BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan interpretasi tentang
Gabriel dan St. Yakobus Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda. Pada akhir bab ini
1. Karakteristik Perawat
a. Usia
Hasil penelitian didapatkan usia perawat di ruang St. Yakobus dan St.
Jika melihat hasil penelitian ini, rata-rata perawat berada dalam masa
kinerja yang baik. Hal ini sesuai pendapat Robbins dalam Haeriyanto,
namun pada shift malam bisa sampai 8 - 9 orang pasien. Begitu juga
kerja sama yang baik antara perawat yang lebih tua dengan perawat
dimana perawat yang telah berusia 40 tahun atau lebih akan memiliki
Pembagian usia ini didasari oleh pendapat Levinson 1978 dalam Potter
Hal ini berbeda dengan pendapat Gibson dalam Ilyas (2007) hubungan
antara usia dengan kinerja menjadi issu yang penting antara lain oleh
b. Jenis Kelamin.
(1.1 %).
rumah sakit karena seorang perempuan juga memiliki sifat atau naluri
pertama saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang
c. Tingkat Pendidikkan
peran kepala ruangan, ketua tim dan kerja sama anggota timyang baik
hal ini kemungkinan kepala ruangan dan ketua tim yang berpendidikan
dokumentasi keperawatan.
tim baik sebanyak 51 orang (56.7 %) dan kurang baik sebanyak 39 orang
(43.3%)
Menurut peneliti hasil penerapan metode tim adalah baik disebabkan peran
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Kron & Gray (1997) dalam Sitorus
(2006) yang menyatakan bahwa peran kepala ruangan, ketua tim dan
tim sangat penting dan besar, karena semakin baik tanggung jawab dan
bahwa peran dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim merupakan
3. Kinerja Perawat
menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 54%. Namun masih sebagian
besar lagi menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu sebesar 46%
agama, ras dan jenis kelamin seseorang sehingga kepuasan pasien akan
rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan
kerja yang tinggi sehingga sasaran kinerja yang harus dicapai belum
para manajer dan staf perawat untuk melakukan introspeksi dan meninjau
lebih baik dan professional. Manfaat penilaian kinerja ini juga untuk
dengan baik
tim yang baik mempunyai peluang 112.0 kali menunjukan kinerja perawat
tim dengan kinerja perawat dapat disebabkan karena peran kepala ruangan
dalam penerapan model asuhan keperawatan tim sangat penting dalam hal
ketua tim mendapat dukungan dari anggota tim, maka tercipta kinerja perawat
yang lebih baik. Ketua tim bersama anggota tim secara rutin melakukan
perawat tanpa memandang status, ras, agama dan golongan dari pasien yang
dirawatnya. Juga karena anggota tim adalah perawat dengan latar belakang D-
III dimana memiliki pengetahuan tentang metode tim yang sudah didapatkan
Di samping itu ada factor yang menyebabkan penerapan metode tim kurang
baik dan kinerja perawat kurang baik hal ini disebabkan karena kepala
dibuat oleh ketua tim, kepala ruangan juga merangkap menjadi pelaksana
93
asuhan keperawatan tim, juga peran ketua tim yang kurang dalam melakukan
pre dan post conference, serta anggota tim karena factor individunya yang
Penelitian ini sesuai dengan Main line health (2012) MPKP mendukung
antara perawat dengan dokter, pasien, keluarga, dan masyarakat (Main line
health, 2012). Selain itu penerapan MPKP juga dapat meningkatkan kerjasama
seluruh sistem. Hoffar & Woods (1996) dalam Sitorus (2006) salah satu faktor
layanan profesionalnya.