Anda di halaman 1dari 47

pengetahuan dan motivasi perawat dalam pendokumentasian askep

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah unit pelayanan jasa yang memiliki fungsi sosial dan fungsi

ekonomi, memberikan pelayanan rujukan medik spesialisasi dan subspesialisasi, dengan

fungsi utamanya adalah menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyembuhkan dan pemulihan pasien. Sifat pelayanan rumah sakit adalah unik, sifat unik ini

akibat organisasi rumah sakit yang komplek dan rumit. Kerumitan dan keunikan sifat

pelayanan rumah sakit ini perlu diketahui dan dipahami oleh setiap orang yang mempunyai

tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan rumah sakit (Darmanto,

2000).

Pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang

mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat

dalam pelayanan ini sebagai peran pelaksana dalam pelayanan keperawatan, sedangkan

pelayanan keperawatan itu sendiri merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasari pada ilmu dari kiat

keperawatan berbentuk bio, psiko, sosial, spiritual, yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh

kehidupan manusia (Robert, 2002).

Sekarang ini dan masa yang akan mendatang, peran perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan akan menjadi penentu perkembangan sebuah organisasi pelayanan

kesehatan profesional (Jenson, 2001). Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tidak

terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu diantaranya adalah tenaga

perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas

pelayanan kesehatan di rumah sakit karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan

bio, psiko, sosial, spritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan (Depkes

RI, 2001).

Keperawatan memberikan pelayanan 24 jam terus menerus pada pasien, dan

menjadikan satu-satunya profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak memberikan

pelayanan kesehatan pada diri pasien. Trend atau perubahan yang terjadi dalam sistem

pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap sistem pendokumentasian asuhan keperawatan

yang tercatat dalam rekam medis yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan

sehari-hari. Dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai kegunaan sebagai aspek hukum,

jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam,

2001).

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah sebagai alat

komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara profesional.

Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk

menggunakan informasi didalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk memudahkan alur

dan koordinasi dalam perawatan pasien (Brunt,1999).

Dokumentasi keperawatan adalah suatu mekanisme yang di gunakan untuk

mengevaluasi asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien. Fungsi pendokumentasian


keperawatan bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dan mengkaji status klien,

menyusun rencana asuhan keperawatan dan menentukan tujuan, mengevaluasi efektifitas

asuhan keperawatan dalam mencapai tujuan, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan

keperawatan (Aziz,2002).

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu aspek penting yang sampai saat ini perlu

ditingkatkan, menurut Wustu Ari Mulyo (2006) masalah yang sering terjadi di Indonesia

pada rumah sakit pemerintah maupun swasta yaitu masih berkutat pada kelengkapan

dokumentasi keperawatan yang kurang lengkap. Sejalan dengan penelitian Waruna (2003),

tentang analisis perilaku berhubungan dengan kelengkapan pencatatan dokumentasi pasien

rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyimpulkan bahwa persentase

kelengkapan pengisian pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan perawat

baru mencapai sebesar 68,2%.

Menurut Sri Setiyarini (2004) mengemukakan faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanakan pendokumentasian adalah pengetahuan, usia dan motivasi. Kurang patuhnya

perawat dalam menerapkan catatan dokumentasi asuhan keperawatan akan berakibat

rendahnya mutu kelengkapan dokumentasi.

Dalam mewujudkan catatan dokumentasi asuhan keperawatan bermutu diperlukan

beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat yaitu: pengetahuan, sikap peduli,

hubungan perawat-klien, kemampuan perawat memenuhi kebutuhan klien dan

kolaborasi/kemitraan.

Fenomena rendahnya untuk melengkapi pengisian dokumentasi asuhan keperawatan

pada liest disebabkan lemahnya tentang pemahaman perawat dalam pengisian dokumentasi

asuhan keperawatan selain itu, beban kerja yang tinggi juga mempengaruhi dalam pengisian

dokumentasi. Menurut Hariyati(2002) banyak pihak menyebutkan kurangnya

pendokumentasian keperawatan disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang
harus di masukkan dan bagaimana cara dokumentasi yang benar. Sehingga dokumentasi

keperawatan tidak lengkap dan menjadi permasalahan yang ada di rumah sakit sehingga

mempengaruhi mutu dan kualitas pelayanan. Demikian juga tergambar dalam penelitian

Pribadi A. (2009), di Rumah Sakit Kelet Jepara analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pengetahuan sikap dan motivasi pelaksanaan analisis dokumentasi keperawatan

dengan hasil pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan baik 51,6%,

faktor motivasi perawat baik 54,8% dan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan baik

58,1%.

Menurut Widayatun (2000) yang mempengaruhi motivasi perawat dalam

melaksanakan dokumentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor Instrinsik dan Ekstrinsik, beban

kerja , reward terhadap hasil kerja. Faktor intrinsik terdiri dari prestasi, pengakuan, sifat

pekerjaan, tanggung jawab, pengembangan potensi.

Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Lukman (2002) pendokumentasian

yang dilakukan di ruang rawat inap Dalam BPRSUD kota Salatiga yang meneliti tentang

hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan pendokumentasian keperawatan dengan

hasil pengetahuan perawat terhadap pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan

motivasi perawat 53%, serta hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan menunjukkan 43%.

Hal ini menunjukkan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat dalam

pelaksanaan pendokumentasian.

Provinsi Jambi memiliki 9 RSUD tingkat III dan 1 tingkat II serta 6 Rumah sakit

swasta (Dinkes Provinsi. Jambi, 2009). RSUD tingkat II adalah RSUD Raden Mattaher Jambi

dari 10 berkas pendokumentasian terdapat 2 berkas pendokumentasian yang kelengkapan

pengisian dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak dilaksanakan secara benar

oleh perawat dan 8 dokumentasi asuhan keperawatan yang kurang lengkap. Hasil prosentase

6 bulan terakhir dari jumlah 445 berkas rekam medik yang disetor ke rekam medik sepuluh
prosennya yaitu sejumlah 45 berkas yang kurang lengkap pada aspek pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, penilaian hasil, cek list yang

sudah dikumpulkan oleh bagian rekam medik dikembalikan ke ruangan untuk dilengkapi.

Sejalan dengan hasil penelitian Muhamad Sayuti (2006) pendokumentasian yang

dilakukan di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi, yang meneliti tentang faktor-

faktor pelaksanaan dokumentasi menyimpulkan persentase pelaksanaan dokumentasi sebesar

69,5%.

Sementara itu pada studi awal yang dilakukan peneliti terhadap pendokumentasian di

RSUD Muaro Jambi pada tanggal 4-5 mei 2010, dengan melihat 10 berkas

pendokumentasian terdapat 6 berkas pendokumentasian yang kelengkapan pengisian

dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak dilaksanakan secara benar oleh

perawat rawat inap dan 4 berkas lainnya hanya pengisian pada kolom implementasi.

Rendahnya tingkat kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan tersebut terkait

dengan faktor pengetahuan dan motivasi perawat yang cukup beragam, baik dari aspek tata

cara pengisian, kelengkapan pengisian dan kegunaannya dari aspek medis serta pelayanan

kesehatan, maupun aspek lain yang terkait dengan kemampuan dan kemauan perawat dalam

mendokumentasikan hasil catatan asuhan keperawatan dalam melengkapi rekam medis.

