OLEH
NPM : 16.01.0022.P-IH
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1. Fungsi Hukum Administrasi Negara Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik
dan Berwibawa.
2. Apa sajakah kedudukan Hukum Administrasi Negara yang dilihat dari segi
kemanfaatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hukum Administrasi Negara dapat dijadikan instrument yuridis oleh pemerintah
dalam rangka melakukan pengaturan, pelayanan, dan perlindungan bagi masyarakat.
Adapun inti hakikat Hukum Administrasi Negara adalah untuk memungkinkanadministrasi
negara dapat menjalankan fungsinya dan melindungi administrasi negara dari melakukan
perbuatan yang salah menurut hokum.
Fungsi Hukum Administrasi Negara yang melihat negara dalam keadaan bergerak,
pada hakikatnya bertujuan mengatur lembaga kekuasaan / pejabat atasan maupun bawahan
dalam melaksanakan peranannya berdasarkan Hukum Tata Negara, yaitu :
a. Menciptakan peraturan peraturan yang berupa ketentuan ketentuan abstrak yang
berlaku umum.
b. Menciptakan ketentuan ketentuan yang berupa ketentuan konkrit untuk subyek
tertentu, di bidang :
4
mekanisme penyelesaian perselisihan perburuhan yang dikenal arbitrase wajib ( pemerintah
mempunyai peranan yang penting ).
5
bersih, baik dan berwibawa. Hal tersebut terkait dengan makin meningkatnya ketidakpastian
akibat perubahan faktor lingkungan politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi dengan cepat;
makin derasnya arus informasi dari manca negara yang dapat menimbulkan infiltrasi budaya
dan terjadinya kesenjangan informasi dalam masyarakat (digital divide).
Perubahan-perubahan ini, membutuhkan aparatur negara yang memiliki kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang handal untuk melakukan antisipasi, menggali potensi
dan cara baru dalam menghadapi tuntutan perubahan. Di samping itu, aparatur negara harus
mampu meningkatkan daya saing, dan menjaga keutuhan bangsa dan wilayah negara. Untuk
itu, dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam mendorong
peningkatan kinerja birokrasi aparatur negara dalam menciptakan pemerintahan yang bersih
dan akuntabel yang merupakan amanah reformasi dan tuntutan seluruh rakyat Indonesia.
6
Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan penyelenggaraan negara dalam
mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa, maka kebijakan
penyelengaraan negara diarahkan untuk:
1) Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktik-
praktik KKN dengan cara:
a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua
tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua kegiatan;
b. Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
c. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi
pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
d. Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan
bertanggung jawab;
e. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan pemeriksaan;
f. Peningkatan pemberdayaan penyelenggara negara, dunia usaha dan masyarakat dalam
pemberantasan KKN.
2) Meningkatkan kualitas penyelengaraan administrasi negara melalui:
a. Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi secara
lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih proporsional, ramping, luwes dan
responsif;
b. Peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat
dan lini pemerintahan;
c. Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur agar lebih
profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat;
d. Peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karier berdasarkan
prestasi;
e. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-Government, dan dokumen/arsip
negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.
3) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan dengan:
7
a. Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan
pelayanan unggulan;
b. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya,
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan;
c. Peningkatan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan
sebaran informasi
8
6. Mengembangkan tenaga pemeriksa yang profesional;
7. Mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja dan mendorong peningkatan
implementasinya pada seluruh instansi;
8. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi APFP dan perbaikan kualitas
informasi hasil pengawasan; dan
9. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan.
9
3. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur dalam pelaksanaan tugas dan
tanggungjawabnya;
4. Menyempurnakan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat PNS;
5. Menyiapkan dan menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijakan manajemen
kepegawaian; dan
6. Mengembangkan profesionalisme pegawai negeri melalui penyempurnaan aturan etika
dan mekanisme penegakan hukum disiplin.
10
8. Mengembangkan partisipasi masyarakat di wilayah kabupaten dan kota dalam
perumusan program dan kebijakan layanan publik melalui mekanisme dialog dan
musyawarah terbuka dengan komunitas penduduk di masing-masing wilayah; dan
9. Mengembangkan mekanisme pelaporan berkala capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota kepada publik.
11
4. Mengembangkan sistem, prosedur dan standarisasi administrasi pendukung pelayanan;
dan
5. Meningkatkan fungsi manajemen yang efisien dan efektif.
BAB III
PENUTUP
III.a Kesimpulan
Dalam mewujudkan suatu pemerintahan yang baik, HAN sangat dibutuhkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Fungsi HAN dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menciptakan peraturan peraturan yang berupa ketentuan ketentuan abstrak yang
berlaku umum.
b. Menciptakan ketentuan ketentuan yang berupa ketentuan konkrit untuk subyek
tertentu, di bidang :
1) Bestuur, yang berbentuk : perijinan, pembebanan, penentuan status atau kedudukan,
pembuktian, pemilikan dalam penggandaan dan pemeliharaan perlengkapan
administrasi.
2) Politie, mencakup proses pencegahan dan penindakan.
3) Rechtspraak, mencakup proses pengadilan, arbitrase, konsiliasi dan mediasi.
Diharapkan dengan penegakan Hukum Administrasi Negara dengan baik maka, upaya
mewujudkan dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berwibawa
akan dapat terlaksana dengan baik pula yaitu melalui pengawasan lembaga peradilan,
pengawasan masyarakat dan pengawasan melalui lembaga ombudsman. Serta penerapan
asas asas umum pemerintahan yang baik
12
III.b Saran
a. Agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik, maka sebaiknya
pengawasan lembaga peradilan, masyarakat, dan lembaga ombudsmen dilakukan
dengan efektif. Disamping itu pemerintah sebaiknya memperhatikan dan
menerapkan asas asas umum pemerintahan yang baik ( algemene beginselen van
behorlijk bestuur).
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia pustaka Utama : Jakarta.
2005
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Administrasi Publik. Rineka Cipta : Jakarta. 1999
Nike K.Rumokoy , Tinjauan Terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik dalam
Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan, Vol.XVIII 2010
Luthfi Effendi, SH. M. Hum., Pokok Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing,
:Malang. 2004
Diktat Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara.
www.Google.com
www.Wekipedia.co.id
14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya disertai dengan usaha yang
sungguh sungguh sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas individu guna memenuhi
tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara pada semester III yang diasuh oleh Bapak Yandi, S.H,
M.H.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tugas ini
dapat diselesaikan sesuai dengan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Dyna Masyfufah
15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 16
DAFTAR ISI.2
BAB 1 PENDAHULUAN 17
A. LATAR BELAKANG..2
B. TUJUAN PENULISAN..2
C. RUMUSAN PENULISAN...3
D. METHODOLOHI PENULISA3
BAB II PEMBAHASAN.4
A. SIMPULAN . 13
B. SARAN 13
16
DAFTAR PUSTAKA15
MENGUASAI NEGARA
A. Latar Belakang
Indonesia, yaitu meliputi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah daerah
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
konsekuensi adanya usaha yang harus dilakukan oleh Pemerintahan Indonesia untuk
mewujudkannya. Usaha tersebut salah satunya dapat dilihat dari adanya pengaturan ketentuan
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
penguasaan negara atas bumi dan air dan kekayaan alam yang ada di Negara Indonesia ini
diarahkan kepada usaha terciptanya manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Oleh karenanya pengelolaan dan pemanfaatan terhadap bumi, air, dan kekayaan alam ini
harus dilakukan secara efektif, rasional dan terpadu merupakan dasar konsep pembangunan
17
Negara Indonesia. Keterkaitan hak menguasai oleh negara dengan peruntukan sebesar-
Segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air), serta hasil yang didapat (kekayaan
Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat di dalam atau di atas bumi dan air
dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati langsung
oleh rakyat.Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak
mempunyai kesempatan, atau kehilangan haknya atas kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.Kewajiban dan tanggung jawab negara yang timbul sebagai akibat dari penguasaan bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya tidak hanya berlaku secara internal ke dalam
wilayah negara.
Pada saat yang bersamaan tanggung jawab negara timbul, apabila akibat dari aktifitas
negara terhadap bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya berpengaruh atau
berdampak terhadap wilayah (masyarakat/warga) negara lain. Implementasi tanggung jawab
negara terhadap perlindungan lingkungan hidup akan sangat ditentukan oleh arah dan
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup baik dalam kerangka nasional maupun global.
posisi penting dari hukum untuk mengatur setiap kepentingan yang berkaitan dengan
pemanfaatan bumi, air, dan kekayaan alam, sehingga dengan pengaturan tersebut
mendatang.
18
ayat (3) telah menyatakan secara tegas hubungan hukum antara negara dengan bumi, air,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pertanyaan yang muncul adalah
apakah ketentuan yang demikian ini akan dapat memenuhi tercapai empat keseimbangan
sebagaimana yang dikemukakan di atas? Disadari bahwa analisis terhadap bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya akan menjadi kupasan analisis yang sangat
luas.
Oleh karenanya untuk membatasi ruang lingkup analisis maka penelitian ini
membatasi hanya terhadap tanah yang merupakan bagian dari bumi. Pilihan terhadap
persoalan tanah ini dalam tataran praktik akan secara langsung berkaitan dengan
kepentingan masyarakat itu sendiri dan kepentingan pemerintah dalam wujud upaya
hidup dan upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya tersebut, sedangkan disisi lain
Pemerintah juga memerlukan tanah tersebut dalam rangka kegiatan pembangunan serta
upaya peningkatan investasi swasta yang bertujuan untuk peningkatan perekonomian dan
tanah dalam berbagai sektor kehidupan manusia memiliki tiga aspek yang sangat
strategis, yaitu aspek ekonomi, politik, dan hukum, dan aspek sosial.
Aspek-aspek tersebut merupakan isu sentral yang paling terkait sebagai satu
kesatuan yang terintegrasi dalam pengambilan proses kebijakan hukum pertanahan yang
dilakukan oleh Pemerintah. Lebih lanjut dalam tataran praktik, diketahui bahwa tanah
sebagai wujud yang bersentuhan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dan
19
dengan peruntukkannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah tersebut.
Artinya, disatu sisi masyarakat sangat membutuhkan tanah tersebut dalam rangka
pelaksanaan aktivitas kegiatan hidup dan keberlanjutan hidupnya, namun demikian di sisi
pembangunan yang telah direncanakannya sebagai wujud pelayanan publik. Kondisi yang
demikian ini tidak jarang menjadi konflik kepentingan mana yang akan diutamakan.
peruntukkan secara tegas dalam pemanfaatan hak atas tanah tersebut sesungguhnya
merupakan realisasi dari adanya pengaturan Hak Menguasai Negara ini. Terhadap
pemanfaatan hak atas tanah yang dipergunakan oleh Negara dalam rangka pelaksanaan
adanya istilah Hak Pakai dan Hak Pengelolaan atas Tanah, yang kesemuanya melekat
pada Negara, termasuk dalam hal ini melekat pada Pemerintah Daerah. Terhadap hak
pakai, maka hak ini melekat sepanjang tanah-tanah tersebut hanya digunakan untuk
kepentingan instansi itu sendiri, sedangkan terhadap hak pengelolaan maka tanah-tanah
tersebut selain dipergunakan untuk kepentingan instansi itu sendiri, dimaksudkan juga
untuk dapat diberikan dengan sesuatu kepada pihak ketiga, yang dilakukan melalui
bentuk sewa, kerja sama pemanfaatan, pinjam pakai, bangun guna serah, dan bangun
serah guna. Realisasi dari wujud hak pengelolaan sebagaimana dikemukakan di atas,
dinyatakan bahwa Negara tidak dapat menyewakan tanah, karena Negara bukan Pemilik
20
tindakan sewa sebagai wujud dari Hak Pengelolaan tersebut. Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah telah memberikan
pengaturan yang tegas berkaitan dengan pengelolaan barang milik daerah tersebut,
termasuk dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan hak atas tanah. Namun demikian
tentu pengaturan yang demikian ini harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dan ruh yang dikehendaki melalui Undang-Undang Dasar 1945 tentang
