Anda di halaman 1dari 6

DEMAM BERDARAH DENGUE

Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue penyebab Demam Dengue (DD),
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk
dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-
1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2010).
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukkan keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2012).

Patogenesis
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya, dan terus menularkan kepada individu yang rentan (WHO,
2009). Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ
sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum
tulang dan paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag
mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom
virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel, dan membentuk komponen
perantara serta komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus
dilepaskan dari dalam sel (Soegijanto, 2002). Infeksi ini menimbulkan reaksi
imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak ada cross protective
terhadap serotipe virus lainnya (Koraka, et al., 2001).
Secara in vitro, antibodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis,
yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated
cytotoxity (ADCC), dan antibody dependent enhancement (ADE) (Darwis, 1999).
Berdasarkan perannya, terdiri dari antibodi netralisasi atau neutralizing antibody
yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody
nonneutralizing serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS (Soegijanto,
2002).

Gambar 1. Bagan kejadian infeksi virus dengue (Candra, 2010)


Terdapat dua teori atau hipotesis imunopatogenesis DBD dan DSS yang masih
kontroversial, yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan
antibody dependent enhancement (ADE). Dalam teori atau hipotesis infeksi
sekunder disebutkan, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu
serotipe virus dengue, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus
dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut
mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan
terjadi infeksi yang berat. Ini terjadi karena antibodi heterologus yang terbentuk
pada infeksi primer akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue
serotipe baru yang berbeda, yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung
membentuk kompleks infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi. Selanjutnya
akan teraktivasi dan memproduksi IL-1, IL-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-
A) dan platelet activating factor (PAF), akibatnya akan terjadi peningkatan
(enhancement) infeksi virus dengue (Soegijanto, 2002). TNF alpha akan
menyebabkan kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke
jaringan tubuh yang disebabkan kerusakan endotel pembuluh darah (Dewi, dkk.,
2007). Pendapat lain menjelaskan, kompleks imun yang terbentuk akan merangsang
komplemen yang farmakologisnya cepat, pendek, bersifat vasoaktif dan
prokoagulan sehingga menimbulkan kebocoran plasma (syock hipolemik) dan
perdarahan (Gibson, 2010). Anak di bawah usia dua tahun yang lahir dari ibu yang
terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke anak, dalam tubuh anak
tersebut terjadi nonneutralizing antibodies akibat adanya infeksi yang persisten.
Akibatnya, bila terjadi infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan langsung
terjadi proses enhancing yang memacu makrofag mudah terinfeksi dan teraktivasi,
serta mengeluarkan IL-1, IL-6, TNF alpha, juga PAF (Sowandoyo, 2008; Wang dan
Patarapotikul, 1995).
Pada teori ADE disebutkan, jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus
tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi
apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, justru akan menimbulkan
penyakit yang berat (Soegijanto, 2002). Kinetik imunoglobulin spesifik virus
dengue di dalam serum penderita DD, DBD, dan DSS, didominasi oleh IgM, IgG1,
dan IgG3 (Soegijanto, 2003). Selain kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain
tentang patogenesis DBD, diantaranya adalah teori virulensi virus yang berdasarkan
pada perbedaan serotipe virus dengue, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4
yang semuanya dapat ditemukan pada kasus-kasus fatal tetapi berbeda antara
daerah satu dengan lainnya. Selanjutnya ada teori antigen-antibodi yang
berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD, terjadi penurunan aktivitas sistem
komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4 dan C5. Disamping itu, pada
48-72% penderita DBD, terbentuk kompleks imun antara IgG dengan virus dengue
yang dapat menempel pada trombosit, sel B, dan sel organ tubuh lainnya, yang akan
mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun lain. Selain itu, ada teori moderator
yang menyatakan bahwa makrofag yang terinfeksi virus dengue akan melepas
berbagai mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain, yang
bersama endotoksin bertanggungjawab pada terjadinya syok septik, demam dan
peningkatan permeabilitas kapiler (Avirutnan, et al., 1998).
Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat. Hanya dalam beberapa
hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat, tetapi tingkat kerusakan jaringan
(tissue destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk menyebabkan kematian
karena infeksi virus; kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh gangguan
metabolik (Soegijanto, 2002).

Faktor Risiko
Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi, serta terganggu atau melemahnya pengendalian populasi
sehingga memungkin terjadinya KLB (Wilder-Smith dan Gubler, 2008). Faktor
risiko lainnya adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum
dan pembuangan sampah yang benar (Knowlton, et al., 2009). Tetapi di lain pihak,
DBD juga bisa menyerang penduduk yang lebih makmur, terutama yang biasa
bepergian (USDT, 2006). Dari penelitian di Pekanbaru Provinsi Riau, diketahui
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah pendidikan dan pekerjaan
masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tempat penampungan air, keberadaan
tanaman hias dan pekarangan serta mobilisasi penduduk; sedangkan tata letak
rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi faktor risiko (Roose, 2008).
Faktor risiko yang menyebabkan munculnya antibodi IgM anti dengue yang
merupakan reaksi infesksi primer, berdasarkan hasil penelitian di wilayah Amazon
Brazil adalah jenis kelamin laki-laki, kemiskinan, dan migrasi. Sedangkan faktor
risiko terjadinya infeksi sekunder yang menyebabkan DBD adalah jenis kelamin
laki-laki, riwayat pernah terkena DBD sebelumnya, serta migrasi ke daerah
perkotaan (Silva-Nunes, et al., 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Avirutnan, P., Malasit, P., Seliger, B., Bhakti, S., dan Husmann, M. 1998. Dengue
Virus Infection of Human Endothelial Cells Leads to Chemokin Production,
Complement Activation, and Apoptosis. J Immunol. 161: 6338-6346.

Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor


Risiko Penularan. Aspirator. 2 (2): 110-119.

Darwis, D. 1999. Kegawatan Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta:


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Depkes RI. 2010. Penemuan Tatalaksana dan Penderita Demam Berdarah


Dengue. Jakarta: Dirjen P2L.

Depkes RI. 2012. Waspada Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, B., Takasaki, T., Sudiro, T., Nelwan, R., dan Kurane, I. 2007. Elevated
Levels of Solube Tumour Necrosis Factor Receptor 1, Thrombomodulin and
Solube Endothelial Cell Adhesion Molecules in Patients with Dengue
Hemorrhagic Fever. Dengue Bulletin. 31: 103-110.

Gibson, R. 2010. Dengue Conundrums. International Journal of Antimicrobial


Agents. 36: 26-39.

Knowlton, K., Solomon, G., Rotkin-Ellman, M., dan Pitch, F. 2009. Mosquito-
Borne Dengue Fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural
Resources Defense Council Issue Paper.

Koraka, P., Suharti, C., Setiati, C., Mairuhu, A., Van Gorp, E., Hack, C., et al. 2001.
Kinetics of Dengue Virus-specific Immunoglobulin Classes and Subclasses
Correlate with Clinical Outcome of Infection. J Clin Microbio. 39: 4332-4338.

Roose, A. 2008. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Silva-Nunes, M., Souza, V., Pannuti, C., Sperana, M., Terzian, A., dan Nogueira,
M. 2008. Risk Factors for Dengue Virus Infection in Rural Amazonia:
Population-based Cross-sectional Surveys. Am J Trop Med Hyg. 79 (4): 485
494.

Soegijanto, S. 2002. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.


Tersedia di: www.pediatrikcom/buletin/20060220-8ma2gi-buletindoc.
[Diakses pada 5 Oktober 2017].

Soegijanto, S. 2003. Prospek Pemanfaatan Vaksin Dengue untuk Menurunkan


Prevalensi di Masyarakat. Peringatan 90 Tahun Pendidikan Dokter di FK
Unair. Surabaya.

Sowandoyo, E. 1998. Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa, Gejala Klinik
dan Penatalaksanaannya. Seminar Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Rumah Sakit Sumberwaras.

U.S.D.T. International Travel and Transportation Trends. 2006. Washington D.C.:


Bureau of Transportation Statistics. Washington: Department of
Transportation.

Wang, S. dan Patarapotikul, H. 1995. Antibody-Enhanced Binding of Dengue Vitus


to Human Platelets. J Virology. 213: 1254-1257.

WHO. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and


Control. New Edition. Geneva: World Health Organization.

Wilder-Smith, A. dan Gubler, D. 2008. Geographic Expansion of Dengue: The


Impact of International Travel. Med Clin Nam. 92: 1377-1390.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I-Iii
    Bab I-Iii
    Dokumen24 halaman
    Bab I-Iii
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Cek
    Cek
    Dokumen9 halaman
    Cek
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Possible Questions UP
    Possible Questions UP
    Dokumen1 halaman
    Possible Questions UP
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar PDF
    Kata Pengantar PDF
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar PDF
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Anfos Ghifari
    Anfos Ghifari
    Dokumen4 halaman
    Anfos Ghifari
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Form Uji Hedonik
    Form Uji Hedonik
    Dokumen1 halaman
    Form Uji Hedonik
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Teori Steril - Edit1 !
    Teori Steril - Edit1 !
    Dokumen5 halaman
    Teori Steril - Edit1 !
    Agusta Widihastuti
    Belum ada peringkat
  • Dasar 2
    Dasar 2
    Dokumen4 halaman
    Dasar 2
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Artikel Hasil Saduran
    Artikel Hasil Saduran
    Dokumen4 halaman
    Artikel Hasil Saduran
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Biokimia
    Biokimia
    Dokumen5 halaman
    Biokimia
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Ancek Kojil
    Ancek Kojil
    Dokumen12 halaman
    Ancek Kojil
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Formulir Perbaikan
    Formulir Perbaikan
    Dokumen3 halaman
    Formulir Perbaikan
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Steril Dan Non !
    Steril Dan Non !
    Dokumen8 halaman
    Steril Dan Non !
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Farmasetika !
    Farmasetika !
    Dokumen3 halaman
    Farmasetika !
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen28 halaman
    Proposal
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Bakteri Gram !
    Bakteri Gram !
    Dokumen7 halaman
    Bakteri Gram !
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Non Steril
    Non Steril
    Dokumen17 halaman
    Non Steril
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Document 1
    Document 1
    Dokumen15 halaman
    Document 1
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Discussion
    Discussion
    Dokumen3 halaman
    Discussion
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Mikrobiologi
    Mikrobiologi
    Dokumen4 halaman
    Mikrobiologi
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Obat Jadi
    Registrasi Obat Jadi
    Dokumen40 halaman
    Registrasi Obat Jadi
    Oktia Charmila
    Belum ada peringkat
  • Kasus DM
    Kasus DM
    Dokumen3 halaman
    Kasus DM
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Formulir Laporan Akhir
    Formulir Laporan Akhir
    Dokumen1 halaman
    Formulir Laporan Akhir
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Formulir Etik
    Formulir Etik
    Dokumen21 halaman
    Formulir Etik
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Formulir Etik
    Formulir Etik
    Dokumen21 halaman
    Formulir Etik
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat
  • Biofar
    Biofar
    Dokumen14 halaman
    Biofar
    Ghaida Putri Setiana
    Belum ada peringkat