Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1. Obat cuci mata (collyria)
2. Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3. Salep mata
Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1. Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput
lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan sebagainya.
2. Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia), misalnya
seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang
stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada
pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata
harus disterilkan. (Anief, 1999)
Larutan obat cuci mata disebut dengan collyrium yang merupakan larutan jernih,
bebas partikel asing yang dipakai untuk membersihkan mata. Dpat ditambahkan dengan zat
dapar dan pengawet. Collyrium dibuat dengan melarutkan bahan-bahan dalam aquadest steril
ditutup dan disterilkan, alat dan bahan yang digunakan harus bersih dan steril.
Obat tetes mata harus memenuhi syarat:
Steril
Jernih
Bebas partikel asing
Sedapat mungkin isotonis
Sedapat mungkin isohidris
Larutan obat cuci mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan
menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat
dan efektif. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti
jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar. Jadi yang penting adalah larutan obat
mata untuk keperluan ini harus mendekati isotonik.
Sterilitas dan Pengawet
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril dan bila mungkin ditambahkan bahan
pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Pengawet yang
ditambahkan untuk larutan mata misalnya : Benzalkonium klorida 0,013%, Benzetonium
klorida 0,01%, klorobutanol 0,5%, Fenil Merkuri Asetat 0,004%, Fenil Merkuri Nitrat
0,004%, Timerosal 0,01%. Syarat-syaratnya adalah stabil dengan obatnya, tersatukan secara
kimia dengan bahan lain dalam formulasi dan mempunyai aktivitas antibakteri.
Isotonisitas
Larutan obat dikatakan isotonis jika mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan
tubuh yakni setara dengan larutan NaCl 0,9 % dalam aquadest yang disebut juga garam
fisiologis. Batas isotonis berkisar antara 0,6-2,0.
Pendaparan
Larutan mata dapat ditambahkan zat dapar untuk menyeimbangkan isotonisitasnya.
Guna pendaparan diantaranya: menstabilkan sediaan, mengurangi ketidaknyamanan pasien
(mungkin sebelum didaparkan larutan masih hipotonis), menjaga khasiat/ terapeutik obat. pH
air mata normal adalah 7,4. Untuk larutan mata tidak boleh hipotonis, usahakan isotonis akan
tetapi sedikit hipertonis masih ditoleransi. Larutan dapar yang sering digunakan adalah dapar
asam fosfat dan asam borat.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke-9. Yogyakarta:
Gadjah Mada Univ. Press.
Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
http://veeesthethica28.blogspot.co.id/2012/07/praktek-sediaan-steril-farmasi-
sains.html (diakses pada tanggal 5 oktober 2015 )