Hak Menguasai Negara tersebut.Dalam tataran praktis, kerapkali juga ditemukan bahwa
Hak Pengelolaan ini kerap menimbulkan persoalan berkaitan dengan kriteria atau
persyaratan untuk dilakukannya peralihan hak yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
kepada pihak ketiga dalam bentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, pinjam pakai, bangun
guna serah, dan bangun serah guna. Dengan dalih agar tanah dapat dikelola atau
Persoalan yang muncul adalah ketika tanah yang dialihkelolakan tersebut ternyata
tidak memberikan kontribusi yang besar bagi Pemerintah Daerah dalam rangka menjadi
sumber pendapatan asli daerah. Terlebih ketika peluang peralihan hak pengelolaan
dalam pengalihan hak tersebut.Lebih lanjut, ketika peralihan hak pengelolaan tersebut
yang dilakukan oleh Pihak Ketiga untuk dikemudian hari menimbulkan sengketa dengan
akan diselesaikan melalui hukum privat? Identifikasi yang demikian tentu harus diberikan
pengaturan secara jelas mengingat posisi dari Pemerintah Daerah tersebut selain dianggap
21
sebagai penguasa juga merupakan subjek hukum. Berdasarkan uraian di atas, maka
untuk kemudian disusun dalam bentuk disertasi yang berjudul: Pengaturan Hak
Pengelolaan Atas Tanah oleh Pemerintah Daerah sebagai Wujud Hak Menguasai
Negara.
Bertitik tolak dari uraian yang telah disampaikan di atas, maka permasalahan yang
- Bagaimana konstruksi Hukum hak pengelolaan atas tanah yang diselenggarakan oleh
- Bagaimanakah kriteria ideal dalam melakukan peralihan hak pengelolaan atas tanah
- Bagaimanakah penyelesaian hukum terhadap persoalan hukum yang timbul dari akibat
adanya peralihan hak pengelolaan atas tanah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
C. Tujuan Penelitian
Pemerintah Daerah;Kriteria ideal dalam melakukan peralihan hak pengelolaan atas tanah
terhadap persoalan hukum yang timbul dari akibat adanya peralihan hak pengelolaan atas
D. Kegunaan Penelitian
22
Penelitian dengan tema fungsi sosial terhadap pemanfaatan hak atas tanah ini
ini diharapkan dapat menemukan kerangka teori yang dapat memperkaya wawasan
tentang hak pengelolaan atas tanah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.Secara
praktis, penelitian ini berguna untuk menemukan landasan konkrit sebagai pedoman
dengan hak pengelolaan atas tanah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
E. Kerangka Pemikiran
1. Prinsip Konstitusionalitas
pengertian yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Hal ini disebabkan, karena
selain grondwet juga digunakan istilah constitutie. Kedua istilah itu menurut Sri
Soemantri M., mempunyai pengertian yang sama, sebab selain konstitusi tertulis
Undang-Undang Dasar maupun konstitusi terdiri atas bagian yang tertulis dan bagian
Dengan mengingat hubungan kausal antara negara dan konstitusi atau Undang-
23
Undang Dasar, maka menurut Sri Soemantri M., tidak ada negara yang tidak mempunyai
konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Bahkan dalam banyak kasus, konstitusi atau
Undang-Undang Dasar itu sudah ditetapkan lebih dahulu sebelum negaranya berdiri.
praktis, penelitian ini berguna untuk menemukan landasan konkrit sebagai pedoman
dengan hak pengelolaan atas tanah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
E. Kerangka Pemikiran
1. Prinsip Konstitusionalitas
pengertian yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Hal ini disebabkan, karena
selain grondwet juga digunakan istilah constitutie. Kedua istilah itu menurut Sri
Soemantri M., mempunyai pengertian yang sama, sebab selain konstitusi tertulis
24
(geschreven constitutie, written constitution) juga dikenal Undang-Undang Dasar tidak
Undang-Undang Dasar maupun konstitusi terdiri atas bagian yang tertulis dan bagian
Dengan mengingat hubungan kausal antara negara dan konstitusi atau Undang-
Undang Dasar, maka menurut Sri Soemantri M., tidak ada negara yang tidak mempunyai
konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Bahkan dalam banyak kasus, konstitusi atau
Undang-Undang Dasar itu sudah ditetapkan lebih dahulu sebelum negaranya berdiri.
hasil perjuangan bangsa/negara yang bersangkutan di masa silam serta memuat cita-cita
mengakui supremasi konstitusi. Dalam rangka melihat apakah dalam suatu negara dianut
25
dilihat dari cara mengubah konstitusinya, apakah diperlukan prosedur lebih berat
dilihat dari cara bagaimana menjaga agar semua peraturan perundang-undangan dalam
negara itu sesuai atau tidak bertentangan dengan ketentuan-kententuan yang terdapat
badan di luar badan legislatif yang berhak menguji apakah suatu undang-undang
bertentangan atau tidak dengan konstitusi. Di Amerika Serikat, wewenang itu terletak di
Sebagai hukum perundang-undangan yang tertinggi, validitas UUD 1945 menurut Bagir
Manan tidak dapat didasarkan pada suatu kaidah hukum tertentu. UUD 1945 tidak
bersumber pada kaidah hukum, melainkan pada norma dasar (Grundnorm, Basicnorm).
Dengan demikian, keabsahan atau validitas UUD 1945 tergantung pada keabsahan
Grundnorm.
Grundnorm ini adalah suatu norma yang tidak dapat dideduksikan lagi dari
sumber lainnya, suatu norma awal yang keberadaannya dan kesahannya diasumsikan
(vorausgesetze atau presupposed), dan bukan merupakan bagian dari hukum positif,
Mendasarkan pada kedudukan dari konstitusi dalam suatu negara tersebut, maka
26
muatannya tidak boleh bertentangan dengan konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
negara adalah induk dari segala peraturan perundang-undangan dalam negara yang
menentukan jenis-jenis peraturan manakah yang seharusnya ada, instansi mana yang
berlakunya;
fundamental, oleh sebab itu maka dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan letak
Oleh sebab letak Undang-Undang Dasar atau konstitusi dalam sistem hierarkhi
tinggi.
Menguasai Dari Negara Pada masa ini Negara diharapkan untuk ikut berperan
cara mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. Negara diharapkan harus mampu
Welfare StateatauNegaraKesejahteraan
27
Bertitik tolak dari konsep Negara hukum tersebut, maka Negara Indonesia dalam
konstitusinya secara tegas menyatakan dirinya sebagai Negara hukum yaitu dalam Pasal
1 ayat (3) Perubahan Ketiga UUD 1945, yang menyatakan bahwa: Negara Indonesia
adalah Negara hukum. Hal ini membuktikan bahwa sistem Negara hukum merupakan
pilihan sadar Bangsa Indonesia, dan sebagai Negara hukum tentunya dalam kehidupan
maupun yang dilakukan oleh warga negaranya harus senantiasa tunduk pada hukum,
termasuk pula dalam hal penguasaan terhadap tanah. Penguasaan atas tanah di Negara
Indonesia diatur dalam UUPA. Dalam UUPA dikenal asas Penguasaan oleh Negara yang
disebut Hak menguasai dari Negara. Hak menguasai dari negara adalah sebutan yang
diberikan UUPA kepada lembaga hukum dan hubungan hukum konkret antara negara
Hak menguasai dari Negara meliputi semua tanah dalam wilayah Republik Indonesia,
baik tanah-tanah yang tidak atau belum maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak
perorangan.
Hak menguasai dari Negara bersumber dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hak
menguasai dari Negara tersebut tidaklah diartikan sebagai kepemilikan Negara atas bumi
dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Apabila dihubungkan dengan hak
ulayat, maka dapat dinyatakan bahwa hak menguasai tanah dari negara ini semacam hak
ulayat yang diangkat pada tingkatan yang tertinggi yaitu, meliputi seluruh wilayah
28
Republik Indonesia.
Lebih lanjut, hak menguasai dari Negara sebagai yang dikemukakan di atas diatur dalam
Pasal 2 UUPA, yang bunyinya sebagai berikut :Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat
(3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu, pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi seluruh rakyat;Hak menguasai
dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk :Mengatur dan
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;Menentukan dan mengatur hubungan-
29