Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Kanker peyudara merupakan neoplasma ganas berasal
dari parenchyma dan dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah
adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen
dan gen yang bersifat mensupresi tumor. Gen pensupresi tumor yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan
gen BRCA2.
Kanker payudara merupakan tumor yang relative lambat pertumbuhannya.
Namun pada beberapa pasien dijumpai bentuk yang agresig tapi terlambat
dideteksi. Dilaporkan bahwa metastase KGB dijumpai 3% dari 96 pasien dengan
tumor <0,5 cm dan 50% dari pasien ini menderita karsinoma mikro invasive. Data
sebelumnya menyatakan bahwa tumor yang terdeteksi dengan mammografi
(unpalpable tumor) memiliki insiden metastase 7% dan tumor yang teraba
memiliki tingkat insidensi adanya metastase sebanyak 24%.
Seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita
setelah kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker wanita. Angka ini
lebih dari dua kali lipat dari kanker kolorektal dan kanker leher rahim dan sekitar
tiga kali lipat dari kanker paru-paru. Kematian di dunia adalah 25% lebih besar
daripada kanker paru-paru pada wanita. Insiden kanker payudara sangat bervariasi
di seluruh dunia, yang lebih rendah di negara-negara berkembang dan terbesar di
lebih-negara maju.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara
baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan

1
di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di
Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa.
Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang
mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan
dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000
orang di antaranya meninggal setiap tahunnya memperkirakan kanker payudara
di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara
1990-2000.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher
rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia
tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki
tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker
payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR)
akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah.
Bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan
hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun,
dikatakannya pula bahwa 70--90% penderita datang ke rumah sakit setelah
penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat
tidak memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau
radiasi. Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan
kesembuhan 75% (Ama, 1990). Pengobatan pada penderita kanker memerlukan
teknologi canggih, ketrampilan, dan pengalaman yang luas. Perlu peningkatan
upaya pelayanan kesehatan, khususnya di RS karena jumlah yang sakit terus-
menerus meningkat, terlebih menyangkut golongan umur produktif. Informasi

2
tentang faktor-faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan
hanya untuk peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk
memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara
dan perkembangan serta prognosis penyakit tersebut di masa mendatang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak ataupun jaringan ikat payudara.
B. Anatomi
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding
depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas
sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas
medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Dua pertiga
dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus
anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus. Pada 95% wanita
terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila. Ekor ini (tail
of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam
fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae
yang ditemukan secara normal di bawah fascia sebelah dalam.

4
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar
daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya
adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy
payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu, sebagian
dari 1 atau lebih lobus diangkat.
Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang
retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan
dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.
Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit.
Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul
dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang
jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous
sinuse . Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari

5
duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk
menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi di sini.
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke
elemen parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke
kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal.
Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan
mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit
yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang
disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari
folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran
cekungan dari kulit.
Suplai darah
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang
dari A. axillaries, dan A. intercostal.

6
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5
mengalirkan darah dari kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica,
terletak di medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1
atau 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari
iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis
berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos,
hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke dalam vena
cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica.

7
Melalui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca mamae dapat mencapai
paru-paru. Melalui jalur ketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf
pusat.
Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan
yang bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen.

8
Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary).
1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).
Group 1. External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal
sebagai anterior pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari M.
pectoralis minor, di bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial dari
aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai
dari iga 2-6. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan pembuluh-
pembuluh limfatik, dinamakan subareolar plexus of Sappey.

9
Keterangan :
1.Areolar plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchyma.
2. Anterior pectoral nodes.
3. Central axillary nodes.
4. Interpectoralnodes (a path which can bypass central axillary nodes).
5. Apical, infraclavicular nodes.
6. Retrosternal nodes.
Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes). Terletak di atas pembuluh-pembuluh
darah subsakapular. Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan
pembuluh limfe intercistal.
Group 3. Central nodes (12.1 nodes). Merupakan kelompok kelenjar getah
bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di aksila
karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan
intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau third
thoracic nerve, dapat timbul nyeri.
Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara
otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok
KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M.
pectoralis major diangkat.

