DiktatMA2271 PDF
DiktatMA2271 PDF
SRP 2011
DIKTAT KULIAH
Oleh:
Dr. Sri Redjeki P.
Prodi Matematika
Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung
Januari 2009
SRP 2011
Contents
1 Pendahuluan 3
1.1 Pendekatan kualitatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.1.1 Klasikasi Persamaan Diferensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1
CONTENTS 2
SRP 2011
4.4 Model Populasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.4.1 Model predator-prey . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.4.2 Model interaksi dua spesies . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
5 Transformasi Laplace 54
5.1 Transformasi Laplace dan inversnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
5.2 Transformasi masalah nilai awal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
5.3 Fungsi tangga satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
5.4 Perkalian, turunan dan integral dari transformasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
5.5 Gaya luar berupa engineering function . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
5.6 Impuls dan fungsi Delta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
6 Deret Fourier 68
6.1 Deret Fourier dan kekonvergenannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
6.2 Deret Fourier bagi fungsi berperioda 2L dan Kekonvergenan Deret Fourier . . . . . . 72
6.3 Deret Fourier bagi Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
6.4 Perluasan ke Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
SRP 2011
Bab 1
Pendahuluan
Banyak hukum-hukum alam yang mendasari perubahan-perubahan di alam ini dinyatakan dalam
bentuk persamaan yang memuat laju perubahan dari suatu kuantitas, yang tak lain adalah berupa
persamaan diferensial. Berikut ini diuraikan contoh-contoh yang menunjukkan bahwa persamaan
diferensial muncul dari hukum alam.
Selanjutnya gaya gesek dengan udara yang dimisalkan sebanding dengan kecepatan Fs = av.1
Perhatikan bahwa tanda negatif di sini menandakan bahwa gaya gesek berlawanan dengan ke-
cepatan.2 Menurut Hukum Newton II: massa percepatan = total gaya yang bekerja pada benda
atau
dv
m = mg av. (1.0.1)
dt
Dalam kasus gaya gesek diabaikan a 0, akan kita cari kecepatan benda jatuh bebas dari ketinggian
h0 saat menumbuk tanah. Untuk menentukan syarat awal yang sesuai, maka kita tetapkan posisi
awal benda saat akan jatuh adalah y(0) = 0 dan saat benda menumbuk tanah y(takhir ) = h0 , (ingat
bahwa arah ke bawah adalah positif). Karena masalah jatuh bebas, maka v(0) = 0. Persamaan
gerak dalam kasus tak ada gaya gesek adalah
d2 y
m = mg
dt2
Setelah satu kali pengintegralan dan karena v(0) = 0, maka
dy
= gt.
dt
1
Di sini gaya gesek dimisalkan sebanding dengan kecepatan, dengan konstanta a dikenal dengan nama drag coef-
ficient. Untuk kondisi lain, gaya gesek juga bisa dimisalkan sebanding dengan kuadrat kecepatan.
2
Periksa hal ini dengan mengujinya, saat benda bergerak ke bawah: v > 0 sehingga Fs < 0 berarti gaya gesek
mengarah ke atas.
3
BAB 1. PENDAHULUAN 4
SRP 2011
1
y(t) = gt2 .
2
2h0
Benda menumbuk tanah saat takhir yaitu saat y(takhir ) = h0 , sehingga takhir = g . Benda
menumbuk tanah dengan kecepatan v(takhir ) = 2gh0 , tepat seperti yang kita kenal di pelajaran
sika.
Dalam kasus gaya gesek diperhitungkan, maka dapat dihitung bahwa v(takhir ) = ........ yang mana
nilainya lebih kecil daripada kecepatan dalam kasus tidak ada gaya gesek.
Tugas: Tunjukkan bahwa pers. (1.0.1) juga merupakan persamaan gerak benda yang dilempar ke
atas. Dalam kasus gaya gesek diabaikan, tunjukkan bahwa tinggi maksimum benda jika dilempar
v2
ke atas dengan kecepatan awal v0 adalah 0 . Bandingkan dengan tinggi maksimum dalam kasus
2g
ada gaya gesek.
Perhatikan bahwa potongan garis-garis kecil dari medan gradien tak lain adalah garis singgung
kurva solusi. Dengan demikian kita dapat mensketsakan grak solusi. Tampak dari gambar
di atas bahwa jika kecepatan benda lebih kecil dari suatu nilai tertentu, maka kecepatan benda
akan bertambah saat jatuh. Demikian pula sebaliknya, jika kecepatan benda melebihi suatu nilai
tertentu, maka kecepatan benda akan berkurang saat jatuh. Selanjutnya, untuk kecepatan benda
berapakah dv
dt = 0? Untuk kecepatan v = (5)(9.8) = 49 m/det. Perhatikan bahwa v(t) = 49 juga
merupakan solusi persamaan diferensial, dan dikatakan sebagai solusi equilibrium. Dari medan
gradien di atas kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa solusi-solusi lain konvergen ke solusi
konstan v(t) = 49.
Tugas: Pelajari masalah populasi tikus dan burung hantu pada Subbab 1.1. Boyce DiPrima.
SRP 2011
60
55
50
v(t) 45
40
35
30
0 5 10 15 20
dv v
Gambar 1.1.1: Medan gradien bagi persamaan = 9, 8 beserta kurva solusinya.
dt 5
F (x, y, y , y , , y (n) ) = 0.
Contoh:
Persamaan diferensial yang melibatkan fungsi dua peubah atau lebih disebut Persamaan Diferensial
Parsial.
Contoh:
Orde suatu persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi yang muncul pada persamaan
diferensial tersebut.
BAB 1. PENDAHULUAN 6
Persamaan Diferensial dikatakan linier jika fungsi F linier terhadap y, y , , y (n) , namun fungsi
F terhadap variabel x tak perlu linier. Jika y = f (x) memenuhi persamaan diferensial maka f (x)
SRP 2011
dikatakan solusi dari persamaan diferensial tersebut. Solusi umum suatu persamaan diferensial
adalah bentuk umum solusi persamaan diferensial tersebut Suatu solusi umum bisa menjadi solusi
khusus dengan adanya informasi / syarat tambahan, disebut syarat awal / syarat batas.
Contoh:
Persamaan diferensial y cos x = 0, solusi umum y(x) = sin x + C
Jika diberikan syarat awal y(0) = 1, maka diperoleh solusi khusus y(x) = sin x 1.
SRP 2011
Bab 2
F (x, y, y ) = 0 (2.0.1)
1. Persamaan diferensial terpisah (separable eqn.), metoda integral langsung (direct integration).
Kuliah ini hanya akan membahas metoda pengintegralan langsung dan penyelesaian persamaan
diferensial orde 1 linier.
7
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 8
SRP 2011
dy
= ky.
dt
Penyelesaian: Agar dapat diintegralkan maka ruas kiri dan kanan dibagi dengan y, sehingga
didapat
1 dy
dt = kdt.
y dt
Karena telah dilakukan pembagian dengan y tentu harus dimisalkan y = 0 (atau y(t) bukan
fungsi nol). Jika perhitungan dilanjutkan maka diperoleh
y(t) = exp kt + C,
dengan konstanta integrasi C R. Selanjutnya diperiksa apakah fungsi nol y(t) = 0 meru-
pakan solusi atau tidak, dengan cara substitusi langsung. Ternyata y(t) = 0 merupakan
solusi. Selanjutnya solusi umum pers. dif. di atas adalah
Penyelesaian: Agar dapat diintegralkan maka pers. dif. dibagi dengan x2 dan dikali dengan
3y 2 + 1, sehingga didapat
x2 + 1
(3y 2 + 1)y = .
x2
1
Setelah diintegralkan diperoleh solusi umum berupa fungsi implisit y 3 + y = x .
x
Cek kebenarannya dengan cara substitusi langsung.
y y 2 t sin(t2 ) = 0.
Penyelesaian: Agar dapat diintegralkan maka pers. dif. dibagi dengan y 2 , sehingga didapat
1
y = t sin(t2 ).
y2
1 dy
dt = t sin(t2 )dt, dengan y = 0
y 2 dt
Setelah diintegralkan diperoleh
1 1
= cos(t2 ) + C,
y(t) 2
atau
2
y(t) =
cos(t2 ) + C1
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 9
SRP 2011
Sehingga solusi umum pers. dif. di atas adalah
2
y(t) = , dan y(t) = 0.
cos(t2 ) + C1
dengan C1 R. Perhatikan bahwa solusi nol harus dituliskan secara terpisah. Beberapa
textbook menyebutkan solusi ini sebagai solusi singular.
Soal Latihan 2.1.2. 1. Cari semua solusi umum persamaan diferensial berikut.
(a) y = x2
1y 2
(b) y = y cos x
1+2y 2
(c) y = 6xy
(d) y = x + xy
(e) y = 2x y 1
(f) y = (cos2 x)(cos2 2y)
SRP 2011
e y = e P (t)dt Q(t)
dt
dan siap untuk diintegralkan. Mengingat manfaatnya, maka faktor pengali e P (t)dt disebut sebagai
faktor integrasi. Pengintegralan menghasilkan solusi persamaan diferensial:
y(t) = e P (t)dt e P (t)dt Q(t)dt
dy
Contoh 2.2.1. 1. Tentukan solusi persamaan diferensial 3y = e2t , y(0) = 3. (Jawab:
dt
solusinya y(t) = 4e3t e2t .)
dy
2. Tentukan solusi umum persamaan diferensial (t2 + 1) + 3ty = 6t. Kemudian hitung
dt
2
limt y(t) (Jawab: solusi umum y(t) = 2 + C(t + 1) 3/2 .)
dy
3. Tentukan solusi persamaan diferensial x + 2y = 4x2 , y(1) = 2. (Jawab: solusinya y(x) =
dx
1
x2 + x2
, dengan x > 0.)
Soal Latihan 2.2.2. 1. Tentukan solusi dari masalah nilai awal berikut.
(a) y + 3y = t + e2t
(b) y + 2ty = 2tet
2
2. Pemurnian Danau yang Tercemar: Sebuah danau vol 458 km3 . Air masuk dan keluar
dengan kecepatan sama 175 km3 /thn. Misal pada keadaan awal konsentrasi polutan 0.05%.
Kemudian air yang masuk mengandung polutan dengan konsentrasi 0.01%. Jika diasumsikan
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 11
air yang keluar konsentrasi polutannya sudah homogen (teraduk sempurna). Berapa waktu
yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi polutan di danau menjadi 0.02%
SRP 2011
Penyelesaian: Misal x(t) volume polutan di danau pada saat t x(0) = 0.05% 458 = 0.2290
x(t)
km3 . Konsentrasi polutan tiap saat . (Perhatikan bahwa debit air yang keluar dan masuk
458
sama, sehingga volume tetap, yaitu 458 km3 .)
dx x(t)
= 0.01%175 175
dt 458
dx
+ 0.3821x = 0.0175
dt
x(t) = 0.0458 + 0.1832e0.3821t
Dicari tA yang mana x(tA ) = 0.02% 458 = 0.0916. Sehingga di dapat tA 3.63 tahun.
3. Bunga berbunga (Compound interest): Misalkan sejumlah uang ditabung di bank dan
mendapat bunga r (dalam % per tahun). Misalkan S(t) menyatakan jumlah tabungan saat
t. Bunga dari tabungan itu juga ditabung dan mendapat bunga yang sama, yaitu r. Hal ini
disebut dengan istilah bunga berbunga. Setiap bank mempunyai aturan tentang bunga yang
berbeda-beda: bunga dihitung bulanan, mingguan, dan bahkan harian. Dalam selang waktu
t, tabungannya adalah S(t + t). Besarnya bunga adalah S(t + t) S(t) = rS(t)t Jadi
S(t + t) S(t)
= rS(t)
t
Jika kita ambil limitnya untuk t 0, maka
dS
= rS.
dt
Penerapan limit t 0 berarti kita mengasumsikan bahwa tabungan berbunga secara kon-
tinu. Misalkan saat awal tabungannya berjumlah S(0) = S0 , maka melalui solusi persamaan
diferensial di atas diperoleh S(t) = S0 ert .
Pikirkan bagaimana persamaan diferensialnya jika terdapat biaya administrasi sebesar A ru-
piah per bulan.
Diskusi: Jika bunga dihitung tiap satu tahun, maka jumlah tabungan setelah t tahun
S(t) = S0 (1 + r)t . Jika bunga dihitung bulanan, maka jumlah tabungan setelah t tahun
S(t) = S0 (1 + r/12)12t . Jika bunga dihitung sebanyak m kali tiap tahun, maka jumlah tabun-
gan setelah t tahun S(t) = S0 (1 + r/m)mt . Selanjutnya perlihatkan bahwa limm S0 (1 +
r/m)mt = S0 ert (Buktikan!). Ini berarti bahwa kajian persamaan diferensial merupakan ka-
sus limit dari kajian secara diskrit.
Selain itu, jika kita bandingkan kedua kurva S0 (1 + r/m)mt dan S0 ert yang diplot dengan
Maple untuk S0 , r, m tertentu, maka dapat kita lihat bahwa kedua kurva tersebut sudah
nyaris berhimpit untuk m yang tidak terlalu besar.
Soal Latihan 2.3.1. 1. Si Ani mulai menabung di usia 25 tahun, $2.000/tahun selama 10
tahun, dan tidak menabung lagi sesudahnya. Si Budi baru mulai menabung di usia 35 tahun,
$2.000/tahun selama 30 tahun, dan tidak menabung lagi sesudahnya.
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 12
(a) Jika bunga tabungan adalah 8% per tahun, dan jika tabungan berbunga secara kontinu,
maka tentukan tabungan Si Ani dan Si Budi saat mereka berusia 65 tahun.
SRP 2011
(b) Tentukan bunga tabungan r% per tahun jika diketahui tabungan Si Ani sama dengan
tabungan Si Budi saat mereka berusia 65 tahun.
2. Hukum Toricelli Suatu tangki berisi air bagian bawahnya
berlubang dengan luas penampang a, lihat gambar. Jika A(y)
tinggi air pada saatt adalah y(t), maka kecepatan keluarnya
air adalah v(t) = 2gy(t). (Mengapa?) Jika V (t) adalah y(t)
volume air dalam tangki saat t maka a
v(t)
dV
= av
dt
y(t)
Diketahui pula berlaku V (t) = 0 A(y)dy dengan A(y) luas penampang tangki pada ket-
inggian y. Sehingga persamaan menjadi
dy
A(y) = a 2gy.
dt
Catatan: tangki air tidak harus berbentuk silinder.
Soal: Tangki berbentuk setengah bola jari-jari 4 ft, penuh berisi air. Lubang di dasar tangki
berdiameter 1 in (= 1/12 ft). Berapa lama air di tangki habis?
Selain masalah-masalah di atas, banyak masalah nyata lain yang dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan diferensial orde satu, misalnya masalah peluruhan bahan radioaktif, hukum pendingi-
nan Newton, masalah penyerapan obat dalam tubuh dan masalah dinamika populasi.
Soal Latihan 2.3.2. 1. Misalkan secangkir kopi yang mula-mula bersuhu 2000 F, mendingin
mengikuti Hukum Pendinginan Newton. Misalkan dalam 1 menit suhu kopi di dalam ruangan
bersuhu 700 F sudah turun menjadi 1900 F. Tentukan kapan suhu kopi turun menjadi 1500
F.
2. Di dalam ruangan yang dingin dan bersuhu 400 F diketemukan mayat bersuhu 720 . Suhu
mayat telah turun menjadi 66.80 F dua jam kemudian saat ahli forensik datang. Taksir waktu
kematian mayat itu. Catatan: suhu manusia normal adalah 950 F.
3. Sebuah bola massa 0.15 kg dilempar ke atas dengan kecepatan awal 20 m/det dari atap
sebuah gedung yang tingginya 30 m. Andaikan gaya gesek udara adalah Fs /m = 0.04 v,
dan gunakan g = 10 m/det2 .
4. Rita meloncat dari pesawat terbang dengan ketinggian 8000 m dengan menggunakan parasut.
Setelah Rita terjun bebas selama 15 detik, Rita membuka parasutnya. Asumsikan bahwa
SRP 2011
koesien gesek saat terjun bebas adalah a = 0.10, dan saat dengan parasut adalah a = 1.6.
Berapa lama waktu yang diperlukan Rita untuk menyentuh tanah? dan dengan kecepatan
berapa Rita menumbuk tanah? Gambarkan dengan Maple kurva kecepatan Rita sebagai
fungsi dari waktu v(t).
5. Sebuah danau mula-mula mengandung 10 juta galon air murni. Ke dalam danau itu mengalir
polutan dengan laju 5 juta galon per tahun, juga ke luar dengan laju yang sama. Larutan
yang masuk mengandung polutan 2 + sin 2t gram/gal. Tentukan persamaan diferensial yang
sesuai dengan masalah ini. Gambarkan solusinya dan berikan interpretasi.
7. Enam tahun yang lalu Pak Amir membeli rumah dengan harga 80 juta rupiah dengan cara
mencicilnya selama 20 tahun. Tiap bulan Pak Amir mencicil 880 ribu, dengan bunga pinjaman
sebesar 1% per bulan. Sekarang setelah mencicil 72 kali, Pak Amir ingin melunasi pinjaman-
nya karena ia mendapat sejumlah warisan. Berapa besar pinjaman Pak Amir sekarang?
8. Kakek Pono mempunyai tabungan untuk hari tuanya. Tabungan itu berbunga 1% per bulan.
Kakek Pono mengambil uang setiap awal bulan sebesar 1 juta rupiah untuk biaya hidup per
bulannya. Saat ini tabungan Kakek Pono berjumlah 50 juta rupiah. Tuliskan model per-
samaan diferensialnya (asumsikan pengambilan uang dan bunga tabungan diterapkan secara
kontinu). Apakah lama-kelamaan tabungan Kakek Pono habis? Bilakan itu terjadi?
9. Anda merencanakan menabung sejumlah uang di bank guna membiayai pendidikan anak di
masa mendatang. Anda menginginkan dapat mengambil 1 juta rupiah per bulan, selama 8
tahun, dimulai dari 20 tahun yang akan datang. Jika bank memberikan bunga tabungan
sebesar 0.5% per bulan. (a) Berapa dana yang dibutuhkan untuk tujuan itu (saat 20 tahun
yang akan datang)? (b) Jika Anda menabung setiap bulan mulai dari sekarang selama 20
tahun. Berapa jumlah uang yang harus Anda tabung per bulannya?
10. Anda bermaksud membeli sebuah mobil baru dengan cara cicilan. Pilihan Anda adalah Sat-
urn, Cavalier, dan Hyundai. Setiap perusahaan memberikan penawaran-penawaran berikut
(mata uang rupiah):
Jika Anda hanya sanggup mencicil sebesar 4.750.000 rupiah per bulan. Gunakan persamaan
diferensial untuk menentukan mobil mana yang sebaiknya Anda beli.?
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 14
SRP 2011
Misalkan P (t) adalah jumlah penduduk di suatu kota saat t. Selanjutnya diasumsikan laju kelahi-
ran dan laju kematian sebanding dengan jumlah penduduk saat itu. Misalkan laju kelahiran, dan
laju kematian, maka selama selang waktu t terdapat kelahiran sejumlah tP (t) dan kematian
tP (t) . Maka
P = ( )P (t)t
dP P
= lim = rP (t),
dt t0 t
dengan r = laju pertambahan penduduk. Solusi persamaan diferensial di atas adalah P (t) =
P0 ert , dengan P0 menyatakan jumlah populasi awal. Graknya adalah
50
40
P(t)
30
20
0 10 20 30
t
dP
Gambar 2.4.1: Medan gradien dan kurva-kurva solusi model pertumbuhan populasi dt = rP .
60
SRP 2011
50
40
P(t)
30
20
0 10 20 30
t
Solusi equilibrium dari persamaan logistik adalah P (t) = 0 (tak menarik) dan P (t) = K. So-
lusi equilibrium P (t) = K dikatakan stabil asimptotik, karena setiap solusi yang semula dekat
dengan P (t) = K akan menuju nilai K dengan bertambahnya waktu. Sedangkan solusi equilib-
rium P (t) = 0 dikatakan tak stabil, karena setiap solusi yang semula dekat dengan P (t) = 0 akan
makin menjauhi 0 dengan bertambahnya waktu. Perhatikan bahwa jika saat awal jumlah populasi
P (0) < K maka jumlah populasi akan bertambah terus dan asimtotis ke nilai K. Sedangkan jika
P (0) > K maka jumlah populasi akan terus berkurang dan asimtotis ke nilai K. Nilai K dikenal
dengan nama daya dukung lingkungan.
( )
Analisa di atas juga dapat dihasilkan dengan menggambar kurva polinom r 1 K
P
P di 2 , seperti
pada Gambar 2.5.3. Info: pertambahan penduduk USA pada periode 1800-1950 dapat digambarkan
melalui persamaan logistik dengan cukup tepat (Sumber: Edwards, Penney hal 79).
Relevansi dari persamaan diferensial di atas yang juga menyatakan pertumbuhan populasi adalah
sebagai berikut. Perhatikan suatu populasi yang dapat berkembang biak jika ada pertemuan antara
jantan dan betina. Misalkan jumlah betina dan jantan tiap saat adalah sama, yaitu masing-masing
P (t)/2. Maka banyaknya interaksi antara mereka sebanding dengan (P (t)/2)(P (t)/2) = P 2 /4.
Dengan demikian pertambahan populasi per satuan waktu sebanding dengan P 2 /4, dimisalkan
sebagai rP 2 /K. Sedangkan berkurangnya populasi per satuan waktu akibat kematian dimisalkan
sebagai rP . Tentukan kedua solusi equilibrium. Tunjukkan bahwa jika P (0) > K, maka jumlah
populasi terus bertambah dengan bertambahnya waktu. Sedangkan jika P (0) < K, maka jumlah
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 16
populasi terus berkurang menuju nol (punah). Nilai K yang memisahkan solusi-solusi dengan
perilaku kualitatif berbeda disebut bilangan threshold. Dalam hal kestabilan, solusi P (t) = 0 stabil
SRP 2011
asimptotik, sedangkan solusi P (t) = K semi stabil.
100
90
80
70
60
P(t)
50
40
30
20
10
0 10 20 30
t
dP
Gambar 2.4.3: Medan gradien dan kurva-kurva solusi model doomsday versus extinction dt =
r(1 P/K)P .
Soal Latihan 2.4.1. 1. Tentukan semua solusi equilibrium pd berikut dan periksa masing-
masing solusi equilibrium tersebut stabil asimptotik atau tak stabil.
dy
(a) = y(y 1)(y 2), y0 0
dt
dy
(b) = ay + by 2 , a > 0, b > 0, y0
dt
dy
(c) = ey 1, y0
dt
2. Misalkan di suatu danau terdapat ikan yang terserang penyakit sehingga laju kelahirannya
= 0, sedangkan laju kematiannya berbanding terbalik dengan akar kwadrat dari jumlah
ikan tiap saat. Jika saat awal terdapat 900 ikan di danau dan 441 ikan setelah 6 minggu.
Dalam waktu berapa lama ikan di kolam habis?
3. Populasi nyamuk di suatu daerah bertambah dengan laju sebanding dengan jumlah populasi
nyamuk saat itu. Jika tidak ada faktor-faktor lain, maka jumlah populasi akan menjadi
dua kali lipat dalam seminggu. Jika saat awal terdapat 200 ribu nyamuk dan misalkan ada
sejumlah kodok yang memangsa nyamuk 20 ribu nyamuk tiap hari, dan tidak ada pemangsa
lainnya. Tentukan jumlah populasi nyamuk tiap saat.
4. Perhatikan suatu populasi kelinci P (t) yang memenuhi persamaan logistik dP/dt = aP bP 2 .
Jika pada saat awal terdapat 120 kelinci dengan 8 kelahiran per bulan dan 6 kematian
per bulan, dalam waktu berapa lama jumlah populasi mencapai 95% dari jumlah populasi
konstan a/b. Gambarkan medan gradien dan kurva solusi dari model populasi di atas dengan
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 17
menggunakan Maple, kata kunci:DEplot (Petunjuk: Jika pada saat awal terdapat kelahiran
8 kelinci per bulan dengan populasi awal P0 = 120, berarti aP0 = 8. Dari sini bisa ditentukan
SRP 2011
a.)
2. Jika f (x, y) kontinu di suatu persegi panjang yang memuat (x0 , y0 ) maka m.n.a. di atas
mempunyai solusi tunggal. Misalkan selang I adalah proyeksi dari persegi panjang di atas
pada sumbu-x. Solusi tersebut dijamin terdenisi pada selang yang merupakan subset dari I.
3. M.n.a. y 2 + x2 y = 0, y(0) = 0.
2
Fungsi f (x, y) = xy 2 tak kontinu di x = 0, jadi eksistensi solusi tak dijamin. Telah kita
ketahui sebelumnya bahwa m.n.a. di atas mempunyai lebih dari satu solusi, yaitu y(x) = 0
dan y(x) = x/(Cx 1), dengan C R.
Catatan: Dari Contoh 2.5.1 no. 2 dan 3 jelas bahwa kekontinuan f (x, y) merupakan syarat
cukup, tetapi bukan syarat perlu bagi eksistensi solusi.
4. M.n.a. y = y 2 , y(0) = 1
Fungsi f (x, y) = y 2 dan f 2
y = 2y kontinu di seluruh R . Jadi teorema menjamin keujudan dan
BAB 2. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 18
ketunggalan solusi pada suatu interval buka yang memuat x0 = 0. Jika dicari diperoleh solusi
1
m.n.a. y(x) = 1x . Perhatikan bahwa solusi ini tidak terdenisi di seluruh R, melainkan
SRP 2011
hanya pada (, 0) (0, ). Contoh ini menunjukkan bahwa solusi tunggal dari suatu
m.n.a. hanya terdenisi pada suatu selang yang merupakan subset dari selang kekontinuan f
dan fy
5. M.n.a. y = x/y, y(5) = 21.
Fungsi f (x, y) = x/y dan f
y = x/y tak kontinu hanya di y = 0. Lebih spesik, keduanya
2
kontinu pada setengah bidang di kanan sumbuy. Jadi teorema menjamin keujudan dan
ketunggalan solusi di sekitar x = 5. Jika dicari solusinya, diperoleh hiperbola y 2 = x2 4.
Hiperbola ini terdenisi pada [2, ), yang hanya merupakan subset dari [0, ).
dy
+ P (x)y = Q(x), y(x0 ) = y0 (2.5.1)
dx
mempunyai solusi tunggal yaitu (Rumus dalam x0 dan y0 !!!)
y(x) = e P (x)dx e P (x)dx Q(x)dx + C (2.5.2)
Teorema yang berlaku bagi p.d.linier menjamin adanya solusi yang terdenisi pada seluruh
selang I. Hal ini berbeda dengan teorema eksistensi dan ketunggalan p.d. orde-1 yang umum,
yang hanya menjamin adanya solusi pada selang yang lebih kecil dari I.
Teorema di atas juga mengatakan bahwa p.d. orde satu linier tidak mempunyai solusi singular.
(a) y = y, y(a) = b
(b) y = y 1/3 , y(0) = 0. Tentukan tiga solusi berbeda dari m.n.a.
2. Tunjukkan bahwa masalah nilai awal xy + 2y = 4x2 , y(1) = 2 mempunyai solusi tunggal.
Tentukan selang maksimum dimana solusi tersebut terdenisi.
SRP 2011
Bab 3
Pada bab ini kita akan membahas mengenai persamaan diferensial orde-n linier. Pembahasan
akan difokuskan pada pd orde-2. Selanjutnya sifat-sifat yang diperoleh dapat diperumum untuk
pd orde-n. Diawali dengan metoda pencarian solusi umum pd orde-2 homogen koesien konstan.
Dilanjutkan dengan pencarian solusi pertikular pd orde-2 homogen. Sebagai aplikasinya akan
dibahas sistim pegas massa dengan redaman. Akan dibahas pula fenomena resonansi.
Misal diketahui y1 (x) dan y2 (x) masing-masing solusi dari (3.1.1) pada selang I, maka
Jadi superposisi dari y1 dan y2 , yaitu c1 y1 + c2 y2 , untuk setiap c1 , c2 R juga merupakan solusi
(3.1.1) pada I. Catatan: prinsip superposisi berlaku hanya jika pdnya homogen dan linier.
Dua buah fungsi f dan g bebas linier jika tak saling berkelipatan.
Teorema (Kebebaslinieran dua buah fungsi): Wronskian dari dua fungsi yang bergantung
linier pada selang I bernilai nol.
f g
W (f, g)
= 0, x I (3.1.2)
f g
19
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 20
Teorema (Solusi umum pd homogen): Misal y1 dan y2 adalah dua solusi bebas linier dari
persamaan diferensial homogen
SRP 2011
y + a(x)y + b(x)y = 0 (3.1.3)
dengan a(x) dan b(x) kontinu pada selang buka I. Jika Y (x) solusi dari (3.1.3), maka Y (x) =
c1 y1 + c2 y2 , untuk suatu c1 , c2 R.
Penting! Teorema di atas mengatakan bahwa, jika kita berhasil menemukan dua solusi bbl dari
(3.1.3), berarti kita sudah menemukan semua solusi (3.1.3).
Bukti dari teorema tersebut cukup rumit, dan dapat ditemukan di banyak textbook tentang per-
samaan diferensial.
Teorema (Solusi umum persamaan diferensial tak homogen): Jika yp suatu solusi dari
persamaan diferensial linier tak homogen
dan yh solusi umum persamaan diferensial homogennya, maka solusi umum persamaan diferensial
tak homogennya adalah y(x) = yp + yh .
Perumuman:
SRP 2011
y 10y + 25y = 0.
Tentukan solusi (khusus) persamaan diferensial yang memenuhi syarat awal y(0) = 3, y (0) =
13.
x2 y xy + y = 0.
y + ay + by = 0. (3.2.1)
Misalkan y = erx , r R solusi persamaan diferensial tersebut (dengan r akan ditentukan). Maka
substitusi menghasilkan persamaan karakteristik
r2 + ar + b = 0.
Jadi agar y = erx solusi, haruslah r memenuhi persamaan karakteristik tersebut. Terdapat 3
kemungkinan bagi akar-akar persamaan karakteristik di atas.
Soal Latihan 3.2.1. Tentukan solusi umum dan solusi khusus dari persamaan diferensial berikut.
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 22
1. y 3y = 0, y(0) = 4, y (0) = 2.
SRP 2011
2. y + 2y + y = 0, y(0) = 2, y (0) = 1.
3. y 2y + 2y = 0, y(0) = 0, y (0) = 5.
Teorema (Eksistensi dan ketunggalan suatu masalah nilai awal) Perhatikan masalah nilai
awal
Jika p(x), q(x) dan f (x) masing-masing kontinu pada selang buka I yang memuat titik a. Maka
masalah nilai awal mempunyai solusi tunggal pada I.
Semua hal di atas dapat secara langsung diperumum untuk persamaan diferensial linier homogen
koesien konstan orden dengan bentuk umum sbb.:
rn + a1 r(n1) + + an1 r + an = 0.
Contoh 3.2.2. Tentukan solusi umum dari y (4) y (3) 20y = 0. Persamaan karakteristik adalah
r4 r3 20r2 = r2 (r 5)(r + 4) = 0,
yang akar-akarnya adalah 0 (akar kembar), 4 dan 5. Jadi solusi umum persamaan diferensial
adalah
Soal Latihan 3.2.3. 1. Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut ini.
(a) y (3) 3y + 3y y = 0
(b) y (4) + 2y (3) + 3y + 2y + y = 0.
SRP 2011
Perhatikan suatu sistem-pegas-massa dengan redaman
Tanda negatif pada Fs disebabkan gaya Fs berlawanan arah dengan arah simpangan dari posisi
setimbang.
Tanda negatif pada Fr disebabkan gaya Fr berlawanan arah dengan arah kecepatan (arah gerak
sesaat). Hukum Newton II: Ftotal = massa percepatan, jadi Fs + Fr = mx . Jadi persamaan
gerak bagi sistim pegas-massa dengan redaman adalah
mx + cx + kx = 0 (3.3.1)
Jika selain Fs dan Fr terdapat gaya luar F (t) yang bekerja pada sistim, maka persamaan diferensial
nya
mx + cx + kx = F (t) (3.3.2)
Yang termasuk gaya luar adalah gaya-gaya lain yang belum diperhitungkan di sini, misalnya gaya
gesek udara.
my + cy + ky = F (t)
SRP 2011
d
ergi kinetik setiap saat adalah 12 mv 2 = 12 mL2 . Mengin-
dt
gat dalam kondisi setimbang, energi potensial pendulum nol,
maka dalam kondisi seperti pada gambar energi potensialnya
mgL(1 cos ). Jika gaya gesek diabaikan, maka energi total pen- s
dulum tetap setiap saat, sehingga
( )2
1 2 d
mL + mgL(1 cos ) = Konstan
2 dt
( )( 2 ) ( )
d d d
mL2 + mgL sin =0
dt dt2 dt
( 2 )
d g
2
+ sin = 0
dt L
Jika diasumsikan cukup kecil (< 150 = /12) maka sin , dan persamaan gerak pendulum
+ k = 0, dengan k = g/L.
Tugas: Tunjukkan bahwa jika gaya gesek udara diperhitungkan, gaya gesek c , maka model
persamaannya adalah
+ c + k = 0.
mx + kx = 0
SRP 2011
Persamaan sistem pegas-massa-redaman
mx + cx + kx = 0,
3 3
3
2 1
1 0
5 10 15
K1
t
1
0
5
t
10 15 K2
0 K1 K3
5 10 15
t
K4
Gambar 3.3.1: Kiri: overdamped c2 > 4km, tengah: critically damped c2 = 4km, kanan: under-
damped c2 < 4km
1. Kasus overdamped: c > ccrit (c2 > 4km), solusinya x(t) = C1 er1 t + C2 er2 t
2. Kasus critically damped c = ccrit (c2 = 4km), solusinya x(t) = e(c/2m)t (C1 + C2 t)
3. Kasusunderdamped c < ccrit (c2 < 4km) x(t) = e(c/2m)t (C1 cos 1 t + C2 sin 1 t), dengan
|c2 4km|
1 = 2m
Perhatikan bahwa x(t) untuk ketiga kasus di atas menuju nol untuk t +. Solusi ini disebut
solusi transien. Jadi pada sistem dengan redaman, massa yang semula bergetar akibat gangguan
awal pada akhirnya akan berhenti.
y + a1 y + a2 y = f (x).
Mengingat teorema solusi umum persamaan diferensial tak homogen, tugas kita di sini hanyalah
mencari satu solusi partikular dari persamaan diferensial tak homogen. Terdapat dua metode:
metode koesien tak tentu dan metode variasi parameter.
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 26
SRP 2011
Ide dasar dari metoda koesien tak tentu adalah: memduga dengan cerdas solusi yp (solusi ansatz)
berdasarkan bentuk fungsi f (x) di ruas kanan. Pikirkan suatu solusi dari persamaan diferensial
berikut.
1. y + y + y = ex
2. y + y = cos x
3. y + y = cos x
4. y + y + y = x2 1
Dari soal-soal di atas dapat disimpulkan: solusi partikular / khusus persamaan diferensial linier tak
homogen dengan koesien konstan menyerupai suku tak homogennya. Hal inilah yang melandasi
metoda koesien tak tentu. Misalkan solusi partikular yang hendak dicari adalah yp (x), maka
pemisalan yang sesuai untuk yp adalah mengikuti tabel berikut.
Catatan:
1. Jika fungsi di ruas kanan mrpk perkalian antara polinom, fungsi trigono dan fungsi ekspo-
nensial, maka pemisalan yp juga perkalian dari fungsi pemisalan yp seperti di tabel.
2. Jika fungsi di ruas kanan ternyata juga merupakan solusi persamaan diferensial homogennya,
maka untuk pemisalan yp harus dikalikan dengan x (atau xn , n 2.)
Soal Latihan 3.4.1. Tentukan solusi partikular dari
1. y + 3y + 4y = 3x + 2
2. y 4y = 2e3x
3. 3y + y 2y = 2 cos x
4. y 3y + 2y = 3ex 10 cos 3x
5. y (3) + 9y = x sin x + x2 e2x
Contoh 3.4.2. Tentukan solusi partikular dan solusi umum dari y 4y = 2e2x
Penyelesaian: Sesuai tabel, solusi partikular dimisalkan sebagai yp (x) = Ae2x namun pemisalan
ini tidak memberi hasil! Ini jelas karena e2x tak lain adalah juga solusi persamaan diferensial ho-
mogennya. Cobalah dengan pemisalan yp (x) = Axe2x ,
...
Didapat yp (x) = 12 xe2x . Karena solusi homogennya adalah yh (x) = Ce2x + De2x , maka solusi
umum persamaan diferensial tersebut y(x) = yh (x) + yp (x) = Ce2x + De2x + 21 xe2x .
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 27
Kesimpulan: Jadi untuk dapat menentukan pemisalan yang sesuai harus dicari terlebih dahulu
solusi persamaan diferensial homogennnya.
SRP 2011
Tentukan solusi partikular dan solusi umum dari
1. y 4y + 4y = 2e2x
Catatan: metode koesien tak tentu hanya dapat digunakan jika fungsi f (x) di ruas kanan adalah
berupa polinom, fungsi trigono, fungsi ekponen atau penjumlahan / perkalian dari ketiga fungsi
tersebut. Metoda koesien tak tentu tak dpt digunakan utk persamaan diferensial y + y = tan x.
Analog untuk persamaan diferensial tak homogen orden, dimana y1 , y2 , , yn solusi bebas linier
dari persamaan diferensial homogennya, maka solusi persamaan diferensial tak homogennya adalah
yp = u1 y1 + u2 y2 + + un yn ,
dengan ui , i = 1, , n memenuhi
u1 y1 + u2 y2 + + un yn = 0
u1 y1 + u2 y2 + + un yn = 0
.. (3.4.2)
.
(n1)
+ u2 y2 + + un yn
(n1) (n1)
u 1 y1 = f (x)
Perhatikan bahwa determinan dari SPL di atas adalah W (y1 , y2 , , yn ) dan tak nol x , karena
y1 , y2 , , yn bebas linier. Solusi SPL di atas diperoleh melalui Rumus Cramer:
Wi (x) Wi (x)
ui = atau ui = dx
W (x) W (x)
dengan Wi (x) adalah W (x) yang mana kolom kei diganti dengan (0, 0, , f (x)) (ruas kanan
SPL).
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 28
SRP 2011
Tentukan solusi partikular dari persamaan diferensial berikut menggunakan metoda variasi param-
eter.
1. y 3y + 2y = 5x + 2
2. y 4y = e2x
3. y + y = tan x
4. y 3y + 2y = exe+1
x
5. y + 4y = cot 2x.
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial berikut. Jawaban mungkin masih dalam bentuk
integral
1. y y + y y = sec t, untuk /2 < t < /2
2. y + y + y + y = x1 .
yh = c1 y1 + + cn yn
(j)
2. Hitung yi , untuk j = 1, , (n 1), dan hitung W (y1 , , yn ).
5. maka yp = ni=1 yi ui
x3 y + x2 y 6xy + 6y = 30x,
Catatan: Metoda Euler-Cauchy untuk mencari solusi persamaan diferensial homogennya tidak di-
ajarkan.
SRP 2011
Akan dibahas sistem pegas massa teredam dengan gaya luar yang mempunyai persamaan
mx + cx + kx = F (t)
mx + kx = F0 cos t.
F0 /m
x(t) = xp (t) + xh (t) = cos t + C cos(0 t ) (3.5.1)
02 2
Perhatikan bahwa solusi umum merupakan superposisi dari dua getaran dengan frekuensi 0 dan
.
Beats
Diberikan dua syarat awal x(0) = x (0) = 0 diperoleh
solusi
F0 /m
x(t) = (cos t cos 0 t)
02 2
2F0 1 1
x(t) = sin (0 )t sin (0 + )t
m(0 )
2 2 2 2
Jika 0 , maka 0 + jauh lebih besar daripada
|0 |.
Contoh: Dua buah terompet memainkan nada C, namun dengan frekuensi yang sedikit berbeda,
0
frekwensinya = 258 Hz dan = 254 Hz. Nada yang dihasilkan kedua terompet itu bukannya
2 2
nada C yang keras akibat gabungan dua terompet, melainkan terdengar fenomena beat, yaitu
(0 )/2
variasi amplitudo keras pelan dengan frekwensi = 2 Hz.
2
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 30
Resonansi
Perhatikan solusi umum (3.5.1), jika 0 maka
SRP 2011
solusi partikular membesar tanpa batas. Hal ini
mengindikasikan adanya resonansi jika 0 . Se-
lanjutnya jika dicari solusi partikular persamaan difer-
ensial
F0
x + 02 x = cos 0 t,
m
diperoleh
F0
xp (t) = t sin 0 t
2m0
Kita telah mengenal bahwa resonansi gelombang bunyi pada gitar mengakibatkan kita dapat
mendengar suara merdu gitar. Resonansi itu sendiri berarti turut bergetarnya suatu benda ak-
ibat getaran benda lain. Selain resonansi yang berakibat baik, adapula resonansi yang berakibat
buruk. Dalam mengkonstruksi suatu bangunan, seperti gedung bertingkat atau jembatan, adanya
fenomena resonansi harus benar-benar diperhitungkan. Suatu konstruksi bangunan yang tegak dan
kokoh selalu mempunyai kecenderungan untuk dapat bergetar. Jika diandaikan sebagai suatu sis-
tim pegas massa, suatu bangunan akan mempunyai frekwensi natural 0 = k/m tertentu. Suatu
konstruksi yang cukup rumit seperti jembatan atau gedung bertingkat akan mempunyai banyak
frekwensi natural. Suatu contoh yang spektakuler adalah jembatan Broughton Bridge, Manch-
ester, England di tahun 1831 yang ambruk saat ada barisan tentara yang melintasinya. Sejak saat
itu, apabila melintasi jembatan barisnya tentara tidak boleh berirama. Ini dimaksudkan untuk
menghindari pengaruh gaya luar periodik pada struktur jembatan. Resonansi juga mungkin punya
kontribusi pada ambruknya suatu balkon hotel di Kansas City tahun 1981, dimana saat itu ada
penari. Ambruknya gedung-gedung saat ada gempa bumi juga bisa diperparah oleh gejala reso-
nansi, seperti yang terjadi di Mexico City, September 19, 1985. Respon dari tiap gedung berbeda
dan ini ditentukan oleh frekwensi natural setiap gedung. Suatu bangunan akan cepat ambruk
apabila getaran gempa mempunyai frekwensi yang sama dengan salah satu frekwensi natural ban-
gunan tersebut. (Coba kunjungi http://school.discoveryeducation.com/sciencefaircentral) Sebaliknya,
resonansi dimanfaatkan pada pembuatan seismograf, alat yang ditujukan untuk mendeteksi getaran
yang relatif lemah.
BAB 3. PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE-N LINIER 31
SRP 2011
Perhatikan persamaan diferensial
mx + cx + kx = F0 cos t,
Adanya solusi transien memungkinkan kita untuk dapat memenuhi berbagai kondisi awal. Dengan
bertambahnya waktu apapun gangguan awalnya akan teredam oleh sistem ini. Getaran yang tetap
ada selamanya adalah solusi periodiknya, yang merupakan akibat langsung dari gaya luar. Solusi
ini disebut solusi steady.
Contoh 3.5.1. Tentukan solusi transien dan solusi periodik steady dari
Penyelesaian:
Solusi umum xh (t) = et (C1 cos t + C2 sin t)
t
= e (2 cos t 6 sin t) mrpk
Solusi khusus xh (t)
1
solusi transien.
Solusi periodik 2 5 cos(2t ), = tan 2.
SRP 2011
Bab 4
2. Misal kandungan garam tiap saat di tangki 1 adalah Q1 (t) oz dan di tangki 2 adalah Q2 (t)
oz. Persamaan pengaturnya
{
Q1 = 1.5 + 1.5 Q Q1
20 3 30
2
Q2 = 3 + 3 Q Q2
30 4 20
1
32
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 33
SRP 2011
Persamaan diferensial orde n linier, koesien konstan, dapat ditransformasi menjadi sistem per-
samaan diferensial orde 1 dengan variabel bebas n buah.
xn = f (t, x, x , , x(n1) )
x1 = x, x2 = x , , xn = x(n1)
Diferensialkan pers (2), bersama-sama dengan pers (1) x dieliminir, sehingga menghasilkan
y + 3y 10y = 0
x(t)=3e2t e5t
y(t)=2e2t 3e5t
SRP 2011
Suatu sistem pd dengan koesien konstan dapat ditulis dalam bentuk
L1 x + L2 y = f1 (t)
(4.0.1)
L3 x + L4 y = f1 (t)
(D 4)x + 3y = 0
6x + (D + 7)y = 0
(D2 + 3)x y = 0
2x + (D2 + 2)y = 0
Selanjutnya diperoleh
Solusi di atas memuat 8 konstanta sebarang. Solusi umum masalah ini seharusnya hanya memuat
4 konstanta sebarang. Untuk itu jika (4.0.3) disubstitusikan ke dalam persamaan (D2 + 3)x y = 0
menghasilkan
c1 = 2a1 , c2 = 2a2 , d1 = b1 , d2 = b2 .
Pengamatan lanjutan terhadap solusi sistem 2 pegas 2 massa. Solusi (4.0.4) dapat dituliskan
sebagai
SRP 2011
x(t) = A cos(t ) + B cos(2t )
y(t) = 2A cos(t ) B cos(2t )
hanya mempunyai solusi trivial t I. Jika S tidak bebas linier dikatakan bergantung linier.
Selanjutnya (4.0.5) hanya mempunyai solusi trivial t I jika determinan matriks koesiennya
bernilai nol t I atau
(1)
x (t) x(2) (t) x(n) (t)
1 1 1
(1) (2) (n)
x (t) x2 (t) x2 (t)
W (x(1) , x(2) , , x(n) ) = 2 = 0, t I
(1)
xn (t) x(2)
n (t) xn (t)
(i)
Teorema 4.0.5. Misal x(1) , x(2) , , x(n) adalah n solusi dari suatu sistim pd pada selang buka I.
Notasikan W W (x(1) , x(2) , , x(n) )
1. Jika x(1) , x(2) , , x(n) bergantung linier pada I, maka W = 0 pada I.
C1 x1 + C2 x2 = 0
Akan ditunjukkan bahwa SPL di atas hanya mempunyai solusi C1 = 0, C2 = 0, atau bahwa
2t
3e e5t
2e2t 3e5t
SRP 2011
1 0
1. et , et
0 1
{( ) ( ) }
1 2t 1 2t
2. e , te
1 1
{( ) ( ) }
1 1
3. cos t, sin t .
0 0
x = Ax (4.1.1)
Misalkan solusinya berbentuk x = vet , dengan v dan akan dicari. Jika disubstitusikan ke dalam
sistem pd akan menghasilkan
vet Avet = 0
(A I)vet = 0.
Dicari v solusi SPL di atas yang tak nol. Karena et tak pernah nol, maka haruslah
det(A I) = 0
Jadi diperoleh solusi (4.3.8) adalah x = vet , dengan v dan berturut-turut adalah vektor eigen
dan nilai eigen matriks A.
Dengan demikian jika kita ingin mencari solusi dari sistim pd (4.3.8) maka langkah-langkah yang
harus ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Tentukan semua nilai eigen 1 , 2 , , n dari Ann .
2. Selanjutnya kita tentukan n buah vektor eigen bebas linier v1 , v2 , , vn yang bersesuaian
dengan nilai-nilai eigen di atas.
3. Langkah 2 tidak selalu berhasil, tetapi jika berhasil, maka kita punyai n buah solusi bebas
linier berikut
Dalam hal ini solusi umum dari sistim pd (4.3.8) adalah kombinasi linier dari n solusi bebas
linier berikut
SRP 2011
Contoh 4.1.1. Gunakan metoda nilai eigen untuk mecari solusi sistem pd berikut (sama seperti
Contoh 4.0.2).
( ) ( )( ) ( ) ( )
x1 4 3 x1 x1 (0) 2
= , =
x2 6 7 x2 x2 (0) 1
Penyelesaian: Dicari nilai eigen dari matriks koesien A.
4 3
=0
6 7
2 + 3 10 = 0
Diperoleh pasang
( ) eigen ( )
3 1
1 = 2, v1 = dan 2 = 5, v2 = .
2 3
Solusi umum sistem pd adalah kombinasi linier dari v1 e1 t dan v2 e2 t atau
( ) ( ) ( )
x(t) 3 1
= C1 2t
e + C2 e5t
y(t) 2 3
Jika syarat awal disubstitusikan diperoleh
( ) ( ) ( )
x(t) 3 1
= e2t e5t
y(t) 2 3
Soal Latihan
4.1.2. Gunakan metoda nilai eigen untuk mecari solusi sistem pd berikut.
( )
32
1. x = x
22
( )
12
2. x = x
34
11 2
3. x = 12 1 x
21 1
1 1 2 2
4. x = 0 2 2 x, x(0) = 0
1 1 3 1
Perhatikan bahwa bagian real dan bagian imajiner dari x(t) juga merupakan solusi sistim pd. Ini
berarti telah diperoleh dua solusi real yang bbl.:
SRP 2011
v(t) = Re(x(t)) = ept (a cos qt b sin qt)
x = C1 v(t) + C2 u(t)
dengan C1 , C2 bilangan real. Periksa bahwa dua solusi real di atas juga dapat diperoleh jika diambil
bagian real dan imajiner dari vet .
Penyelesaian: Nilai(eigen )matriks koesien sistim pd di atas: 1/2 i dan vektor eigen yang
1
bersesuaian adalah . Diperoleh dua solusi kompleks
i
( ) ( )
1 (1/2+i)t 1
e dan e(1/2i)t
i i
Cek kebebaslinierannya!
SRP 2011
Dalam kasus matriks koesien A mempunyai nilai eigen berulang, perhatikan contoh-contoh berikut.
Catatan: Dalam contoh ini nilai eigen = 1 merupakan nilai eigen berulang dengan multiplisitas
2. Namun nilai eigen ini mempunyai dua buah vektor eigen yang bersesuaian. Nilai eigen berulang
seperti ini dikatakan complete.
dengan harus dicari. Jika disubstitusikan ke dalam sistim pd maka harus memenuhi
(A 2I) = . (4.1.3)
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 40
Perhitungan menghasilkan
( ) ( ) ( )
SRP 2011
k 0 1
= = +k
1 k 1 1
dengan k real sebarang, dapat dipilih k = 0. Sehingga diperoleh solusi sistim pd yang kedua adalah
( ) ( )
(2) 1 2t 0
x (t) = te + e2t
1 1
SRP 2011
tuk berbagai nilai konstanta C1 , C2 . Jika C1 > 0, C2 = 0 maka x = C1 e3t . Jadi solusinya
2
berupa setengah garis y = 2x yang terletak di kwadran I, arahnya menjauhi titik (0, 0). Sedangkan
jika C1 < 0 kurva solusi berupa garis y = 2x yang terletak di kwadran III, arahnya menjauhi titik
(0, 0). Secara analog, jika C1 = 0 dan C2 = 0 solusinya berupa garis y = 2x, yang mana terletak
di kwadran IV jika C2 > 0 dan di kwadran II jika C2 < 0, dan arahnya mendekati titik (0, 0).
Untuk nilai-nilai C1 dan C2 lain, kurva solusi berupa hiperbola. (Pada sesi praktikum dengan
software Maple, anda dapat memeriksa hal ini.) Arah ( pada ) kurva solusi hiperbola dapat diten-
1
tukan dengan cara berikut. Untuk t , suku C1 e3t menjadi dominan, sedangkan suku
2
( ) ( )
1 t 1
C2 e kecil sekali, sehingga x C1 e3t . Jadi untuk t , semua solusi dengan
2 2
C1 = 0 asimptotik ke garis y = 2x. Untuk t hal serupa juga berlaku, dan kurva solusi
hiperbola akan asimptotis ke garis y = 2x. Berdasarkan analisis di atas, sketsakan kurva-kurva
solusinya. Dalam kasus ini, titik pusat dinamakan titik saddle. Karena untuk t , x(t) tidak
menuju (0, 0), maka (0, 0) dikatakan bersifat tak stabil.
mempunyai solusi
( ) ( ) ( )
x(t) 1 2
= C1 t
e + C2 e4t .
y(t) 2 1
Mula-mula misalkan
( ) ( )
1 2
x1 (t) = C1 et , x2 (t) = C2 e4t .
2 1
Untuk nilai-nilai C1 dan C2 lain, kurva solusi berupa parabola. Arah pada kurva solusi parabola
dapat ditentukan dengan cara berikut. Untuk t , x2 (t) jauh lebih kecil dari x1 (t), jadi
x(t) x1 (t). Sebaliknya, untuk t ,x(t) x2 (t). Berdasarkan analisis di atas, sketsakan
kurva-kurva solusinya. Dalam kasus ini, titik pusat dinamakan a node.Karena untuk t ,
x(t) (0, 0), maka (0, 0) dikatakan bersifat stabil asimptotik.
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 42
SRP 2011
x 1/2 1 x
=
y 1 1/2 y
mempunyai solusi
( ) ( ) ( )
x(t) cos t t/2 sin t
= C1 e + C2 et/2 (4.2.2)
y(t) sin t cos t
Pola trajektori sistim pd adalah tipikal dan bergantung pada jenis nilai eigen matriks koesiennya.
Tiga pola trajektori yang seringkali muncul disajikan pada gambar-gambar di halaman 52
SRP 2011
Soal Latihan 4.2.4. Sketsakan kurva-kurva solusi sistim pd berikut di sekitar titik (0, 0). Ten-
tukan tipe titik (0, 0) serta kestabilannya.
dy
1. dx
dt = 2x, dt = 2y.
dy
2. dx
dt = 2x, dt = y.
dy
3. dx
dt = y, dt = x
dy
4. dx
dt = y, dt = 5x 4y
dy
5. dx
dt = 2x, dt = 2y, (Dalam kasus ini titik (0, 0) disebut proper node)
Berbagai perilaku kurva solusi atau trajektori di sekitar titik equilibrium (0, 0) dapat dirangkum
dalam tabel berikut. Tampak dari tabel bahwa Perilaku trajektori bagi sistim pd linier menjadi
landasan bagi perilaku trajektori sistim pd almost linier. Hal ini dapat jelas terlihat pada tabel di
halaman 51.
Misalkan x(1) , , x(n) adalah n buah solusi bebas linier dari sistim pd homogennya, yang terdenisi
pada suatu interval I. Maka matriks yang kolom-kolomnya vektor solusi x(1) , , x(n) yaitu
(1) (n)
x1 (t) x1
.. ..
(t) = . .
(1) (n)
xn xn
Matriks fundamental selalu mempunyai invers karena kolom-kolomnya bebas linier. Selanjutnya
solusi umum sistim pd x = c1 x(1) + + cn x(n) dapat dituliskan sebagai
x = (t)c ,
dengan vektor konstanta sebarang c = (c1 , , cn ). Vektor konstanta sebarang c dapat dihitung
agar solusi memenuhi syarat awal x(t0 ) = x0 atau (t0 )c = x0 , dan diperoleh c = (t0 )1 x0 .
Sehingga solusi sistim pd dengan syarat awal (4.3.1) adalah
x = (t)(t0 )1 x0 . (4.3.2)
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 44
( )
1 1
Contoh 4.3.1. Cari matriks fundamental sistem x (t) = x(t) dan tentukan solusi yang
4 1
( )
SRP 2011
1
memenuhi x(0) = .
1
( )
e3t
Penyelesaian: Dari perhitungan sebelumnya didapat solusi sistim pd x(1) (t) = , x(2) (t) =
2e3t
( ) ( 3t )
et e et
maka matriks fundamental dari sistem adalah (t) = . Selanjutnya
2et 2e3t 2et
( ) ( )
1 1 1 2 1
(0) = dan (0) = 4 1
, sehingga solusi mna
2 2 2 1
( )( )( )( ) ( )( )
e3t et 1 2 1 1 1 e3t + 3et
x(t) = = .
2e3t 2et 4 2 1 1 4 2e3t 6et
Soal Latihan 4.3.2. Tentukan matriks fundamental dari sistim pd berikut, kemudian tentukan
solusi yang memenuhi nilai awal yang diberikan.
( ) ( )
2 1 3
1. x (t) = , x=
1 2 2
( ) ( )
2 5 0
2. x (t) = , x=
4 2 1
5 0 6 2
3. x (t) = 2 1 2 , x = 1
4 2 4 0
x = Ax + f (t). (4.3.3)
menggunakan dua cara, yaitu metoda variasi parameter dan metoda koesien tak tentu.
dengan u(t) harus dicari. Perhatikan bahwa ide dari metode variasi parameter adalah mengubah
vektor konstanta sebarang c menjadi fungsi bernilai vektor sebarang u(t). Substitusikan (4.3.4) ke
dalam (4.3.3) menghasilkan
SRP 2011
xp (t) = (t) (t)1 f (t) dt (4.3.5)
t
1
x(t) = (t)(0) x0 + (t) (s)1 f (s) ds
0
( )( )1 () ( )
e2t te2t 1 0 2 (3t + 2t2 )e2t
= +
0 e2t 0 1 1 4te2t
( ) ( ) ( )
(2 t)e2t (3t + 2t2 )e2t (1 + t + t2 )2e2t
= + = .
e2t 4te2t (4t 1)e2t
Soal Latihan 4.3.4. Gunakan metoda variasi parameter untuk mencari penyelesaian sistim pd
tak homogen x = Ax + f (t), dengan nilai awal x(t0 ) = x0 berikut.
( ) ( ) ( )
1 2 1 1
1. A = , f (t) = ,x =
2 1 2 1
( ) ( ) ( )
6 7 60 0
2. A = , f (t) = ,x =
1 2 70 0
( ) ( ) ( )
1 2 180t 0
3. A = , f (t) = ,x =
2 2 90 0
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 46
SRP 2011
Metode koesien tak tentu juga dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem pd tak homogen.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Contoh 4.3.5. Tentukan solusi homogen dan solusi partikular sistem pd
( ) ( t )
2 1 2e
x = x+ .
1 2 3t
Contoh 4.3.6. Soal yang sama seperti Contoh 4.3.3, yaitu tentukan solusi sistem pd
( ) ( 2t ) ( )
2 1 3e 2
x = x+ , x0 = .
0 2 4e2t 1
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 47
Penyelesaian: Solusi umum spd adalah xh (t) + xp (t). Solusi sistim pd homogennya adalah
( 2t ) ( 2t )
SRP 2011
e te
xh = C1 + C2 .
0 e2t
Selanjutnya a, b, c harus dicari. Selanjutnya mencari solusi xh (t) + xp (t) yang memenuhi syarat
awal. Bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan hasil pada Contoh 4.3.3.
Soal Latihan 4.3.7. Gunakan metoda koesien tak tentu untuk menyelesaian sistim pd tak ho-
mogen x = Ax + f (t), dengan nilai awal x(t0 ) = x0 berikut seperti pada Soal Latihan 4.3.4.
Perhatikan bahwa vektor-vektor kolom dari matriks exp(At) memenuhi sistim pd x = Ax, jadi
exp(At) merupakan matriks fundamental bagi sistim pd tersebut. Lebih jauh lagi nilainya di t = 0
SRP 2011
adalah exp(At)|t=0 = I. Teorema berikut menunjukkan bahwa hal di atas ternyata juga berlaku
jika A bukan matriks diagonal.
Teorema 4.3.10. exp(At) adalah matriks fundamental bagi sistim pd
x = Ax. (4.3.8)
Solusi spd dengan syarat awal x(0) = x0 adalah
x = exp(At)x0 . (4.3.9)
Dari rumus di atas jelas bahwa exp(At) adalah matriks fundamental yang bersifat khusus, yaitu
memenuhi exp(At)|t=0 = I. Sehingga solusi partikular dari spd tak homogen (4.3.3) adalah
xp (t) = exp(At) exp(At)1 f (t) dt (4.3.11)
Selanjutnya rumus solusi spd tak homogen dengan syarat awal x(0) = x0 menjadi
t
x(t) = exp(At)x0 + exp(At) 0 exp(At)1 f (s) ds (4.3.12)
Periksa!
Catatan: Seringkali perhitungan menggunakan matriks fundamental (t) lebih sederhana diband-
ing dengan exp(At). Namun dari segi penyajian formula, menggunakan exp(At) lebih baik karena
tampak sangat analog dengan solusi pd orde-1 x (t) = ax(t) + f (t), x(0) = x0 dengan a R. (Coba
tuliskan rumus solusi pd orde-1 tsb! Bandingkan dengan (4.3.6).)
Contoh 4.3.11. Tentukan exp(At) dan solusi sistim pd
( ) ( )
4 2 1
x = x, x(0) = .
3 1 1
Penyelesaian:(Nilai )
eigen dari
( A)adalah 1 = 2, dan 2 = 5 dan vektor eigen yang bersesuaian
1 2
adalah v1 = , v2 = .
3 1
( )( )1 ( )
e2t 2e5t 1 2 1 e2t + 6e5t 2e2t + 2e5t
exp(At) = 2t = 2t
3e e5t 3 1 7 3e + 3e 5t 6e2t + e5t
Selanjutnya solusi mna adalah
( ) ( )
1 1 e2t + 8e5t
x(t) = exp(At) = .
1 7 3e2t + 4e5t
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 49
Soal Latihan 4.3.12. Tentukan matriks exp(At) dari sistim pd berikut, kemudian tentukan solusi
yang memenuhi nilai awal yang diberikan.
SRP 2011
( ) ( )
4 2 14
1. x (t) = , x=
3 1 7
( ) ( )
6 6 1
2. x (t) = , x=
4 4 1
( ) ( )
1 5 1
3. x (t) = , x=
1 1 1
19 12 84 1
4. x (t) = 0 5 0 , x = 2
8 4 32 1
Pada subbab ini model mangsa-pemangsa akan diuraikan. Bayangkan suatu lingkungan yang ter-
tutup dimana terdapat sejumlah rusa (mangsa) dan singa (pemangsa). Andaikan di lingkungan
itu terdapat berlimpah rumput, namun bagi singa sumber makanannya hanya rusa. Misalkan x(t)
dan y(t) berturut-turut menyatakan jumlah mangsa dan pemangsa di lingkungan tersebut saat t.
Jika mangsa dan pemangsa tidak saling berinteraksi maka model pertumbuhannya masing-masing
adalah
{
x = ax
y = by
Jika mangsa dan pemangsa saling berinteraksi, maka jumlah mangsa akan berkurang karena di-
makan pemangsa. Laju berkurangnya mangsa sebanding dengan jumlah pertemuan mangsa dan
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 50
pemangsa, dimisalkan sebagai pxy, dengan p suatu bilangan positif. Sebaliknya jumlah pemangsa
akan bertambah dengan laju qxy. Sehingga model mangsa-pemangsa menjadi
SRP 2011
{
x = ax pxy
y = by + qxy
Perhatikan bahwa model di atas mempunyai dua titik equilibrium (0, 0) dan (a/p, b/q).
Model di atas mempunyai dua titik equilibrium (0, 0), dan (3, 2). Tampak dari phase portrait
bahwa titik equilibrium (3, 2) stabil, sedangkan titik (0, 0) tidak stabil. Ini berarti bahwa di alam
akan terjadi kesetimbangan antara jumlah mangsa dan pemangsa. Jika diamati lebih detail terda-
pat trajektori-trajektori tertutup di sekitar (3, 2). Hal ini yang menjelaskan munculnya fenomena
penurunan dan kenaikan jumlah ikan secara periodik di Laut Adriatic. Perhatikan satu trajektori
di sekitar titik (3, 2), terdapat masa di mana jumlah mangsa cukup banyak, sedangkan jumlah
pemangsa sedikit. Namun jumlah pemangsa segera meningkat karena banyaknya mangsa. Hal
ini berlangsung terus hingga jumlah pemangsa terlalu banyak, sedangkan jumlah mangsa berku-
rang. Hingga pada suatu saat jumlah pemangsa mencapai nilai maksimum. Karena banyaknya
pemangsa maka jumlah mangsa berkurang terus hingga mencapai nilai minimum. Selanjutnya
dengan bertambahnya waktu jumlah pemangsa berkurang karena persaingan untuk mendapatkan
makanan diantara mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan jumlah pemangsa berkurang terus hingga
mencapai jumlah minimal. Sementara itu jumlah mangsa bertambah karena sedikitnya jumlah pe-
mangsa, hingga jumlah mangsa mencapai nilai maksimum.
secara logistik. Demikian pula dengan rusa, sehingga model pertumbuhan kelinci dan rusa masing-
masing adalah
SRP 2011
{
x = a1 x b1 x2
y = a2 y b2 y 2
Jika kelinci dan rusa sama-sama tinggal di lingkungan itu, maka makanan mereka terbatas karena
kehadiran spesies yang lain. Sehingga model pertumbuhan kelinci dan rusa menjadi
{
x = a1 x b1 x2 c1 xy
y = a2 y b2 y 2 c2 xy
Perhatikan bahwa model di atas mempunyai empat titik equilibrium
(0, 0), (0, a2 /b2 ),(a1 /b1 , 0) dan satu titik equilibrium (p, q) dengan p, q keduanya tak nol.
Contoh 4.4.2. Pelajari perilaku kualitatif solusi spd berikut.
{
x = x(1 x y)
y = y(0.75 y 0.5x)
Model di atas mempunyai empat titik equilibrium (0, 0), (0, 0.75), (1, 0), dan (0.5, 0.5). Tampak
dari phase portrait bahwa hanya terdapat satu titik equilibrium (0.5, 0.5) yang stabil. Ini berarti
bahwa akan terjadi kesetimbangan antara kedua spesies tersebut.
Model di atas mempunyai empat titik equilibrium (0, 0), (1, 0), (0, 2), dan (0.5, 0.5). Namun perilaku
kualitatif dari model ini sangat berbeda dibandingkan dengan Contoh 4.4.2. Tampak dari phase
portrait bahwa titik-titik equilibrium (1, 0), (0, 2) bersifat stabil asimptotik, sedangkan (0, 0) dan
(0.5, 0.5) tak stabil. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa di alam akan terjadi salah satu dari
spesies akan punah, entah spesies yang pertama ataupun spesies yang kedua.
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 52
SRP 2011
BAB 4. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL 53
SRP 2011
with < 0.
SRP 2011
Bab 5
Transformasi Laplace
Transformasi Laplace adalah suatu transformasi yang melibatkan operasi pengintegralan, transfor-
masi tersebut mengubah fungsi f (t) menjadi suatu fungsi baru, dinotasikan sebagai L{f (t)} = F (s),
dengan variabel bebas baru, yaitu s.
untuk semua nilai s yang mengakibatkan integral tak wajar di atas konvergen.
Limit di atas mempunyai nilai berhingga hanya jika s > 0, dengan demikian
1
L{1} = , untuk s > 0
s
Catatan: domain dari transformasi Laplace dari suatu fungsi biasanya berupa s > a, untuk suatu
a R.
Periksalah bahwa
1
L{eat } = , untuk s > a.
sa
Perlu dicatat bahwa rumus di atas juga berlaku jika a bilangan kompleks.
54
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 55
SRP 2011
L{t } =
n
est tn dt
0
Contoh 5.1.5.
2! (5/2)
L{3t2 + 4t3/2 } = 3 3
+ 4 5/2 = 6s3 + 3 s5 .
s s
Dengan menggunakan sifat linier dari transformasi Laplace dapat diperoleh rumus transformasi
Laplace bagi fungsi-fungsi berikut. (Periksalah kebenarannya!)
s
L(cosh kt) = , untuk s > k > 0
s2 k 2
k
L(sinh kt) = , untuk s > k > 0
k2 s2
s
L(cos kt) = 2 , untuk s > 0
s + k2
k
L(sin kt) = 2 , untuk s > 0
s + k2
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 56
SRP 2011
suatu konstanta tak negatif M, c dan T , maka F (s) ada untuk s > c.
(Ketunggalan) Andaikan L{f (t)} = F (s) dan L{g(t)} = G(s). Jika F (s) = G(s) untuk semua
s > c, maka f (t) = g(t), di mana f dan g kontinu.
Akibat 5.1.7. Misalkan F (s) adalah transformasi Laplace dari suatu fungsi f (t), maka
lim F (s) = 0.
s
Mengingat adanya Teorema 5.1.6 tentang ketunggalan dari transformasi Laplace, maka berikut ini
kita dapat mendenisikan invers dari transformasi Laplace.
Definisi 5.1.8. Misalkan F (s) = L(f (t)), maka f (t) disebut invers transformasi Laplace dari F (s),
dan dinotasikan:
f (t) = L1 (F (s))
Contoh 5.1.9.
1 1 1 2 2
L1 { 3
} = t2 , L1 { } = e2t , L1 { 2 } = sin 3t.
s 2 s+2 s +9 3
Proposisi 5.1.10. Invers dari transformasi Laplace juga memenuhi sifat linier.
Kesepakatan notasi: Fungsi asal dinyatakan dalam huruf kecil dengan variabel bebas t. Fungsi hasil
transformasi dinyatakan dalam huruf besarnya dengan variabel bebas s. Jadi F (s) adalah trans-
formasi Laplace bagi f (t), dan x(t) adalah invers transform Laplace dari X(s). Juga dimisalkan
bahwa jika F (s) ada, maka terdenisi untuk s > c, untuk suatu bilangan real c.
SRP 2011
Pada sub bab ini akan dibahas penggunaan transformasi Laplace untuk menyelesaikan persamaan
diferensial linier dengan koesien konstan
dengan syarat awal x(0) = x0 , x (0) = v0 . Penerapan transformasi Laplace pada persamaan difer-
ensial di atas, mengingat berlakunya sifat linier, maka diperoleh
Transformasi dari x (t) dan x (t) ternyata dapat dinyatakan dalam F (s) melalui sifat berikut.
Proposisi 5.2.1. (Transformasi dari turunan)
Jika f (t) memenuhi syarat sedemikian hingga F (s) ada untuk s > c, maka
L{f (n) (t)} = sn F (s) sn1 f (0) sf (n2) (0) f (n1) (0), untuk s > c.
x x 6x = 0, x(0) = 2, x (0) = 1.
dengan memanfaatkan transformasi Laplace. Bandingkan hasilnya dengan hasil yang diperoleh
dengan cara koesien tak tentu.
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 58
Dari kedua contoh di atas dapat kita amati bahwa transformasi Laplace mengubah persamaan
diferensial linier menjadi persamaan aljabar yang dapat diselesaikan. Untuk meyakini hal ini,
SRP 2011
transformasikan p.d. tak homogen
ax + bx + cx = f (t)
Perhatikan bahwa fungsi tangga satuan u(ta) ini dapat diinterpretasikan sebagai kondisi menekan
tombol switch on dari suatu alat elektronik pada waktu t = a. Saat t < a fungsi tersebut bernilai
SRP 2011
0, sehingga merepresentasikan kondisi alat belum dinyalakan, saat t a fungsi bernilai 1, dan
merepresentasikan kondisi alat sudah menyala. Coba gambarkan u(t ), u(t), 1 u(t 2), u(t
1) u(t 2)!
SRP 2011
cos 2t, jika 0 t < 2 s(1 e2s )
f (t) = maka F (s) =
0, jika t 2 s2 + 4
4. Sebuah sistem yang terdiri dari pegas (k = 4 lb/ft) dan massa (m = 32 lb) mula-mula berada
dalam kondisi diam. Pada saat awal t = 0 massa dikenai gaya luar sebesar f (t) = cos 2t, dan
pada t = 2 gaya seketika dihentikan. Jika x(t) menyatakan simpangan massa dari posisi
setimbang saat t, tentukan x(t). Bagaimanakah gerak sistem untuk t .
Jawab: Masalah nilai awal yang sesuai adalah x + 4x = f (t), x(0) = 0, x (0) = 0 dengan
{
cos 2t, jika 0 t < 2
f (t) = = (u(t) u(t 2)) cos 2t.
0, jika t 2
s(1e2s )
Dari soal no. 3 diperoleh F (s) = s2 +4
. Transform Laplace dari m.n.a.nya adalah
Jadi gerakan massa pada sistem tersebut untuk t cukup besar adalah berupa gerak harmonik
2
4 sin 2t. Gerakan tersebut merupakan reaksi atas gaya luar f (t) yang berlangsung selama
2 satuan waktu.
Ingat bahwa bila gaya luar h(t) = cos 2t berlangsung terus menerus akan terjadi resonansi,
dan getaran akan bertambah terus amplitudonya seiring dengan bertambahnya waktu.
{ }
1 3s + 19
1. L 2
= 3e3t cos 5t + 2e3t sin 5t
s + 6s + 34
SRP 2011
{ }
1 s2 + 1 1 5 17
2. L = + e2t + e4t
s3 2s2 8s 8 12 24
Soal Latihan 5.3.6. 1. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi berikut.
Proposisi 5.4.2. 1. f g = g f
2. f (g1 + g2 ) = f g1 + f g2
3. (f g) h = f (g h)
4. f 0 = 0 f = 0
SRP 2011
1 2 2 1 2
L = sin 2t cos 2t.
(s + 4)(s 1)
2 5 5 5
untuk n = 1, 2, 3, .
6ks2 2k 3
Contoh 5.4.6. Tunjukkan bahwa L{t2 sin kt} = .
(s2 + k 2 )3
Proposisi 5.4.7. (Integral dari Transformasi)
Jika limt0 f (t)
t ada dan transf. Laplace dari f (t) ada untuk s > c, maka
{ }
f (t)
L = F ()d, untuk s > c
t s
{ }
Contoh 5.4.8. Tentukan L sinh t
t
. Mula-mula diperiksa limt0 sinh
t
t
ada dan bernilai 1, sehingga
sifat di atas dapat digunakan.
{ }
sinh t d 1 s+1
L = 21
= ln .
t s 2 s1
( )
s + 1
5. Hitunglah L 1
ln . Cobalah dengan dua cara: menggunakan rumus diferensial dan
s
SRP 2011
rumus integral dari transformasi.
Soal Latihan 5.4.10. Soal-soal campuran
1. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi-fungsi berikut.
t sin t
te , , t cos 2t, t e2t cos t, et cos t, t u(t 1)
{ t
cos t, 0 t <
g(t) =
0, t>
2. Tentukan invers transformasi Laplace dari fungsi-fungsi berikut.
es 1 es e3s 10s 3 2s 2 s2 + 3
, , , , ,
s2 + 1 s(s 1) s2 25 s2 (s + 2s + 2)2
2 (s2 + 2s + 2)2
1 1 + es
ln |1 + |,
s s2 + 4
Ingat bahwa fungsi oor t menyatakan bilangan bulat terbesar yang nilainya tidak melebihi t.
Transfomasi Laplace dari fungsi di atas diperoleh menggunakan rumus transfomasi fungsi periodik
seperti diuraikan berikut.
2a
1
F (s) = est f (t)dt
1 e2as 0
( a 2a )
1 st st
= e dt + (1)e dt
1 e2as 0 a
([ ] [ ] )
1 1 st a 1 st 2a
= e e
1 e2as s 0 s a
1 eas 1 as
= as
= tanh
s(1 + e ) s 2
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 64
SRP 2011
Perhatikan fungsi gelombang segitiga g(t) seperti pada gambar berikut. Jelas bahwa g (t) tak
lain adalah fungsi gelombang persegi f (t) = (1)t/a , sehingga kita dapat memanfaatkan sifat
transformasi dari turunan,
L(g (t)) = sG(s) g(0)
1 as
tanh = sG(s) 0
s 2
1 as
G(s) = 2 tanh .
s 2
Soal Latihan 5.5.2. Tentukan transform Laplace dari fungsi-fungsi berikut.
dan tidak bergantung pada bagaimana fungsi f (t) berubah sebagai fungsi t. Nilai p pada integral
di atas disebut impuls dari gaya f (t) pada selang waktu [a, b].
Misalkan gaya f (t) yang mempunyai impuls 1 bekerja untuk waktu t 0. Misalkan lama waktu
gaya tersebut bekerja adalah , sehingga sebagai penyederhanaan fungsi f (t) dapat dipilih
{
1/, jika a t < a +
da,e (t) =
0, t lainnya
Karena lamanya waktu gaya bekerja tampaknya tidak penting, cenderung kita anggap sebagai
impuls sekejap yang terjadi pada saat t = a. Hal ini dapat direpresentasikan oleh fungsi
SRP 2011
Perhatikan bahwa impuls dari (t) adalah tetap 1!
a (t)dt = 1, (5.6.2)
0
yang mana dapat diperoleh langsung dengan menukarkan urutan integral dan limit. Selain itu
fungsi a (t) bernilai 0 untuk t = a dan bernilai untuk t = a,
{
+, jika t = a
a (t) = (5.6.3)
0, jika t = a
Fungsi yang memenuhi sifat (5.6.2) dan (5.6.3) disebut fungsi delta Dirac. Sebenarnya sifat (5.6.2)
dan (5.6.3) saling bertentangan; integral dari fungsi yang nilainya nol dimana-mana kecuali di satu
titik akan bernilai nol dan tidak mungkin bernilai satu. Penjelasan untuk hal ini adalah: (x)
bukan benar-benar fungsi, melainkan tergolong sebagai fungsi distribusi. Fungsi a (t) pertama kali
diperkenalkan oleh P.A.M. Dirac (1902-1984).
Sifat ini dibuktikan dengan menggunakan denisi (5.6.1) dan teorema nilai rata-rata integral, dapat
dilihat di buku teks.
Selanjutnya transformasi Laplace dari delta Dirac langsung dapat diperoleh dengan menerapkan
sifat di atas, sebagai berikut.
Jadi L{(t)} = 1 . Rumus ini tampak bertentangan dengan Akibat 5.1.7, karena lims L{(t)} =
0. Penjelasan untuk hal ini adalah, sekali lagi karena (x) bukan benar-benar fungsi, melainkan
tergolong sebagai fungsi distribusi. Penjelasan lainnya, rumus di atas dapat dianggap sebagai
definisi dari transformasi Laplace dari delta Dirac.
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 66
Contoh 5.6.2. Sebuah sistem pegas-massa yang terdiri dari pegas (k = 4 lb/ft) dan massa (m =
1 lb). Saat awal, massa dilepaskan dari posisi x(0) = 3 dan mulai bergerak. Saat t = 2 massa
SRP 2011
dipukul palu dengan impuls p = 8. Tentukan gerakan massa tersebut tiap saat.
Gerakan massa pada sistem tersebut diberikan oleh solusi m.n.a
3s 8e2s
X(s) = + .
s2 + 4 s2 + 4
atau
{
3 cos 2t untuk 0 t < 2
x(t) =
3 cos 2t + 4 sin 2t untuk t 2
Jadi untuk waktu yang cukup besar, gerakan massa berupa gerak harmonik dengan amplitudo 5.
Contoh 5.6.3. Buktikan bahwa solusi dari kedua masalah nilai awal berikut adalah sama.
1. Suatu sistim pegas massa tanpa redaman diberi kecepatan awal v0
mx + kx = 0, x(0) = 0, x (0) = v0 .
2. Suatu sistim pegas massa tanpa redaman di beri gaya luar berupa pukulan saat t = 0 dengan
momentum mv0
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan berupa fungsi Dirac dengan momentum mv0
sama dengan kecepatan awal v0 .
Soal Latihan 5.6.4. Tentukan solusi m.n.a. berikut. Amati gerakan massa untuk waktu yang
cukup besar.
BAB 5. TRANSFORMASI LAPLACE 67
SRP 2011
2. x + 9x = (t 3) + cos 3t; x(0) = x (0) = 0
18. f (n) (t) sn F (s) sn1 f (0) f (n1) (0) Subbab 5.2
Deret Fourier
Dalam kuliah Kalkulus Anda telah mengenal deret Taylor dan deret Maclaurin yang merupakan
hampiran bagi fungsi-fungsi kontinu dan diferensiabel. Perhatikan deret Maclaurin berikut
1
= 1 + x + x2 + x3 + , berlaku untuk |x| < 1. (6.0.1)
1x
1
Rumus di atas mengatakan bahwa: deret pangkat di ruas kanan akan konvergen ke nilai 1x untuk
|x| < 1. Untuk |x| 1 deret di ruas kanan tidak konvergen. Selang (1, 1) disebut sebagai selang
1
kekonvergenan dari deret Maclaurin fungsi 1x . Dari rumus (6.0.1), jika dipilih x = 1/2, maka
diperoleh jumlah tak hingga deret
1 1 1
1+ + ( )2 + = = 2.
2 2 1 1
2
Hal tersebut dapat dilakukan asalkan x selang kekonvergenan deret Maclaurinnya. Di SMA
Anda bahkan telah mengenal rumus (6.0.1) sebagai jumlah tak hingga deret geometri dengan suku
pertama 1 dan rasio x, yang mana jumlahan tersebut akan berhingga jika dan hanya jika |x| < 1.
Mula-mula kita perkenalkan denisi suatu fungsi periodik. Suatu fungsi f (t) dikatakan periodik
jika terdapat suatu bilangan positif p sehingga
f (t + p) = f (t).
Bilangan p disebut periode dari fungsi f . Perhatikan bahwa dengan denisi di atas periode suatu
fungsi tidak tunggal. Jika p merupakan perioda suatu fungsi maka demikian pula dengan 2p, 3p,
dst.
Contoh: cos t, tan t, sin nt dengan n bulat merupakan fungsi berperiode 2.
68
BAB 6. DERET FOURIER 69
SRP 2011
{
0, jika m = n
cos mt cos nt dt =
, jika m = n
{
0, jika m = n
sin mt sin nt dt =
, jika m = n
sin mt cos nt dt = 0 untuk setiap m dan n
Sifat di atas tetap berlaku meskipun interval [, ] pada tanda integrasi boleh diganti asalkan
panjang interval tetap 2.
Misalkan deret berikut adalah deret Fourier fungsi f (t) berperioda 2 yang kontinu bagian demi
bagian.
a0
f (t) = +
m=1 (am cos mt + bm sin mt)
2
Konstanta a0 , am , bm , m = 1, 2, disebut koefisien deret Fourier, dan akan dicari. Perhatikan
deret di atas, jika setiap suku diintegralkan dengan batas t = dan t = akan menghasilkan
( )
a0
f (t) dt = 1 dt + m=1 am cos mt dt + bm sin mt dt
2
atau
1
a0 = f (t)dt. (6.1.1)
Koesien am dapat dicari dengan cara serupa, tetapi sebelum diintegralkan deret dikalikan dahulu
dengan cos nt, menghasilkan
( )
a0
f (t) cos nt dt = cos nt dt+m=1 am cos mt cos nt dt + bm sin mt cos nt dt .
2
Dengan menerapkan sifat keortogonalan fungsi sinus dan cosinus akan diperoleh
1
an = f (t) cos nt dt. (6.1.2)
Hal di atas berlaku untuk setiap n = 1, 2, . Koesien bm dapat dicari dengan cara serupa tetapi
sebelum diintegralkan deret dikalikan dahulu dengan sin nt, dan penerapan sifat keortogonalan
fungsi sinus dan cosinus akhirnya menghasilkan
1
bn = f (t) sin nt dt. (6.1.3)
untuk n = 1, 2, .
BAB 6. DERET FOURIER 70
Definisi 6.1.2. (Deret Fourier dan koesiennya) Misalkan f (t) adalah fungsi kontinu bagian demi
bagian dan berperioda 2. Deret Fourier dari f (t) adalah
SRP 2011
a0
+
n=1 (an cos nt + bn sin nt) (6.1.4)
2
dengan a0 , an , bn diberikan secara berturut-turut oleh rumus (6.1.1), (6.1.2),(6.1.3) untuk n =
1, 2, .
Catatan: Mengingat keortogonalan fungsi sin dan cos berlaku untuk sebarang interval dengan
panjang 2, maka interval pengintegralan pada rumus koesien deret Fourier dapat diubah asalkan
panjang intervalnya tetap 2. Untuk lebih jelasnya, untuk menghitung an dapat digunakan rumus
2 3/2
1 1
an = f (t) cos nt dt atau an = f (t) cos nt dt,
0 /2
atau interval pengintegralan dengan panjang 2 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk rumus
a0 dan bn .
Jawab:
0
1 1 1
a0 = f (t)dt = (1)dt + (1)dt = 0
0
0
1 1
an = (1) cos nt dt + cos nt dt = 0
0
1 0 1 2 2
bn = (1) sin nt dt + sin nt dt = (1 cos n) = (1 (1)n )
0 n n
{
4/(n), jika n ganjil
=
0, jika n genap
Gambar berikut menunjukkan grak dari jumlahan hingga N suku deret Fourier. Tampak bahwa
makin besar N , maka jumlahan hingga N suku deret Fourier makin mendekati fungsinya.
1.0
SRP 2011
0.5
K3 K2 K1 0 1 2 3
K0.5 t
K1.0
f t , $$$$$$S
2
(t), S t 5
1.0
0.5
K K 0
K
4 2 2 4
0.5 t
K 1.0
Jawab:
2
1 1
a0 = f (t)dt = t dt =
0 0 2
1 1
an = t cos nt dt = ((1)n 1)
0 n2
{
2/(n2 ), jika n ganjil
=
0, jika n genap
1 1 (1)n+1
bn = t sin nt dt = cos n =
0 n n
Jadi d. Fourier bagi f (t) adalah
{
3, < t < 0
1. f (t) =
2, 0 < t <
SRP 2011
{
0, < t < 0
2. f (t) =
t2 , 0 < t <
3. f (t) = t, 0 < t < 2
4. g(s) = | sin s|, < s <
Fourier claimed (without proof) in 1822 that any function f(x) can be expanded in terms of sines
in this way, even discontinuous function. This turned out to be false for various badly behaved
f (x), and controversy over the exact conditions for convergence of the Fourier series lasted for well
over a century, until the question was nally settled by Carleson (1966) and Hunt (1968): any
function f (x) where |f (x)|p dx is nite for some p > 1 has a Fourier series that converges almost
everywhere to f (x) [except at isolated points]. At points where f (x) has a jump discontinuity, the
Fourier series converges to the midpoint of the jump. So, as long as one does not care about crazy
divergent functions or the function value exactly at points of discontinuity (which usually has no
physical signicance), Fouriers remarkable claim is essentially true.-
Teorema 6.2.1. (Kekonvergenan Deret Fourier (fenomena Gibbs))
Misalkan f (t) adalah fungsi yang licin bagian demi bagian, berperiode 2L, maka deret Fourier
(6.2.1) konvergen
BAB 6. DERET FOURIER 73
SRP 2011
2. ke nilai 1
2 (f (t0 +) + f (t0 )) bagi tiap titik t0 di mana fungsi f diskontinu.
Catatan: 12 (f (t0 +) + f (t0 )) menyatakan nilai rata-rata dari limit kiri dan limit kanan fungsi f
di titik t0 . Jika f kontinu di t, jelas dipenuhi pula f (t) = 12 (f (t+) + f (t)).
Teorema di atas dapat dikatakan juga sebagai berikut. Deret Fourier dari fungsi licin bagian
demi bagian f (t) konvergen untuk setiap t ke nilai rata-rata 21 (f (t+) + f (t)). Sehingga untuk
selanjutnya dapat kita tulis
( )
a0 nt nt
f(t) = + n=1 an cos + bn sin ,
2 L L
dengan perjanjian bahwa nilai fungsi f (t) di titik-titik diskontinu t0 didefinisikan sebagai nilai
rata-rata
1
(f (t0 +) + f (t0 )) . (6.2.5)
2
Contoh 6.2.2. Misalkan f (t) fungsi yang periodik dengan perioda 2, dengan f (t) = t2 untuk
0 < t < 2. Definisikan f (t) = 2 untuk t bilangan genap (agar merupakan rata-rata dari lim kiri
dan lim kanan). Tentukan deret Fourier bagi f (t).
Jawab: Koesien deret Fourier bagi f (t) adalah
2
a0 = t2 dt = 8/3
0
2
4
an = t2 cos nt dt = 2 2
0 n
2
4
bn = t2 sin nt dt =
0 n
Catatan: sebagai batas integrasi dapat digunakan selang [0, 2], atau lainnya, asalkan panjangnya
satu perioda. Diperoleh deret Fourier:
( )
4 4 cos nt sin nt
f (t) = + n=1 .
3 n2 n
1 1 1 1 2
n=1 = 1 + + + + = . (6.2.6)
n2 22 32 42 6
Jika disubstitusikan t = 1, akan menghasilkan
4 4 (1)n
f (1) = + 2
n=1 .
3 n2
BAB 6. DERET FOURIER 74
SRP 2011
(1)n+1 1 1 1 2
n=1 = 1 + + = . (6.2.7)
n2 22 32 42 12
Jika (6.2.6) dan (6.2.7) dijumlahkan dan dibagi dua akan menghasilkan jumlah deret
1 1 1 2
1+ + + + = .
32 52 72 8
Soal Latihan 6.2.3. Bagi fungsi-fungsi periodik berikut, aturan fungsinya diberikan untuk satu
perioda, di setiap titik diskontinu fungsi f (t) didenisikan menurut rumus (6.2.5). Tentukan deret
Fouriernya.
{
2, 3 < t < 0
1. f (t) =
2, 0<t<3
{
2, 2 < t < 0
2. f (t) =
1, 0 < t < 2
4. f (t) = t, 0 < t < 2. Dari deret Fourier yang diperoleh hitunglah jumlah deret
1 1 1 1
1 + +
3 5 7 9
Akibatnya, grak fungsi genap simetri terhadap sby, sedangkan grak fungsi ganjil simetri ter-
hadap titik pusat. Sketsakan beberapa grak fungsi genap dan fungsi ganjil!
a a
Selanjutnya coba buktikan sifat berikut. Jika f (t) fungsi genap, maka a f (t)dt = 2 0 f (t)dt. Jika
a
f (t) fungsi ganjil, maka a f (t)dt = 0. Sekarang akan diamati koesien-koesien deret Fourier
fungsi genap f (t). Karena f (t) genap, maka f (t) cos(nt/L) juga genap, sedangkan f (t) sin(nt/L)
ganjil. Sehingga rumus koesien deret Fourier menjadi
2 L
a0 = f (t)dt (6.3.1)
L 0
2 L
an = f (t) cos(nt/L)dt (6.3.2)
L 0
bn = 0. (6.3.3)
BAB 6. DERET FOURIER 75
Akhirnya, deret Fourier bagi fungsi genap f (t) hanya terdiri dari suku cos(nt/L) dan konstanta:
SRP 2011
a0
f (t) = +
n=0 an cos(nt/L),
2
dengan a0 dan an diberikan oleh rumus (6.3.1) dan (6.3.2).
Secara analog dapat ditunjukkan deret Fourier bagi fungsi ganjil f (t) hanya terdiri dari suku
sin(nt/L):
f (t) =
n=0 bn sin(nt/L),
dengan
L
2
bn = f (t) sin(nt/L)dt (6.3.4)
L 0
f E (t )
-L
L t -L L t
fO (t )
a0
fE (t) = +
n=0 an cos(nt/L), (6.4.1)
2
dengan a0 , an diberikan oleh (6.3.1,6.3.2).
fO (t) =
n=0 bn sin(nt/L), (6.4.2)
Fungsi fE (t) dikatakan sebagai perluasan genap berperiode 2L dari f (t). sketsa f (t) diberikan pada
gambar. Deret (6.4.1) dikatakan sebagai deret Fourier cosinus dari f (t). Sedangkan fungsi fO (t)
dikatakan sebagai perluasan ganjil berperiode 2L dari f (t), dan deret (6.4.2) dikatakan sebagai deret
Fourier sinus dari f (t).
BAB 6. DERET FOURIER 76
f(t)
SRP 2011
L t
Seringkali pada pemakaian, kita memerlukan kebalikannya! Misalkan diketahui fungsi kontinu
bagian demi bagian f (t), pada interval 0 < t < L , maka deret Fourier cosinus dari f (t) adalah
a0
f (t) = +
n=0 an cos(nt/L) (6.4.3)
2
dengan
L
2
an = f (t) cos(nt/L)dt
L 0
f (t) =
n=0 bn sin(nt/L), (6.4.4)
dengan
L
2
bn = f (t) sin(nt/L)dt
L 0
Contoh 6.4.1. Misalkan f (t) = t, 0 < t < L. Tentukan deret Fourier sinus dan deret Fourier
cosinusnya. Sketsakan grak fungsi perluasan ganjil dan genap berperiode 2L dari f (t) terhadap
mana kedua deret di atas konvergen.
Selain itu, deret Fourier cosinus di atas konvergen ke f (t) untuk 0 < t < L
( )
L 4L t 1 3t 1 5t
2 cos + 2 cos + 2 cos + = t, untuk 0 < t < L.
2 L 3 L 5 L
BAB 6. DERET FOURIER 77
Coba sketsakan pada selang [2L, 2L] ke fungsi mana deret Fourier di atas konvergen. Selanjutnya
deret Fourier sinus dari f adalah
SRP 2011
( )
2L t 1 2t 1 3t
sin sin + sin .
L 2 L 3 L
Selain itu, deret Fourier sinus di atas konvergen ke f (t) untuk 0 < t < L
( )
2L t 1 2t 1 3t
sin sin + sin , untuk 0 < t < L.
L 2 L 3 L
Coba sketsakan pada selang [2L, 2L] ke fungsi mana deret Fourier di atas konvergen!
Catatan: Sama seperti yang berlaku untuk deret Taylor, deret Fourier dari suatu fungsi peri-
odik f (t) dapat didiferensialkan dan dapat diintegralkan
t suku demi suku, selanjutnya deret-deret
tersebut konvergen berturut-turut ke f (t) dan 0 f ( ) d .
Soal Latihan 6.4.2. 1. Diketahui fungsi g(t) berperiode 2 dan fungsi h(t) berperiode 4
berikut.
{
1, < t < 0
g(t) =
0, 0 < t <
0, 2 < t <
1, < t < 0
h(t) =
0, 0<t<
1, < t < 2
Sketsakan fungsi g(t) dan h(t) pada selang [3, 3]. Tentukan deret Fourier bagi g(t) dan
h(t). Bandingkan hasilnya, apakah sama? Jelaskan.
3. Diketahui fungsi berperiode 2 dengan f (t) = t, 0 < t < 2. Tentukan deret Fourier bagi f (t).
Gunakan hasilnya untuk membuktikan jumlah deret
1 1 1 1
1 + + =
3 5 7 9 4
4. Diketahui fungsi f (t) = t untuk 0 < t < 2. Tentukan deret Fourier sinus dan deret Fourier
cosinusnya. Sketsakan grak fungsi perluasan ganjil dan genap dari f (t) terhadap mana
kedua deret di atas konvergen.