Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH


DIFTERI

OLEH

NI MADE APRILAYONI ASTUTI


P07120215051
I DEWA GEDE WISNU BUDI SURYAWAN
P07120215052

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D4
TAHUN AJARAN 2016/2017

A. DEFINISI DIFTERI
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular yang terjadi
secara lokal pada mukosa saluran pernafasan atau kulit, yang disebabkan
bakteri Corynabacterium Diphteria, ditandai oleh terbentuknya eksudat
yang membentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-
gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi bakteri
tersebut (Sudoyo Aru,2009)

B. ETIOLOGI
Disebabkan oleh Corynabacterium Diphteria, bakteri gram positif
yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, aerobik
dan dapat memproduksi eksotoksin (Sudoyo Aru,2009). Klasifikasi
penyakit difteri secara klinis adalah menurut lokasinya :
1. Difteri Nasal Anterior
2. Difteri Nasal Posterior
3. Difteri Fausial (Farinks)
4. Difteri Laryngeal
5. Difteri Konjungtiva
6. Difteri Kulit
7. Difteri Vulva / Vagina
Menurut tingkat keparahannya (Sudoyo Aru,2009) :
1. Infeksi ringan, apabila pseudomembrane hanya terdapat pada
mokosa hidung dengan gejala hanya pilek dan gangguan
menelan
2. Infeksi sedang, apabila pseudomembrane telah menyerang
sampai faring dan laringsehingga keadaan pasien terlihat lesu
dan agak sesak.
3. Infeksi berat, apabila terjadi sumbatan nafas yang berat dan
adanya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh eksotoksin
seperti miokarditis, paralisis dan nefritis

C. TANDA GEJALA DIFTERI


Masa inkubasi dari bakteri Corynabacterium Diphteria umumnya 2-
5 hari. (range 1-10 hari), pada difteri kutan adalah 7 hari sesudah infeksi
primer pada kulit. Tanda gejala pada pasien dengan difteri :
1. Demam dengan suhu sekitar 38oC
2. Kerongkongan sakit dan suara parau
3. Perasaan tidak enak, mual muntah dan lesu
4. Sakit kepala
5. Rinorea, berlendir dan kadang-kadang bercampur darah
(Sudoyo Aru,2009)

D. PATHWAY

Faktor Pencetus 1. Imunisasi tidak lengkap Kuman C. Difteriae Masuk melalui mukosa
2. Faktor lingkungan dan kulit
3. Daerah endemik bakteri

Berkembang biak pada


Resiko infeksi Memproduksi toksin permukaan mukosa
saluran nafas bagian atas

Menghambat
Sel mati, respon inflasi pembentukan protein Lokal Seluruh tubuh
lokal dalam sel toksin

Psudomembran
(eksudat, fibrin, sel Jantung Saraf Ginjal
radang, eritrosit,
nekrosis, sel-sel epitel)
Nekrosis toksik Neurotististoksik Tampak
dan degenarasi dengen degenerasi perdarahan
Udem sof tissue hialin lemah pada adrebnal dan
selaput melien nekrosis tubular
adekuat
Miokarditis payah
Obstruksi saluran jantung
pernafasan toksin Paralisis
dipalatumole, Proteinuria
otot mata,
Edema kongesti ekstremitas
Menyumbat jalan infiltrasi sel mono inferior
nafas nuclear pada serat Inkotinensia
dan sistem urine aliran
konduksi berlebih

Ketidakefektifan pola
nafas
Kelebihan volume
cairan penurunan Ansietas Hambatan
curah jantung gangguan komunikasi
menelan verbal

Gambar 1 Pathway Difteri

(NANDA,2015,Sudoyo Aru,2009)

E. PEM
ERIKSAAN PENUNJANG
1. Bakteriologik, preparat apusan kuman difteri dari bahan asupan
mukosa hidung dan tenggorokan (nasofaringeal swab)
2. Darah rutin : Hb, leukosit, hitung jenis, eritrosit, albumin
3. Urin lengkap : aspek, protein, dan sidimen
4. Enzim CPK, segera saat masuk RS
5. Ureum dan kreatinin (Bila dicurigai ada komplikasi ginjal)
6. EKG (Endo Kardio Gram)
7. Pemeriksaan radiografi torak untuk mengecek adanya hiperinflasi
8. Tes schick
(Hidayat,2006)

F. PENATALAKSANAAN
1. Memperhantikan intake cairan dan makanan
2. Pastikan kemudahan depekasi
3. Pemberian antitusif untuk mengurangi batuk
4. Aspirasi skret secara periodik
5. Berikan oksigen dan trakeostomi
6. Pemberian serum anti difteri (SAD)
7. Antibiotik
8. Kortikostiroid
(Hidayat,2006)

G. PENGKAJIAN
1. Identitas : dapat terjadi pada semua golongan umur tapi sering
dijumpai pada anak (usia 1-10 tahun).
2. Keluhan utama : biasanya klien dating dengan keluhan kesulitan
bernapas pada waktu tidur, nyeri pada waktu makan , dan bengkak
pada tenggorokan /leher.