10
Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes). Merupakan kelompok KGB
terbesar kedua di aksila. Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian
lateral vena aksilaris.
Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes). Terletak pada permukaan
ventral dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal
and ventral surfaces of the medial part of the axillary vein.
2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)
Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae
pada fascia pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari
kulit mammae kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas
rectus abdominis. KGB sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya
dalam lemak dan jaringan ikat dari ruang interkosta. Saluran ini bermuara
ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus dextra. Rute ke vena aksilaris
lebih pendek daripada rute aksila.
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular,
cervical, atau contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan
metastasis jauh (M1). Yang termasuk KGB regional :
1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB
sepanjang vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam
beberapa tingkat :
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis
minor dan KGB interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis
minor termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical Catatan : KGB
intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

11
Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa kelenjar
getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi

12
beberapa kelenjar getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor,
Level III meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M.
Pectoralis minor.
2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi
sternum dalam fascia endothoracica.
Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya
melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral
keempat juga mempersarafi papilla mammae.

Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

C. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih
belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan
risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur

13
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi
dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya
kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health
menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan
pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada
pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu
yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal
mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk
tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta
perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif
selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya
dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian

14
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan
secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan
komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan
pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi
genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap
kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia
sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60
tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
D. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan keganasan kedua terbanyak di Indonesia
setelah kanker serviks uteri. Berdasarkan data patologi anatomi tahun 1997
insidens KPD di Indonesia sebesar 11,6% dari seluruh keganasan, sedangkan di
Amerika kanker payudara menduduki tempat pertama sebagai jenis kanker
terbanyak pada wanita sekitar 180.000 wanita terdiagnosis sebagai kanker
payudara (KPD) setiap tahun. Kurva insidensi/angka kejadian-usia bergerak
naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita
usia di bawah usia 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun.
Insidensi kanker payudara pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada
perempuan. Kanker payudara sangat terkait dengan umur dengan hanya 5%
dari semua kanker payudara terjadi pada wanita di bawah 40 tahun.
E. Patofisiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya perubahan/mutasi tertentu pada
DNA sel payudara. DNA adalah komponen kimia yang membentuk gen kita.
Ada mutasi gen yang bersifat diwariskan (genetic), tetapi ada juga yang
tampaknya terjadi dengan sendirinya tanpa diketahui penyebab pasti.

15
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
2. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
F. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker
payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
o Non-invasif duktal karsinoma
Ini adalah tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti sel-
sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding
duktus ke jaringan payudara disekitarnya. Sekitar 1 dari 5 kasus baru
kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker pada
tahap awal ini dapat disembuhkan. Sebuah mamografi seringkali adalah
cara terbaik untuk deteksi dini DCIS. Ketika terdiagnosa DCIS, ahli
patologi biasanya akan mencari area dari sel-sel kanker yang telah mati,
disebut nekrosis tumor dalam sample jaringan. Bila nekrosis ditemukan,

16
maka tumor agaknya lebih bersifat agresif. Istilah comedocarsinoma
kadang digunakan untuk menjelaskan DCIS dengan nekrosis.

o Lobular karsinoma in situ


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sendiri sering tidak
menjadi kanker invasive, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko

17
lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker payudara invasive pada
payudara yang sama atau berbeda. Untuk itu, mamografi rutin sangat
disarankan.

2. Invasif karsinoma
o Invasif duktal karsinoma
Invasif (atau infiltrating) Duktal Karsinoma (IDC): Ini adalah kanker
payudara paling umum dijumpai. Bermula dari duktus, menerobos dinding
duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini,
itu mungkin menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui
sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara
invasive adalah jenis ini.
Papilobular karsinoma
Solid-tubular karsinoma
Scirrhous karsinoma
Special types
Mucinous karsinoma
Medulare karsinoma

o Invasif lobular karsinoma


Invasif (infiltrating) Lobular Karsinoma (ILC): kanker ini dimulai dalam
lobulus. Seperti IDC, ia dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian lain dari

18
tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah dari jenis ini. ILC
lebih sulit terdeteksi melalui mammogram daripada IDC.
Adenoid cystic karsinoma
karsinoma sel squamos
karsinoma sel spindel
Apocrin karsinoma
Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular karsinoma
Sekretori karsinoma
Lainnya
3. Pagets Disease
Penyakit Paget putting susu (mammary pagets) adalah suatu lesi
eritematosa berbatas tegas disertai skuama yang menunjukkan adanya
karsinoma saluran kelenjar lapisan dalam payudara. Gejala awal yang
sering adalah gatal atau rasa terbakar pada putting disertai erosi pada
permukaan atau ulkus. Diagnosa ditegakkan dengan biopsy pada daerah
erosi. Sering lesi didiagnosis dan ditangani sebagai dermatitis atau infeksi
bakteri. Sir James Paget melaporkan 15 kasus ulkus putting susu kronik
pada tahun 1874. Ia menemukan adanya warna muda terang pada
permukaan ulkus yang terlihat seperti eksem kulit difus yang akut. Ia
mengemukakan bahwa adanya iritasi kronik merupakan salah satu
diagnosis keganasan pada wanita dengan 2 tahun menderita tumor
payudara. Keadaan pada kasus yang jarang ini kemudian dinamakan
Pagets disease. Kejadian Pagets disease dilaporkan sekitar 1%-3% dari
keganasan payudara. Gambaran klasik histology pada epidermis putting
susu dan areola mamma.

19
G. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor
ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu
stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG,
dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara
untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah
stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan
oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori
oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).
Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor ,
N yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis
atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
T (tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

20
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor utama
N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor
tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai
berikut:
Stadium 0: T0 N0 M0
Stadium 1: T1 N0 M0
Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Stadium III C: Tiap T N3 M0
Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

21
Stadium O
Disebut kanker payudara non invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS (ductal
carcinoma in situ) dan LCIS(lobular carcinoma in situ)
Stadium I
Kanker invasif kecil (ukuran tumor < 2 cm dan tidak menyerang kelenjar
getah bening).

Stadium II
Kanker invasif (ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah
bening)

22
Gambar A : Diameter tumor > 5 cm, belum menyerang kelenjar getah bening
ketiak
Gambar B : Diameter tumor < 2 cm, sudah menyebar < 3 kelenjar getah
bening ketiak
Stadium 3
Kanker invasif besar (ukuran tumor > 5 cm dan benjolan sudah menonjol ke
permukaan kulit, pecah ataupun berdarah/bernanah). Pada stadium ini dikenal
sebagai kanker lokal / regional, bisa menyebar kelenjar getah bening dekat
payudara dimana lokasi tersebut di bawah lengan atau tulang klavikula, tapi
tidak jauh.

Gambar A : Diameter tumor > 5 cm, sudah menyerang kelenjar getah bening
ketiak, tetapi belum menyebar ke yang lain
Gambar B : Diameter tumor < 5 cm, tetapi sudah menyerang kelenjar getah
bening sekitar tulang klavikula
Diameter tumor < 5 cm, sudah menyerang kelenjar getah bening terdekat dan
benjolan semakin tumbuh besar atau mengenai jaringan sekitar ( stroma )
Inflammatory breast cancer
Pada stadium ini, sel tumor memblokade pembuluh getah bening di mamae,
menyebabkan pembengkakan, kemerahan. Stadium ini dikelompokkan ke
dalam stadium III, bisa luka bernanah di payudara.

23
Stadium 4
Sel kanker sudah bermetastesis/menyebar ke organ lain seperti paru-paru,
liver, tulang ataupun otak

H. Manifestasi Klinis
Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang
terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri.
Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan
akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau puting susu.

24
Tanda kanker payudara yang paling jelas adalah adanya borok (ulkus)
pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi
semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara. Gejala lainnya adalah payudara sering berbau busuk dan mudah
berdarah.
I. Diagnosa
Gejala klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
1. Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan
itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat
pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium
lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di
sekitarnya.

2. Erosi atau eksema puting susu


Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),
berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau dorange), mengkerut,
atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan
semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya
antara lain:

25
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila
tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah
muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui
kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara);
adanya nodul satelit pada kulit payudara;
kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat model parasternal;
terdapat nodul supraklavikula;
adanya edema lengan;
adanya metastase jauh;
Terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu :

26
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks,
kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain.
3.Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara
spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila
terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.
Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan
berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada
satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.