Hasil prosentase 6 bulan terakhir dari jumlah 245 berkas rekam medik yang disetor ke

rekam medik sepuluh prosennya yaitu sejumlah 45 berkas yang kurang lengkap pada aspek

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, penilaian

hasil, cek list yang sudah dikumpulkan oleh bagian rekam medik dikembalikan ke ruangan

untuk dilengkapi. Dokumentasi yang baik akan membantu perawat mempertahankan diri sendiri

dalam perkara yang salah mengobati, dokumentasi juga dapat menjaga perawat dari pengadilan di

tempat pertama. (NSO Risiko Advisor-Jan, 1977).


Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi merupakan Rumah Sakit Umum milik

pemerintah yang ada di Kabupaten. Muaro Jambi yang memiliki instalasi gawat darurat,

instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap dengan 5 ruangan rawat inap berkapasitas 100

tempat tidur dengan BOR pada tahun 2009 adalah 50% .Serta jumlah seluruh perawat di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muaro Jambi pada tahun 2009 adalah 65 orang,

dengan klasifikasi pendidikan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Klasifikasi dan Tingkat Pendidikan Perawat RSUD Muaro Jambi Tahun 2009

Tingkat Pendidikan
No Ruangan S.1 D.3 JUMLAH
D.1
Keperawatan Keperawatan/Kebidanan
RUANG
1 1 11 - 12
ANAK
RUANG
2 3 13 - 16
BEDAH
RUANG
3 4 18 - 22
INTERNE
4 RUANG - 8 - 8
PRT
RUANG
5 - 16 1 17
BIDAN
JUMLAH 65
Sumber : Bidang Keperawatan RSUD Muaro Jambi, 2009

Memperhatikan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas dan

permasalahan yang ditemui pada RSUD Muaro Jambi saat ini, maka permasalahan

ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap perlu

ditinjau dari aspek pengetahuan dan motivasi perawat.

Berdasarkan latar belakang diatas dan berkaitan dengan pentingnya kelengkapan

pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rumah sakit maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Perawat Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Daerah Muaro Jambi ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apakah ada hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Perawat dalam

Pendokumentasian di RSUD Muaro Jambi ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran dan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan Perilaku

Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Muaro Jambi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran Perilaku dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD

Muaro Jambi.

b. Diketahui gambaran Pengetahuan dan Motivasi Perawat dalam Pendokumentasian di RSUD

Muaro Jambi.

c. Diketahui hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di RSUD Muaro Jambi.

d. Diketahui hubungan Motivasi dengan Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di RSUD Muaro Jambi

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan sebagai acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Agar dapat menambah referensi tentang manajemen keperawatan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan, serta agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
intensif lagi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan

terutama saat praktik klinik keperawatan .

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit khususnya perawat mengoptimalkan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi dengan

perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD

Muaro Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

cross sectional, dengan populasi 65 perawat di ruangan rawat inap RSUD Muaro Jambi dan

jumlah sampel sebanyak 65 responden yang diambil pada bulan Mei tahun 2010. Penelitian

ini telah dilakukan pada tanggal 24-27 September 2010. Penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Metode

pengumpulan data adalah dengan melakukan wawancara menggunakan lembar kuesioner.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dokumentasi keperawatan
1. Pengertian

Suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang status kesehatan klien serta

semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat (Potter and Perry, 1985).

Pendapat lain menjelaskan dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan, penyimpanan dan

desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah kejadian (Fishback, 1991). Dari


pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dokumentasi keperawatan adalah kegiatan

pencatatan, pelaporan dan pemeliharaan yang berkaitan dengan pengelolaan klien guna

mempertahankan sejumlah fakta, dari suatu kejadian dalam suatu waktu.

2. Tujuan dokumentasi keperawatan

Menurut Nursalam (2001), mengatakan bahwa tujuan dari dokumentasi Asuhan

Keperawatan sebagai berikut :

Mengkonfirmasikan data pada semua anggota tim kesehatan :

a. Untuk menghindari salah informasi atau pengertian.

b. Untuk menghindari pengulangan tindakan.

c. Untuk menghindari klien merasa tidak aman karena ditanya hal yang sama berulang-ulang.

d.

10

Memberikan bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan.

e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.

f. Sebagai metode pengembangan ilmu keperawatan.

3. Fungsi dokumentasi keperawatan

Menurut Nursalam (2001), mengatakan bahwa fungsi dari dokumentasi Asuhan

Keperawatan sebagai berikut :

a. Sebagai alat komunikasi

1) Meningkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan

2) Saling melengkapi pelayanan

3) Menghindari, mengurangi kealpaan dan tumpang tindih


4) Dapat mengetahui apa yang telah dilakukan oleh anggota tim lain

b. Sebagai jaminan mutu

Pengorganisasian data klien yang lengkap akan memberi kemudahan bagi perawat dalam

membantu menyelesaikan masalah klien, disamping itu melalui sistem pencatatan yang

akurat dapat dimonitor permasalahan klien yang teratasi serta melacak masalah baru yang

terjadi.

c. Aspek finansial

Dokumentasi dapat bernilai keuangan karena isinya dapat dijalankan sebagai bahan dalam

menetapkan biaya terhadap jasa pelayanan.

d. Aspek pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut informasi kronologis

dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi

pengajaran bagi profesi keperawatan.

e. Aspek akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan tercermin sebagai banyak permasalahan klien

yang berhasil diatasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tentang tingkat

keberhasilan pemberian asuhan keperawatan, guna pembinaan dan pengembangan lebih

lanjut.

f. Aspek penelitian

Karena isinya menyangkut data informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek

penelitian dan pengembangan profesi keperawatan

g. Aspek legal

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan berkekuatan

hukum, karena bila terjadi sesuatu permasalahan yang menyangkut hubungan kepentingan

profesi sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka sewaktu-waktu bila
dibutuhkan catatan keperawatan dapat dijadikan barang bukti di pengadilan, oleh karena itu

fakta-fakta harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif, ditandatangani dan diberi

tanggal serta perlu di hindari penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda.

4. Cakupan dokumentasi keperawatan

Kegiatan pendokumentasian mencakup pencatatan, penyimpanan atau pemeliharaan

dan pelaporan. Pencatatan adalah dokumen atau profil dalam bentuk tulisan yang menjadikan

bukti otentik terhadap kondisi klien yang termonitor. Pencatatan bermanfaat bagi klien,

rumah sakit, tim kesehatan, serta perkembangan ilmu keperawatan, oleh karena itu

dokumentasi yang sah berisi tentang status kesehatan klien, status keperawatan serta

informasi dari kesehatan lain.

5. Prinsip-prinsip pendokumentasian keperawatan

Menurut Potter and Perry (1989), petunjuk cara pendokumentasian yang benar yaitu :

a. Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang salah ketika mencatat

cara yang benar menggunakan garis pada tulisan yang salah, kata salah lalu di paraf

kemudian tulis catatan yang benar.

b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga kesehatan lain.

Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau asuhan keperawatan yang

tidak bermutu.

c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis diikuti kesalahan

tindakan.

d. Catatan harus akurat teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan

berspekulatif atau menulis perkiraan saja.

e. Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena dapat menambahkan

informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi, untuk itu buat garis horisontal

sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda tangan dibawahnya.


f. Semua catatan harus bisa dibaca dan ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang

jelas.

g. Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat sedang mengklarifikasikan,

karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas kewenangannya dapat di tuntut.

h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas

informasi yang ditulisnya.

i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik) , karena informasi yang

spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak sengaja terhapus jika informasi

bersifat terlalu umum. Oleh karena itu tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.

j. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani setiap selesai menulis

dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus obyektif, konfrehensif,

akurat dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya.

Prinsip dokumentasi keperawatan menurut Hidayat (2007) antara lain :

a. Dokumentasi secara lengkap tentang suatu masalah penting yang bersifat klinis.

b. Lakukan penandatangan dalam setiap pencatatan data.

c. Tulislah dengan jelas dan rapi.

d. Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan umum.

e. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas serta tinta untuk menghidari terhapusnya catatan.

f. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.

g. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital.

h. Catat nama pasien disetiap halaman.

i. Berhati-hati mencatat status pasien dengan HIV/AIDS.

j. Hindari menerima informasi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali dalam kondisi

darurat.

k. Tanyakan apabila ditemukan instruksi yang tidak tepat.


l. Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan.

m. Mencatat informasi secara lengkap tentang obat yang diberikan.

n. Catat keadaan alergi obat atau makan.

o. Catat daerah atau tempat pemberian injeksi atau suntikan.

p. Catat hasil laboratorium yang abnormal.

6. Manfaat dan pentingnya dokumentasi

Menurut Lawinto (2001:10), manfaat dan pentingnya dokumentasi antara lain :

a. Nilai hukum, catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan mempunyai

nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika dan moral

profesi.

b. Jaminan mutu (Quality Control) pencatatan yang lengkap dan akurat dapat terjadi tolak ukur

dalam menilai asuhan yang telah diberikan dan menentukan tindak lanjut berikutnya.

c. Alat komunikasi, merupakan alat ”perekam” terhadap masalah yang terkait dengan klien,

tenaga kesehatan, dapat dilihat apa yang telah terjadi atau dilakukan terhadap klien perlu

rujuk dan dikonsultasi kedokteran.

d. Nilai administrasi, termasuk salah satunya adalah biaya atau dana dapat digunakan sebagai

pertimbangan atau acuan dalam menentukan biaya yang telah dibutuhkan.

e. Nilai pendidikan, dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi peserta didik

keperawatan.

f. Bahan penelitian, dokumentsi yang lengkap dan akurat dapat mempunyai nilai bagi peneliti

dalam pengembangan pelayanan keperawatan.

g. Akreditasi/audit, digunakan sebagai kesimpulan keberhasilan asuhan yang diberikan serta

menentukan atau memperlihatkan peran dan fungsi perawat dalam masalah keperawatan.

7. Syarat dokumentasi keperawatan

Menurut Hidayat (2007), syarat dokumentasi keperawatan adalah :


a. Kesederhanaan, penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca, mudah dimengerti,

mudah dibaca, dan menghindari istilah yang sulit dipahami.

b. Keakuratan, data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan informasi yang telah

dikumpulkan.

c. Kesabaran, gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi keperawatan dengan

meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien yang telah atau sedang

di periksa.

d. Ketepatan, ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat mutlak.

e. Kelengkapan, pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan tanggapan perawat/klien.

f. Kejelasan dan keobjektifan dokumentasi keperawatan memerlukan kejelasan dan

keobjektifan dari data-data yang ada bukan merupakan data fiktif dan samar yang dapat

menimbulkan keracuhan.

8. Standar Dokumentasi

Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan yang dirumuskan

Departemen Kesehatan tahun 1995 sebagai berikut :

a. Standar pengkajian data keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi ;

1) Pengumpulan data dengan kriteria : Kelengkapan data sistematis, menggunakan format,

akurat, dan valid

2) Pengelompokkan data dengan kriteria : data biologis, data psikilogis, data sosial dan data

spritual

3) Perumusan masalah dengan tingkat kriteria kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan.

b. Standar diagnosa keperawatan

Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan.


1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan

kebutuhan klien.

2) Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

3) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan gejala tanda atau terdiri

dari masalah dan penyebab.

4) Diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang sudah nyata

terjadi.

5) Diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang kemungkinan

besar akan terjadi apabila tidak dilakukan upaya pencegahan.

c. Standar perencanaan keperawatan

Komponen keperawatan meliputi :

1) Prioritas masalah dengan kriteria : masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas yang pertama, masalah kesehatan prioritas yang kedua. Yang mempengaruhi

perilaku prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria :

Tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, di susun berdasarkan diagnosa keperawatan,

spesifik pada diagnosa keperawatan, dapat diukur, realistik menggunakan komponen yang

terdiri dari subyek perilaku klien, kondisi klien, dan kriteria tujuan.

3) Rencana tindakan

Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan merupakan alternatif tindakan secara tepat,

melibatkan dan melakukan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknik yang

telah ditentukan.

d. Standar evaluasi
Kriteria :

1) Pengkajian ulang diarahkan pada tercapainya tujuan atau tidak.

2) Prioritas dan tujuan baru di tetapkan serta pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan

dengan tepat dan akurat.

3) Tindakan keperawatan yang baru di tetapkan dengan cepat dan tepat.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi

Menurut Hidayat (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi keperawatan

adalah:

a. Faktor sosial

1) Pengakuan/penghargaan, baik berupa material maupun non material yang adil dan layak

kepada perawat sebagai balasan atas kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan

pendokumentasian.

2) Reward gaji yang kurang menyebabkan mempengaruhi motivasi perawat dalam memberikan

asuhan.

3) Perilaku merupakan salah satu faktor dalam terlaksananya tugas sebaik mungkin yang

diberikan oleh pimpinan.

b. Praktek profesional

1) Keterampilan kemampuan dokumentasi yang lengkap dan benar sesuai standar,

menggambarkan profesionalisasi perawat

2) Pengalaman kerja dapat mencerminkan kemampuan perawat dalam memecahkan masalah

dan keterampilan melakukan tindakan kurangnya tenaga perawat, tidak adanya standar

dukumentasi menyebabkan waktu untuk memberikan asuhan lebih lama

3) Pengetahuan dokumentasi keperawatan mengambarkan asuhan individu dalam memecahkan

masalah keperawatan.

B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal

budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya. Sedangkan definisi pengetahuan (knowledge) menurut Webster's New

World Dictionary of the American Language adalah persepsi tentang sesuatu yang jelas dan

tentu, semua yang telah dirasakan dan diterima oleh otak, serta merupakan informasi

terorganisasi yang dapat diterapkan untuk penyelesaian masalah.

Menurut Peter F. Drucker (1996) dalam The New Realities, pengetahuan adalah

informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar

dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi

memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Lebih jauh Achterbergh &

Vriens (2002) menulis bahwa pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar

belakang dalam menganalisa sesuatu hal, mempersepsikan dan menginterpretasikannya, yang

kemudian dilanjutkan dengan keputusan tindakan yang dianggap perlu. Kedua, peran

pengetahuan dalam mengambil tindakan yang perlu adalah menjadi latar belakang dalam

mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat dilakukan, memilih salah

satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan mengimplementasikan pilihan.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal

sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan

dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.

Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila

seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada

objek empiris tersebut.

2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) antara lain :

a. Tahu (Know)
Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkatan

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Adalah merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi nyata.

d. Analisis (Analysis)

Merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam komponen–

komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau obyek.


Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan adalah tahap perkembangan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa

lalu. Kemampuan kognitif seseorang dibentuk dari cara berpikir seseorang dan selalu

berhubungan dengan tahap perkembangan individu. Latar belakang pendidikan seseorang

akan menentukan caranya mengerti masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) antara

lain :

a. Internal

1) Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperlihatkan dan mengenal berbagai

kegiatan diperhatikan terus menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian dan

bersifat sementara.

2) Bakat adalah kemampuan untuk belajar akan terilisasi menjadi kecakapan nyata sesudah

belajar atau berlatih.

3) Intelegant sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan seseorang yang mempunyai

tingkat intelegent yang tinggi akan berhasil dari pada yang mempunyai intelegant yang

rendah.

b. Eksternal

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang didalam mengajar. Untuk menghindari

pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, sehingga pengetahuan mengenai dokumentasi asuhan keperawatan bagi seorang

perawat sangatlah penting dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan

baik dan benar.

C. Motivasi
1. Definisi motivasi
Motivasi menurut Cole (1996) adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan proses baik secara naluriah (instinctive) maupun akal (rational), dalam

pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang dipicu oleh perasaan membutuhkan.

Menurut Ngalim Purwanto (2000) bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Stoner dan Freeman (1995)

motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan

mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.

Dari berbagai macam definisi motivasi, menurut Stanford (1970), ada tiga poin

penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisik

maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan

tujuan adalah akhir dari satu kondisi-kondisi tugas tersebut dinamakan faktor motivasi

(motivation factor), karena keberadaanya sangat menentukan apakah individu tersebut

termotivasi untuk berperforma tinggi.

Beberapa perawat memiliki motivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dan

kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa cukup dengan asal selesai mengerjakan

tugasnya tanpa memikirkan hasilnya. Sehingga untuk memberikan pelayanan yang baik

kepada pasien, pimpinan harus benar-benar memperhatikan motivasi perawat.

Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika antara lain dapat diselaraskan tujuan yang

dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun

sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996). Dengan

demikian langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh

orang perorang dan ataupun sekelompok masyarakat untuk kemudian di upayakan

memadukannya dengan tujuan organisasi.


2. Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan

atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula

bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan motivasi

harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan

kepribadian orang yang akan dimotivasi.

3. Indikator Motivasi Kerja


a. Produktivitas kerja
Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menujukan adanya kaitan antara hasil kerja

dengan satuan waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan produk. Seseorang tenaga kerja

dikatakan produktif jika mereka mampu menghasilkan output yang lebih banyak dari tenaga

kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang karyawan mampu menghasilkan

produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka karyawan tersebut menunjukan

tingkat produktifitas yang lebih baik atau lebih tinggi.

b. Semangat kerja
Semangat kerja adalah terdapatnya perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk

menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik (Hasley, 1965). Sedangkan (Devis, 1962),

menjelaskan bahwa semangat kerja merupakan sikap individu atau kelompok terhadap

seluruh lingkungan kerja dan kerja sama dengan orang lain yang secara maksimal sesuai

dengan kepentingan utama/pokok bagi perusahaan. (Plippo, 1994) mengemukakan bahwa,

semangat kerja yang baik ditandai dengan gairah karyawan melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan perintah dan peraturan serta kemauan kerjasama dengan karyawan lain dalam

mencapai tujuan-tujuan organisasi.

c. Disiplin kerja
Secara umum disiplin adalah ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku.

Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati (Taufiq,1987). Disiplin

juga berkaitan erat denga sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar.

Sedangkan Hornby mengemukakan bahwa, disiplin adalah pelatihan, khususnya pelatihan

pemikiran dan sikap untuk menghasilkan pengendalian diri, kebiasaan-kebiasaan untuk

mentaati peraturan yang berlaku (Syaidam, 2000). Dengan demikian disiplin alat yang dapat

dijadikan sebagai pengendalian diri, dan dapat dijadikan salah satu indikator berpengaruh

terhadap motivasi kerja perawat.

d. Prestasi kerja
Kepuasan pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan

menggerakan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat meningkatkan prestasi kerja yang baik

(Hasibuan, 2005).

Dengan demikian prestasi kerja merupakan kemampuan atau kompetensi dari perawat

dalam bekerja, penerimaan atau tugas, tanggungjawab dan perannya sebagai perawat, serta

hasil karyanya dalam bekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Penilaian prestasi kerja

perawat, dapat dilihat dari deskripsi tugas setiap perawat dan tanggungjawab yang harus

diembannya. Sedangkan tolak ukur yang digunakan untuk mengukur prestasi tersebut adalah

standar praktek keperawatan yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar

oprasional prosedur keperawatan.

e. Upaya peningkatan motivasi kerja


Terlihat para manajer suatu organisasi, terutama para manajer puncak harus selalu

berusaha memuaskan berbagai jenis kebutuhan para bawahannya. Salah satu cara yang

dikenal untuk memuaskan kebutuhan para bawahan itu adalah dengan menggunakan teknik

motivasi yang tepat. Teknik motivasi yang efektif ialah teknik yang ditunjukan kepada dan

disesuaikan dengan kebutuhan individual. Sasarannya ialah bahwa dengan demikian manajer

yang bersangkutan akan lebih mampu meyakinkan para bawahannya bahwa dengan

tercapainya tujuan organisasi, tujuan-tujuan pribadi para bawahan itu akan ikut tercapai pula
dan berbagai kebutuhannya akan tercapai sesuai dengan persepsi bawahan yang

bersangkutan. Artinya, dengan demikian dalam diri para bawahan itu terdapat keyakinan

bahwa terdapat sinkronisasi antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi sebagai

keseluruhan.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kepuasan kerja


Harold E. Burt (2003) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi

Motivasi kerja yaitu :

1) Faktor hubungan antar karyawan, antara lain :

a) Hubungan antara manager dengan karyawan

b) Faktor fisis dan kondisi kerja

c) Hubungan sosial diantara karyawan

d) Sugesti dari teman sekerja

e) Emosi dan situasi kerja

2) Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan :

a) Sikap orang terhadap pekerjaannya

b) Umur orang sewaktu bekerja

c) Jenis kelamin

3) Faktor-faktor luar (external), yang berhubungan dengan :

a) Keadaan keluarga karyawan

b) Rekreasi

c) Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)

(Moh. As’ad, 1995:112).

Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera

dipenuhi untuk segera beraktifitas segera mencapai tujuan.

Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi pendokumetasian adalah (Widayatun,

1999):
a. Faktor fisik & proses mental

b. Faktor hereditas, lingkungan

c. Faktor intrinsik seseorang

d. Fasilitas (sarana & prasarana)

e. Sikon

f. Program dan aktifitas

g. Media

D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

faktor-faktor yang mempengaruhi


pendokumentasian :
Faktor sosial
Penghargaan
Perilaku
Motivasi*
Faktor profesional
Keterampilan
Pengalaman kerja
Pengetahuan*
-Substansi : Memcakup Ke-5 Tahap Proses Keperawatan
- Teknik Pendokumentasian
 Tulisan harus jelas
 mencantumkan tanggal dan waktu
 dicatat segara setelah pemberian perawatan
 tidak menghapus tulisan yang salah tapi dicoret garis
lurus lalu diparaf dan ditulis tanggal
 kata-kata dapat dimengerti
 tulisan dapat dimengerti
 mengisi setiap kolom dengan info yang relepan
 diakhira dengan nama dan tanda tangan
Sumber : Hidayat (2007)

Keterangan :Tanda *menandakan variabel yang diukur

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

kosep yang ingin diamati atau diukur melalui penelititan-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2002:69).

Pada kerangka konsep ini yang menjadi variabel adalah pengetahuan, motivasi dan

perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Bagan 3.1Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependent


32

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Variabel Perilaku dokumentasi Kuesioner Mengisi 1. Tidak baik, Ordinal
Dependen perawat lembar jika nilai<
Perilaku perawat adalah kemauan kuesioner median=15
dalam perawat dalam 2. Baik, jika
pendokumentasian pencatatan jumlah nilai ≥
asuhan keperawatan dokumentasi asuhan median=15
keperawatan dan list
pasien.
1 Rendah, jika
2 Pengetahuan adalah Kuesioner Mengisi jumlah Jawaban Ordinal
Variabel informasai yang lembar <75%
Independen membantu perawat kuesioner 2.Tinggi, jika
Pengetahuan dalam melakukan dengan cara jumlah
dokumentasi asuhan menyilang Jawaban ≥
keperawatan melalui (x) 75%.
dari proses
pengkajian,
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi

1.Tinggi,
Suatu dorongan yang Kuesioner jika nilai < Ordinal
Motivasi ada dalam diri seorang Mengunakan median=34
perawat untuk Skala likert 2.Rendah, jika
melakukan jumlah nilai ≥
pendokumentasian median =34

C. Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi keperawatan.

2. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi keperawatan.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan Cross

Sectional (potong lintang) untuk melihat korelasi antara variabel independen yaitu

pengetahuan dan motivasi. Variabel dependen yaitu perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di seluruh ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Muaro Jambi. Penelitian dilaksanakan pada 24-27 September 2010.

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel (total sampling) yang menyangkut

masalah yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penilaian ini populasinya

adalah seluruh perawat pelaksana di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Muaro

Jambi sebanyak 65 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan di

anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2002:79). Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan total sampling, dimana keseluruhan jumlah perawat yang

diteliti, dengan besar sampel 65 orang perawat.

Kriteria inkusi sampel:

1) Semua perawat pelaksana rawat inap RSUD Muaro Jambi yang tidak memegang jabatan

struktural

2) Bersedia menjadi responden

3) Tidak dalam cuti atau dalam pelatihan.

F. Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar

check list dengan pertanyaan terstruktur untuk melihat tentang pengetahuan dan motivasi

dalam perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Untuk mempermudah

analisis diberikan nilai (skoring) pada setiap jawaban untuk variabel independen dan variabel

dependen sebagai berikut :


Kuesioner A. Pengetahuan

Pertanyaan pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan, jika responden menjawab benar diberi

nilai 2, dan jika responden menjawab salah diberi nilai 1.

Kuesioner B. Motivasi

Pernyataan motivasi terdiri dari 10 pertanyaan. Pernyataan positif no 5,7,9,10 jika responden

menjawab “sangat setuju” diberi nilai 4, “setuju” diberi nilai 3, “tidak setuju” diberi nilai 2,

dan “sangat tidak setuju” diberi nilai 1. Pernyataan negatif no 1,2,3,4,6dan 8 jika responden

menjawab “sangat setuju” diberi nilai 1, “setuju” diberi nilai 2, “tidak setuju” diberi nilai 3,

dan “sangat tidak setuju” diberi nilai 4.

Kuesioner C. Perilaku Pendokumentasian

Pernyataan perilaku pendokumentasi dan obserpasi nonpastisipasif terdiri dari 10 pertanyaan.

Pernyataan benar no 1,3,5,7 dan 9 jika responden menjawab benar diberi nilai 2 dan jika

responden salah diberi nilai 1.

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu kuesioner telah di uji coba pada 30

responden yang berada pada RSUD HAMBA Muara Bulian yang mempunyai karakteristik

yang sama dengan RSUD Muaro Jambi. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengukur

validitas dengan menggunakan rumus pearson product moment dan reliabilitas dengan

menggunakan rumus alpha cronbach dengan nilai minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008). Sementara

suatu pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r.hitung > r.tabel dan dikatakan reliabil apabila

nilai alpa > r.tabel dengan r.tabel yaitu 0,361. Berdasarkan analisis kuesioner didapatkan nilai

validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel antara lain variabel perilaku perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan r.hitung yaitu 0,593 dan nilai alpa

yaitu 0,872, variabel pengetahuan dengan r.hitung yaitu 0,582 dengan nilai alpa yaitu 0,899,

dan variabel motivasi dengan r.hitung yaitu 0,568 dengan nilai alpa yaitu 0,856.
G. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan di masing-masing ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi

dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi

peneliti kepada Direktur RSUD Muaro Jambi . Setelah mendapat izin dari Direktur,

selanjutnya kepada perawat pelaksana akan diberikan penjelasan tujuan penelitian dan

dimohon bantuannya menjadi responden. Bila bersedia menjadi responden dan selanjutnya

dipersilahkan menandatangani informed consent.

Responden yang memenuhi kriteria diberikan angket agar mengisinya dan peneliti

berada di dekat responden agar apabila ada pertanyaan dari responden, peneliti dapat segera

menjelaskannya. Responden diingatkan agar semua pertanyaan diisi dengan lengkap, bila

telah selesai diisi dilakukan pada saat akan melakukan dokumentasi keperawatan.

1. Prosedur penelitian

a. Meminta surat izin untuk pengambilan data dari Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturahim Jambi

b. Menyampaikan surat izin pengambilan data ke RSUD Muaro jambi

c. Atas persetujuan dari Direktur RSUD Muaro Jambi, peneliti menemui bagian TU untuk

meminta data jumlah perawat.

d. Menyampaikan surat izin penelitian ke ruangan rawat inap RSUD Muaro Jambi.

e. Peneliti dibantu oleh tiga orang anggota tim menyabarkan kuesioner keperawat di setiap

ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi

f. Peneliti meminta kesediaan perawat untuk menjadi responden secara sukarela dan apabila

respoden memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini maka perawat dapat

menolak untuk tidak menjadi responden, dan apabila perawat bersedia menjadi responden

maka perawat diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden


g. Peneliti menjelaskan cara pengambilan data yaitu melalui kuesioner untuk melihat keadaan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat ianp RSUD Muaro Jambi

h. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada responden

i. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Muaro Jambi, dalam penelitian ini responden

menjawab kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Dan peneliti mendampingi responden saat

menjawab kuesioner

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel

yang di teliti meliputi variabel Independen (Pengetahuan dan Motivasi) terhadap variabel

Dependen (Perilaku Pendokumentasian) di RSUD Muaro Jambi.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini di lakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi

perawat sebagai variabel independen dengan dokumentasi sebagai variabel dependen, di

RSUD Muaro Jambi. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Uji ini digunakan

untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi

frekuensi yang diamati dan yang diharapkan dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila P-value <

0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho ditolak). Sedangkan bila P-value > 0,05

berarti tidak ada hubungan yang bermakna (Ho gagal ditolak).

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian , peneliti mengajukan permohonan izin kepada

panitia etik RSUD Muaro Jambi untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian kuesioner di

kirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi.
1. Informed Consent (persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan riset yang telah dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan memberikan atau

mencantumkan nama subjek pada lembar alat ukur. Lembar tersebut hanya diberi nomor

kode tertentu pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Untuk menjaga kerahasiaan hasil penelitian, peneliti memberikan kerahasiaan semua

informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin oleh peneliti.

4. Privacy

Merupakan jaminan dalam penggunaan responden penelitian yang mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.

5. Fair Treatment

Merupakan jaminan yang diberikan kepada responden agar diperlakukan secara adil

dan baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau drop out sebagai responden.

6. Self Determinition

Merupakan jaminan yang diberikan kepada responden penelitian agar dilakukan

secara manusiawi. Subjek memiliki hak memutuskan untuk bersedia menjadi responden atau

pun tidak, tanpa adanya sanksi apapun akan berakibat terhadap kesembuhannya juka mereka

seorang pasien.
J. Pengolahan Data

Data yang terkumpul selanjutnya di olah melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Editing

Yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah terkumpul dari setiap jawaban

kuesioner dan apakah data telah terisi dengan lengkap dan jelas.

2. Coding

Yaitu mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing kelas

sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.

3. Scoring

Yaitu menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan dari kuesioner.

4. Entry Data

Yaitu setelah semua data terkumpul dan diberi kode maka data tersebut dimasukkan

kedalam komputer.

5. Cleaning

Yaitu pembersihan data untuk melihat apakah data sudah sangat benar dan baik dan

siap untuk di analisis.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi terletak di Ibukota Kabupaten yaitu Sengeti

yang merupakan Kabupatan pemekaran dari Batanghari berdasarkan Undang-undang Nomor

54 Tahun 1999, secara administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 8 kecamatan yaitu

Kecamatan sekernan, Jambi Luar Kota, Muaro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mestong dan

Sungai Bahar.

Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi dibangun melalui dana Proyek Peningkatan

Pelayanan Departemen Kesehatan RI tahun 2005, dibangun diatas tanah seluas lebih kurang 7

hektar. Peresmian operasionalnya oleh Bupati Muaro Jambi Burhanudin Mahir pada tanggal

21 Juni 2005 dengan kapasitas 35 tempat tidur (pada saat itu). Pada tanggal 2 Mei 2008, oleh

Menteri Kesehatan RI, Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi ini ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Kelas C dengan Surat Keputusan no. 428/ Menkes/ SK/ III/ 250/08.
42

Adapun visi dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi adalah sebagai

berikut :

a. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi

Visi RSUD Muaro Jambi yang sejalan dengan visi Kabupaten Muaro Jambi dan visi

Departemen Kesehatan yaitu “Memberikan Pelayanan Prima Menuju Muaro Jambi Sehat

2010”.

b. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi

Untuk mengaktualisasikan visi RSUD Muaro Jambi perlu dipertanyakan misi yang

akan dilaksanakan sesuai dengan seksi yang ada di RSUD Muaro Jambi yakni :

a. Meningkatkan standarisasi mutu manajemen kesehatan secara efektif dan efisien yang

didukung oleh tenaga profesional

b. Meningkatkan standarisasi mutu pelayanan medik dan penunjang medik yang berkualitas

dalam rangka meningkatkan dan memperluas cakupan pelayanan.

c. Meningkatkan standarisasi mutu pelayanan keperawatan melalui peningkatan kualitas

Sumber Daya Manusia.

d. Mewujudkan sistem informasi kesehatan Rumah Sakit yang lebih berkualitas dan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Pembahasan

1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) atau dengan kata lain
bahwa penelitian ini dilakukan pengukuran pada saat yang bersamaan antara variabel
independen maupun dependen, sehingga penelitian kemungkinan mempunyai kelemahan-
kelemahan sebagai berikut :
a. Kemungkinan masih ada variabel-variabel yang menjadi variabel confounding terhadap

variabel dependen.

b. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dari 65 responden, 35 responden Data diperoleh

menggunakan kuesioner dengan memberikan kuesioner pada perawat pada perawat sehingga

kualitas data sangat bergantung dari kejujuran dan persepsi perawat dalam menjawab

pertanyaan yang diajukan.

2. Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi perilaku perawat dalam


pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Muaro Jambi ditampilkan
pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Perilaku Pendokumentasian Perawat Pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi Tahun 2010

No. Perilaku Perawat Jumlah Persentase (%)


1. Tidak baik 35 53,8
2. Baik 30 46,2
Total 65 100,0
Sumber data primer 2010
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 65 responden, sebagian besar perilaku
pendokumentasian keperawatan tidak baik 35 responden (53,8%) dan hanya 30 responden
(46,2%) memiliki perilaku pendokumentasian perawat baik. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa responden yang memiliki perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak baik lebih besar dari pada responden yang memiliki perilaku perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan baik.
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Oleh karena itu perilaku manusia itu mempunyai
bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, bicara, bereaksi dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (Internal activity) seperti berpikir, persepsi, emosi juga merupakan perilaku
manusia. Selain itu, perilaku perawat dalam pendokumentasian mencakup pencatatan,
penyimpanan, pemeliharaan dan pelaporan.
Lebih lanjut Fishback (1991) menjelaskan dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan,
penyimpanan dan desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah kejadian.
Menurut Brunt (1999) pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah
sebagai alat komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara
profesional. Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain
untuk menggunakan informasi di dalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk
memudahkan alur dan koordinasi dalam perawatan pasien.
Hasil penelitian ini terlihat bahwa sebanyak 35 responden (53,8) perilaku perawat tidak baik
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Pada umumnya responden berperilaku tidak
baik pada saat menghapus tulisan yang salah dengan tip-ex, adanya bagian kosong pada akhir
catatan perawat, tidak tepat waktu dalam melakukan pelaporan pendokumentasian, kurang
lengkapnya pengisian dokumentasi asuhan keperawatann dan tidak dilaksanakan secara
benar.
Untuk itu perlu adanya penjelasan tentang prinsip-prinsip pendokumentasian dan melakukan
evaluasi dari setiap hasil pendokumentasian keperawatan yang dilakukan oleh responden, dan
adanya pemberian reward pada perawat.

3. Pengetahuan Pendokumentasian Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi pengetahuan perawat


pelaksana di Rumah Sakit Umum Muaro Jambi ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Perawat Pelaksana di Rumah Sakit
Umum Daerah Muaro Jambi Tahun 2010

Perilaku Pendokumentasian
No. Pengetahuan Perawat Keperawatan
Jumlah Persentase (%)
1. Rendah 36 55,4
2. Tinggi 29 44,6
Total 65 100,0
Sumber data primer 2010

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 65 responden, memiliki pengetahuan perawat
rendah 36 responden (55,4%) dan hanya 29 responden (44,6%) memiliki pengetahuan tinggi
tentang pendokumentasian keperawatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan rendah lebih besar dari pada reseponden yang memilki pengetahuan
tinggi.
Menurut Peter F. Drucker dalam The New Realities, pengetahuan adalah informasi yang
dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam
bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki
kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Pengetahuan yang baik tentang cara
pendokumentasian akan mempengeruhi perilaku responden dalam pendokumentasian
keperawatan.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang perilaku pendokumentasian
keperawatan sebanyak 36 responden (55,4%) rendah. Hal ini dikarenakan responden kurang
memahami pentingnya pendokumentasian. Selain itu adanya responden yang kurang
memahami tentang pengertian tentang pendokumentasian, tujuan pendokumentasian, fungsi
pendokumentasian, cakupan pendokumentasian dan prinsip-prinsip pendokumentasian.

4. Motivasi Pendokumentasian Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi motivasi


pendokumentasian perawat di Rumah Sakit Umum Muaro Jambi ditampilkan pada tabel
berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Motivasi Pendokumentasian Perawat di Rumah Sakit
Umum Muaro Jambi Tahun 2010

Perilaku Pendokumentasian
Perawat
No. Motivasi Jumlah Persentase (%)

1. Rendah 39 60
2. Tinggi 26 40
Total 65 100,0
Sumber data primer 2010
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 65 responden, sebagian besar motivasi perawat
rendah 39 responden (60%) dan hanya 26 responden (40%) memiliki motivasi tinggi tentang
pendokumentasian keperawatan. Sehinga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
motivasi rendah dalam perilaku pendokumentasian keperawatan lebih banyak dari pada
responden yang memilki motivasi tinggi dalam perilaku pendokumentasian keperawatan.
Menurut Cole (1996), Motivasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses baik secara naluriah (instinctive) maupun akal (rational), dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, yang dipicu oleh perasaan membutuhkan. Lebih lanjut Ngalim Purwanto
(2000), bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dalam menentukan motivasi, kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri
memegang peranan penting.
Hasil penelitian ini terlihat bahwa 39 responden (60%) motivasi responden berperilaku tidak
baik dalam pendokumentasian keperawatan. Hal ini dikarenakan tidak baiknya motivasi
responden tentang perilaku pendokumentasian keperawatan adanya anggapan
pendokumentasian sangat mudah dilakukan, kurangnya pengawasaan terhadap kelengkapan
pendokumentasian dan kurangnya evaluasi dari pendokumentasian yang telah dilakukan.

5. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pendokumentasian


asuhan keperawatan

Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pendokumentasian di Rumah Sakit
Umum Muaro Jambi Tahun 2010

Perilaku
No. Pengetahuan
Pendokumentasian
Perawat OR
p-
value
Tidak baik
Jml % Jml
Baik
% Total Persentase
(%)
1. Rendah 26 72,2 10 27,8 36 55,4
2. Tinggi 9 31,0 20 69,0 29 44,6
5,778 0,002
Total 35 30 65 100

Sumber data primer 2010


Berdasarkan tablel 4.4 diketahui dari 65 responden, 36 responden (55,4)
memiliki pengetahuan rendah dengan perilaku pendokumentasian keperawatan tidak baik 26
responden (72,2%) dan perilaku pendokumentasian baik 10 responden (27,8), sedangkan 29
responden (44,6) memiliki pengetahuan tinggi dengan perilaku
pendokumentasian keperawatan tidak baik 9 responden (31,0) dan perilaku
pendokumentasian baik 20 orang (69%).
Dari hasil uji statistik didapat nilai odds ratio=5,778 artinya responden yang memiliki
pengetahuan rendah dalam perilaku pendokumentasian keperawatan mempunyai peluang
hampir 5,895 kali berperilaku kurang baik dalam pendokumentasian keperawatan
dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dalam pendokumentasian
keperawatan dan didapatkan p-value =0,002 berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pendokumentasian keperawatan di
Rumah Sakit Umum Muaro Jambi.
Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
adalah tahap perkembangan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif seseorang dibentuk dari cara berpikir seseorang dan selalu berhubungan
dengan tahap perkembangan individu. Latar belakang pendidikan seseorang akan
menentukan caranya mengerti masalah yang dihadapi.
Menurut Peter F. Drucker (1999) dalam The New Realities, pengetahuan adalah informasi
yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam
bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki
kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar.
Robert (2002) pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang
mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat
dalam pelayanan ini sebagai peran pelaksana dalam pelayanan keperawatan, sedangkan
pelayanan keperawatan itu sendiri merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasari pada ilmu dari kiat
keperawatan berbentuk bio, psiko, sosial, spiritual, yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
kehidupan manusia.
Lebih lanjut Nursalam (2001) pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang tercatat dalam rekam medis yang dilakukan
oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi asuhan keperawatan
mempunyai kegunaan sebagai aspek hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan,
pendidikan, penelitian dan akreditasi.
Selain itu Brunt (1999) pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah
sebagai alat komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara
profesional. Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain
untuk menggunakan informasi di dalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk
memudahkan alur dan koordinasi dalam perawatan pasien.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang di lakukan Martini (2007), Nelfiyanti
(2009) dan Pribadi A. (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan responden dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan masih rendah. Hal ini dikarenakan responden tidak memahami
pentingnya pendokumentasian. Selain itu adanya responden yang kurang memahami tentang
pengertian pendokumentasian, tujuan pendokumentasian, fungsi pendokumentasian, cakupan
pendokumentasian dan prinsip-prinsip pendokumentasian asuhan keperawatan. Ini terbukti
dimana dari 36 responden (55,4%) sebanyak 26 responden (72,2%) memiliki pengetahuan
yang rendah dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan.
Menurut peneliti sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu arti manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya. Untuk itu peningkatan pengetahuan responden tentang
pendokumentasian asuhan keperawatan pada responden sangat diperlukan sehingga
pendokumentasian asuhan keperawatan lebih cermat, teliti, efisien dan efektif.
Untuk meningkatkan pengetahuan responden perlu adanya peningkatan pelatihan tentang
cara pendokumentasian asuhan keperawatan dan melakukan evaluasi terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta adanya pemberian reward
pada perawat.

6. Hubungan antara motivasi dengan perilaku pendokumentasian asuhan


keperawatan

Tabel 4.5 Hubungan Motivasi dengan Perilaku dalam Pendokumentasian di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi Tahun 2010

No. Motivasi Motivasi


Kerja Total
Persentase
OR p-value
Perawat (%)

Tidak Baik Baik


Jml % Jml %
1. Rendah 26 66,7 13 33,3 39 60,0
2. Tinggi 9 13,8 17 65,4 26 40,0
3,778 0,022
Total 35 30 65 100

Sumber data primer 2010


Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 65 responden, 39 responden
(60,0%) memiliki motivasi rendah dengan perilaku pendokumentasian keperawatan tidak
baik 26 responden (66,7%) dan perilaku pendokumentasian keperawatan baik 13 responden
(33,3%), sedangkan 26 responden (40,0%) memiliki motivasi baik dengan perilaku
pendokumentasian keperawatan kurang baik 9 responden (13,8%) dan perilaku
pendokumentasian keperawatan baik 17 responden (65,4%).
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai Odds Ratio= 3,778 artinya diyakini bahwa
responden yang memiliki motivasi rendah mempunyai peluang hampir 3,778 kali berperilaku
tidak baik. dalam pendokumentasian keperawatan dibandingkan responden yang memiliki
motivasi yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value= 0,022 menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan perilaku dalam pendokumentasian
keperawatan di RSUD Muaro Jambi.
Menurut Cole (1996) Motivasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses baik secara naluriah (instinctive) maupun akal (rational), dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, yang dipicu oleh perasaan membutuhkan.
Widayatun (2000) yang mempengaruhi motivasi perawat dalam melaksanakan
dokumentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor instrinsik dan ekstrinsik, beban kerja , reward
terhadap hasil kerja. Faktor intrinsik terdiri dari prestasi, pengakuan, sifat pekerjaan,
tanggung jawab, pengembangan potensi.
Lebih lanjut Stanford (1970), ada tiga poin penting dalam pengertian motivasi yaitu
hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu
yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisik maupun psikologis. Dorongan merupakan
arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu kondisi-
kondisi tugas tersebut dinamakan faktor motivasi (motivation factor), karena keberadaanya
sangat menentukan apakah individu tersebut termotivasi untuk berperforma tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang di lakukan Lukman (2002, Diyanto. Y
(2007), Martini (2007), Nelfiyanti (2009) dan Pribadi A. (2009) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara motivasi responden dengan perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan.
Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika dapat diselaraskan tujuan yang dimiliki oleh
organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun sekelompok
masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996). Dengan demikian
langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh orang
perorang dan ataupun sekelompok masyarakat untuk kemudian di upayakan memadukannya
dengan tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini diketahui sebagian perawat memiliki motivasi untuk bekerja dengan
sebaik-baiknya dan kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa cukup dengan asal selesai
mengerjakan tugasnya tanpa memikirkan hasilnya. Sehingga untuk memberikan pelayanan
yang baik kepada pasien, pimpinan harus benar-benar memperhatikan motivasi perawat.
Hasil penelitian juga diketahui bahwa motivasi responden tentang perilaku
pendokumentasian asuhan keperawatan masih rendah. Hal ini dikarenakan responden kurang
memahami pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan. Selain itu adanya responden
yang kurang memahami tentang pengertian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan,
tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan, fungsi pendokumentasian asuhan
keperawatan, cakupan pendokumentasian asuhan keperawatan dan prinsip-prinsip
pendokumentasian asuhan keperawatan. Ini terbukti dimana dari 36 responden (55,4%)
sebanyak 26 responden (72,2%) memiliki pengetahuan yang rendah dengan perilaku
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Untuk meningkatkan motivasi perawat, perlu dilakukan pengawasan terhadap perilaku
perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, saling bersosialisasi dalam berkerja
dimana diharapkan dapat memecahkan suatu masalah pada klien dan adanya program untuk
pengembangan potensi perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dari 65 responden, sebagian besar perilaku pendokumentasian keperawatan tidak baik 35
responden (53,8%) dan hanya 30 responden (46,2%) memiliki perilaku perawat baik. Untuk
pengetahuan 36 responden (55,4) memiliki pengetahuan rendah dan 29 responden (44,6)
memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan untuk motivasi sebagian besar motivasi perawat
rendah 39 responden (60%) dan hanya 26 responden (40%) memiliki motivasi tinggi tentang
pendokumentasian keperawatan.
2. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan nilai p-value = 0,002.
3. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi dalam perilaku dengan perilaku
pendokumentasian asuhan keperawatan nilai p-value = 0,022.
B. Saran
1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

penyusunan skripsi serta mengharapkan dapat bermamfaat bagi yang membaca.

58

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan

mahasiswa, khususnya kepada mahasiswa keperawatan dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit khususnya perawat mengoptimalkan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi. Kemudian

untuk meningkatkan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, maka harus dilakukan

usaha untuk meningkatkan pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan

dalam melakukan supervisi dengan cara antara lain; memberikan pendidikan, pelatihan

maupun seminar yang berkaitan dengan dokumentasi asuhan keperawatan, rekam medis atau

hukum kesehatan, memberikan pelatihan manajemen dan kepemimpinan kepada perawat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan setelah adanya penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dan

motivasi dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah

sakit umum daerah muaro jambi 2010 agar dapat melakukan penelitian Pengaruh

Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

A Sonny Keraf dan Mikhael Dua (2001). Ilmu Pengetahuan, sebuah Filosofis, Kanisius

Achterbergh & Vriens. (2002). Prilaku Caring Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawat. Buletin
Fatmawati

Agung Pribadi, (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan motivasi
pelaksanaan analisis dokumentasi keperawatan di rumah sakit umum Kelet Jepara, diakses
(17 Juni 2010 Jam 19.30 WIB)

American Dictionary of the Language Webster’s New. (2002). Hospital Choice : A Summary of Key
Empirical and Hipithetical of the 1980. Journal of Helth Marketing, Fall 1985.
Ari Mulyo Wustu. (2006). Praktik Keperawatan Profesional, Konsep Dasar dan Hukum. EGC. Jakarta

Arikunto, S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

As’ad. M. (1995). Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Aksara, Jakarta.

Aziz, A, (2003). Hubungan Antara Faktor Karakteristik dan Motivasi dengan Kinerja Penyuluh
Keluarga Berencana Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kota Jambi Tahun
2003. FKM-UI. Jakarta

Azwar, S, (1996). Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya, (2th ed). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Brunt, (1999). Besar sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta

Carpenito I.J. (1995). Nursing Care Plan and Documentation, 2 nd Ed. J.B.

Cole. (1996). Quality assurance, in Henry B.C

Darmanto, (2000). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSD Raden Mattaher Jambi Tahun 2005. Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan. Stikes Bina Husada Palembang

Dina Maryana (2009) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Kecamatan Sarolangun Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan.
Yayasan Haji Soeheily Qori Bangko.

Departemen Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Medis. ( 1993 ). Standar Pelayanan Rumah sakit, Cetakan
II. EGC, Jakarta

DepKes ( 1995 ). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Dep Kes
Jakarta

Effendi N. ( 1995 ). Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta

Fishback FT. ( 1991 ). Documenting Care : Communication, The Nursing Process and Documentation
Standart, F.A. davis Company, Philadelphia.

Freeman dan Stoner. (1995). Nursing Process. A Critical Thinking Approach. AddisonWesley Nursing.
California. 1996.

Gartinah, Tien, at al ( 1986 ). Keperawatan dan Praktek keperawata,. Jakarta PPNI.

Gaffar, La Ode, (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta : EGC.

Hadi Sutrisno.( 1986 ). Metodologi Research. Universitas Gajah Mada.

Hasibuan, S.P, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.
Hidayat. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta

Ilyas, Y.(1994).Kinerja : Teori perilaku dan penelitian. Jakarta : Badan Penerbit FKM-UI depok

Lawinto. (2001). Manajemen Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

La Ode Jumadi Gaffar. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : B

Marilynn E. Doengoes, Mary Frances moorhouse, alice C. Geisler. ( 2000).


Rencana Asuhan Keperawatan

Ma’rifin Husin.(1993). Upaya Meningkatkan Mutu Keperawatan Melalui Kerjasama Antar Rumah sakit.
Konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat Jendral Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan

Muhamad Sayuti. (2006). Analisa Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kayu Agung Tahun 2004. Proposal

Nursalam dan Siti Pariani. ( 2000 ). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

Nursalam . (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit Salemba
Medika.

Notoatmojo S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset,
Yogyakarta.

__________ ( 1999). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Yogyakarta.

Patricia W. I. And Perry G.A.(1985 ). Nursing Documentation, ST.Louis, Toronto.

Purwanto, N. (2000) Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Potter A.P. and Perry G.A. (1985). Fundamental Nursing .St. Louis .CV. Mosby Company.

Robert Bacal. ( 2002 ). Performance Manajemen. Ahli Bahasa : Surya Darma, PT. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.

Robins, S.P.(2001). Perilaku organisasi. Jilid 1. P. T > Prenhallindo, Jakarta

Stanford. (1970). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta


PT. RINEKA CIPTA

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Soemadi. S.B. ( 1996 ). Psikologi pendidikan, Rajawali Pers Jakarta.

Sri. Y. (2004). Motivasi dan Disiplin Kerja Karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan Produksi.
LSIUP, Jakarta
Sastroasmoro dan Ismail. ( 1995 ). Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinik.Jakarta.

Sastroasmoro, dan Ismail. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara Jakarta.

Waruna. (2003). Indikator Motivasi Kerja Perawat, http//www.google.co.id diakses (21 Juni 2010 jam
21.00WIB)

Widayatun. (2000). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manejemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Winardi. (2002 ). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Penerbit Pt. Raja Grafindo Persada
Jakarta.

Wahyusumijo. (1987 ). Kepimpinan dan Motivasi. Graha Indo.

Winkle, W. SJ. ( 1986 ). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia , Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai