Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 8 SI 3803

Andyani Chris Thalia Udiono - 1202144165

Bagas Rezkita - 1106134194

Dedy Hendryan Syahputra - 1106134186

Analisa Tata Kelola SISFO Telkom University: Unit RISBANGSI berdasarkan enabler
Principles, Policies, dan Framework

Sumber: http://rnd.is.telkomuniversity.ac.id/services/prosedur-risbangsi/prosedur-pengembangan-
sistem-informasi/

Principles, Policies, and Framework adalah suatu alat yang digunakan sebagai panduan untuk
tingkah laku seperti apa dalam manajemen day-to-day. Dalam enabler ini, terdapat 4 hal spesifik yang
paling ditekankan, yaitu:

a. Stakeholder, dapat berupa organisasi internal atau eksternal dan termasuk para pimpinan, staff
yang sesuai, pengatur resiko, auditor eksternal dan internal, penyedia layanan, pelanggan, serta
agen regulasi.
b. Goals and Metrics, sebagai tujuan akhir yang didukung oleh enabler terkait,
c. Life Cycle, framework menyediakan strukktur sebagai panduan, navigasi, pembuatan, serta
maintenance dari kebijakan guna mengontrol siklus kebijakan yang sedang berjalan di suatu
perusahaan.
d. Good Practices, merupakan suatu panduan secara keseluruhan yang nantinya akan digunakan
untuk membuat serta mengelola kebijakan perusahaan.
(sumber:http://blog.goodelearning.com/cobit/a-quick-introduction-cobit-5-enablers-the-
principles-policies-and-frameworks/)

Unit RISBANGSI (Proses Bisnis Pengembangan Sistem Informasi) merupakan salah satu tim
pendukung layanan yang di Telkom University yang mempunyai 2 kebijakan utama:

1. Prosedur Pengembangan Sistem Informasi


2. Prosedur Pengujian dan Serah Terima Aplikasi.

Pada studi kasus kali ini, kami berfokus pada salah satu kebijakan atau prosedur untuk kami analisa,
yaitu Prosedur Pengembangan Sistem Informasi. Dari dokumen yang kami analisa yaitu Prosedur
Pengembangan Sistem Informasi, menurut kami dokumen prosedur yang dimiliki oleh Sisfo Telkom
University sudah mengarah ke enabler Principles, Policies, and Framework namun kami menemukan
adanya syarat yang tidak lengkap, semisal mengenai manajemen hubungan dengan pihak ketiga,
manajemen resiko TI, manajemen relasi TI belum termasuk dalam dokumen prosedur yang kami
temukan.

Kami juga mendapatkan data analisis GAP sebagai berikut:

Tingkat
Proses Target GAP Keterangan
kematangan
EDM 1 3.3 3.7 -0.4 Belum tercapai
EDM 2 3.3 3.3 0 Tercapai
EDM 3 3.4 3.6 -0.2 Belum tercapai
EDM 4 3.3 3.6 -0.3 Belum tercapai
EDM 5 3.3 3.5 -0.2 Belum tercapai

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan proses EDM yaitu EDM 1
(Memastikan Pengaturan dan Pemeliharaan Framework Tata Kelola), EDM 2 (Memastikan
Penyampaian Manfaat), EDM 3 (Memastikan Optimasi Resiko), EDM 4 (Memastikan Optimasi
Sumber Daya) dan EDM 5 (Memastikan Transparansi Stakeholder) memiliki tingkat kematangan 3.3
atau berada pada tingkat (Defined process). Hal tersebut berarti manajemen telah membuat dan
mengkomunikasikan standar pengelolaan proses Evaluasi, Arahan, dan Pengawasan namun belum
dilakukan secara terintegrasi. Dari 5 proses domain EDM tersebut, hanya EDM 2 yang telah sesuai atau
memenuhi target tingkat kematangan yang diharapkan. Sedangkan, EDM 1, EDM 3, EDM 4, dan EDM
5 nilai tingkat kematangannya belum memenuhi target yang diharapkan. SISFO Universitas Telkom
menargetkan proses pengaturan dan pemeliharaan framework tata kelola, kegiatan dan standar optimasi
resiko, optimasi sumber daya dan standar transparansi stakeholder telah dapat diterapkan dan dikelola
secara terintegrasi dan terukur. Tingkat kematangan proses-proses tersebut pada saat ini masih berada
pada level 3 (Define process), hal tersebut berarti bahwa walaupun standar proses-proses tersebut telah
dibuat dan ditetapkan namun pada prakteknya masih belum dikelola secara terintegrasi dan
kemajuannya belum dapat terukur. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kematangan proses EDM
saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan target yang diharapkan.

Hal ini sangat disayangkan mengingat jika SISFO TelU sudah melengkapi syarat enabler menurut
Permen BUMN tentang Tata Kelola TI ini maka akan menambah nilai bisnis. Ada beberapa alasan
mengapa kami menyimpulkan bahwa jika SISFO TelU melengkapi enabler ini akan menambah nilai
bisnis, yaitu:
1. Jika terdapat manajemen hubungan dengan pihak ketiga, maka alur bisnis antara kedua belah
pihak lebih terstruktur sehingga berdampak positif berkelanjutan terhadap kerjasama yang
dilakukan
2. Jika terdapat manajemen resiko TI, maka dapat meminimalisir resiko dari kejadian tidak
terduga, terlebih dalam bidang TI terdapat resiko yang cukup besar karena kegagalan sistem
bisa saja terjadi setiap saat.
3. Jika terdapat manajemen relasi TI, maka hubungan integrasi antar sistem tertulis dengan jelas
sehingga mengurangi terjadinya kesalah pahaman pengguna sistem.

Maka dari itu, secara keseluruhan sangat penting bagi institusi dalam pelengkapan syarat enabler
karena dengan terpenuhinya seluruh enabler dalam suatu institusi dapat mengurangi resiko yang
mungkin terjadi serta akan menambah nilai bisnis.

Anda mungkin juga menyukai