Keluhan di tempat lain yang berhubungan dengan metastasis


antara lain nyeri tulang, rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala
hebat. Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan
ukuran tumor, kawin atau tidak, riwayat penyakit kanker dalam keluarga,
obat-obatan.
Anamnesis lain meliputi pengaruh siklus haid terhadap keluha
tumor, kawin atau tidak, jumlah anak, menyusui atau tidak, riwayat
penyakit kanker dalam keluarga, obat-obatan yang pernah dipakai
terutama yang bersifat hormonal, pernah operasi payudara.
J. Pemeriksaan Fisik
Biasanya tumor pada keganasan, mempunyai ciri dengan batas yang
irregular umumnya tanpa nyeri, tidak mobile. Pada pemeriksaan kanker dini
payudara, tentu semua pemeriksaan yang mengarah kepada tanda-tanda lanjut

27
atau metastasis tidak akan ditemukan. Tidak sukar untuk menegakkan
diagnosis klinis kanker payudara pada keadaan lanjut (kriteria operabilitas
Haagensen), tetapi untuk kanker dini yang hanya ditemukan adanya tumor
kecil dengan batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras.

1. Inspeksi
Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat
edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.

2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk
palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap
massa yang teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya,
ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.

28
K. Deteksi Dini Kanker Payudara
1. Cara Deteksi Dini
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1) Definisi SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI
adalah pemeriksaan payudara oleh diri sendiri untuk mendeteksi segala
kelainan yang ada pada payudara
2) Waktu Pelaksanaan
Periksa payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan pada wanita
dengan usia > 20 tahun yaitu setelah menstruasi selesai, yakni pada saat
payudara tidak dalam keadaan membengkak dan tegang seperti pada
waktu haid dan sebelum haid.
3) Tujuan
Untuk mendeteksi secara dini adanya benjolan abnormal pada
payudara, mendeteksi dini adanya perubahan yang abnormal pada
payudara, serta untuk mendeteksi kanker secara dini
4) Langkah-Langkah Pemeriksaan SADARI
Pemeriksaan payudara bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Inspeksi

29
Inspeksi merupakan pemeriksaan pertama yang harus
dilakukan dalam sadari untuk menyingkirkan adanya
kemungkinan kelainan yang ada pada payudara sebelum
dilakukan pemeriksaan palpasi. Hal yang diamati pada saat
melakukan inspeksi pemeriksaan payudara sendiri adalah
sebagai berikut:
Simetris/asimetris
Bengkak (bulging)
Berkerut/cekung
Pori-pori melebar seperti kulit jeruk
Puting susu tertarik (retraksi)
Lecet/luka
Kemerahan/biru atau kehitaman
Discharge/blood discharge
b) Palpasi
Pada prinsipnya, pemeriksaan palpasi harus meraba seluruh
permukaan pada payudara dan bahkan sekitarnya sampai di
bawah ketiak. Palpasi menggunakan tiga jari palmar dan
dilakukan dengan tiga tipe penekanan.
Pertama, dilakukan dengan tekanan ringan untuk meraba
adanya benjolan di dekat permukaan kulit.
Kedua, tekanan sedang untuk meraba adanya benjolan
tengah- tengah jaringan payuadara.
Ketiga, tekanan cukup kuat uuntuk merasakan adanya
benjolan di dasar payudara yang dekat dengan tulang
dada/iga.
c) Alat yang diperlukan
Tissue, bantal, cermin datar, dan tempat tidur/matras/karpet
d) Langkah-langkah SADARI

30
(1) Langkah 1
Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan menggunakan tissue. Tinggalkan
seluruh pakaian bagian atas, lalu berdirilah di depan cermin di
dalam ruangan yang terang dengan kedua lengan tergantung
lepas. Perhatikan payudara:

(a) Apakah bentuk dan ukuran simetris antara payudara kanan


dengan payudara kiri?
(b) Apakah bentuknya membesar atau mengeras?
(c) Apakah arah puting lurus ke depan atau berubah arah?
(d) Apakah putingnya tertarik ke dalam (dimpling)?
(e) Apakah puting/kulitnya ada yang lecet?
(f) Apakah kulit tampak kemerahan, kebiruan, atau kehitaman?
(g) Apakah kulit tampak menebal dengan pori- pori melebar
atau seperti kulit jeruk?
(h) Apakah permukaannya mulus, tidak tampak adanya
kerutan, atau cekungan/puckering?
(2) Langkah 2
Angkat lengan dan cari perubahan yang sama dengan
maksud melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap
otot atau fasia di bawahnya.

31
(3) Langkah 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan di samping
kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk
melihat perubahan pada payudara.
(4) Langkah 4
Ketika di depan cermin, cari tanda-tanda apapun cairan
yang keluar berasal dari salah satu atau kedua puting susu (ini
bisa jadi cairan seperti susu, kuning, atau darah).

(5) Langkah 5
Periksa payudara dengan berbaring. Gunakan tangan kanan
untuk memeriksa payudara kiri dan tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan. Palpasi dilakukan perlahan, yaitu
sentuhan lembut dengan ujung jari tangan secara bersamaan.
Lakukan melingkar setiap bagian payudara.

32
(6) Langkah 6
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot
di daerah aksila.
Perhatikan secara khusus seperempat bagian payudara
sebelah luar atas, baik yang kiri maupun kanan. Bagian
tersebut paling sering mengandung tumor.
b. SARAMI (Pemeriksaan Payudara oleh Suami)
Peran aktif suami untuk ikut mendeteksi dini adanya kemungkinan
kanker payudara sangat diperlukan. Wanita rata- rata takut untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan jika mendapatkan adanya kelainan pada
payuadaranya, sehingga kebanyakan kasus ditemukan sudah stadium
lanjut. Dengan SARAMI bisa dijadikan motivasi agar istri mau segera ke
tenaga kesehatan jika ditemukan adanya kelainan.
c. CBE (Clinical Breast Examination)
Pemeriksan klinis payudara oleh tenaga medis terlatih (Cinical
Breast Examination) CBE. Pada perempuan sejak pertama mengalami
haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20-39 tahun
dianjurkan CBE setiap tiga tahun sekali. Dan pada perempuan berusia di
atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. Untuk perempuan yang
mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE
sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.
L. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Suatu mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan X-ray. Pada
mamografi, payudara ditekan diantara 2 piring untuk meratakan dan
menyebar jaringan. Prosedur ini sesaat mungkin kurang nyaman. Payudara
kemudian dikompres ditekan selama beberapa detik. Seluruh prosedur untuk
proses mamografi memakan waktu 20 menit. Hasilnya berupa gambar hitam
putih pada film. Dengan mamografi dapat ditemukan benjolan yang kecil
sekalipun. Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila

33
secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan apa-
apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsy sebab sering karsinoma
tidak tampak pada mammogram. Selain itu, apabila pada mammografi positif
namun klinis tidak terdapat tumor, pemeriksaan biopsy harus tetap dilakukan
pada daerah yang ditunjukkan oleh foto tersebut.

Kelenjar mamae tersusun atas lemak (nondense) dan jaringan ikat (padat).
Densitas jaringan ikat mamae muncul sebagai area solid putih pada film
mammogram, dan lemak muncul sebagai area hitam. Gambaran tumor juga
merupakan densitas jaringan ikat dan muncul sebagai area putih solid pada
mammogram. Ini menjadi sulit untuk mendeteksi tumor pada payudara
karena terlihat mirip seperti densitas jaringan ikat yang disekitarnya.
Densitas Mamae 4 tingkatan

Kiri ke kanan :
Derajat 1 : Mamae penuh dengan lemak
Derajat 2 : Mamae dipenuhi jaringan lemak > 50%

34
Derajat 3 : Mamae dipenuhi jaringan ikat > 50%
Derajat 4 : Kepadatan mamae dengan lemak yang sedikit

2. USG
USG adalah tes yang baik digunakan bersamaan dengan
mammografi. USG membantu membedakan antara kista dan massa padat
pada payudara. Dengan menggunakan gelombang bunyi frekuensi tinggi
untuk mendapatkan gambaran jaringan payudara.

3. MRI
Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka
untuk memeriksa payudara dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidak mutlak
karena dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer
Society (ACS), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker
payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak
anggota keluarganya terkena payudara, sebaiknya juga mendapatkan
MRI. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan massa kecil
pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau
mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan
payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan yang
terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat
menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer
maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy.
4.Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya
biopsy yang memberikan diagnose secara pasti. Biopsi ada beberapa jenis:
1. Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
Cairan/jaringan dikeluarkan dari benjolan lewat jarum halus untuk
kemudian diteliti dibawah mikroskop. Menggunakan jarum kecil untuk
mengambil sampel jaringan.

35
2. Core Needle Biopsy
Jarum yang digunakan untuk tes ini lebih besar daripada biopsi jarum
halus. Hal ini digunakan untuk mengangkat satu atau lebih jaringan
inti.
3. Stereotactic biopsy
Dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Tidak memerlukan jahitan,
dan hanya ada sedikit jaringan parut. Metode ini biasanya mengangkat
lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti. Dalam melakukan
prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu
oleh mammografi, USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan
pada bagian payudara yang akan dilakukan biopsy. Keuntungan teknik
ini adalah bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menentukan
pengobatan dan stadium.

4. Bedah biopsy (open biopsy)


Kadang-kadang diperlukan operasi untuk mengangkat semua atau
sebagian benjolan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh
massa serta beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil
keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan menggunakan
anestesi lokal.

36
M. Diagnosis Banding
Fibroadenoma mamma
Fibrocystic of the breast ( mammary dysplasia)
Sistosarkoma filoides
Galaktokel
Mastitis
N. Komplikasi
Ganguan neuovaskuler
Metastasis otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebrae, iga, tulang panjang
Fraktur patologi
Fibrosis payudara
Kematian
O. Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan
inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi
multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif
diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis
jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

37
Terapi secara pembedahan
1. Mastektomi partial (breast conservation)
Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari
reseksi tumor primer hingga batas jaringan payudara normal,
radioterapi dan pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening)
aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai reseksi
segmental, lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan
konservatif, saat ini merupakan terapi standar untuk wanita dengan
karsinoma mammae invasif stadium I atau II. Wanita dengan DCIS
hanya dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik pada nipple-
areola complexdibuat pada kulit diatas karsinoma mammae. Jaringan
karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae normal
yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan tumor.
Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi
HER-2/neu kepada patologis. Setelah penutupan luka payudara,
dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk penentuan stadium dan
mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel node biopsy
merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak
ditemukan adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy
menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB akilla tidak dilakukan.

2. Modified Radical Mastectomy


Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis
mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla
level I dan II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M.
pectoralis minor dan diseksi KGB axilla level III. Batasan anatomis
pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus
dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian medial,
bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mammae dan bagian
superiornya m. subcalvia.

38
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi
tersering dari mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari
semua kasus. Pemasangan closed-system suction drainage mengurangi
insidensi dari komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan
drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah
mastektomi dan kebanyakan terjadi sekunder terhadap nekrosis skin-
flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang terjadi setelah mastektomi
dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk mengontrol
pendarahan dan memasang ulang closed-system suction drainage.
Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy
sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya
KGB patologis dan obesitas merupakan faktor-faktor predisposisi.

3. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)


Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua
ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per-laparaskopi. Tindakan ini boleh dilakukan
oleh spesialis bedah umum atau Spesialis Konsultan Bedah Onkologi,
dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ kandungan. Indikasi:
Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.

39
Catatan: Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat
dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan
ethical clearance dari lembaga yang berwenang.
Terapi secara medikalis (non-pembedahan)
1. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma
mammae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy,
radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal,
juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy.
Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang
tinggi.
Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana
resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan
pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
Radioterapi adalah suatu cara untuk menyembuhkan atau
mengurangi rasa sakit pada penderita tumor atau kanker dengan
menggunakan radiasi pengion. Penyinaran radioterapi dilakukan secara
seri selama beberapa hari dalam seminggu. Penyinaran ini dinamakan
dosis fraksinasi. Fraksi dilakukan sekali dalam sehari selama 5 hari
dalam seminggu. Selama 2 hari dalam seminggu tidak dilakukan
penyinaran untuk memberikan kesempatan pada sel melakukan
regenerasi. Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang
ditandai dengan kelainan siklus sel yang menimbulkan kemampuan sel
untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis di sekitarnya, maupun
bermigrasi ke jaringan tubuh lain melalui sirkulasi darah (metastasis).
Ca Mammae adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara
Penyinaran teleterapi Cobalt 60 pada penderita Ca Mammae
menyebabkan perubahan terhadap produksi sel darah. Darah
merupakan bagian penting dalam sistem sirkulasi tubuh. Darah terdiri
atas dua bagian, yaitu bagian cair (plasma darah) dan sel darah. Sel

40
darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit. Leukosit berfungsi
sebagai sistem imunutas tubuh. Eritrosit bersama hemoglobin
berfungsi dalam oksigenasi jaringan dan trombosit berperan dalam
sistem pembekuan darah. Sel darah ini diproduksi di dalam sumsum
tulang. Radiosensitivitas dari berbagai jenis sel darah ini bervariasi, sel
yang paling sensitif adalah sel limfosit dan sel yang paling resisten
adalah sel eritrosit.
Dosis radiasi seluruh tubuh sekitar 0,5 Gy sudah dapat
menyebabkan penurunan proses pembentukan sel-sel darah sehingga
jumlah sel darah akan menurun. Penurunan jumlah sel darah ini akan
sangat berdampak serius jika tidak segera ditangani karena darah
mempunyai peranan penting terhadap fungsi tubuh manusia seperti
imunitas, oksigenasi, hemostasis dan peran-peran lainnya.
2. Kemoterapi
a. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada
karsinoma mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor
berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran
tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko
rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor
prognostik yang tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh
darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi,
overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif
sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain
siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate.
Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor
hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan
cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini,
berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel

41
adalah modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan
dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.
b. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang
diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana
dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium
lanjut adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin
diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla
bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan
terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi
neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor
tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified
radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
4. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron.
Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal
dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol,
tamoxifen menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara.
Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan
karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih
rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif.
Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas
yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan
dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium.

42
5. Terapi antibodi anti-HER2/neu
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae
yang baru didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk
tujuan prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk
membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen
adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma
mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi
Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang
ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

43
BAB III
KESIMPULAN

Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang
berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat
jinak maupun ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker.
Tumor ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian
lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi tumor yang baru. Penyebaran ini
disebut metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang
tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker
payudara.
Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1
cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-
sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Sel
kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun
tanpa kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.
Bila ditemukan adanya benjolan, biasanya dokter akan menyarankan untuk
dilakukan pemeriksaan mammografie. Mammografie adalah pemeriksaan
payudara dengan alat rontgen dan merupakan suatu cara pemeriksaan yang
sederhana, tidak sakit, dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit saja. Saat terbaik
untuk menjalani pemeriksaan mammografie adalah seminggu setelah selesai
menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2
lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri
ke kanan. Hasil foto ini akan diperiksa oleh dokter ahli radiologi. Sebuah benjolan
sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mammogram.
Cara lainnya adalah dengan operasi kecil untuk mengambil contoh
jaringan (biopsi) dari benjolan itu, kemudian diperiksa di bawah mikroskop
laboratorium patologi anatomi. Bila diketahui dan dipastikan bahwa benjolan itu
adalah kanker, maka payudara harus diangkat seluruhnya untuk menghindari
penyebaran ke bagian tubuh yang lain.

44
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC ; 2006.


2. Tumor Ganas Payudara. 2007. Available at :
http://www.bioenergypower.com/content/view/30/1. Accessed on
September 1, 2017.
3. Kanker Payudara. 2008.Available at http://www.cancerhelps.com/kanker-
payudara.htm. Accessed on September 26, 2017.
4. Upaya Pencegahan Dan Deteksi Dini Ca Mamae Menurut Telaah
Literatur.2016.Availableat
http://stikes.wdh.ac.id/media/pdf/upaya_pencegahan_dan_deteksi_dini_ca
_mamae.pdf
5. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
6. Kementerian Kesehatan RI. SADARI Periksa payudara sendiri. Jakarta:
Kementerian RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
2012.
7. CME/CE. Breast Cancer Module I: Breast Anatomy, Physiology, and
Pathology. Medscape (Serial Online). 2007 (Citied 2017 september 1); (9
Screens). Available from
<http://www.medscape.org/viewarticle/548921_3>.

46

Anda mungkin juga menyukai