CONTOH KASUS DAN SOLUSINYA

Seorang anak laki-laki usia 11 tahun mengalami muntah, diare, dan kadar glukosa
darah 800 mg/dl dilarikan ke unit intensif pediatrik dan didiagnosa dengan diabetes
melitus tipe I. Pasien akhirnya dipulangkan dan mendapat terapi sliding scale
insulin (peningkatan dosis insulin sebelum makan dan pada malam hari). Pada saat
dipulangkan, pasien mengalami urtikarial dan ruam eritematosa di siku kanan
akibat pemberian secara iv.

Hari-hari selanjutnya, ruam terus berlanjut dan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Seminggu kemudian, pasien demam hingga suhu tubuh mencapai 39.4 oC yang
memuncak pada waktu siang dan malam. Ruam semakin parah setelah terjadinya
demam. Pasien juga mengeluhkan rasa sakit dan bengkak pada lutut, pinggul,
pergelangan kaki, jari kaki, dan siku. Ibu pasien menyadari adanya bengkak
kelenjar getah bening pada pasien. Demam terus berlanjut walaupun pasien sudah
mengonsumsi ibuprofen yang disarankan oleh dokter anak. Dua minggu kemudian,
keadaan pasien belum juga membaik, sehingga pasien dilarikan ke rumah sakit lain
karena tidak mampu berjalan akibat sakit di persendiannya.

DATA PASIEN
Nama :
Usia : 11 tahun
Berat Badan :
Tinggi Badan :

SUBJEKTIF
Keluhan utama: muntah, diare, urtikarial dan ruam eritematosa di siku kanan,
demam, rasa sakit dan bengkak pada lutut, pinggul, pergelangan kaki, jari kaki, dan
siku. Ibu pasien menyadari adanya bengkak kelenjar getah bening pada pasien.
tidak mampu berjalan akibat sakit di persendiannya.

Riwayat penyakit: pasien didiagnosa dengan diabetes melitus tipe I.

Riwayat keluarga: sepupu pasien mendapatkan suntikan untuk juvenile onset joint
disease setiap minggunya, dan sepupu yang lain didiagnosis arthritis reumatoid
sejak usia 20 tahun.

Riwayat penggunaan obat:

Prednison 25 mg po 1x sehari
Anakinra 100 mg sc 1x sehari
Lima hari setelah dipulangkan, pasien tidak mengalami demam, ruam, nyeri,
kaku di pagi hari, ataupun bengkak, tetapi kadar glukosa darah pasien meningkat
secara konsisten, bahkan mencapai 600 mg/dl.
Pada tindak lanjut rawat jalan, prednison diturunkan sampai 15 mg 1x hari,
kemudian dihentikan.
Dua minggu setelah penghentian prednison, kadar gula darah lebih terkontrol.
Namun pasien terus mengalami demam, ruam, dan nyeri di pergelangan kaki
namun dapat dikurangi oleh penggunaan anakinra.
Oleh karena itu, prednison digunakan kembali dengan dosis 7.5 mg 1x sehari,
sedangkan anakinra ditambah.
Kadar glukosa darah pasien dapat terkontrol lebih baik dengan penggunaan
Novolog 3x sehari dan Lantus 1x pada malam hari. (Yang dikuningin bisa jadi
plan)

OBJEKTIF
Hasil Lab Nilai Nilai Normal
WBC 16.6 x 109/L 3.4-9.5 x 109/L
Neutrofil 62% 35-80%
Hemoglobin 9.6 mg/dL 12.0-14.0 g/dL
Platelet 426 x 109/L 150-450 x 109/L
Glukosa darah 180 mg/dL 70-120 mg/dL
ESR 61 mm/h 3 to 13 mm/h
C-Reactive Protein 6.17 mg/L 0-10 mg/L
Fibrinogen 528 mg/dL 150-400 mg/dL
 D-Dimer 1.77 mg/L 0.4-2.27 mg/L
Ferritin 1295 ng/ml 7140ng/mL
Fungsi hati Normal
Trigliserida Normal

Hasil Pemeriksaan Fisik:

Terdapat ruam eritematus di wajah dan batang tubuh, dermatografis, dan arthitis
di lutut dan jari kanan.
Panel penyakit menular, kultur darah, kultur urin, dan analisis urin negatif.
Aspirasi sumsum tulang menunjukkan ada bukti leukemia akut dan limfoma
non-hodgin.
Ultrasound abdominal menunjukkan hepatomegali ringan dan resonansi
magnetik menunjukkan efusi siku kiri yang moderat.
Pasien didiagnosis dengan sistemik juvenile idiopatik arthritis (sJIA)
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan riwayat medis.

ASSESSMENT