3. Riwayat kontak dengan keluarga perlu dikaji.


a. Pemeriksaan fisik
Pada difteri tonsil-faring terdapat malise, suhu tubuh >

38,9 C, terdapat pseudomembran pada tonsil dan

dinding faring, serta bullnek.


Pada difteri laring terdapat stidor,suara parau, dan batuk
kering, sementara pada obstruksi laring yang besar
terdapat retraksi supra sterna, sub costal, dan supra
clavicular.
Pada difteri hidung terdapat pilek ringan,secret hidung
yang serosauinus sampai mukopurulen dan membrane
putih pada septum nasi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan sediaan
langsung dengan kultur dan pemeriksaan toksigenitas.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan napas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber informasi.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

I. INTERVENSI
Tabel terdapat di lampiran

J. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan interverensi

K. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis
terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi
dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu
L. LAMPIRAN
Tabel 1. Bersihan Jalan Nafas
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan NOC NIC
nafas tidak Setelah diberikan 1. Berikan pasien posisi
efektif askep selama 3x24 jam semi atau fowler
berhubungan diharapkan bersihan 2. Ajarkan cara batuk
dengan jalan napas pasien efektif
obstruksi jalan efektif dengan criteria 3. Catat kemampuan
napas. hasil : untuk mengeluarkan
1. Orangtua klien secret , catat karakter,
mengatakan sesak jumlah sputum, ada
anaknya mulai atau tidak hemoptisis.
berkurang 4. Kaji fungsi pernapasan
2. Tidak ada retraksi klien (bunyi
dada napas,kecepatan,dan
3. RR : 15-30 x irama napas pasien)
/menit 5. Kolaborasi dengan
4. Penurunan dokter pemberian obat
produksi sputum bronkodilator dan
5. Tidak sianosis mukolitik.
6. Batuk efektif 6. Bersihkan secret dari
saluran pernapasan
dengan suction bila
perlu

Tabel 2. Ketidakseimbangan Nutrisi


NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Setelah diberikan 1. Berikan kalori sesuai
kebutuhan tubuh askep selama 3x24 kebutuhan nutrisi.
berhubungan jam diharapkan 2. Kaji BB klien.
dengan penurunan kebutuhan nutrisi 3. Monitor turgor kulit.
intake makanan. pasien terpenuhi 4. Monitor kalori dan
dengan criteria hasil intake nutrisi.
: 5. Monitor nafsu makan
1. Adanya klien.
peningkatan 6. Monitor pertumbuhan
berat badan dan perkembangan.
sesuai tujuan. 7. Kolaborasi dengan ahli
2. Nafsu makan gizi untuk menentukan
pasien jumlah kalori dan
meningkat. nutrisi yang diperlukan
3. Berat badan klien.
ideal sesuai
tinggi badan.
4. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti.
5. Mampu
mengidentifikas
i kebutuhan
nutrisi.
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
pemberian
makanan yang
tepat
7. Turgor kulit
elastic

Tabel 3. Kurang Pengetahuan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Kurang NOC NIC
pengetahuan Setelah diberikan 1. Jelaskan kepada klien
berhubungan askep 1x60 menit dan keluarga tentang
dengan tidak diharapkan klien gejala, pengobatan,
mengetahui sumber dan keluarganya proses penyakit,cara
informasi. dapat memahami penanganan, tentang
tentang penyakit yang dialami
penyakitnya dengan klien.
criteria hasil : 2. Sediakan sumber
1. Pasien dan informasi yang tepat
keluaraga tentang kondisi pasien
menyatakan 3. Instruksikan pasien dan
paham tentang keluarga mengenai
penyakit yang tanda dan gejala yang
dideritanya, terjadi untuk dilaporkan
kondisi pada perawat
prognosis, dan
program
pengobatan.
2. Pasien dan
klien mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
dengan benar.
3. Pasien dan
klien mampu
menjelaskan
kembali apa
yang telah
dijelaskan oleh
perawat atau
tim kesehatan
yang lainnya.
Tabel 4. Hipertermi
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. .Hipertermi NOC NOC
berhubungan Setelah diberikan Setelah diberikan
dengan proses askep 2x24 jam askep 2x24 jam
penyakit diharapkan suhu diharapkan suhu badan
badan klien ada klien ada dalam
dalam rentang rentang normal dengan
normal dengan criteria hasil :
criteria hasil : 1. Suhu badan
1. Suhu badan pasien dalam
pasien dalam rentang normal
rentang normal yaitu 36-38 C
yaitu 36-38 C 2. Badan pasien
2. Badan pasien sudah tidak
sudah tidak hangat lagi
hangat lagi 3. Warna kulit
3. Warna kulit pasien
pasien normal,yaitu
normal,yaitu tidak
tidak kemerahan kemerahan

M. DAFTAR PUSTAKA
Bulechrck, Goria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC) Ed. 6. United Kingdom: Elsevier

Herdman, T Heater. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Hidayat, A. A. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Ed.5.


Uniteed Kingdom : Elsevier
Bulechrck, Goria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC) Ed. 6. United Kingdom: Elsevier

Herdman, T Heater. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Hidayat, A. A. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Ed.5.


Uniteed Kingdom : Elsevier

Sudoyo, Aru., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 1. Jakarta :
Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai