jelas, dan kemudian dapat diterapkan ke dalam
pelaksanaan sehari-hari.18
3. Visi dan misi, pemilihan strategis menghasilkan strategi utama dan tujuan
strategis organisasi untuk jangka panjangmerupakan acuan merumuskan
rencana strategis.
18
Burnus (1992) dalam Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipl. Jakarta: rafika Aitama. 2009. h. 20
19
Ibid. h. 91
37
4. Rencana strategis dijabarkan menjadi program operasional dengan sasran
jangka sedang.20
BAB IV
38
Berikut adalah konsep proses manajemen dari Wheel dan Hunger (1995) yang
menjelaskan langkah-langkah strategi yang terintegrasi dimana scanning
lingkungan tidak artinya tanpa rumusan strategi, begitu juga rumusan strategi
tidak ada arti tanpa ada implementasi dan implementasi tidak akan berhasil tanpa
kendali dan evaluasi.
Gambar 3
Langkah Manajemen Strategis
Gambar 3
Merumuskan Isu-Isu Strategis 1
1
Ravik Karsidi. Op.Cit. Manajemen Strategi. 2006
39
Implementasi Strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan pilihan yang
diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana strategis. Ini merupakan proses
untuk menjalankan strategi dan kebijakan melalui pengembangan program,
anggaran, dan rosedur.
2
Indrajit. Op. Cit. h. 64-65.
40
2. Formulasi strategi: (Penentuan misi, Penentuan obyektif, Pembuatan
strategi, Penentuan kebijakan).
3
Ibid. h. 64-65
41
12. Konsolisasi penganggaran dan pengesahan dana strategis dan operasional.
Model perencanaan strategis menurut Pearce dan Robinson (1988) tidak
membedakan antara perencanaan strategis untuk unit usaha dan badan usaha.
1. Company mission.
2. Company profile.
3. External environment.
4. Strategic analysis and choice.
5. Long term objective
6. Grand strategy (rencana kegiatan utama dan komprehensif).
7. Annual objectives
8. Functional strategies.
9. Policies
B. Analisa SWOT
42
perusahaan dalam corporate planning. Ruang lingkup analisis SWOT:
Lingkungan, Keadaan intern perusahaan, Peramalan. Jenis dan sumber informasi
berasal dari Intern: data perusahaan dan data dan informasi yang dikumpulkan
perusahaan, dan Ekstern: data sekunder, data dan informasi yang diperoleh dari
hasil survai atau pengamatan.
5
http://www.google.coi.id=perencanaan
43
Kearns (1992) mengidentifikasi masalah kegagalan dalam menerapkan
analisa SWOT, yaitu:
1. The missing link problem. Hilangnya unsur keterkaitan, hal ini
menunjukkan kegagalan menghubungkan evaluasi terhadap faktor
eksternal dengan evaluasi faktor internal. Hal ini akan mengakibatkan
keputusan yang slah.
2. The blue sky problem. Masalah langit biru. Langit biru selalu membawa
kegembiraan karena cuaca cerah. Pengambilan keputusan terlalu cepat
optimistis melihat peluang dalam lingkungan, namun kelemahan
organisasi diabaikan.
3. The silving problem. Harapan dalam kondisi yang kurang
menggembirakan. Situasi melahirkan masalah karena para pengambil
keputusan mengabaikan ancaman lingkungan yang potesial.
4. The all things to all problem. Sebuah falsafah yang dianut pera pengambil
keputusan yang cendrung memusatkan kelemahan pada organisasi tanpa
memperhatikan unsur kekuatan.
5. The putting the cart before the horse problem. Menempatkan kereta di
depan kuda, sebuah aktifitas terbalik. Maksudnya para pengambil
kebijakan langsung mengembangkan strategi dan rencana tidak lanjut
sebelum menguraikan secara jelas pilihan kebijakan strategis yang akan
dijalankan organisasi.6
44
diwujudkan 25 30 tahun lebih di masa depan.7
Menurut Hadari Nawawi (2005), visi adalah kondisi ideal yang ingin dicapai
dalam eksistensi organisasi di masa depan. Lonnie Helgerson mengatakan bahwa
visi adalah gambaran kondisi masa depan dari suatu organisasi yang belum
tampak sekarang tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setia porang
(anggota organisasi). Menurut Kotler visi adalah pernyataan tentang tujuan
organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-
nilai yang diperoleh, serta aspirasi dan cita cita masa depan. Sehingga secara
sederhana Visi organisasi dapat diartikan sebagai sudut pandang ke masa depan
dalam mewujudkan tujuan strategik organisasi, yang berpengaruh langsung pada
misinya sekarang dan di masa depan.
7
Hadari Nawawi. Manajemen Strategik. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers. 2005.
45
4. Dimensi keikutsertaan manajemen puncak
Gambar 2
46
Visi Strategik Memuaskan Pelanggan
Material Tools
Method Environment
Measurement and
Feed Back
Diagram tersebut merupakan hasil proses kerja sama dan perbaikan terus
menerus yang melibatkan sistem, mencakup: sumber daya, manusia, material,
peralatan, metode kerja, lingkungan yang intinya adalah kepuasan pelanggan.
47
pelanggan internal dan eksternal, identifikasi pengguna akhir dan distributor,
dialog rutin dengan pelanggan, melibatkan pelanggan dalam perencanaan dan
pengembangan.
BAB V
1
Indrajit. Op Cit. Manajemen Modern. h. 73
48
jawab terhada apa, kepala sekolah bertanggung jawab kepada siapa; (2) proses
yaitu bagaimana tugas dan tangung jawab itu dikerjakan masing-masing personal;
dan (3) tingkah laku yaitu perilaku yang menggambarkan motivasi, semangat
kerja, penghargaan, disiplin, etika. Implementasi strategi mencakup keseluruhan
kegiatan manajerial seperti motivasi, kompensasi, penghargaan, dan proses
pengawasan.
Evaluasi dan pengawasan adalah aktifitas dimana hasil suatu kegiatan suatu
organisasi dimonitor dan kinerja nyata dibandingkan dengan kinerja yang
diharapkan.2 Peran evalauasi dan pengawasan dalam manajemen strategis adalah
untuk mendeteksi kelemahan agar dapat diperbaiki. Dalam evaluasi misalnya
dapat menyimpulkan bahwa obyektif sudah baik, namun strategi kurang terarah,
atau tidak riil dan terlampau tinggi, sehingga tidak mungkin dicapai dengan
kondisi terkini organisasi. Maka evaluasi secara mendalam: strategi, kebijakan,
program, anggaran, dan prosedur. Pengawasan dilakukan untuk membandingkan
kinerja yang dicapai dengan yang diharapkan. Dalam pengawasan perlu adanya
benchmarking (standar tolak ukur) yang menjadi acuan.
C. Hirarki Strategi
2
Ibid. h. 76
49
Perumusan strategi di sebuah organisasi kecil cukup dibuat satu tingkat,
sedangkan di organisasi besar strategi dilakukan dengan tiga tingkat hirarki, yaitu:
Tingkat korporat, Tingkat bisnis, dan Tingkat fungsi. Berikut adalah hirakis
strategis sebuah organisasi besar.
Gambar 7
Hirarki Strategi
Kantor Pusat
Keterangan:
I : Strategi Korporat
II : Strategi Bisnis
III : Strategi Fungsi
Strategi Korporat menggambarkan pedoman umum atau sikap umum
dalam menghadapi rencana pengembangan organisasi dan manajemen berbagai
cabang divisi. Strategi korporat berkenaan juga dengan: (1) Pola keputusan
sehubungan dengan berbagai divisi dimana pimpinan organisasi harus ikut; (2)
Arus keuangan dan sumber daya lain dari dan ke masing-masing pusat bisnis; (3)
Hubungan antara organisasi dengan kelompok kunci dalam lingkungan organisasi.
50
Strategi Fungsi berkonsentrasi pada pemanfaatan secara maksimal
produktifitas sumber daya yang dimiliki organisasi. Dalam batasan strategi
korporat dan strategi bisnis yang suda ditentukan, fungsi operasi meningkatkan
seoptimal mungkin kinerja sumber daya yang ada. Ketiga hirarki strategi tersebut
harus bersinergis.3
Pendekatan ini dideskripsikan oleh Schuler dan Jackson pada tahun 1987. mereka
mengidentifikasi tiga strategi kompetitif, sebagai berikut:
3
Ibid. h. 79-80
4
Sedarmayanti. Op. Cit. Manajem SDM. H. 50-51
51
BAB VII
Patok duga muncul awal tahun 1980, baru tahun 1990 mulai populer sebagai alat
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Patok duga merupakan proses belajar
secara sistematika dan terus menerus menganalis tata cara kerja terbaik untuk
menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, dengan
membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan dengan perusahaan pesaing
yang paling unggul.1
1
Nasution. 2005. h.162
52
Patok duga adalah konsep penetapan tujuan berlandaskan pengetahuan
tentang apa yang telah dicapai oleh pihak lain, yaitu pesaing eksternal dan pesaing
internal, yaitu anak perusahaan atau devisi lain.2 Secara implisit menurut Nasution
patok duga adalah konsep di mana tujuan yang dirumuskan harus dapat dicapai
karena hal ini telah dicapai pihak lain.
53
1. Internal Benchmarking. Merupakan patok duga dengan membandingkan
operasi-operasi antara fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri. Konsep ini
membandingkan kualitas di lingkungan internal.
54
mengapa, dan pasar industri, kompetitif
bagaimana baiknya segmen
kompetisi atau pelanggan atau
perusahaan penerimaan atas
pemimpin produk
melakukannya
Aplikasi Praktik usaha dan Barang dan jasa Psar dan produk
produk, barang,
atau jasa
55
dengan memahami dan mengadaptasi strategi yang telah berhasil dilakukan oleh
mitra yang telah berpartisipasi dalam aliansi bisnis.
Kegiatan patok duga dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dari
perencanaan, analisis, integrasi, implementasi, dan kematangan.5
56
Menurut Nasution (2005), hal penting peranan manajemen dalam patok duga
adalah:
1. Agar patok duga dapat produktif, manajemen harus memiliki komitmen tinggi
terhadap proses perubahan.
2. Harus menyediakan dana yang dibutuhkan dalam kegiatan patok duga.
3. Harus mengalokasikan SDM yang tepat dan terampil dalam mengadopsi patok
duga.
4. Informasi yang dapat diungkapkan kepada mitra patok duga hanya dapat
disiapkan dan ditentukan manajemen.
5. Manajer puncak harus terlibat aktif dalam kegiatan patok duga.
Menurut Goetsch dalam Nasution (2005), organisasi harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut: (1) Mempunyai kemauan dan komitmen terhadap
pato duga; (2) Keterkaitan tujuan patok duga dengan tujuan strategic, serta
memberikan pedoman spesifik; (3) Tujuan untuk menjadi terbaik, bukan hanya
perbaikan; (4)n eterbukaan terhadap ide-ide baru dari internal maupun eksternal;
(5) Mempunyai pemahaman terhadap proses; (6) Proses yang telah dilakukan
harus didokumentasikan dengan baik; (7) Keterampilan analisis proses dibutuhkan
untuk menganalisis proses, produk dan jasa. Brikut adalah contoh Proses Patok
Duga yang digambarkan dalm gambar 4 berikut.
Gambar 8
Contoh Proses Patok Duga
57
BAB VIII
OPERASIONALISASI STRATEGI
58
baru. Sasaran tahunan harus merupakan rincian dari dan berkaitan dengan sasaran
jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya.1
Keberhasilan mencapai berbagai sasaran operasional tahunan sangat
penting ditinjau dari tiga kepentingan, yaitu:
a. Menyeluruh, dalam arti mencakup seluruh organisasi dan satuan-satuan
yang terdapat didalamnya.
b. Meletakkan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau kinerja
organisasi.
Sebagai alat pemicu bagi manajemen puncak agar mereka sadar tentang
kemungkinan timbulnya permasalahan karena adanya bidang bidang kegiatan
tertentu yang tidak menghasilkan capaian yang diinginkan.
1. Ciri-ciri berbagai Sasaran Operasional Tahunan
Sasaran operasional tahunan adalah pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan
oleh bagian-bagian satuan sebagai sumbangsihnya kepada pencapaian strategi
dasar yang telah ditetapkan.2 Pernyataan dimaksud harus bersifat spesifik da dapat
diukur. Dalam merumuskan berbagai sasaran tahunan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Ciri-ciri sasaran tahunan terutama disoroti dari dua hal, keterkaitan dengan
berbagai sasaran jangka panjang dan sasaran tahunan yang terintegrasi dan
terkoordinasi.
b. Konsistensi dalam sasaran tahunan yang tercermin pada adanya tolok ukur
dan skala prioritas yang jelas serta dinyatakan secara tajam.
c. Berbagai manfaat yang dapat dipetik karena adanya sasaran tahunan.3
2. Konsistensi Sasaran Tahunan
Sasaran tahunan dari berbagai unit kerja, satuan dan bidang fungsional
dapat dikatakan konsisten satu sama lain apabila dalam masing-masing sasaran
dinyatakan dengan jelas apa yang ingin dicapai, waktu pencapaiannya dan
bagaimana cara mengukur hasil yang dicapai. Menurut Siagian kejelasan terhadap
1
Sondang P Siagian. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. h. 198
2
Ibid. h. 198
3
Ibid. h. 203
59
jawaban tiga pertanyaan di atas akan sangat penting artinya dalam penyatuan
persepsi para manajer yang mengoperasikan organisasi.
Sasaran tahunan yang dapat diukur. Untuk mengatakan bahwa sesuatu
dapat diukur, contoh berikut memberikan kejelasan tentang apa yang dimaksud::
(1) Kegiatan produksi barang tertentu mudah diukur bukan hanya tidak sulit
mengkuantifikasikannya, tetapi juga karena sudah ada standar mutu produk yang
harus dipenuhi, baik berdasarkan standar nasional maupun standar internasional;
(2) Mengukur efektif tidaknya program pelatihan yang diselenggarakan oleh
organisasi tidak mudah, tetapi pada akhirnya dapat dilakukan karena hasil
pelatihan tersebut dapat diamati dengan meningkatnya produktivitas kerja,
berkurangnya kesalahan; (3) Menuangkan suatu visi pakar menjadi terobosan
dalam proses produksi.4
Adanya skala prioritas yang tajam dan jelas. Skala prioritas pada intinya
berarti mendahulukan hal-hal yang mendukung keberhasilan strategi induk atau
kegiatan yang sifatnya kritikal dalam memelihara dan mempertahankan portofolio
yang diinginkan organisasi. Portofolio tersebut harus dibahas di antara semua
pihak yang terlibat dalam operasionalisasi strategi sehingga sasaran tahunan setiap
satuan kerja dan bidang fungsional terlibat.5
Siagian mengemukakan tiga metode yang dapat digunakan untuk
menentukan skala prioritas: Pertama, menentukan peringkat berbagai kegiatan
berdasarkan hasil pembahasan yang terjadi antara semua pihak yang terlibat.
Kedua, menggambarkan dengan lebih jelas perbedaan pentingnya berbagai
sasaran, sering digunakan metode mengkualifikasi berbagai sasaran pada berbagai
kategori seperti: utama, primer, sekunder. Ketiga, menentukan bobot berbagai
kegiatan operasional, misalnya dengan 0-100. Bobot tertinggi mendapatkan
prioritas untuk dicapai.
3. Manfaat adanya Sasaran Tahunan
4
Ibid. h. 204
5
Ibid. h. 204
60
Sebagai upaya mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan
diperlukan fokus perhatian dan kegiatan agar terealisasi. Menurut Siagian ada
empat manfaat operasionalisasi strategi dasar:
1. Terciptanya kejelasan tujuan yang berperan sebagai pemandu bagi semua
pihak menjalankan kewajiban masing-masing.
2. Sasaran tahunan akan mampu menjembatani keinginan yang telah
dinyatakan dalam strategi dan kenyataan penerapan di lapangan.
3. Sasaran tahunan dapat berperan dalam penyusunan anggaran penjadwalan
kegiatan, dan identifikasi.
4. Orang yang terlibat secara teknis dan operasional akan termotivasi untuk
menampilkan kinerja yang memuaskan apabila mereka yakin bahwa
dengan tercapainya tujuan organisasi, maka tujuan pribadi mereka juga
akan tercapai.6
B. Pentingnya Strategi Bidang Fungsional
Strategi bidang fungsional merupakan rencana jangka pendek dari suatu bidang
fungsional yang memainkan peranan kunci dalam keberhasilan suatu organisasi
mencapai tujuan dan berbagai sasaran jangka panjang, mengemban misi dan
mencapai sasaran tahunan organisasi. Strategi berbagai bidang funsional lebih
memperjelas makna dan hakikat suatu strategi dasar dengan identifikasi rincian
yang sifatnya spesifik tentang bagamana manajer harus mengelola bidang-bidang
fungsional tertentu di masa dekat yang akan datang.7
Strategi berbagai bidang fungsional sesungguhnya merupakan terjemahan
pemikiran (strategi dasar) kepada berbagai tindakan yang diarahkan pada
pencapaian berbagai sasaran tahunan melalui pengorganisasian dan
penyelenggaraan aktivitas operasional sehari-hari dari seluruh komponen dan
unsur organisasi. Bidang fungsional harus diperhatikan pada: pemasaran,
keuangan, produksi, penelitian pengembangan, dan sumber daya manusia.8
1. Strategi Bidang Pemasaran
6
Ibid. h. 205-206
7
Ibid. h. 205-207
8
Ibid. h. 205-207
61
Peranan fungsi pemasaran adalah agar secara menguntungkan terjadi
penjualan produk organisasi, baik dalam bentuk jasa maupun barang. Strategi
fungsional di bidang pemasaran menjadi penuntun dalam melakukan berbagai
aktivitas pemasaran sehingga konsisten bukan hanya dengan strategi dasar, tetapi
juga dengan strategi berbagai bidang fungsional lainnya. Dalam konsep
pemasaran harus jelas siapa yang menjual apa, dimana, bilamana, bagaimana dan
dalam jumlah apa dan kepada siapa.9 Menurut Siagian, ada empat poin yang harus
dijawab dalam komponen pemasaran.
Pertama, komponen produk, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dalam pemasaran. adalah:
a. Produk apa yang mendapat penekanan perhatian.
b. Produk mana yang memberikan kontribusi paling besar kepada tingkat
keuntungan yang diraih.
c. Citra produk yang bagaimana yang hendak dipertahankan dan dipelihara.
d. Perubahan-perubahan apa yang diperkirakan akan terjadi yang dapat
berubah.
Kedua, komponen harga, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dalam harga, adalah:
a. Apakah organisasi mampu bersaing pada faktor harga.
b. Apakah organisasi bersedia memberikan rabat atas harga produk yang
dipasarkan.
c. Apakah organisasi menghadapi keterbatasan dalam penentuan harga
produk yang dipasarkannya.
d. Apa konsekuensi yang harus dihadapi apabila harga yang ditetapkan
tinggi, sedang atau rendah.
e. Margin keuntungan apa yang harus terwujud dengan kebijakan penetapan
harga tertentu.
f. Dalam menetukan harga jual tertentu, ke arah mana perhatian ditujukan.
9
Ibid. h. 207-209
62
Ketiga: Faktor jalur pemasaran. Pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab dalam jalur pemasaran adalah:
a. Cakupan pasar yang bagaimana yang harus dijangkau.
b. Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis tertentu.
c. Saluran distribusi apa yang perlu digarap dan dimanfaatkan.
d. Apakah berbagai saluran itu dapat diandalkan
e. Apakah manajer pemasaran perlu mengkaji ulang jalur pemaran yang
digunakan.
f. Apakah organisasi satuan kerja yang bertanggung jawab masih relevan
dipertahankan.
g. Apakah cara pengelompokan tenaga pemsaran yang dilakukan layak
dipertahankan.
Keempat: Kegiatan promosi. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dalam kegiatan promosi adalah: (a) Prioritas promosi dan pendekatan yang
bagaimana merupakan penentu keberhasilan; (b) Dalam pengiklanan, prioritas dan
pendekatan apa yang paling tepat dikaitkan dengan produk, pasar, dan wilayah
yang jadi sasaran; (c) Media promosi mana yang paling tepat digunakan.
2. Strategi Bidang Keuangan
Strategi keuangan harus mampu menentukan arah penggunaan dana yang tersedia
untuk mendukung strategi organisasi, baik kepentingan jangka panjang maupun
kepentingan sasaran tahunan. Strategi fungsional keuangan terdapat tiga hal
penting.
Pertama, Perolehan modal yang berkaitan dengan: (a) Biaya yang dapat
ditanggung organisasi; (b) Proporsi yang diinginkan antara kredit jangka panjang
dan jangka pendek; (c) Perbandingan antara modal preferensi dan modal biasa; (d)
Perbandingan dana internal dan eksternal; (e) Tingkat aseptabek resiko; (f)
Pembatasan apa dalam hal kepemilikan; (g) Apakah peralatan kerja organisasi
harus dibeli atau cukup menyewa.
Kedua, Alokasi modal. Prioritas penggunaan dana yang tersedia, batas-
batas kewenangan manajer operasional mengusahakan pendanaan sendiri tanpa
63
terlebih dahulu mendapat persetujuan manajer pada tingkat lebih tinggi, benar-
benar-benar mendapat perhatian serius.
Ketiga, Pembagian keuntungan dan manajemen modal kerja. Strategi
bidak keuangan harus diatur sedemikian rupa, sehingga: (a) Ditentukan dengan
jelas porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemilik modal; (b) Bentuk-
bentuk dividen yang dapat diterima oleh berbagai pihak yang berhk menerimanya
selain uang tunai; (c) Dasar pemeliharaan dividen; (d) Persyaratan arus kas yang
bagaimana yang harus terpelihara; (e) Tingkat minimum dan maksimum balans
uang di kas; (f) Jelasnya manajemen perolehan kredit atau hutang.
3. Strategi Bidang Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan dewasa ini, dan masa mendatang
menduduki posisi penting sebagai suatu bidang fungsional. Teori dan teknologi
berkembang pesat, sehingga sebuah produk cepat kadaluarsa dan butuh inovasi.
Menurut Siagian ada empat hal penting dalam merumuskan strategi penelitian dan
pengembangan:
Pertama: Apakah organisasi akan terlibat dalam kegiatan penelitian murni
ataukah yang berkaitan dengan produk tertentu. Kedua: Faktor waktu. Strategi
penelitian dan pengembangan menuntut kegiatan inovatif sehingga memerlukan
waktu panjang mewujudkannya. Ketiga: Faktor organisasional. Peranan penelitian
dan pengembanagan terletak pada kontribusi yang dapat diberikannya kepada
organisasi dalam usaha menjalankan seluruh kegiatan organisasi, Keempat: Sosok
penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan dapat berbentuk
ofensif (pelopor), dan besifat defensif (bertahan) terhadap peningkatan
kemampuan organisasi.
4. Strategi Bidang Produksi
Strategi dasar sudah dirumuskan landasan berpikir dan bekerja di bidang
produksi. Organisasi meluncurkan produk tertentu karena dianggap dapat
memuaskan sebagian kebutuhan pengguna produk. Jika organisasi mengandalkan
suatu produk unggulan, maka proses yang dilakukan harus matang. Faktor-faktor
penting yang harus dipertimbangkan: (a) Manfaat produk; (b) Situasi persaingan;
64
(c) Ada tidaknya produk substitusi; (d) Target pasar; (e) Kemudahan konsumen
memperoleh.
Sedangkan hal-hal yang harus terlihat jelas dalam strategi produksi, yaitu:
(a) Tahap alam proses prouksi; (b) Bentuk dan jenis teknologi yang digunakan; (c)
Jumlah produksi yang akan dihasilkan; (d) Biaya yang harus dikeluarkan; (e)
Mutu produk dan teknik pengawasan.
5. Strategi Sumber Daya Manusia
Strategi di bidang sumber daya manusia harus tergambar jelas segala bentuk dan
jenis langkah yang harus diambil pada tingkat manajemen operasional
berdasarkan filsafat dan strategi dasar yang berkenaan dengan sumber daya
manusia. Seluruh kegiatan manajemen sumber daya manusia berkenaan dengan
pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia.
Pertama: Pengadaan: (a) Perencanaan SDM; (b) Rekrutmen: (c) Seleksi: dan
(d) Orientasi. Kedua: Penggunaan SDM, Penekanan penempatan diarahkan pada
dua kelompok pekerja, baru dan lama. Strategi manajemen SDM perlu juga
menegaskan: (a) Kesempatan pendidikan dan pelatihan: (b) Bantuan tenaga
spesiali; (c) Penilaian kinerja rasionalm objektif, praktis, dan baku; (d)
Kompensasi seimbang; (e) Jaminan kerja. Bidang SDM merupakan aspek penting
dalam usaha mewujudkan kinerja organisasi yang positif. Olehkarena itu para
manajer operasional harus serius memperhatikan aspek ini.
BAB IX
PELEMBAGAAN STRATEGI
65
A. Struktur Organisasi dan Pelembagaan Organisasi
Organisasi merupakan wahana untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran,
mengemban misi dan mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan
operasional oleh sekelompok orang yang terikat secara formal dalam satu
hubungan yang menduduki jabatan. Menurut Siagian pemahaman yang tentang
organisasi akan lebih baik dengan didasari lima pertanyaan berikut: (1) Siapa
yang melakukan kegiatan apa; (2) Siapa yang bertanggung jawab kepada siapa;
(3) Siapa yang berinteraksi dengan siapa; (4) pola komunikasi yang bagaimana
yang berlaku dalam organisasi; (5) Jaringan informasi apa yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan.
Konsep yang mendasari struktur organisasi menurut Lunenburg (2000)
adalah memberi kerangka organisasi secara vertikal dapat melakukan kontrol dan
secara horizontal dapat melakukan koordinasi yang dilatar belakangi oleh konsep-
konsep birokrasi, partisipasi manajemen, dan alternatif model struktur organisasi
yang cocok untuk lembaga. Sedangkan menurut Robbins (1991) bahwa struktur
organisasi adalah bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasi secara formal. Menurut Sagala, para manajer perlu memenuhi unsur
utama berikut untuk merancang struktur organisasi:
3. Rantai komando. Garis tidak putus dari wewenang yang menjulur dari
puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor
kepada siapa.
66
4. Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan secara efisien dan
efektif oleh seorang manajer dengan menentukan banyaknya tingkat dan
manajer yang harus dimiliki organisasi.
Biro (bureau) berarti meja tulis, juga selalu diartikan sebagai suatu tempat
dimana para pejabat bekerja. Menurut Albrow (1989) birokrasi sebagai
kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf pemerintahan. Birokrasi merupakan
wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen pemerintah.
1
Sagala. Op. Cit. Desain Organisasi. h. 45-46
2
Ibid. h. 45-46
67
terdapat fungsi yang harus diselenggarakan dalam rangka pencapaian tujuan.
Keempat: Kejelasan aktifitas. Kejelasan aktifitas menyangkut deskripsi tentang
tugas pekerjaan setiap orang dalam organisasi sehingga tidak terjadi tumpang
tindih.
Kelima: Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab. Keenam:
Pendelegasian wewenang. Pendelegasian sangat tepat diterapkan apabila para
anggota memilki sikap matang dan perilaku positif dalam memangku tanggung
jawab. Ketujuh. Pembagian kerja. Aneka ragam tuga pekerjaan harus diselesaikan
dengan berbagai keahlian spesifik, namu bukan berarti antar pekerjaan harus
tercipta jarak. Kedelapan: Kesatuan arah. Persepsi yang sama akan menciptakan
efisiensi kerja. Kesembilan: Kesatuan komando. Adanya batasan yang jelas
kepada siapa atasan akan memerintah dan dari siapa anggota menerima perintah.
Kesepuluh: Rentang kendali. Sejauhmana pimpinan dapat mengendalikan anggota
agar dapat mencapai tujuan. Kesebelas: Sentralisasi versud desentralisasi. Ada
beberapa hal yang diselenggarakan sentralisasi, dan ada kegiatan yang dapat
didesentralisasi.Keduabelas: Departementalisasi. Pembagian tugas yang spesifik,
baik dilihat dari pengetahuan, keterampilan maupun sarana prasarana yang
digunakan.
D. Tipologi Struktur Organisasi
Herbert G. Hicks membagi tipe organisasi ke dalam dua bentuk yaitu: Formal dan
Informal. Sebuah organisasi formal memiliki struktur yang terumuskan dengan
baik. Struktur tersebut menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan,
akuntabilitas, dan tanggung jawab, dan pola komunikasi. Pentingnya keteraturan
maka organisasi tersebut bersifat fleksibel, contoh organisasi formal yaitu
Korporasi, Badan-badan Pemerintah, dan Universitas.
68
organisasi informal dapat menjadi organisasi formal ketika terstruktur dan
kegiatanya terumuskan.3
Organisasi Lini. Organisasi lini adalah tipe organisasi tertua, segala sesuatu
dalam organisasi lini pada umumnya berskala kecil dan sederhana, tipe organisasi
ini tepat digunakan oleh organisasi kecil.
Organisasi Lini dan Staf. Tipe Lini dan Staf digunakan ketika sebuah
organisasi modern menghadapi semakin rumitnya permasalahan organisasional.
Semakin banyak orang yang terlibat dalam organisasi maka dibutuhkan alat yang
semakin tinggi pula. Dalam menghadapi permasalahan rumit dan menuntut
banyak spesialisasi maka diperlukan tipe Lini dan Staf.
3
Winardi. 2003. h. 10
4
Syafaruddin. 2005. h. 73
69
satuan kerja dalam organisasi, dan timbul tugas sementara namun penting yang
tidak perlu dilembagakan.
E. Pengambilan Keputusan
1.Konsep Pengambilan Keputusan
Tolak ukur dalam menguji kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Sebuah
keputusan yang baik memenuhi empat persyaratan yaitu: rasional, logis, realistis,
dan pragmatis.5 Pengambilan keputusan harus dilihat sebagai fungsi utama
pimpinan terlepas dari bentuk, tipe, jenis, dan ukuran organisasi yang dipimpin.
Siagian (1997) berpendapat bahwa pengambilan keputusan harus kontekstual
dengan sifatnya sebagai berikut:
5
Siagian. Op. Cit. 1997. h. 1
70
Model Satisficing, pengambil keputusan boleh cukup puas dan bangga
apabila keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang memadai, asal
persyaratan minimal tetap terpenuhi. Model satisficing menimbulkan kesadaran
dikalangan para ahli, bahwa kemampuan manusia untuk memproses informasi itu
terbatas dengan demikian terbatas juga kemampuannya memutuskan alternatif
yang ditempuh.
71
Synetics, merupakan sebuah teknik lanjutan dari brainstorming karena
masih bersifat mengumpulkan informasi sebagai usaha pengambilan keputusan.
Skenario yang digunakan teknik synetics adalah seorang anggota kelompok
bertindak sebagai pemimpin diskusi. Di antara diskusi terdapat para ahli, yang
bisa saja mereka anggota organisasi atau tidak. Pimpinan meminta anggota
mempelajari masalah secara komprehensif. Kemudian setiap anggota
mengemukakan daya pikir kreatif dan inovatifnya untuk menyelesaikan masalah.
Pemimpin kemudian memilih hasil pemikiran tertentu dan tenaga ahli melakukan
penilaian dengan teori ilmiah pengambilan keputusan. Atas dasar itulah
keputusan diambil.
Fish Bowling, adalah sebuah teknik yang unik, karena anggota organisasi
dikumpulkan dalam sebuah pertemuan dengan berbentuk lingkaran, di tengah
lingkaran terdapat sebuah kursi yang diduduki oleh seseorang yang memaparkan
gagasannya untuk menyelesaikan problematik organisasi, dan hanya dia yang
72
boleh bicara (menjelaskan). Para anggota hanya boleh bertanya, mengemukakan
pendapat, gagasan hanya kepada orang yang duduk di tengah. Setelah selesai
gagasan disampaikan, maka orang tersebut akan keluar lingkaran yang selanjutnya
digantikan anggota organisasi yang lain. Setelah semua pandangan dikemukakan
(biasanya maksimal lima orang), barulah keputusan diambil.
73
yaitu: 1) identifikasi dan definisi hakikat masalah yang dihadapi; 2) pengumpulan
dan pengolah informasi; 3) identifikasi alternatif; 4) identifikasi alternatif terbaik;
5) penentuan pilihan alternatif terbaik; 6) pelaksanaan; 7) evaluasi hasil yang
dicapai.
F. Peranan Kepemimpinan
1.Pengertian Kepemimpinan
Syafaruddin (2005) mengemukakan bahwa dalam konteks manajemen, para
manajer organisasi adalah pemimpin manajerial yang menjalankan
kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi individu atau
kelompok dalam usaha mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Blanchard (1988): Leadership is the process of influencing the activities of
an individual or group in efforts toward goal achievement in a given situation.
74
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada
dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin
organisasi.
5. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktifitas sebuah kelompok
yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan
kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, serta yang diharapkan dan
dipersepsikan melakukannya.
2.Manfaat Kepemimpinan
Seorang pemimpin di sebuah organisasi, dia bisa berperan sebagai personnal,
educator, manager, administrator, supervisor, sosial, leader, entrepreneur, dan
climator.
75
Sebagai entrepreneur, ia harus kreatif (termasuk inofatif), bekerja keras (dan
cerdas), etos kerja, dan naluri kewirausahaan. Sebagai climator ia harus mampu
menciptakan iklim organisasi yang kondusif.6
a. Studi Iowa
Tahun 1930 di bawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas Iowa, Ronald Lippit
dan Ralph K.Wjite mempelajari kepemimpinan yang berdampak pada penelitian
kepemimpinan berikutnya. Riset Iowa ini melakukan eksperimen kepemimpinan
otokratis, demokratis, dan laissez faire kepada klub bola anak.
b. Studi Ohio
Universitas Ohio pada tahun 1945 melakukan riset kepemimpinan yang meliputi
interdisipliner (psikologi, sosiologi, ekonomi) mengembangkan sebuah Kuesioner
Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Bhavior Description Questionnaire
LBDQ). Peneliti Ohio merumuskan kepemimpinan sebagai perilaku individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu group kea rah pencapaian tujuan
tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua dimensi,
yaitu: struktur pembuatan inisiatif, dan perhatian.
c. Studi Michigan
Pusat Riset Survei Universitas Michigan bekerja sama dengan Kantor Riset
Angkatan Laut melakukan penelitian kepemimpinan. Tahun 1947 dilakukan
penelitian di New York, New Jersey, dan perusahaan asuransi Prudensial.
Penelitian tersebut mengukur secara sistematis berdasarkan persepsi dan sikap
6
Usman. 2008. h. 272
76
para pengawas dan pekerja. Variable tersebut dihubungkan dengan pengukuran
pelaksanaan pekerjaan
4.Sifat-sifat Kepemimpinan
Berikut adalah sifat-sifat kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli:
Kekuatan jasmani yang cukup, Kekuatan rohani yang cukup, Semangat untuk
mencapai tujuan, Penuh antusias, Ramah dan penuh perasaan, Jujur dan adil,
Memiliki kecakapan teknis, Dapat mengambil keputusan, Cerdas, Punya
kesabaran mengajar, Penuh keyakinan, Punya keberanian, Ulet dan tahan uji,
Suka melindungi, Penuh inisiatif, Memiliki daya tarik, Simpatik, Percaya diri,
Intelegensi tinggi, Waspada, Bergairah dalam bekerja, Bertanggung jawab,
Rendah hati, Objektif
5.Gaya Kepemimpinan
Studi tentang kepemimpinan diketahui ada lima tipe kepemimpinan, masing-
masing dengan cirri-cirinya. Lima tipe itu adalah: 1) tipe otoriter; 2) tipe
paternalistic; 3) tipe laissez faire; 4) Tipe demokratik; 5) tipe kharismatik. 6
Pentingnya pengenalan berbagai tipe kepemimpinan terletak pada cirri-ciri
tertentu yang dapat dilaksanakan menjalanakan organisasi. Artinya kepemimpinan
efektif tidak kaku dalam menerapkan cirri salah satu tipe kepemimpinan, karena
situasi dan kondisi yang berbeda menuntut pemimpin untuk bersikap situasional.
6
Siagian. 2002. h. 75
77
Dari lima tipe kepemimpinan yang dikemukakan Siagian tersebut. Buku
ini menggunakan pendekatan umum yang digunakan untuk menilai gaya
kepemimpinan, dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 2 6
Gaya Kepemimpinan
6
E. Kat. 1995. h. 536
78
6. Kepemimpinan Efektif
7
Edward Sallis. Total Quality Management
79
Peranan informasional, memantau dan menyalurkan informasi ke berbagai pihak;
(3) Peranan pengambil keputusan.
Pentingnya peranan manajer maka menurut Siagian, seorang manajer harus:
1. Memahami pentingnya ciri-ciri kepemimpinan efektif.
2. Memiliki pengetahuan dan wawasan luas.
3. Kemampuan membedakan berbagai jenis kegiatan yang bersifat stratejik, taktis,
teknis, fungsional, dan operasional.
4. Memahami pentingnya keseimbangan antara orientasi tugas dan orientasi
manusia dalam mengelola organisasi dan mengimplementasikan strategi.
5. Peka terhadap situasi dan kondisi.8
Organisasi merupakan suatu kesatuan yang bersifat khas dan memiliki jati diri
sendiri. Budaya organsisasi berfungsi sebagai berikut:
8
Sagala. Op. Cit. Desain Oranisasi. H. 246
80
Pemeliharaan stabilitas organisasi. Suasana stabil organisasi akan
memengaruhi keberhasilan organisasi, iklim kerja, dan pemecahan masalah
organisasi.
81
Budaya organisasi akan menjadi kekuatan organisasi dengan lima aspe, yaitu:
kerjasama, pengambilan keputusan, pengawasan, komunikasi dan komitmen.
82
BAB XI
A. Menurut Besarannya
1. Perencanaan Makro
83
2. Pemerintah memegang peranan utama dalam pengambilan keputusan dan
menciptakan mekanisme kerja efektif.
4. Prioritas harus disusun, baik yang berkenan dengan bentuk, tingkat dan
jenis pendidikan.
2. Perencanaan Meso
3. Perencanaan Mikro
B. Menurut Tingkatnya
1
Fatah. Op. Cit. h. 55
84
1. Perencanaan Strategik
85
dengan mempertimbangkan berbagai hubungan yang kompleks. Berbicara
masalah pendidikan tidak terlepas dari masalah sosial, politik budaya, keamanan,
dan permasalahan manusia yang lainnya, karena itulah kompleks. Tanpa
memperhitungkan faktor-faktor tersebut maka sulit dipertanggungjawabkan
proses perencaan dan hasilnya.
Keuntungan Saingan
Kesempatan Resiko
Tujuan
Renstra Detail
Menurut Fatah (2004) Metode penelaahan dan pemecahan masalah didasarkan
atas kerangka sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
86
1. Sistemik dan menyeluruh.
7. Berlandaskan kebijakan.
3. Perencanaan Operasional
2
Fatah. Op. Cit. h. 58
87
1. Perencanaan Jangka Pendek
88
3. Perencanaan Jangka Panjang
D. teknik-Teknik Perencanaan
1. Diagram Balok
Diagram Balok juga disebut Diagram Gannt, karena diagram ini menggambarkan
tentang: (a) kegiatan terperinci suatu proyek; (b) waktu memulai sikap kegiatan:
(c) lamanya kegiatan. Diagram Balok terdapat dua macam sumbu, yaitu absis dan
ordinat atau dua dimensi, yaitu vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal
menunjukkan tugas atau perincian tugas yang harus dikerjakan, sedangkan
dimensi horosontal menunjukkan waktu, mulai dari yang ditentukan. Dalam
Diagram Balok sebuah kegiatan tidak bisa dilakukan sebelum kegiatan lain
diselesaikan.
2. Diagram Milestone
PERT (program evaluation and review technique) yakni teknik penilaian dan
program peninjauan program. CPM (critical path method), yakni metode kritis.
Menurut Richard (1980) PERT diartikan sebagai teknik manajemen dalam
merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek yang bersifat tak berulang.
PERT sebagai tknik manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi
penundaan, gangguan, mengkoordinasi mensinkronkan berbagai bagian sebagai
suatu keseluruhan. Galack (1968) dalam Fatah (2004) menyatakan bahwa PERT
89
membantu manajer dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan
menjadi alat penting dalam membuat keputusan.
F. Penganggaran
90
5. Usaha memperoleh persetujuan dari yang berwenang (pengambilan
keputusan) dalam tahap ini dilakukan kompromi melalui rapat-rapat untuk
mempertimbangkan secara objektif dan subjektif.
BAB IX
91
PROGRAM STRATEGIS SEKOLAH
1
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: rafika Aditama. 2009. h. 125
92
11. Unggul dalam Imtak.2 Setelah visi dirumuskan, langkah selanjutnya adalah
memformulasikan misi sekolah. Misi harus dirancang berdasarkan visi
sekolah dengan menggunakan kata kerja, misalnya: (1) Melaksankan
pengembangan perangkat pembelajaran silabus; (2) Melaksanakan
pengembangan sistem penilaian; (3) Melaksanakan pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran; (4) Melaksanakan diversifikasi
kurikulum pendidikan; (5) Melaksanakan pengembangan kurikulum
muatan lokal. Setelah itu dirumuskan tujuan sekolah yang dibuat dalam
jangka waktu lima tahun.
2
Ibid. h. 128
3
Ibid. h. 128
4
Ibid. h. 96
93
Olehkarena itu, setiap membuat RPS, sekolah harus mempertimbangkan faktor
yang memengaruhinya, yang dapat dilihat di gambar berikut.
94
Gambar 8
Penyusunan Pelaksanaan Perencanaan Pengembangan Sekolah 5
Pelaksanaan Program
Kondisi saat
Ini Misi 1 Tujuan 3 Program 1
5
Ibid. h. 103
91
Ibid. h. 104
95
Rencana Strategis merupakan rencana pengembangan dan
penyelenggaraan organisasi. Rencana Strategis disusun berdasarkan visi, misi, dan
tujuan organisasi . Berdasarkan visi, misi, dan tujuan ini selanjutnya dirumuskan
sasaran yang akan dicapai dalam ukuran waktu jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang. Titik berat Perencanaan Strategi adalah aspek-aspek strategis
dalam penyelenggaraan dan pengembangan organisasi pendidikan. Aspek-aspek
strategis yang dimaksud meliputi: (1). Kinerja penyelenggaraan pendidikan, (2).
Kinerja manajemen yang meliputi bidang manajemen sumberdaya insani,
keuangan, sumberdaya fisik, pengembangan kampus, administrasi akademik,
pengembangan perpustakaan, dan teknologi informasi, (3). Budaya organisasi dan
iklim akademik, dan (5). Jaringan kerjasama (networking). Sebagai pedoman
penyelenggaraan dan pengembangan program sekolah. Untuk mencapai Rencana
Strategis maka organisasi pendidikan perlu menjabarkan dalam berbagai dokumen
perencanaan yang lebih operasional.
1. Tim penyusun
Tim penyusun renstra disarankan merupakan representasi dari seluruh unit kerja
yang ada di lembaga tersebut. Akan lebih efektif bila anggota tim tersebut adalah
mereka yang langsung menangani program di setiap unit kerja. Jumlahnya lebih
baik tidak lebih dari 5 orang sebagai tim inti. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal maka tim tersebut dapat melakukan presentasi dihadapan staf pimpinan
dan staf lain yang relevan untuk mendapatkan masukan, kritik dan saran-saran.
2. Strategi penyusunan.
96
juga menjaring informasi dari stake holders lainnya, seperti orang tua (komite
sekolah), Dinas Pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli terhadap sekolah
tersebut. Dalam menyusun kerangka pikir renstra harus selalu memperhitungkan
visi, misi, tupoksi lembaga/unit dan kebijakan pimpinan. Penyempurnaan perlu
dilakukan terus menerus sejalan dengan kebijakan pimpinan lembaga maupun
kebijakan pendidikan nasional.
97
BAB XII
A. Pengertian Kebijakan
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani, yang
berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, artinya negara.
Bahasa Inggris lama policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan perintah
atau administrasi pemerintah.1Dalam pengertian umum kata ini seterusnya
diartikan sebagai,a course of action intended to accomplish some end. 2 atau
sebagai whatever government chooses to do or not to do. 3 Dalam bahasa
Indonesia, kata kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata
policy mempunyai konotasi tersendiri. Kata tersebut mempunyai akar kata
bijaksana atau bijak yang dapat disamakan dengan pengertian wisdom, Dengan
pengertian ini sifat bijak sana dibedakan orang dari sekedar pintar atau cerdas.
Pintar bisa berarti ahli dalam satu bidang ilmu, sementara cerdas biasanya
diartikan sebagai sifat seseorang yang dapat berpikir cepat atau dapat menemukan
jawaban bagi suatu persoalan yang dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana
mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami hampir semua
aspek kehidupan.4 Kalau orang yang cerdas dapat segera memberi jawaban yang
tepat atas sesuatu pertanyaan, maka orang yang bijaksana mungkin pada waktu
yang sama tidak mau memberikan jawaban, karena yang demikian itu mungkin
dianggapnya lebih bijaksana. Jawaban yang bijaksana bukan sekedar dapat
menjawab, tetapi juga menjawab dengan tepat waktu, tepat lingkungan dan tepat
sasaran. Konotasi ini sangat relevan dengan kajian ilmu kebijakan, dan jawaban
yang demikian itulah yang menjadi obyek studi dari ilmu ini.
98
bertindak ( pemerintahan, organisasi); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau
maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran;
garis haluan.5Pengertian Kebijakan Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai
pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever
government chooses to do or not to do). Definisi ini dibuatnya dengan
menghubungkan pada beberapa definisi lain dari David Easton, Lasswell dan
Kaplan, dan Carl Friedrich.
5
http://www.artikata.com/arti-360023-kebijakan.html. tanggal 14 Juli 2011
99
mencapainya. Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan
dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan,
yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan
menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program dalam
masyarakat.
B. Kebijakan Negara
6
Said Zainal Abidin. Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. 2004
7
Said Zainal Abidin. Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. 2004
100
Definisi kebijakan Negara; dimana hal itu adalah sebuah konsep yang berlaku
dalam sebuah negara, maka berikut ini adalah dua definisi tentang kebijakan
negara.
C. Kewenangan Organisasi
101
untuknya. Hersey dan Blanchard (1980) menjelaskan bahwa kewenangan adalah
jenis power berasal dari jabatan yang diduduki pemimpin, merupakan power yang
dilegitimasi peranan formal dalam organisasi.8
Kebijakan adalah keputusan yang berperan sebagai petunjuk dalam cara berpikir
dan bertindak bagi para manajer dan bawahannya dalam rangka operasionalisasi
strategi organisasi yang telah ditetapkan manajemen puncak.10 Menurut Sagala,
kebijakan penting artinya sebagai pengendali kegiatan yang diperlukan agar
sasaran organisasi tercapai dengan efektif dan efisien. Kebijakan menjawab
pertanyaan bagaimana berbagai proses dan kegiatan harus berlangsung.
8
Sagala. Op. Cit. Desain Organisasi. h. 45-46
9
Ibid. h. 238-239
10
Ibid. h. 238-239
102
Berbagai peranan kebijakan dalam operasionalisasi strategi organisasi,
antara lain: Pertama: Kebijakan menyangkut pengawasan tidak langsung oleh
manajemen puncak terhadap berbagai kegiatan operasional dengan menetapkan
tata cara pelaksanaan berbagai proses dan kegiatan dalam organisasi. Kedua:
Kebijakan berperan dalam menentukan cara penyelesaian berbagai kegiatan yang
sejenis.
BAB XII
103
A. Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan
Duke dan Canady (1991) mengelaborasi konsep kebijakan dengan delapan arah
pemaknaan kebijakan, yaitu: (1) kebijakan sebagai penegasan maksud dan tujuan,
(2) kebijakan sebagai sekumpulan keputusan lembaga yang digunakan untuk
mengatur, mengendalikan, mempromosikan, melayani, dan lain-lain pengaruh
dalam lingkup kewenangannya, (3) kebijakan sebagai panduan tindakan
diskresional, (4) kebijakan sebagai strategi yang diambil untuk memecahkan
masalah, (5) kebijakan sebagai perilaku yang bersanksi, (6) kebijakan sebagai
norma perilaku dengan ciri konsistensi, dan keteraturan dalam beberapa bidang
tindakan substantif, (7) kebijakan sebagai keluaran sistem pembuatan kebijakan,
dan (8) kebijakan sebagai pengaruh pembuatan kebijakan, yang menunjuk pada
pemahaman khalayak sasaran terhadap implementasi sistem.
104
kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang
mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan
pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Lebih lanjut dapat
dikemukakan sebagai berikut ini: Education policy refers to the collection of laws
and rules that govern the operation of education sistem. Its seeks to answer
question about the purpose of education, the objectives (societal and personal)
that it is designed to attain, the methods for attaining them and the tools for
measuring their success of failure.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mark Olsen, John Codd dan Anne-
Marie ONeil dalam Nugroho (2008) menyatakan bahwa kebijakan pendidikan
merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara-negara dalam
persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapat prioritas dalam
era globalisasi. Salah satu argumen utamanya adalah bahwa globalisasi membawa
nilai demokrasi. Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang
didukung oleh pendidikan. Pendapat tersebut dikatakan lebih lanjut seperti berikut
ini; ......education policy in the twenty first century is the key to global security,
sustainability and survival....education policies are central to such global
mission....a deep and robush democracy at national level requires strong civil
society based on norms of trust and active response citizenship and that education
is central to such a goal. Thus, the strong education state necessary to sustain
democracy at the national leves so that strong democratic nation-states can
buttress from of international governance and ensure that globalization becomes
a force for global sustainability and survival....
C.Pembiayaan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah
mengalami suatu transisi signifikan dalam pengelolaan sumber-sumber daya yang
ada dalam bidang pendidikan terutama dalam hal pendanaan pendidikan tertuang
dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya
pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
105
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan
prasarana. Dalam hal ini pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan
tentang sumber pendanaan pendidikan yaitu: (1) Sumber pendanaan pendidikan
ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan; (2)
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang
ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Ketentuan
mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
106
3. Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pembiayaan SLTP dan SLTA dilakukan melalui Kanwil Depdiknas (di
tingkat propinsi) dan Kandepdiknas (di tingkat kabupaten/kota). Setelah
diberlakukannya otonomi daerah, seluruh pengelolaan sekolah dari SD hingga
SLTA menjadi tanggung jawab Pemda. Konsekwensinya, tidak ada lagi Kanwil
dan Kandepdiknas, yang ada hanyalah Dinas Pendidikan di tingkat
kabupaten/kota yang berada di bawah kendali Pemda, dan Dinas Pendidikan
propinsi yang berada di bawah kendali Pemprop. Antara Dinas Pendidikan
kabupaten/kota dengan Dinas Pendidikan propinsi tidak ada hubungan hierarkhis,
sedangkan propinsi masih tetap mengemban amanat sebagai perwakilan
pemerintah pusat. Dengan konfigurasi kelembagaan seperti itu, jelas bahwa Pusat
tidak lagi punya tangan di daerah untuk mengimplementasikan program-
programnya. Implikasinya, setiap program di tingkat sekolah harus dilakukan
melalui koordinasi dengan Pemda, atau khususnya Dinas Pendidikan
kabupaten/kota.
107
dalam memobilisasi dana untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) memberi beban yang sangat
berat bagi pemerintah. Pasal 49 menyatakan sebagai berikut;
108
Menurut Hough (1984) yang juga sangat penting adalah penjelasannya mengenai
tahapan-tahapan dalam proses kebijakan. Kerangka analisis yang ditujukan pada
proses kebijakan mencakup: (1) Kemunculan isu dan identifikasi masalah, (2)
perumusan dan otorisasi kebijakan, (3) implementasi kebijakan, (4) dan
perubahan atau pemberhentian kebijakan.
Aspek kedua yang harus dikaji dalam analisis kebijakan pendidikan adalah
konteks kebijakan. Ini harus dilakukan karena kebijakan tidak muncul dalam
kebampaan, melainkan dikembangkan dalam konteks seperangkat nilai, tekanan,
kendala, dan dalam pengaturan struktural tertentu. Kebijakan juga merupakan
tanggapan terhadap masalah-masalah tertentu, kebutuhan serta aspirasi yang
berkembang.
Aspek ketiga yang harus dikaji dalam analisis kebijakan pendidikan adalah
pelaku kebijakan. Aktor kebijakan pendidikan bisa dikategorikan menjadi dua,
109
yaitu: para pelaku resmi dan pelaku tak resmi. Pelaku resmi kebijakan pendidikan
adalah perorangan atau lembaga yang secara legal memiliki tanggungjawab
berkenaan dengan pendidikan. Aktor tak resmi kebijakan pendidikan adalah
individu atau organisasi yang terdiri dari kelompok kepentingan, partai politik,
dan media. Dalam aktor kebijakan resmi, juga dibagi-bagi lagi --- tetapi mengikuti
sistem pemerintahan negara yang dikaji --- mulai dari pejabat senior hingga partai
politik, lembaga pendidikan, lain-lain lembaga terkait pendidikan, dan antar badan
antar pemerintah.
Pada aktor informal, atau tak resmi, terdapat kelompok kepentingan, partai
politik, serta media massa. Kelompok kepentingan ini antara lain serikat guru,
asosiasi yang mewakili jenis atau jenjang pendidikan tertentu, asosiasi yang
mewakili peserta didik, asosiasi yang mewakili pimpinan perguruan tinggi, hingga
asosiasi yang mewakili orangtua peserta didik. Berdasarkan seluruh kajian yang
dilakukan, memang tidak mungkin untuk disimpulkan secara umum. Namun
demikian, jelas bahwa kadang-kadang kebijakan pendidikan secara terbuka dan
hati-hati dihentikan, dimodifikasi, dihaluskan, atau diganti dengan kebijakan lain.
110
dipertahankan, karena umpan balik dari prosedur-prosedur implementasi mungkin
menyebabkan diperlukannya perubahan-perubahan tertentu pada tujuan-tujuan
dan arah kebijakan yang sudah ditetapkan. Atau aturan-aturan dan pedoman-
pedoman yang sudah dirumuskan ternyata perlu ditinjau kembali sehingga
menyebabkan peninjauan ulang terhadap pembuatan kebijakan pada segi
implementasinya.
111
daerah mungkin dilibatkan sebagai pelaksana-pelaksana dari program-program
yang telah dirancang.
112
Dari berbagai penjelasan di atas, jelas bahwa muatan program dari muatan
kebijakan publik itu berpengaruh terhadap hasil akhir implementasinya. Namun
sebagaimana telah ditunjukkan dalam diagram tadi, muatan program atau muatan
kebijakan itu menjadi faktor yang berpengaruh karena dampaknya yang nyata atau
yang potensial terhadap lingkungan sosial, politik dan ekonomi tertentu. Oleh
sebab itu, penting sekali untuk memperhitungkan konteks atau lingkungan
implementasi kebijakan.
113
kelembagaan tertentu. Oleh karena itu analisis mengenai program-program
tertentu berarti pula menilai kemampuan-kemampuan kekuasaan dari para aktor
yang terlibat, kepentingan-kepentingan mereka dan strategi-strategi yang mereka
tempuh untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut serta ciri-ciri
pemerintahan dimana mereka berinteraksi. Hal ini pada gilirannya akan
memudahkan penilaian terhadap peluang untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan
maupun tujuan-tujuan program.
114
publik semisal birokrasi harus tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan dari pihak-
pihak yang mereka harapkan menerima manfaat sebagai upaya untuk melayaninya
sebaik mungkin. Tambahan pula, tanpa adanya daya tanggap tertentu selama
implementasi, pejabat-pejabat pemerintah akan tidak mempunyai informasi yang
memadai guna mengevaluasi prestasi dan keberhasilan suatu program.
Dalam banyak hal, daya tanggap mungkin pula berarti bahwa tujuan-
tujuan kebijakan tidak tercapai karena adanya campur tangan individu-individu
atau kelompok-kelompok yang sama, baik dalam rangka untuk mendapatkan
barang dan layanan tertentu dalam jumlah yang lebih besar ataupun untuk
menghambat jalannya program tertentu yang boleh jadi tidak mereka terima
sebagai sesuatu yang bermanfaat. Bagi administrator-administrator kebijakan
masalahnya dengan demikian adalah bagaimana menciptakan situasi yang
kondusif dan menjamin adanya respon yang memadai guna memungkinkan
keluwesan, dukungan, dan umpan balik selama proses implementasi program,
sementara pada saat yang sama tetap mengusahakan adanya kontrol yang
memadai atas distribusi sumber-sumber yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan itu.
115
terisolasi dari kebijakan-kebijakan publik lainnya, maka keberhasilan suatu
program tertentu akan dengan mudah dipengaruhi oleh prioritas-prioritas dari
pejabat-pejabat politik ataupun hasil akhir dari program-program lainnya. Faktor-
faktor tersebut menegaskan bahwa program-program yang muatannya serupa
mungkin akan diimplementasikan secara berbeda jika lingkungan di mana
program tersebut dilaksanakan amat berlainan.
116
governments do, why they do it, and what difference does it make), dan (3) kajian
tentang sifat dasar, sebab-sebab, dan akibat kebijakan publik (the study of the
nature, causes, and effects of public policies).
117
BAB XIII
A. Sejarah Otonomi
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang, kebijakan hanya bersifat
insidentil sehingga tidak melakukan perubahan integral. Pada masa ini pemerintah
pusat memiliki peran penting. Pada masa kemerdekaanpun kolonial telah
meninggalkan Perundangan yang masih mempengaruhi sistem pemerintahan.
B. Desentralisasi
Sistem desentralisasi sudah ada sejak masa kolonial Belanda, yaitu UU Ind. 5
tahun 1903 tentang memberikan hak otonomi pemerintah daerah. UU
Pembaharuan (Bestuurshervormings Wet 1922) dibentuklah provincie Oronantie
tentang daerah otonom provinsi Ind.Stbl. tahun 1924 No. 79, dan Stadsgemeente
Ordonantie tentan otonomi Kotapraja di Jawa dan Madura Ind. Stbl. Tahun 1926
No.365. Masa pemerintahan Jepang terdapat UU No.12 dan 13, No 36 dan 37,
tentang seluruh Jawa dibagi atas Karesidenan, stadsgemeente, Regentschap,
District, dan Vorstenlanden.1
Masa kemerdekaan diatur melalui UUD 1945 Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 18
jo Pasal 11, UU 1948:22, Konstitusi RIS tahun 1949 Pasal 47, 64, 67. UUDS 1950
Pasal 1950 Pasal 131 sampai 133 jo Pasal 142. UU 1957:11 disempurnakan
Pen.Pres 1960: 5. UU 1965:19 untuk menguransi kekuasaan pemerintah pusat.
1
Sagala. Op. Cit. Desain Organisasi. h. 45-46
118
UU No 5. tahun 1974 mengatur pola hubungan pusat dan daerah dengan sistem
desentralisasi. Era Reformasi disahkan UU No. 25 tahun 1999 tentang pemberian
kewenangan pada pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam rangka
pemberdayaan potensi.
C. Dekonsentrasi
119
wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah atau
perangkat pusat di daerah. Di satu pihak berfungsi sebagai daerah otonom, di
pihak lain sebagai wakil pemerintah, dan pemerintahan provinsi bukanlah atasan
pemerintah kabupaten/Kota secara hirarkis.
120
harus memiliki visi dan misi pendidikan yang jelas dan jauh ke depan dengan
melakukan pengkajian yang mendalam dan meluas tentang trend perkembangan
penduduk dan masyarakat untuk memperoleh konstruk masyarakat di masa depan
dan tindak lanjutnya, merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik budaya bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dalam
perspektif tahun 2020. Kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri,
melakukan analisis faktor internal dan eksternal daerah guna mendapat suatu
gambaran nyata tentang kondisi daerah sehingga dapat disusun suatu strategi yang
matang dan mantap dalam upaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat
daerah yang berbudaya dan berdaya saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang
bermutu dan produktif.
E. Otonomi dan Desentralisasi Pendidikan
Burki (1999) menyatakan bahwa desentralisasi pendidikan ini secara konseptual
dibagi menjadi dua jenis, pertama desentralisasi kewenangan di sektor
pendidikan. Desentralisasi lebih kepada kebijakan pendidikan dan aspek
pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kedua, desentralisasi
pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat
sekolah. Konsep pertama berkaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan
pemerintahan dari pusat ke daerah sebagai bagian demokratisasi. Sedangkan
konsep kedua lebih fokus mengenai pemberian kewenangan yang lebih besar
kepada manajemen di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikannya.3
Menurut Smith (1985) Desentralisasi merupakan simbol adanya
kepercayaan pemerintah pusat kepada daerah. Ini akan dengan sendirinya
mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Kalau dalam sistem
sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi berbagai masalah,
dalam sistem otonomi ini mereka di tantang untuk secara kreatif menentukan
solusi-solusi atas berbagai masalah yang dihadapi sehingga pemerintah pusat
tidak perlu mempunyai aparat sendiri di daerah kecuali dalam batas-batas yang
3
dalam Alisjahbana dan Armida S. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan. Bandung: FE
Unpad. 2000.
121
sangat diperlukan. Untuk itu yang perlu dicermati dalam desentralisasi menurut
Rondinelli adalah agen (dekonsentrasi) dan badan otonom (devolusi) atau kalau
mengacu pada Smith bahwa desentralisasi mengimplikasikan dua kondisi
fundamental yaitu pertama, pemerintahan sendiri (lokal) bahwa lokal mempunyai
pemerintahan sendiri melalui institusi politik yang berakar dari teritorial yang
menjadi kewenangan. Institusi tersebut didirikan oleh sistem politik daerah
(dekonsentrasi), kedua, institusi tersebut akan direkrut secara demokratis
(devolusi).
4
Bhenyamin Hoessein. 2002. h. 4
5
Abdul Halim. 2001. 15
122
Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, pada kelompok bidang
pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi;
123
2. penyediaan bantuan pengadaan buku peljaran pokok/ modul
pendidikan untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan luar sekolah
3. mendukung/membantu pengaturan kurikulum, akreditasi, dan
pengangkatan tenaga akademis
4. pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi
5. penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan atau
penataran guru
6. penyelenggaraan museum propinsi, suaka peninggalan sejarah,
kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisonal, serta pengembangan
bahasa dan budaya daerah
F. Kebijakan Pendidikan
Hal menarik lainnya dapat disimak dalam sebuah konstitusi Jepang, yakni
Undang-Undang Pendidikan yang ditetapkan pada Tahun 1947. Pokok-pokok
undang-undang tersebut adalah; (a) Prinsip Legalisme, (b) Prinsip Administrasi
124
yang Demokratis; (c) Prinsip netralitas, (d) Prinsip Penyesuaian dan Penetapan
Kondisi Pendidikan, dan (e) Prinsip Desentralisasi.6
Program kerja yang telah disetujui dan telah menjadi kebijakan pemerintah
daerah dilaksanakan secara birokratik (administrasi pemerintahan) atas dasar
6
Research and Statistic Planning Division , Ministry of Education, Science, Sports and Culture of
Japan. 2000
7
http: //ikmsatu.multiply.com/journal/item/2. (tanggal 9 Juli 2011)
8
Sagala. Op.Cit. Desain Organisasi Pendidikan. h. 45-46
125
tupoksi Dinas Pendidikan. Kebijakan penetapan rumusan visi, misi, tujuan dan
terget pendidikan oleh pemerintah daerah dan program kegiatan dilaksanakan oleh
staf sesuai tupoksi. Kebijakan mengenai personel, anggaran, dan material
diselenggarakan sentralistik oleh Kepala daerah, sedangkan kegiatan akademik
dilaksanakan Depdiknas secara operasional di desentralisasi kepada pemerintaj
Kabupaten/ Kota.
Fokus utama produktifitas administrasi pendidikan adalah
mengartikulasikan nilai-nilai, metodologi atau teknik yang digunakan sebagai
proses penyusunan kebijakan, dan mengoptimalisasikan partisipasi masyarakat
dalam penerapnya. Pendekatan analitik dilakukan dalam penyusunan kebijakan
untuk keberhasilan organisasi. Pendekatan ini dalam perumusan masalah dengan
memecahkan masalah ke dalam bagian-bagian komponennya. Menurut Dunn
(1981) pendekatan ini diletakkan sebagai bagian terpisah bersifat empiris,
evaluatif, dan normatif. Analisa mengenai nilai-nilai, fakta-facta, dan tindakan-
tindakan dihubungkan dengan pendekatan analisa kebijakan yaitu
menggabungkan pendekatan dengan model dalam organisasi.
Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek
yang dipilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu yang
merupakan rekonstruksi artifisial dari realitas dalam wilayah yang merentang dari
energi dan lingkungan sampai pada kesejahteraan. Menurut Dunn (1981) model
kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik atau persamaan
matematika yang digunakan tidak hanya untuk menerangkan, menjelaskan, dan
memprediksi elemen suatu kondisi masalah, melainkan juga memperbaiki dan
merekomendasi serangkaian tindakan untuk memecah masalah tertentu.
Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan
menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari
para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan dan menghasilkan informasi
yang relevan dengan kebijakan yang digunakan mengatasi masalah-masalah
publik tertentu meliputi evaluasi dan rekomendasi kebijaka.
Analisis kebijakan diharapkan dapat menghasilkan informasi dan argumen
rasional menegnai tolak ukr utama apakah masalah telah teratasi. Pengembangan
126
analisis kebijakan sering dilihat sebagai hasil hubungan dengan ilmu pengetahuan
sosial, perbedaan metodologi kualitatif dan kuantitatif cukup mendasar.
Pendekatan analisa kebijakan sering dipandang bersifat empiris, evaluatif, dan
normatif, pengetahuan mengenai apakah (fakta), mana yang benar (nilai), apa
yang harus dilakukan (tindakan) memerlukan berbagai metode penelitian dan
argumen menghasilkan dan memindahkan informasi, alternatif, tindakan, hasil,
dan hasil kebijakan. Keberadaan (fakta) dapat membatasi atau meningkatkan
pencapaian nilai-nilai, dan tindakan.9
9
Sagala. Op.Cit. Desain Organisasi Pendidikan. h. 238-239
127
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said, Zainal. Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur
Siwah
Miller, Alex. Strategic Management Strategic. Third Edition. USA: McGraw Hill.
1998
128
Pearce, A. John dan Richard B. Robinson, B. Richard Strategic Management:
Formulation, Implementation, and Control. Sixth Edition. USA. 1997
B.C. Smith , Decentralization: The Teritorial Dimension Of The State, London, George
Allen And Unwin. 1985, p. 3.
Abidin, Said, Zainal. Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur
Siwah
129
151
Sumber Internet
http://gloriasuter.wordpress.com/2009/10/18/penyusunan-rencana-strategis-
sekolah/
http://renggani.blogspot.com/2008/03/makalah-perencanaan-pendidikan.html (tanggal 18
Juli 2011)
130
131