Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ndonik Setiawan

NIM : 1700016027
Kelas : A

1. Download dan baca bab 1 dari laman web


Jawab :
http://www.cse.lehigh.edu/~brian/course/2012/sysadmin/notes/

2. Sebutkan dan tuliskan peran seorang sysadmin dalam mengelola sistem dan jaringan
Jawab :
● Manajemen akun pengguna
● Manajemen perangkat keras
● Lakukan backup sistem file, pulihkan
● Instal dan konfigurasikan perangkat lunak dan layanan baru
● Menjaga sistem dan layanan tetap beroperasi
- Monitor sistem dan jaringan
- Memecahkan masalah
● Pelihara dokumentasi
● Keamanan audit
● Bantu pengguna, penyempurnaan kinerja, dan banyak lagi!

3. Berikan contoh studi kasus pengelolaan sistem dan jaringan pada sebuah instansi atau lembaga
4. Apa saja yang dilakukan sysadmin di instansi tersebut!
Jawab :
Salah satu kunci keberhasilan penerapan sebuah rancangan sistem informasi pada sebuah institusi
layanan kesehatan seperti Rumah Sakit adalah adanya pemahaman mengenai proses pengembangan
sebuah sistem informasi dari seluruh unit. Tentu diluar unit IT. hanya dibutuhkan pemahaman globalnya
saja. Dengan memahami proses diharapkan setiap bagian yang terlihat dalam proses akan memahami apa
yang harus dilakukan.

Pengembangan sebuah sistem informasi yang mengotomatisasi sebuah proses membutuhkan sebuah
transformasi budaya bagi yang menjalankannya. Keterlibatan tiap - tiap unit dalam proses
pengembangan sistem informasi adalah salah satu upaya untuk melakukan sebuah transformasi budaya
secara bertahap. Hal ini merupakan perwujudan optimalisasi pemanfaatan kemajuan di bidang teknologi
informasi.

Proses pengolahan data maupun transaksi yang sebelumnya dilakukan secara manual semakin
berkembang menjadi otomatisasi dan tersentralisasi. Pada budaya lama sebelum dilakukan
pengembangan sistem informasi, dapat terjadi situasi di mana kesalahan data pada sebuah proses
tidak mempengaruhi proses yang lain. Keadaan tersebut merupakan salah satu akibat dari tidak adanya
integrasi tiap - tiap proses menjadi sebuah sistem informasi.

Di sini terlihat salah satu perbedaan setelah dilakukan pengembangan sistem informasi berbasis
teknologi informasi. Sebagai contoh bila terjadi kesalahan pemasukan data pada sebuah proses bukan
saja mempengaruhi proses tersebut tapi juga proses-proses yang lain karena seluruh proses telah
terintegrasi dalam sebuah sistem informasi.

Proses otomatisasi membutuhkan minimalisasi atau tidak adanya sama sekalihuman error dalam
pemasukan data. Minimalisasi human error juga dapat terbantu oleh perancangan aplikasi Sistem
Informasi yang user friendly dan mekanisme verifikasi yang bertingkat sebelum data terintegrasi dalam
sistem informasi.

Siklus Pengembangan Sistem Informasi

Dalam pengembangan sebuah sistem informasi terdapat sebuah metodologi standard yang telah di
gunakan puluhan tahun dan tetap menjadi standard bagi unit IT, Konsultan dan pengembang Aplikasi
Sistem Informasi. Karena merupakan sebuah siklus maka metodologi tersebut dinamakan "System
Development Life Cycle Model".

Walaupun teknologi perangkat lunak untuk mengembangkan aplikasi sebuah sistem informasi telah
berkembang sangat pesat tetapi metodologi pengembangan sistem masih mengikuti standard yang telah
teruji dan digunakan puluhan tahun.

Metodologi pengembangan System Development Life Cycle Model (SDLC Model)didasarkan pada
beberapa aktifitas berikut :
Siklus Pengembangan Sistem Informasi

Dalam pengembangan sebuah sistem informasi terdapat sebuah metodologi standard yang telah di
gunakan puluhan tahun dan tetap menjadi standard bagi unit IT, Konsultan dan pengembang Aplikasi
Sistem Informasi. Karena merupakan sebuah siklus maka metodologi tersebut dinamakan "System
Development Life Cycle Model".

Walaupun teknologi perangkat lunak untuk mengembangkan aplikasi sebuah sistem informasi telah
berkembang sangat pesat tetapi metodologi pengembangan sistem masih mengikuti standard yang telah
teruji dan digunakan puluhan tahun.

Metodologi pengembangan System Development Life Cycle Model (SDLC Model)didasarkan pada
beberapa aktifitas berikut :

1. System/Information Engineering and Modeling

Pengembangan sistem informasi dimulai dengan mengadakan penelitian terhadap elemen-elemen


kebutuhan sistem dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan menjabarkannya kedalam
panduan bagi pengembangan sistem ditahap berikutnya. Aspek-aspek yang berkaitan berupa elemen-
elemen yang berkaitan dengan sistem baik itu sumber daya manusia, peraturan perundang-undangan,
perangkat keras (hardware), prosedur kerja organisasi maupun beragam aspek lainnya, baik yang terkait
secara langsung maupun tidak dengan sistem komputerisasi yang akan dibangun.

Fase ini merupakan fase yang sangat penting (essential) untuk mendapatkan gambaran utuh sebuah
sistem guna pengembangan sistem bersangkutan ke dalam bentuk penerapan sistem yang berbasis
komputerisasi.

Dalam tahap ini, idealnya divisi IT atau konsultan dan pengembangkan aplikasi Sistem Informasi, selain
mendapat dukungan dari pihak top manajemen juga harus mendapat dukungan dari unit-unit dimana
sistem informasi yang akan dikembangkan itu akan diterapkan.

Untuk mendapatkan masukan dari unit-unit terkait idelanya sejak awal unit-unit tersebut telah dilibatkan
dalam perancangan sebuah sistem informasi melalui perancangan proses ( standart operasional
prosedur ) di unitnya masing-masing

Secara fungsional seorang System Analyst dari unit IT dapat membantu melakukan dokumentasi proses
dan standar operasional prosedur dari masing-masing unit. Meskipun demikian idealnya setiap unit
harus membuat sendiri dokumentasi proses, standar operasional prosedur yang telah dijalankannya
setiap hari.

System Analyst dari unit atau atau konsultan dapat dijadikan rujukan untuk membuat standarisasi format
penulisan dokumentasi proses, standar operasional prosedur tersebut. Juga dibutuhkan pejabat terkait
yang membawahi sekaligus beberapa unit yang terintegrasi oleh sebuah proses. System Analyst dan
pejabat tersebut diharapkan dapat memandang secara holistik dari proses parsial tiap unit menjadi
sebuah proses yang terintegrasi antar unit.

Standarisasi format yang disepakati bersama sangat penting agar setiap unit dapat memahami proses
yang terjadi di unit lain lewat dokumentasi standar tersebut. Pada sebuah proses interaksi antar unit
yang berkaitan dengan layanan kesehatan dapat terjadi hubungan lintas unit. Pada situasi demikian
fungsi System Analyst dari unit IT atau konsultan sebagai mediator antar unit menjadi penting.

Sebuah proses lintas unit dapat terselenggara karena adanya penyatuan beberapa proses dari tiap unit.
Hal tersebut sangat penting untuk efektifitas proses itu sendiri, baik dari sisi kontrol maupun
pelaksanaan. Dalam proses pengembangan sistem informasi penyatuan proses ini sangat mungkin
terjadi. Dengan demikian keterlibatan setiap unit sejak awal sangat membantu proses adaptasi pada saat
terjadi transformasi proses yang mengakibatkan perubahan pelaksanaan pekerjaan dari tiap unit.

Dalam penyusunan proses, standar prosedur operasional kadang banyak terjebak dengan konsep ideal
tapi tanpa melihat bagaimana pelaksanaan di lapangannya. Sehingga hanya bagus di atas kertas tapi
tidak sepenuhnya mampu dijalankan.

Situasi ini akan menjadi kendala ketika terjadi audit dalam proses akreditasi atau sertifikasi. Karena
terjadi ketidaksesuaian antara dokumentasi prosedur kerja atau protap dengan prakteknya.

Sebuah proses, prosedur atau protap yang ideal adalah yang mampu mengakomodasi persyaratan
standard untuk proses tersebut , mendukung visi, misi dan strategi insitusi layanan kesehatan dan
mampu dijalankan dengan baik oleh SDM yang tersedia.

2. Software Requirements Analysis


Tahapan ini juga dikenal sebagai proses feasibility study. Dalam tahapan ini, tim pengembang sistem
melakukan investigasi kebutuhan-kebutuhan sistem guna menentukan solusi piranti lunak (software)
yang akan digunakan sebagai tulang punggung proses automatisasi /komputerisasi bagi sistem. Hasil
investigasi berupa rekomendasi kepada pengembang sistem dalam hal spesifikasi teknis proses
pengembangan sistem untuk tahap berikutnya yang berisikan hal-hal berkaitan dengan kebutuhan
personal (personnel assignments), biaya (costs), jadwal pelaksanaan (project schedule), and batasan
waktu penyelesaian pekerjaan (target dates). Disamping itu juga direkomendasikan beragam aspek teknis
pengembangan software baik berupa fungsi-fungsi yang dibutuhkan (required function), karakteristik
sistem (behavior), performansi sistem (performance) and antar muka aplikasi (interfacing).

3. Systems Analysis and Design


Pada tahapan ini, tim pengembangan sistem mendefinisikan proses-proses dan kebutuhan-kebutuhan
sistem yang berkaitan dengan pengembangan aplikasi (software development process). Dalam fase ini
ditentukan pemilihan teknologi yang akan diterapkan baik berupa client/server technology, rancangan
database, maupun beragam aspek lainnya yang berkaitan dengan kegiatan analisis dan perancangan ini.

Di dalam tahap ini juga dibutuhkan perencanaan DRC (Disaster Recovery Center)untuk mengamankan
sistem agar dapat berjalan dalam situasi bencana dalam berbagai skala kemungkinan. Situasi bencana ini
tidak pernah terduga terjadinya. Tentang bagaimana sebuah DRC yang ideal dan seberapa cepat sebuah
recovery sistem tergantung pada skala sistem, risk manajemen dan budget yang tersedia dari insitusi
layanan kesehatan tersebut. Keputusan pemilihan adanya DRC atau skala DRC biasanya dilakukan top
manajemen bersama dengan Komite IT di dukung oleh analisa dari unit risk management.

Di dalam sebuah unit IT berskala besar kadang terdapat 2 manajer IT atau lebih untuk mengelola tahap
ini. Tanggung jawab pengembangan aplikasi dibebankan kepada Manajer Sistem Aplikasi dan tanggung
jawab Infrastruktur IT di bebankan kepada Manajer IT Infrastructure. Di dalam pengembangan sebuah
aplikasi yang bukan hanya berjalan di sebuah lokasi tapi dijalankan dari berbagai lokasi yang berjauhan
antar cabang di berbagai kota maka pengaturan lalu lintas data (bandwith menjadi sangat penting).
Bagaimana sebuah aplikasi yang dikembangkan mampu menghemat bandwith tentu menjadi masukan
dari manajer IT Infrastructure kepada Manajer Sistem Aplikasi.

4. Code Generation atau Pemrograman Aplikasi.

Pada tahapan ini hasil dari fase-fase sebelumnya dituangkan kedalam penulisan kode-kode dengan
menggunakan bahasa pemrograman komputer yang telah ditentukan dalam tahap sebelumnya. Untuk
melakukan pemrograman ini dibutuhkan perangkat-perangkat pemrograman seperti Code Editor,
Compiler, Interpreter dan aneka perangkat lunak berkaitan lainnya sesuai dengan kebutuhan
pemrograman bersangkutan.

Sebuah Audit Trail untuk merekam segala macam informasi tentang data, perubahan data, yang
melakukan perubahan data, waktu, dan lain sebagainya seharusnya telah tersedia dalam aplikasi sistem
informasi karena telah menjadi standard. Database yang berisi audit trail dalam proses pengembangan
dapat digunakan untuk melacak kesalahan logika proses sedangkan dalam tahap implementasi dapat
digunakan sebagai salah satu masukan audit sebuah sistem informasi.

Menjadi sebuah keprihatinan bagi profesi IT, ketika menemukan sebuah proyek sistem informasi
berskala besar melupakan aspek ini. Pada kondisi demikian sang pengembang aplikasi Sistem
Informasi tersebut bukan tidak memahami tapi mungkin ada pertimbangan lain sehingga pembuatan
otomatisasi database audit trail kurang mendapat perhatian.

5. Testing

Setelah proses penulisan kode pemrograman langkah berikutnya berupa proses pengujian terhadap hasil
pemrograman tersebut . Pengujian mencakup beragam aspek yang berkaitan dengan System &
Performance dari fase Code Generation. Pengujian-pengujian tersebut berupa Pengujian Database,
Pengujian Validitas Data, Pengujian Logic Aplikasi, Pengujian Antar Muka Aplikasi (General User
Interface/GUI), Pengujian User Administration. Hasil pengujian ini merupakan Umpan balik perbaikan
System & Performance yang akan digunakan dalam proses perbaikan sistem hingga mencapai hasil yang
diharapkan dan telah ditentukan sebelumnya.

Fase ini adalah sebuah fase krusial, karena lemahnya perencanaan maka tidak semua aspek dapat teruji.
Ujicoba dalam fase ini dilakukan baik oleh pengembang aplikasi maupun oleh user atau dikenal dengan
istilah User Acceptance Test (UAT).

6. Maintenance

Fase ini merupakan fase perawatan terhadap sistem yang telah dikembangkan dan diimplementasikan.
Cakupan fase ini berupa proses perawatan terhadap sistem yang berkaitan dengan perawatan berkala dari
sistem maupun proses terhadap perbaikan sistem manakala sistem menghadapi kendala dalam
operasionalnya akibat masalah teknis dan non teknis yang tidak terindikasi dalam proses pengembangan
sistem. Proses Maintenance ini juga meliputi upaya-upaya pengembangan terhadap sistem yang telah
dikembangkan sebelumnya dalam menghadapi mengantisipasi perkembangan maupun perubahan sistem
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai