Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.

Y
DENGAN OPEN FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO

Disusun Oleh:
Nilasari Sidik
11048

AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA


TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat pada Tn. Y dengan Open Fraktur Femur Sinistra di Unit Gawat Darurat Rumah
Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo selesai tepat pada waktunya.

Dalam penulis makalah ini penulis banyak menemukan hambatan namun berkat adanya
bimbingan dan arahan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta, Kolonel Laut (K/W) Rita Wismajuwani,
SKM, MAP
2. Pudir III Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta, Ns. Sugeng Haryono, S.Kep. selaku
pembimbing dan penguji.
3. Dosen beserta staf Akademi Keperawatan Hang Tuah Jakarta yang telah memberikan
bimbingannya.
4. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan material maupun
spiritual.
5. Seluruh Mahasiswa/I Angkatan XVI dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis dan pembaca pada
umumnya serta dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat di kemudian hari.
Jakarta, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
C. Metode Penulisan.................................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup........................................................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................ 4
A. Pengertian................................................................................................................ 4
B. Etiologi.................................................................................................................... 4
C. Patofisiologi............................................................................................................ 5
D. Klasifikasi Fraktur................................................................................................... 6
E. Gambaran Klinik..................................................................................................... 7
F. Komplikasi.............................................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan Kedaruratan................................................................................. 8
H. Pengkajian............................................................................................................. 10
I. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 11
J. Rencana Keperawatan........................................................................................... 11
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................... 14
A. Identitas Mahasiswa.............................................................................................. 14
B. Identitas Pasien..................................................................................................... 14
C. Patoflow Gadar..................................................................................................... 15
D. Pengkajian............................................................................................................. 15
E. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 16
F. Rencana KGD....................................................................................................... 16
G. Tindakan KGD...................................................................................................... 17
H. Evaluasi KGD....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer
dan Bare, 2002).

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan adanya kekerasan
yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung maupun trauma tidak
langsung. (Paula Krisanty, dkk.)

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 2005:543)

B. Etiologi
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
4. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur
tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi
seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik
adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat
terjadi akibat keganasan.

C. Patofisiologi
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan
terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal
tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periostinum dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan
nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang
lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk
akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrome
compartement.
(Musliha, 2010)

D. Klasifikasi Fraktur
Berikut terdapat beberapa klasifikasi fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
a. Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua
bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,
sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar,
meliputi :
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol
melalui kulit.
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka terbagi menjadi 3
grade yaitu :
1) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
2) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
3) Grade III : Luka sebesar 6 8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.
3. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu :
a. Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang
lembek
b. Transverse yaitu patah melintang
c. Longitudinal yaitu patah memanjang
d. Oblique yaitu garis patah miring
e. Spiral yaitu patah melingkar
4. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen
yaitu :
a. Tidak ada dislokasi
b. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi :
1) Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut
2) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
3) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
4) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek
(Musliha, 2010)

E. Gambaran Klinik
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut :
1. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot,
tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak /edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan
extravasasi daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasasi daerah di jaringan sekitarnya.
4. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
6. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot. Paralysis dapat terjadi
karena kerusakan syaraf.

7. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjdi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi
pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
9. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot
yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan
bentuk normalnya.
10. Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
11. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur.

F. Komplikasi
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:
1. Shock
2. Infeksi
3. Nekrosis divaskuler
4. Cedera vaskuler dan saraf
5. Mal union
6. Borok akibat tekanan
G. Penatalaksanaan Kedaruratan
1. Inspeksi bagian tubuh yang fraktur
a. Inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas
b. Observasi angulasi, pemendekan dan rotasi
c. Palpasi nadi distal untuk fraktur dan pulsasi semua perifer
d. Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak adanya pulsasi; hal tersebut
menandakan cedera pada saraf atau suplai darah terganggu
e. Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sesedikit mungkin gerakan yang kemungkinan dapat
menyebabkan gerakan pada tulang yang fraktur
2. Berikan bebat sebelum klien dipindahkan; bebat dapat mengurangi nyeri, memperbaiki sirkulasi,
mencegah cedera lebih lanjut, dan mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.
a. Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan distal terhadap
fraktur dan berikan satu penarikan ketika menempatkan tangan lain diatas fraktur untuk
menyokong.
b. Pembebatan diberikan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur.
c. Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan; periksa warna, suhu, nadi dan
pemucatan kuku.
d. Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur.
e. Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.
3. Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada area yang mengalami cedera.
4. Pindahkan klien secara hati-hati dan lembut, untuk meminimalisasi gerakan yang dapat
menyebabkan gerakan pada patahan tulang.
5. Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik
Trauma Femur
Femur biasanya patah pada sepertiga tengah, walaupun pada orang tua selalu dipikirkan patah
pangkal tulang paha (collum femoris). Fraktur ini dapat menjadi fraktur terbuka dan kalau hal ini
terjadi harus ditangani sebagai fraktur terbuka. Banyak otot disekeliling femur dan perdarahan
massif dapat terjadi pada paha. Fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan sampai
dari 50% volume sirkulasi darah.
(Paula Kristanty, 2009)

H. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak
teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pad bagian yang terkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardia
4) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
5) Capillary refill melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba saat cedera
2) Spasme/kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan lokal
(Musliha, 2010)

I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang
2. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area fraktur
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan
J. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang
Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan perfusi jaringan
b. Tingkat kesadaran composmentis
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam
b. Observasi dan periska bagian yang terlukan atau cedera
c. Kaji kapilari refill tiap 2 jam
d. Kaji adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan; keringat dingin pada ekstremitas bawah,
kulit sianosis, baal
e. Amati dan catat pulsasi pembuluh darah dan sensasi (NVD) sebelum dan sesudah manipulasi
dan pemasangan splinting.
f. Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang dengan baik.

2. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area fraktur
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang
b. Rampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
c. Tekanan darah normal
d. Tidak ada peningkatan nadi
Intervensi :
a. Kaji rasa nyeri pada area di sektiar fraktur
b. Atur posisi klien sesuai kondisi, untuk fraktur ekstremitas bawah sebaiknya posisi kaki lebih
tinggi dari badan
c. Ajarkan relaksasi untuk mengurangi nyeri
d. Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam
e. Berikan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri


Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan mobilitas pada tingakt paling tinggi yang mungkin
b. Mempertahankan posisi fungsional
c. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
d. Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah posisi secara periodic
h. Kolaborasi fisioterapi/okuasi terapi

4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan


Tujuan : kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil :
a. Penyembuhan luka sesuai waktu
b. Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi :
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Massage kulit sekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi pemberian antibiotic
(Musliha, 2010 dan Paula Krisanty, 2009)
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Identitas Mahasiswa
Nama Mahasiswa : Nilasari Sidik Tanggal Pengkajian : 05 April 2014
Tingkat : III
Triage : Gawat Darurat

B. Identitas Pasien
Nama Pasien/Usia : Tn Y/28 tahun
No Register : 098765
Tanggal Masuk : 05 April 2014
Nama Dokter : dr. E
Diagnosa Medis : Open Fraktur Femur Sinistra
Data diambil dari : Klien
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pangkat/Golongan : Tidak ada Nrp/Nip : tidak ada
Alamat : Gg. Saidin No. 83 Pamulang No Tlp : 0856 9591 2029
Keluhan Masuk : Dengan open fraktur sinistra, terdapat pendarahan 300cc,
klien tampak nyeri kesakitan, klien tampak lemas
Kategori Triage : Gawat Darurat
C. Patoflow Gadar
(terlampir)

D. Pengkajian
1. Airway
Tidak terdapat sumbatan pada jalan napas

2. Breathing
Inspeksi :
Frekuensi napas : 20x/menit, teratur, tidak terdapat batuk, nafas tidak sesak, tidak menggunakan
otot bantu pernapasan
Auskultasi :
Bunyi napas vesikuler, pola napas teratur
Perkusi :
Suara sonor
Palpasi :
Vocal Fremitus positif, tidak terdapat nyeri

3. Circulation
Suhu 37,5C, Tekanan darah 100/70 mmHg, MAP 80, Nadi 100 x/menit, nadi kuat, turgor kulit
baik, mata cekung, tidak ada sianosis, capillary refill < 3 detik, ekstremitas dingin, tidak ada
mual muntah, terjadi perdarahan 300 cc melalui pembuluh darah arteri yang terdapat pada femur.
Masalah keperawatan yang timbul yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan, resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, nyeri berhubungan
dengan adanya fraktur.

Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Darah rutin : Hb 14,6 g/dl, Eritrosit 4,7L, Leukosit 11.000 g/dl
b. Radiologi
Dilakukan pemeriksaan rontgen pada femur sinistra

4. Disability
Pupil anisokor, reflek cahaya positif, keadaan umum klien sedang, GCS : M 6, V 5, E 4,
kekuatan otot menurun
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 0 5 5 5 5
5. Eksposure & Emosi
Tidak terdapat luka / jejas pada daerah klafikula keatas, dada, abdomen. Terdapat luka open
fraktur femur sinistra. Keadaan emosional klien gelisah.

6. Folley Katter
Klien tidak terpasang Katter dan NGT

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya fraktur
4. Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan adanya fraktur

F. Rencana KGD
1. Anjurkan klien tirah baring
2. Observasi TTV
3. Klem arteri (menghentikan perdarahan)
4. Lakukan perawatan luka dengan NaCl
5. Pertahankan imobilisasi
6. Pasang infus RL 1 : 3 cc atau loss
7. Lakukan pembidaian
8. Berikan antibiotik Ceftriaxone 1 x 1 gr melalui IV
9. Berikan injeksi TT 1 cc melalui IM
10. Berikan analgetik ketorolac 60 mg drip RL
11. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
12. Lakukan pemeriksaan rontgen
13. Konsul dokter ortopedik

G. Tindakan KGD
1. Menganjurkan klien tirah baring
2. Melakukan klem pada pembuluh darah arteri di femur untuk menghentikan perdarahan
3. Memasang infus RL loss
4. Melakukan observasi TTV : TD 100/70 mmHg, N : 100 x/menit, S : 37,5C, RR 20 x.menit
5. Membersihkan luka dengan NaCl dan prinsip steril (tidak dilakukan hecting)
6. Melakukan pembidaian melewati dua sendi
7. Menganjurkan klien pertahankan imobilisasi
8. Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram melalui IV
9. Memberikan injeksi TT 1 cc melalui IM
10. Memberikan obat ketorolac 60 mg drip
11. Melakukan pemeriksaan darah lengkap
12. Melakukan pemeriksaan rontgen
13. Melaporkan keadaan klien pada dokter ortopedik

H. Evaluasi KGD
S : Klien mengatakan nyeri pada paha kirinya
Klien mengatakan skala nyeri 7
O : Klien tampak lemas
Klien tampak pucat
Klien terpasang bidai
Klien terpasang infus RL + ketorolac
A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Going to Rujuk RS lain
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dibuat pada BAB III berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus.

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Y maka ditarik kesimpulan penyebabnya
karena klien mengalami kecelakaan kemudian datang ke UDG RSAL Dr. Mintohardjo dengan
keluhan terdapat pendarahan 300cc, klien tampak nyeri kesakitan, klien tampak lemas.

Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus ada 4 (empat) yaitu, Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan adanya perdarahan, Kurang volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan, Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya fraktur, Gangguan
mobillitas fisik berhubungan dengan adanya fraktur.

Tahap perencanaan sesuai dengan rencana keperawatan gawat darurat, seperti primary survey,
airway, breathing, circulation, disability, exposure, folley catether, dan going to. Dan
didokumentasikan dalam pelaksanaan, perencanaan yang ada dilakukan semua sesuai dengan
rencana.

Tahap evaluasi, dari diagnosa keperawatan pada kasus ada 4 (empat), dimana keempatnya belum
teratasi yaitu Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan, Kurang
volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan, Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya fraktur, Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan adanya
fraktur. Rencana tindak lanjut dilakukan di ruangan.
B. Saran
Untuk Mahasiswa/ i
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkam asuhan
keperawatan gawat darurat pada klien khususnya pada klien dengan Open Fraktur Femur
Sinistra.
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty. Paula, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula Krisanty.
Jakarta: EGC

Lewis, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Musliha. 2009. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC

Suzanne, Smeltzer C dan Brenda G. Bare. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai