BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah unit pelayanan jasa yang memiliki fungsi sosial dan fungsi
fungsi utamanya adalah menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyembuhkan dan pemulihan pasien. Sifat pelayanan rumah sakit adalah unik, sifat unik ini
akibat organisasi rumah sakit yang komplek dan rumit. Kerumitan dan keunikan sifat
pelayanan rumah sakit ini perlu diketahui dan dipahami oleh setiap orang yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan rumah sakit (Darmanto,
2000).
Pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang
mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat
dalam pelayanan ini sebagai peran pelaksana dalam pelayanan keperawatan, sedangkan
pelayanan keperawatan itu sendiri merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasari pada ilmu dari kiat
keperawatan berbentuk bio, psiko, sosial, spiritual, yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
Sekarang ini dan masa yang akan mendatang, peran perawat dalam memberikan
kesehatan profesional (Jenson, 2001). Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tidak
terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu diantaranya adalah tenaga
pelayanan kesehatan di rumah sakit karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan
bio, psiko, sosial, spritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan (Depkes
RI, 2001).
pelayanan kesehatan pada diri pasien. Trend atau perubahan yang terjadi dalam sistem
yang tercatat dalam rekam medis yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan
2001).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah sebagai alat
Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk
asuhan keperawatan dalam mencapai tujuan, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan
keperawatan (Aziz,2002).
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu aspek penting yang sampai saat ini perlu
ditingkatkan, menurut Wustu Ari Mulyo (2006) masalah yang sering terjadi di Indonesia
pada rumah sakit pemerintah maupun swasta yaitu masih berkutat pada kelengkapan
dokumentasi keperawatan yang kurang lengkap. Sejalan dengan penelitian Waruna (2003),
rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyimpulkan bahwa persentase
beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat yaitu: pengetahuan, sikap peduli,
kolaborasi/kemitraan.
pada liest disebabkan lemahnya tentang pemahaman perawat dalam pengisian dokumentasi
asuhan keperawatan selain itu, beban kerja yang tinggi juga mempengaruhi dalam pengisian
pendokumentasian keperawatan disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang
harus di masukkan dan bagaimana cara dokumentasi yang benar. Sehingga dokumentasi
keperawatan tidak lengkap dan menjadi permasalahan yang ada di rumah sakit sehingga
mempengaruhi mutu dan kualitas pelayanan. Demikian juga tergambar dalam penelitian
Pribadi A. (2009), di Rumah Sakit Kelet Jepara analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan hasil pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan baik 51,6%,
faktor motivasi perawat baik 54,8% dan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan baik
58,1%.
kerja , reward terhadap hasil kerja. Faktor intrinsik terdiri dari prestasi, pengakuan, sifat
yang dilakukan di ruang rawat inap Dalam BPRSUD kota Salatiga yang meneliti tentang
hasil pengetahuan perawat terhadap pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan
motivasi perawat 53%, serta hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan menunjukkan 43%.
Hal ini menunjukkan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat dalam
pelaksanaan pendokumentasian.
Provinsi Jambi memiliki 9 RSUD tingkat III dan 1 tingkat II serta 6 Rumah sakit
swasta (Dinkes Provinsi. Jambi, 2009). RSUD tingkat II adalah RSUD Raden Mattaher Jambi
pengisian dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak dilaksanakan secara benar
oleh perawat dan 8 dokumentasi asuhan keperawatan yang kurang lengkap. Hasil prosentase
6 bulan terakhir dari jumlah 445 berkas rekam medik yang disetor ke rekam medik sepuluh
prosennya yaitu sejumlah 45 berkas yang kurang lengkap pada aspek pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, penilaian hasil, cek list yang
sudah dikumpulkan oleh bagian rekam medik dikembalikan ke ruangan untuk dilengkapi.
dilakukan di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi, yang meneliti tentang faktor-
69,5%.
Sementara itu pada studi awal yang dilakukan peneliti terhadap pendokumentasian di
RSUD Muaro Jambi pada tanggal 4-5 mei 2010, dengan melihat 10 berkas
dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak dilaksanakan secara benar oleh
perawat rawat inap dan 4 berkas lainnya hanya pengisian pada kolom implementasi.
dengan faktor pengetahuan dan motivasi perawat yang cukup beragam, baik dari aspek tata
cara pengisian, kelengkapan pengisian dan kegunaannya dari aspek medis serta pelayanan
kesehatan, maupun aspek lain yang terkait dengan kemampuan dan kemauan perawat dalam
Hasil prosentase 6 bulan terakhir dari jumlah 245 berkas rekam medik yang disetor ke
rekam medik sepuluh prosennya yaitu sejumlah 45 berkas yang kurang lengkap pada aspek
hasil, cek list yang sudah dikumpulkan oleh bagian rekam medik dikembalikan ke ruangan
untuk dilengkapi. Dokumentasi yang baik akan membantu perawat mempertahankan diri sendiri
dalam perkara yang salah mengobati, dokumentasi juga dapat menjaga perawat dari pengadilan di
pemerintah yang ada di Kabupaten. Muaro Jambi yang memiliki instalasi gawat darurat,
instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap dengan 5 ruangan rawat inap berkapasitas 100
tempat tidur dengan BOR pada tahun 2009 adalah 50% .Serta jumlah seluruh perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muaro Jambi pada tahun 2009 adalah 65 orang,
Tabel 1.1 Klasifikasi dan Tingkat Pendidikan Perawat RSUD Muaro Jambi Tahun 2009
Tingkat Pendidikan
No Ruangan S.1 D.3 JUMLAH
D.1
Keperawatan Keperawatan/Kebidanan
RUANG
1 1 11 - 12
ANAK
RUANG
2 3 13 - 16
BEDAH
RUANG
3 4 18 - 22
INTERNE
4 RUANG - 8 - 8
PRT
RUANG
5 - 16 1 17
BIDAN
JUMLAH 65
Sumber : Bidang Keperawatan RSUD Muaro Jambi, 2009
permasalahan yang ditemui pada RSUD Muaro Jambi saat ini, maka permasalahan
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rumah sakit maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Perawat Dalam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apakah ada hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Perawat dalam
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Muaro Jambi.
Muaro Jambi.
D. Manfaat penelitian
a. Bagi Peneliti
selanjutnya.
pendokumentasian asuhan keperawatan, serta agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
intensif lagi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan
perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Muaro Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional, dengan populasi 65 perawat di ruangan rawat inap RSUD Muaro Jambi dan
jumlah sampel sebanyak 65 responden yang diambil pada bulan Mei tahun 2010. Penelitian
ini telah dilakukan pada tanggal 24-27 September 2010. Penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dokumentasi keperawatan
1. Pengertian
Suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang status kesehatan klien serta
semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat (Potter and Perry, 1985).
pencatatan, pelaporan dan pemeliharaan yang berkaitan dengan pengelolaan klien guna
c. Untuk menghindari klien merasa tidak aman karena ditanya hal yang sama berulang-ulang.
d.
10
Pengorganisasian data klien yang lengkap akan memberi kemudahan bagi perawat dalam
membantu menyelesaikan masalah klien, disamping itu melalui sistem pencatatan yang
akurat dapat dimonitor permasalahan klien yang teratasi serta melacak masalah baru yang
terjadi.
c. Aspek finansial
Dokumentasi dapat bernilai keuangan karena isinya dapat dijalankan sebagai bahan dalam
d. Aspek pendidikan
dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi
e. Aspek akreditasi
yang berhasil diatasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tentang tingkat
lanjut.
f. Aspek penelitian
Karena isinya menyangkut data informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek
g. Aspek legal
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan berkekuatan
hukum, karena bila terjadi sesuatu permasalahan yang menyangkut hubungan kepentingan
profesi sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka sewaktu-waktu bila
dibutuhkan catatan keperawatan dapat dijadikan barang bukti di pengadilan, oleh karena itu
fakta-fakta harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif, ditandatangani dan diberi
tanggal serta perlu di hindari penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda.
dan pelaporan. Pencatatan adalah dokumen atau profil dalam bentuk tulisan yang menjadikan
bukti otentik terhadap kondisi klien yang termonitor. Pencatatan bermanfaat bagi klien,
rumah sakit, tim kesehatan, serta perkembangan ilmu keperawatan, oleh karena itu
dokumentasi yang sah berisi tentang status kesehatan klien, status keperawatan serta
Menurut Potter and Perry (1989), petunjuk cara pendokumentasian yang benar yaitu :
a. Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang salah ketika mencatat
cara yang benar menggunakan garis pada tulisan yang salah, kata salah lalu di paraf
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga kesehatan lain.
Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau asuhan keperawatan yang
tidak bermutu.
c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis diikuti kesalahan
tindakan.
d. Catatan harus akurat teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan
e. Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena dapat menambahkan
informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi, untuk itu buat garis horisontal
jelas.
g. Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat sedang mengklarifikasikan,
karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas kewenangannya dapat di tuntut.
h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik) , karena informasi yang
spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak sengaja terhapus jika informasi
bersifat terlalu umum. Oleh karena itu tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.
j. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani setiap selesai menulis
akurat dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya.
a. Dokumentasi secara lengkap tentang suatu masalah penting yang bersifat klinis.
d. Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan umum.
e. Gunakan alat tulis yang terlihat jelas serta tinta untuk menghidari terhapusnya catatan.
j. Hindari menerima informasi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali dalam kondisi
darurat.
a. Nilai hukum, catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan mempunyai
nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika dan moral
profesi.
b. Jaminan mutu (Quality Control) pencatatan yang lengkap dan akurat dapat terjadi tolak ukur
dalam menilai asuhan yang telah diberikan dan menentukan tindak lanjut berikutnya.
c. Alat komunikasi, merupakan alat ”perekam” terhadap masalah yang terkait dengan klien,
tenaga kesehatan, dapat dilihat apa yang telah terjadi atau dilakukan terhadap klien perlu
d. Nilai administrasi, termasuk salah satunya adalah biaya atau dana dapat digunakan sebagai
e. Nilai pendidikan, dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi peserta didik
keperawatan.
f. Bahan penelitian, dokumentsi yang lengkap dan akurat dapat mempunyai nilai bagi peneliti
menentukan atau memperlihatkan peran dan fungsi perawat dalam masalah keperawatan.
b. Keakuratan, data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan.
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien yang telah atau sedang
di periksa.
keobjektifan dari data-data yang ada bukan merupakan data fiktif dan samar yang dapat
menimbulkan keracuhan.
8. Standar Dokumentasi
2) Pengelompokkan data dengan kriteria : data biologis, data psikilogis, data sosial dan data
spritual
3) Perumusan masalah dengan tingkat kriteria kesenjangan antara status kesehatan dengan
kebutuhan klien.
3) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan gejala tanda atau terdiri
4) Diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang sudah nyata
terjadi.
5) Diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang kemungkinan
prioritas yang pertama, masalah kesehatan prioritas yang kedua. Yang mempengaruhi
Tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, di susun berdasarkan diagnosa keperawatan,
spesifik pada diagnosa keperawatan, dapat diukur, realistik menggunakan komponen yang
terdiri dari subyek perilaku klien, kondisi klien, dan kriteria tujuan.
3) Rencana tindakan
Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan merupakan alternatif tindakan secara tepat,
melibatkan dan melakukan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknik yang
telah ditentukan.
d. Standar evaluasi
Kriteria :
2) Prioritas dan tujuan baru di tetapkan serta pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan
adalah:
a. Faktor sosial
1) Pengakuan/penghargaan, baik berupa material maupun non material yang adil dan layak
kepada perawat sebagai balasan atas kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan
pendokumentasian.
2) Reward gaji yang kurang menyebabkan mempengaruhi motivasi perawat dalam memberikan
asuhan.
3) Perilaku merupakan salah satu faktor dalam terlaksananya tugas sebaik mungkin yang
b. Praktek profesional
dan keterampilan melakukan tindakan kurangnya tenaga perawat, tidak adanya standar
masalah keperawatan.
B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
World Dictionary of the American Language adalah persepsi tentang sesuatu yang jelas dan
tentu, semua yang telah dirasakan dan diterima oleh otak, serta merupakan informasi
Menurut Peter F. Drucker (1996) dalam The New Realities, pengetahuan adalah
informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar
dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi
memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Lebih jauh Achterbergh &
Vriens (2002) menulis bahwa pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar
kemudian dilanjutkan dengan keputusan tindakan yang dianggap perlu. Kedua, peran
pengetahuan dalam mengambil tindakan yang perlu adalah menjadi latar belakang dalam
mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat dilakukan, memilih salah
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) antara lain :
a. Tahu (Know)
Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkatan
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
b. Memahami (Comprehension)
Adalah merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
d. Analisis (Analysis)
Merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam komponen–
komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (Synthesis)
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun,
merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
pengetahuan adalah tahap perkembangan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa
lalu. Kemampuan kognitif seseorang dibentuk dari cara berpikir seseorang dan selalu
lain :
a. Internal
1) Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperlihatkan dan mengenal berbagai
kegiatan diperhatikan terus menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian dan
bersifat sementara.
2) Bakat adalah kemampuan untuk belajar akan terilisasi menjadi kecakapan nyata sesudah
tingkat intelegent yang tinggi akan berhasil dari pada yang mempunyai intelegant yang
rendah.
b. Eksternal
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang didalam mengajar. Untuk menghindari
C. Motivasi
1. Definisi motivasi
Motivasi menurut Cole (1996) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan proses baik secara naluriah (instinctive) maupun akal (rational), dalam
Menurut Ngalim Purwanto (2000) bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Stoner dan Freeman (1995)
motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
Dari berbagai macam definisi motivasi, menurut Stanford (1970), ada tiga poin
penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisik
maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan
tujuan adalah akhir dari satu kondisi-kondisi tugas tersebut dinamakan faktor motivasi
kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa cukup dengan asal selesai mengerjakan
tugasnya tanpa memikirkan hasilnya. Sehingga untuk memberikan pelayanan yang baik
Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika antara lain dapat diselaraskan tujuan yang
dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun
sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996). Dengan
demikian langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula
bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan motivasi
harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
dengan satuan waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan produk. Seseorang tenaga kerja
dikatakan produktif jika mereka mampu menghasilkan output yang lebih banyak dari tenaga
kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang karyawan mampu menghasilkan
produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka karyawan tersebut menunjukan
b. Semangat kerja
Semangat kerja adalah terdapatnya perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk
menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik (Hasley, 1965). Sedangkan (Devis, 1962),
menjelaskan bahwa semangat kerja merupakan sikap individu atau kelompok terhadap
seluruh lingkungan kerja dan kerja sama dengan orang lain yang secara maksimal sesuai
semangat kerja yang baik ditandai dengan gairah karyawan melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan perintah dan peraturan serta kemauan kerjasama dengan karyawan lain dalam
c. Disiplin kerja
Secara umum disiplin adalah ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati (Taufiq,1987). Disiplin
juga berkaitan erat denga sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar.
mentaati peraturan yang berlaku (Syaidam, 2000). Dengan demikian disiplin alat yang dapat
dijadikan sebagai pengendalian diri, dan dapat dijadikan salah satu indikator berpengaruh
d. Prestasi kerja
Kepuasan pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat meningkatkan prestasi kerja yang baik
(Hasibuan, 2005).
Dengan demikian prestasi kerja merupakan kemampuan atau kompetensi dari perawat
dalam bekerja, penerimaan atau tugas, tanggungjawab dan perannya sebagai perawat, serta
hasil karyanya dalam bekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Penilaian prestasi kerja
perawat, dapat dilihat dari deskripsi tugas setiap perawat dan tanggungjawab yang harus
diembannya. Sedangkan tolak ukur yang digunakan untuk mengukur prestasi tersebut adalah
standar praktek keperawatan yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar
berusaha memuaskan berbagai jenis kebutuhan para bawahannya. Salah satu cara yang
dikenal untuk memuaskan kebutuhan para bawahan itu adalah dengan menggunakan teknik
motivasi yang tepat. Teknik motivasi yang efektif ialah teknik yang ditunjukan kepada dan
disesuaikan dengan kebutuhan individual. Sasarannya ialah bahwa dengan demikian manajer
yang bersangkutan akan lebih mampu meyakinkan para bawahannya bahwa dengan
tercapainya tujuan organisasi, tujuan-tujuan pribadi para bawahan itu akan ikut tercapai pula
dan berbagai kebutuhannya akan tercapai sesuai dengan persepsi bawahan yang
bersangkutan. Artinya, dengan demikian dalam diri para bawahan itu terdapat keyakinan
bahwa terdapat sinkronisasi antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi sebagai
keseluruhan.
c) Jenis kelamin
b) Rekreasi
Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera
1999):
a. Faktor fisik & proses mental
e. Sikon
g. Media
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
kosep yang ingin diamati atau diukur melalui penelititan-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2002:69).
Pada kerangka konsep ini yang menjadi variabel adalah pengetahuan, motivasi dan
B. Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Variabel Perilaku dokumentasi Kuesioner Mengisi 1. Tidak baik, Ordinal
Dependen perawat lembar jika nilai<
Perilaku perawat adalah kemauan kuesioner median=15
dalam perawat dalam 2. Baik, jika
pendokumentasian pencatatan jumlah nilai ≥
asuhan keperawatan dokumentasi asuhan median=15
keperawatan dan list
pasien.
1 Rendah, jika
2 Pengetahuan adalah Kuesioner Mengisi jumlah Jawaban Ordinal
Variabel informasai yang lembar <75%
Independen membantu perawat kuesioner 2.Tinggi, jika
Pengetahuan dalam melakukan dengan cara jumlah
dokumentasi asuhan menyilang Jawaban ≥
keperawatan melalui (x) 75%.
dari proses
pengkajian,
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi
1.Tinggi,
Suatu dorongan yang Kuesioner jika nilai < Ordinal
Motivasi ada dalam diri seorang Mengunakan median=34
perawat untuk Skala likert 2.Rendah, jika
melakukan jumlah nilai ≥
pendokumentasian median =34
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dalam pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.
2. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dalam pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.
D. Desain Penelitian
Sectional (potong lintang) untuk melihat korelasi antara variabel independen yaitu
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel (total sampling) yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penilaian ini populasinya
adalah seluruh perawat pelaksana di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Muaro
b. Sampel
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan di
dilakukan dengan menggunakan total sampling, dimana keseluruhan jumlah perawat yang
1) Semua perawat pelaksana rawat inap RSUD Muaro Jambi yang tidak memegang jabatan
struktural
F. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar
check list dengan pertanyaan terstruktur untuk melihat tentang pengetahuan dan motivasi
analisis diberikan nilai (skoring) pada setiap jawaban untuk variabel independen dan variabel
Pertanyaan pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan, jika responden menjawab benar diberi
Kuesioner B. Motivasi
Pernyataan motivasi terdiri dari 10 pertanyaan. Pernyataan positif no 5,7,9,10 jika responden
menjawab “sangat setuju” diberi nilai 4, “setuju” diberi nilai 3, “tidak setuju” diberi nilai 2,
dan “sangat tidak setuju” diberi nilai 1. Pernyataan negatif no 1,2,3,4,6dan 8 jika responden
menjawab “sangat setuju” diberi nilai 1, “setuju” diberi nilai 2, “tidak setuju” diberi nilai 3,
Pernyataan benar no 1,3,5,7 dan 9 jika responden menjawab benar diberi nilai 2 dan jika
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu kuesioner telah di uji coba pada 30
responden yang berada pada RSUD HAMBA Muara Bulian yang mempunyai karakteristik
yang sama dengan RSUD Muaro Jambi. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengukur
validitas dengan menggunakan rumus pearson product moment dan reliabilitas dengan
menggunakan rumus alpha cronbach dengan nilai minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008). Sementara
suatu pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r.hitung > r.tabel dan dikatakan reliabil apabila
nilai alpa > r.tabel dengan r.tabel yaitu 0,361. Berdasarkan analisis kuesioner didapatkan nilai
validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel antara lain variabel perilaku perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan r.hitung yaitu 0,593 dan nilai alpa
yaitu 0,872, variabel pengetahuan dengan r.hitung yaitu 0,582 dengan nilai alpa yaitu 0,899,
dan variabel motivasi dengan r.hitung yaitu 0,568 dengan nilai alpa yaitu 0,856.
G. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di masing-masing ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi
dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi
peneliti kepada Direktur RSUD Muaro Jambi . Setelah mendapat izin dari Direktur,
selanjutnya kepada perawat pelaksana akan diberikan penjelasan tujuan penelitian dan
dimohon bantuannya menjadi responden. Bila bersedia menjadi responden dan selanjutnya
Responden yang memenuhi kriteria diberikan angket agar mengisinya dan peneliti
berada di dekat responden agar apabila ada pertanyaan dari responden, peneliti dapat segera
menjelaskannya. Responden diingatkan agar semua pertanyaan diisi dengan lengkap, bila
telah selesai diisi dilakukan pada saat akan melakukan dokumentasi keperawatan.
1. Prosedur penelitian
a. Meminta surat izin untuk pengambilan data dari Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
c. Atas persetujuan dari Direktur RSUD Muaro Jambi, peneliti menemui bagian TU untuk
d. Menyampaikan surat izin penelitian ke ruangan rawat inap RSUD Muaro Jambi.
e. Peneliti dibantu oleh tiga orang anggota tim menyabarkan kuesioner keperawat di setiap
f. Peneliti meminta kesediaan perawat untuk menjadi responden secara sukarela dan apabila
respoden memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini maka perawat dapat
menolak untuk tidak menjadi responden, dan apabila perawat bersedia menjadi responden
i. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Muaro Jambi, dalam penelitian ini responden
menjawab kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Dan peneliti mendampingi responden saat
menjawab kuesioner
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel
yang di teliti meliputi variabel Independen (Pengetahuan dan Motivasi) terhadap variabel
2. Analisa Bivariat
RSUD Muaro Jambi. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Uji ini digunakan
untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi
frekuensi yang diamati dan yang diharapkan dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila P-value <
0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho ditolak). Sedangkan bila P-value > 0,05
I. Etika Penelitian
panitia etik RSUD Muaro Jambi untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian kuesioner di
kirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi.
1. Informed Consent (persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan riset yang telah dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan
sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus
Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan memberikan atau
mencantumkan nama subjek pada lembar alat ukur. Lembar tersebut hanya diberi nomor
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Privacy
5. Fair Treatment
Merupakan jaminan yang diberikan kepada responden agar diperlakukan secara adil
dan baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau drop out sebagai responden.
6. Self Determinition
secara manusiawi. Subjek memiliki hak memutuskan untuk bersedia menjadi responden atau
pun tidak, tanpa adanya sanksi apapun akan berakibat terhadap kesembuhannya juka mereka
seorang pasien.
J. Pengolahan Data
1. Editing
Yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah terkumpul dari setiap jawaban
kuesioner dan apakah data telah terisi dengan lengkap dan jelas.
2. Coding
3. Scoring
4. Entry Data
Yaitu setelah semua data terkumpul dan diberi kode maka data tersebut dimasukkan
kedalam komputer.
5. Cleaning
Yaitu pembersihan data untuk melihat apakah data sudah sangat benar dan baik dan
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi terletak di Ibukota Kabupaten yaitu Sengeti
54 Tahun 1999, secara administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 8 kecamatan yaitu
Kecamatan sekernan, Jambi Luar Kota, Muaro Sebo, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mestong dan
Sungai Bahar.
Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi dibangun melalui dana Proyek Peningkatan
Pelayanan Departemen Kesehatan RI tahun 2005, dibangun diatas tanah seluas lebih kurang 7
hektar. Peresmian operasionalnya oleh Bupati Muaro Jambi Burhanudin Mahir pada tanggal
21 Juni 2005 dengan kapasitas 35 tempat tidur (pada saat itu). Pada tanggal 2 Mei 2008, oleh
Menteri Kesehatan RI, Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi ini ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Kelas C dengan Surat Keputusan no. 428/ Menkes/ SK/ III/ 250/08.
42
Adapun visi dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi adalah sebagai
berikut :
Visi RSUD Muaro Jambi yang sejalan dengan visi Kabupaten Muaro Jambi dan visi
Departemen Kesehatan yaitu “Memberikan Pelayanan Prima Menuju Muaro Jambi Sehat
2010”.
Untuk mengaktualisasikan visi RSUD Muaro Jambi perlu dipertanyakan misi yang
akan dilaksanakan sesuai dengan seksi yang ada di RSUD Muaro Jambi yakni :
a. Meningkatkan standarisasi mutu manajemen kesehatan secara efektif dan efisien yang
b. Meningkatkan standarisasi mutu pelayanan medik dan penunjang medik yang berkualitas
d. Mewujudkan sistem informasi kesehatan Rumah Sakit yang lebih berkualitas dan mengikuti
B. Pembahasan
1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) atau dengan kata lain
bahwa penelitian ini dilakukan pengukuran pada saat yang bersamaan antara variabel
independen maupun dependen, sehingga penelitian kemungkinan mempunyai kelemahan-
kelemahan sebagai berikut :
a. Kemungkinan masih ada variabel-variabel yang menjadi variabel confounding terhadap
variabel dependen.
b. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dari 65 responden, 35 responden Data diperoleh
menggunakan kuesioner dengan memberikan kuesioner pada perawat pada perawat sehingga
kualitas data sangat bergantung dari kejujuran dan persepsi perawat dalam menjawab
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Perawat Pelaksana di Rumah Sakit
Umum Daerah Muaro Jambi Tahun 2010
Perilaku Pendokumentasian
No. Pengetahuan Perawat Keperawatan
Jumlah Persentase (%)
1. Rendah 36 55,4
2. Tinggi 29 44,6
Total 65 100,0
Sumber data primer 2010
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 65 responden, memiliki pengetahuan perawat
rendah 36 responden (55,4%) dan hanya 29 responden (44,6%) memiliki pengetahuan tinggi
tentang pendokumentasian keperawatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan rendah lebih besar dari pada reseponden yang memilki pengetahuan
tinggi.
Menurut Peter F. Drucker dalam The New Realities, pengetahuan adalah informasi yang
dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam
bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki
kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Pengetahuan yang baik tentang cara
pendokumentasian akan mempengeruhi perilaku responden dalam pendokumentasian
keperawatan.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang perilaku pendokumentasian
keperawatan sebanyak 36 responden (55,4%) rendah. Hal ini dikarenakan responden kurang
memahami pentingnya pendokumentasian. Selain itu adanya responden yang kurang
memahami tentang pengertian tentang pendokumentasian, tujuan pendokumentasian, fungsi
pendokumentasian, cakupan pendokumentasian dan prinsip-prinsip pendokumentasian.
Perilaku Pendokumentasian
Perawat
No. Motivasi Jumlah Persentase (%)
1. Rendah 39 60
2. Tinggi 26 40
Total 65 100,0
Sumber data primer 2010
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 65 responden, sebagian besar motivasi perawat
rendah 39 responden (60%) dan hanya 26 responden (40%) memiliki motivasi tinggi tentang
pendokumentasian keperawatan. Sehinga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
motivasi rendah dalam perilaku pendokumentasian keperawatan lebih banyak dari pada
responden yang memilki motivasi tinggi dalam perilaku pendokumentasian keperawatan.
Menurut Cole (1996), Motivasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses baik secara naluriah (instinctive) maupun akal (rational), dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, yang dipicu oleh perasaan membutuhkan. Lebih lanjut Ngalim Purwanto
(2000), bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dalam menentukan motivasi, kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri
memegang peranan penting.
Hasil penelitian ini terlihat bahwa 39 responden (60%) motivasi responden berperilaku tidak
baik dalam pendokumentasian keperawatan. Hal ini dikarenakan tidak baiknya motivasi
responden tentang perilaku pendokumentasian keperawatan adanya anggapan
pendokumentasian sangat mudah dilakukan, kurangnya pengawasaan terhadap kelengkapan
pendokumentasian dan kurangnya evaluasi dari pendokumentasian yang telah dilakukan.
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pendokumentasian di Rumah Sakit
Umum Muaro Jambi Tahun 2010
Perilaku
No. Pengetahuan
Pendokumentasian
Perawat OR
p-
value
Tidak baik
Jml % Jml
Baik
% Total Persentase
(%)
1. Rendah 26 72,2 10 27,8 36 55,4
2. Tinggi 9 31,0 20 69,0 29 44,6
5,778 0,002
Total 35 30 65 100
Tabel 4.5 Hubungan Motivasi dengan Perilaku dalam Pendokumentasian di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Muaro Jambi Tahun 2010
A. Kesimpulan
1. Dari 65 responden, sebagian besar perilaku pendokumentasian keperawatan tidak baik 35
responden (53,8%) dan hanya 30 responden (46,2%) memiliki perilaku perawat baik. Untuk
pengetahuan 36 responden (55,4) memiliki pengetahuan rendah dan 29 responden (44,6)
memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan untuk motivasi sebagian besar motivasi perawat
rendah 39 responden (60%) dan hanya 26 responden (40%) memiliki motivasi tinggi tentang
pendokumentasian keperawatan.
2. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan nilai p-value = 0,002.
3. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi dalam perilaku dengan perilaku
pendokumentasian asuhan keperawatan nilai p-value = 0,022.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
58
keperawatan.
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Muaro Jambi. Kemudian
dalam melakukan supervisi dengan cara antara lain; memberikan pendidikan, pelatihan
maupun seminar yang berkaitan dengan dokumentasi asuhan keperawatan, rekam medis atau
sakit umum daerah muaro jambi 2010 agar dapat melakukan penelitian Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
A Sonny Keraf dan Mikhael Dua (2001). Ilmu Pengetahuan, sebuah Filosofis, Kanisius
Achterbergh & Vriens. (2002). Prilaku Caring Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawat. Buletin
Fatmawati
Agung Pribadi, (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan motivasi
pelaksanaan analisis dokumentasi keperawatan di rumah sakit umum Kelet Jepara, diakses
(17 Juni 2010 Jam 19.30 WIB)
American Dictionary of the Language Webster’s New. (2002). Hospital Choice : A Summary of Key
Empirical and Hipithetical of the 1980. Journal of Helth Marketing, Fall 1985.
Ari Mulyo Wustu. (2006). Praktik Keperawatan Profesional, Konsep Dasar dan Hukum. EGC. Jakarta
Aziz, A, (2003). Hubungan Antara Faktor Karakteristik dan Motivasi dengan Kinerja Penyuluh
Keluarga Berencana Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kota Jambi Tahun
2003. FKM-UI. Jakarta
Azwar, S, (1996). Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya, (2th ed). Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Brunt, (1999). Besar sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta
Carpenito I.J. (1995). Nursing Care Plan and Documentation, 2 nd Ed. J.B.
Darmanto, (2000). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSD Raden Mattaher Jambi Tahun 2005. Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan. Stikes Bina Husada Palembang
Dina Maryana (2009) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Kecamatan Sarolangun Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan.
Yayasan Haji Soeheily Qori Bangko.
Departemen Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Medis. ( 1993 ). Standar Pelayanan Rumah sakit, Cetakan
II. EGC, Jakarta
DepKes ( 1995 ). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Dep Kes
Jakarta
Fishback FT. ( 1991 ). Documenting Care : Communication, The Nursing Process and Documentation
Standart, F.A. davis Company, Philadelphia.
Freeman dan Stoner. (1995). Nursing Process. A Critical Thinking Approach. AddisonWesley Nursing.
California. 1996.
Hasibuan, S.P, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.
Hidayat. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta
Ilyas, Y.(1994).Kinerja : Teori perilaku dan penelitian. Jakarta : Badan Penerbit FKM-UI depok
Ma’rifin Husin.(1993). Upaya Meningkatkan Mutu Keperawatan Melalui Kerjasama Antar Rumah sakit.
Konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat Jendral Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Muhamad Sayuti. (2006). Analisa Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kayu Agung Tahun 2004. Proposal
Nursalam dan Siti Pariani. ( 2000 ). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Nursalam . (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit Salemba
Medika.
Notoatmojo S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset,
Yogyakarta.
Potter A.P. and Perry G.A. (1985). Fundamental Nursing .St. Louis .CV. Mosby Company.
Robert Bacal. ( 2002 ). Performance Manajemen. Ahli Bahasa : Surya Darma, PT. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.
Sri. Y. (2004). Motivasi dan Disiplin Kerja Karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan Produksi.
LSIUP, Jakarta
Sastroasmoro dan Ismail. ( 1995 ). Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinik.Jakarta.
Sastroasmoro, dan Ismail. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara Jakarta.
Waruna. (2003). Indikator Motivasi Kerja Perawat, http//www.google.co.id diakses (21 Juni 2010 jam
21.00WIB)
Widayatun. (2000). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manejemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Winardi. (2002 ). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Penerbit Pt. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Winkle, W. SJ. ( 1986 ). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia , Jakarta.