REPUBLIK INDONESIA
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 a. bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi
Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu ditetapkan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penetapan peraturan
Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 perundang-undangan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah. Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, perlu yang berimplikasi terhadap perubahan struktur pendapatan,
dilakukan penyempurnaan pengelolaan keuangan daerah sesuai penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat komitmen,
dengan urusan dan organisasi perangkat daerah; penganggaran tahun jamak dan pengaturan pendanaan tanggap
darurat bencana, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
b. bahwa dalam rangka memenuhi aspirasi daerah dan permasalahan b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
teknis dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
tentang Penyelenggaraan Negara yang Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
tentang Keuangan Negara (Lembaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan
tentang Pemeriksanaan Pengelolaan dan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Tanggungjawab Keuangan Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Nasional (Lembaran Negara Republik 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Nomor 4421);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Republik Indonesia Nomor 4437) 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 4548);
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 4548);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
tentang Perimbangan Keuangan Antara Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
tentang Kedudukan Protokoler dan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90,
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416)
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 4416) Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan 4540);
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Republik Indonesia Nomor 4502);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara 4575);
Republik Indonesia Nomor 4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada
tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4577);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan 15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun PengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Indonesia Nomor 4578); Indonesia Nomor 4578);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Instansi Pemerintahl (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
Nomor 5165);
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001
Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen
Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik
sebagaimana telah diubah dengan Indonesia Nomor 88 Tahun 2003;
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 2003;
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri.
Kerja Departemen Dalam Negeri.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
KEUANGAN DAERAH DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH DAERAH
Pasal I Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah diubah Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagai berikut: sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
diubah sebagai berikut:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
1. Ketentuan Pasal 1 angka 33 dihapus 1. Ketentuan Pasal 1 angka 34, angka 61 dan angka 62 diubah,
Pasal 1 - Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah - 1. tetap
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan - 2. tetap
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, - 3. tetap
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan - 4. tetap
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut - 5. tetap
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuaan Republik Indonesia.
6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah - 6. tetap
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut.
7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang - 7. tetap
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala
daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang
berlaku di Provinsi Papua.
1 (satu) tahun.
32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya - 32. tetap
disingkat PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas
maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap
program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum
disepakati dengan DPRD.
33. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA 33. Dihapus 33. Dihapus
adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai
acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan
DPRD.
34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat - 34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-
RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD adalah dokumen perencanaan dan pengangggaran yang berisi
yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan rencana pendapatan dan rencana belanja program dan kegiatan SKPD
kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar sebagai dasar penyusunan APBD.
penyusunan APBD.
2. Diantara ketentuan Pasal 1 angka 34 dan angka 35 disisipkan
angka 34a yang berbunyi sebagai berikut :
34a. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan 34a. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan
rencana kerja dan anggaran badan/ dinas/ biro keuangan/ anggaran badan/ dinas/ biro keuangan/ bagian keuangan selaku
bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah. Bendahara Umum Daerah.
35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan - 35. tetap
penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam
perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju.
36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan - 36. tetap.
dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan
kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya.
37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan - 37. tetap
atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan - 38. tetap
rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi
alokasi dana.
39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang - 39. tetap.
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 10 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui - 51. tetap
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan - 52. tetap.
daerah dan belanja daerah.
53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara - 53. tetap
pendapatan daerah dan belanja daerah.
54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu - 54. tetap
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat - 55. tetap.
SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran selama satu periode anggaran.
56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan - 56. tetap
daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban
untuk membayar kembali.
57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada - 57. tetap
pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya
yang sah.
58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar - 58. tetap
pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang
dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai - 59. tetap
kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat - 60. tetap.
ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau
manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
3. Diantara ketentuan Pasal 1 angka 61 dan angka 62 disisipkan
angka 61a yang berbunyi sebagai berikut:
61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya - 61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna
dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. anggaran.
61a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola 61a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan
Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 12 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
adalah dokumen pelaksanaan anggaran badan/ dinas/ biro pelaksanaan anggaran badan/ dinas/ biro keuangan/ bagian
keuangan/ bagian keuangan selaku Bendahara Umum keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
Daerah.
62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang - 62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya
selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan
memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh perubahan anggaran oleh pengguna anggaran.
pengguna anggaran.
62a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya
disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun
sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun
berikutnya.
63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang - 63. tetap
bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk
mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah - 64. tetap
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk
melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.
65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP - 65. tetap
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk
mengajukan permintaan pembayaran.
66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP - 66. tetap
adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian
kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU - 67. tetap
adalah dokumen yang diajukan bendahara pengeluaran untuk
permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung.
68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat - 68. tetap
SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna
melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak
dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang
persediaan.
69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah - 69. tetap
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas
dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya
dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 13 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
produktivitas.
79. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan
dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang
pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.
80. Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS
merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib
belajar, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua - -
Ruang Lingkup - -
Pasal 2 - -
Pasal 3 - -
Bagian Ketiga - -
Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah - -
Pasal 4 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 15 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
BAB II - -
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH - -
Bagian Pertama - -
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah - -
Pasal 5 - -
Bagian Kedua - -
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah - -
Pasal 6 - -
Bagian Ketiga - -
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah - -
Pasal 7 - -
Pasal 8 - -
b. menyiapkan SPD; - -
c. menerbitkan SP2D; dan - -
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan - -
daerah;
e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran - -
APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya
yang ditunjuk;
f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan - -
dalam pelaksanaan APBD;
g. menyimpan uang daerah; - -
h. melaksanakan penempatan uang daerah dan - -
mengelola/menatausahakan investasi;
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat - -
pengguna anggaran atas beban rekening kas umum
daerah;
j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama - -
pemerintah daerah;
k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan - -
l. melakukan penagihan piutang daerah.
Pasal 9 - -
Bagian Keempat - -
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah - -
Pasal 10 - -
Pasal 10A
4. Ketentuan Pasal 11 ayat (2) diubah, dan diantara ayat (3) dan ayat 3. Ketentuan Pasal 11 ditambahkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (5),
(4) disisipkan 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 11 sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:
berbunyi sebagai berikut :
(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam (1) Tetap (1) Tetap
melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala
unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang.
(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut
ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah,
SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban
kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali dan/atau kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali dan/atau
lainnya. pertimbangan objektif lainnya. pertimbangan objektif lainnya.
(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada (3) Tetap (3) Tetap
ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 21 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(3a) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud (3a) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi : pada ayat (1), meliputi :
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan a. melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban anggaran belanja; pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan c. melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran; memerintahkan pembayaran;
d. mengadakan ikatan/ perjanjian kerjasama dengan d. mengadakan ikatan/ perjanjian kerjasama dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan; ditetapkan;
e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU; e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang
dipimpinnya; dan dipimpinnya; dan
g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna
anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran. dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.
(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang (4) Tetap (4) Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna
barang.
Bagian Keenam - -
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD - -
Pasal 12 - -
Bagian Ketujuh - -
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD - -
Pasal 13 - -
Bagian Kedelapan - -
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran - -
Pasal 14 Pasal 14 -
(1) Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara (1) Tetap -
penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada
SKPD.
(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara (3) Tetap -
langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan
perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau
bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan,
serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada
suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
(4) Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam (4) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya -
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara kepada KPA, kepala daerah menetapkan bendahara
penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran
pembantu. pembantu pada unit kerja terkait.
BAB III - -
ASAS UMUM DAN STRUKTUR APBD - -
Bagian Pertama - -
Asas Umum APBD - -
Pasal 15 - -
Pasal 16 - -
Pasal 17 - -
anggaran berikutnya.
Pasal 18 - -
Pasal 19 - -
Pasal 20 - -
Pasal 21 - -
Bagian Kedua - -
Struktur APBD - -
Pasal 22 - -
Pasal 23 - -
Pasal 24 - -
Bagian Ketiga - -
Pendapatan Daerah - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 27 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 25 - -
Pasal 26 Pasal 26 -
(1) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis (1) Tetap -
pendapatan yang terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
(2) Jenis pajak daerah dan hasil retribusi daerah sebagaimana (2) Tetap -
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dirinci menurut obyek
pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak dan
retribusi daerah.
(3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (3) Tetap -
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dirinci menurut
obyek pendapatan yang mencakup:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik daerah/BUMD;
b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik pemerintah/BUMN; dan
c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
(4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana (4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah -
dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak
jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pegelolaan termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan
keuangan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek hasil pegelolaan keuangan daerah yang dipisahkan dirinci
pendapatan yang mencakup : menurut obyek pendapatan yang antara lain :
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan secara tunai atau angsuran / cicilan;
b. jasa giro; b. tetap
c. pendapatan bunga; c. tetap
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 28 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 27 - -
(2) Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang - -
mencakup:
- -
a. bagi hasil pajak; dan
b. bagi hasil bukan pajak. - -
(3) Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan - -
dana alokasi umum.
Pasal 28 - -
Pasal 29 - -
Pasal 30 - -
Bagian Keempat - -
Belanja Daerah - -
Pasal 31 - -
7. Ketentuan Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 32
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 32 Pasal 32 -
(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana (1) Tetap - Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan -
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) terdiri dari belanja urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) terdiri atas
wajib dan belanja urusan pilihan. belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud (2) Tetap -
pada ayat (1) mencakup:
a. pendidikan; a. tetap
b. kesehatan; b. tetap
c. pekerjaan umum; c. tetap
d. perumahan rakyat; d. tetap
e. penataan ruang; e. tetap
f. perencanaan pembangunan; f. tetap
g. perhubungan; g. tetap
h. lingkungan hidup; h. tetap
i. pertanahan; i. tetap
j. kependudukan dan catatan sipil; j. tetap
k. pemberdayaan perempuan; k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; l. tetap
m. sosial; m. tetap
n. tenaga kerja; n. ketenagakerjaan;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah; o. tetap
p. penanaman modal; p. tetap
q. kebudayaan; q. tetap
r. pemuda dan olah raga; r. kepemudaan dan olahraga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; s. tetap
t. pemerintahan umum; t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian
dan persandian;
u. kepegawaian; u. ketahanan pangan;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa; v. tetap
w. statistik; w. tetap
x. arsip; dan x. kearsipan
y. komunikasi dan informatika; y. tetap
z. perpustakaan
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 31 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 33 - -
Pasal 34 - -
Pasal 35 - -
Pasal 36 - -
Paragraf 1 - -
Belanja Tidak Langsung - -
Pasal 37 - -
Pasal 38 - -
Pasal 39 Pasal 39 -
(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat -
diberikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai (1) diberikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
berdasarkan beban kerja atau tempat bertugas atau kondisi kerja pegawai berdasarkan beban kerja, tempat bertugas, kondisi
atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja. kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau
pertimbangan objektif lainnya.
(7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana (7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja -
dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada
yang dalam melaksanakan tugasnya dinilai mempunyai prestasi pegawai negeri sipil yang memiliki prestasi kerja yang tinggi
kerja. dan/atau inovasi.
(8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan (8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan sebagaimana -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 34 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
peraturan kepala daerah. dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
kepala daerah.
Pasal 40 - -
Pasal 41 - -
9. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) diubah, dan ayat (2), ayat (3) dan ayat
(4) dihapus serta diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu)
ayat baru yakni ayat (4a) sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 42 Pasal 42 -
(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf d (1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf -
digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk d digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau
daerah lainnya, perusahan daerah, badan/lembaga/organisasi pemerintah daerah lainnya, perusahan daerah, masyarakat,
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 35 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan yang secara dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah
spesifik telah ditetapkan peruntukannya. ditetapkan peruntukannya.
(2) Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dilakukan apabila (2) Dihapus -
pemerintah daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja
urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila (3) Dihapus -
barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi
pemerintah daerah yang bersangkutan tetapi bermanfaat bagi
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan.
(4) Pemberian hibah dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila (4) Dihapus -
pemerintah daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja
urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(5) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang (5) Tetap -
atau jasa dapat diberikan kepada pemerintah daerah tertentu
sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
10. Ketentuan Pasal 43 ayat (4) diubah, dan ditambahkan 1 (satu) ayat
baru yakni ayat (5) sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 43 Pasal 43 -
(2) Hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjang (2) Tetap -
peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
(3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk (3) Tetap -
menunjang peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan layanan dasar umum.
(4) Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau (4) Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan -
kelompok masyarakat/perorangan bertujuan untuk bertujuan untuk meningkatkan partisipasi penyelenggaraan
meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah atau secara fungsional terkait
pembangunan daerah. dengan dukungan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
11. Ketentuan Pasal 44 ayat (1) diubah, dan ayat (2) dihapus serta
ditambahkan 2 (dua) ayat baru yakni ayat (3) dan ayat (4),
sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 44 Pasal 44 -
(1) Belanja Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat (1) Belanja Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 -
bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus dan bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus
harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan menerus dan tidak wajib serta harus digunakan sesuai
dalam naskah perjanjian hibah daerah. dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah
perjanjian hibah daerah.
(2) Belanja hibah kepada pemerintah dikelola sesuai dengan (2) Dihapus -
mekanisme APBN, serta hibah kepada pemerintah daerah
lainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan dikelola dengan mekanisme APBD
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
12. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) , ayat (2) dan ayat (4) diubah, dan 4. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) diubah dan ayat (4) dihapus, sehingga
disisipkan 1 (satu) ayat baru diantara ayat (2) dan ayat (3) yakni Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:
ayat (2a) serta ayat (3) dihapus, sehingga Pasal 45 berbunyi
sebagai berikut :
(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e (1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam 37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian 37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian
bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. uang dan/atau barang kepada kelompok dan/atau anggota uang dan/atau barang kepada kelompok dan/atau anggota
masyarakat, dan partai politik. masyarakat.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan (2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 37 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan
penggunaannya. penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan
keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
daerah.
(2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus (2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus
menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan
bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun
setiap tahun anggaran. anggaran.
(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan (3) Dihapus (3) Dihapus
pemerataan dalam upaya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam bentuk uang dapat
dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seluruh
kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar
pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
(4) Bantuan kepada partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan (4) Khusus kepada partai politik, bantuan diberikan sesuai (4) Dihapus.
perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dianggarkan dalam bantuan sosial.
Pasal 46 - -
Pasal 47 - Pasal 47
(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf - (1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g
g digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat
bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan pemerintah daerah
pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
peningkatan kemampuan keuangan. keuangan dan kepada partai politik.
(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud - (2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) peruntukan dan penggunaannya diserahkan ayat (1), peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya
sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan.
penerima bantuan.
(3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud - (3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 38 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
pada ayat (1) peruntukan dan pengelolaannya ayat (1), peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh
diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. pemerintah daerah pemberi bantuan.
(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada - (4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (3) dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping (3), dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD
dalam APBD atau anggaran pendapatan dan belanja desa atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.
penerima bantuan.
Pasal 48 - -
Pasal 49 - -
Paragraf 2 - -
Belanja Langsung - -
Pasal 50 - -
- -
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa; dan - -
c. belanja modal. - -
Pasal 51 - -
13. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai 6. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai
berikut : berikut :
(1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 (1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf b digunakan untuk pembelian/pengadaan barang yang nilai 50 huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas)
jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan. (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan
kegiatan pemerintahan. pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan
diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
(2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa (2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup belanja barang berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa
pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi arsuransi, kantor, premi arsuransi, perawatan kendaraan bermotor, kantor, premi arsuransi, perawatan kendaraan bermotor,
perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir,
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan
berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas
minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari
khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan
pindah tugas dan pemulangan pegawai. tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, lain-
konsultasi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang
belanja lainnya yang sejenis. sejenis serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
14. Ketentuan Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ayat (3)
dihapus, serta ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (4), sehingga
Pasal 53 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 53 Pasal 53 -
(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c (1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 -
digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka huruf c digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 40 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap (2) Nilai aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat -
berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang (1) yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga
dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
beli/bangun aset. dengan pengadaan/ pembangunan aset sampai aset
tersebut siap digunakan.
Pasal 54 - -
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan - -
jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan
pemerintah daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan
Pasal 54A
(2) Kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara
teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu
output yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12
(duabelas) bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya
harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran
seperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan
perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan
pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
Pasal 55 - -
Pasal 56 - -
Pasal 57 - -
Pasal 58 - -
Bagian Keenam - -
Pembiayaan Daerah - -
Pasal 59 - -
Pasal 60 - -
- -
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; - -
c. pembayaran pokok utang; dan - -
d. pemberian pinjaman daerah. - -
Pasal 61 - -
Paragraf 1 - -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - -
(SiLPA)
Pasal 62 - -
Paragraf 2 - -
Dana Cadangan - -
Pasal 63 - -
Pasal 64 - -
(2) Jumlah yang dianggarkan tersebut pada ayat (1) yaitu sesuai - -
dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
Pasal 65 - -
Pasal 66 - Pasal 66
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 45 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana - Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk
menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan
penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.
pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.
Paragraf 4 - -
Penerimaan Pinjaman Daerah - -
Pasal 67 - -
Paragraf 5 - -
Pemberian Pinjaman Daerah dan - -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Pasal 68 - -
Paragraf 6 - -
Penerimaan Piutang Daerah - -
Pasal 69 - -
Paragraf 7 - -
Investasi Pemerintah Daerah - -
Pasal 70 Pasal 70
Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ayat (2) huruf b digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah 60 ayat (2) huruf b digunakan untuk mengelola kekayaan
daerah yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka pemerintah daerah yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek
panjang. maupun jangka panjang.
16. Ketentuan Pasal 71 ayat (7) diubah sehingga Pasal 71 berbunyi 9. Ketentuan Pasal 71 ditambahkan ayat (8) dan ayat (9), sehingga
sebagai berikut : Pasal 71 berbunyi sebagai berikut :
(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera (1) Tetap (1) Tetap
diperjualbelikan / dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen
kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12
(duabelas) bulan.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Tetap (2) Tetap
mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai
dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara
otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
(3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan (3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung (3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung
untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari penganggaran investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki penganggaran investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
investasi permanen dan non permanen. lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi
permanen dan non permanen. permanen dan non permanen.
(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (4) Tetap (4) Tetap
antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam
rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian
surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada
suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah
daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar
negeri; surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan
dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (5) Tetap (5) Tetap
bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama
daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk
penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal
daerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi
permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 47 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (6) Tetap (6) Tetap
bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat
untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian
obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang
disisihkan pemerintah daerah dalam rangka
pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal
kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok
masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro
dan menengah.
(7) Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah (7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat (7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat
yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri. peraturan daerah tentang penyertaan modal berkenaan daerah tentang penyertaan modal berkenaan dengan
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 72 - -
Pasal 73 Pasal 73 -
(1) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada (1) Dihapus -
bank umum dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada
jenis penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah.
(2) Pendapatan bunga atas deposito sebagaimana dimaksud pada (2) Dihapus -
ayat (1) dianggarkan dalam kepompok pendapatan asli daerah
pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Paragraf 8 - -
Pembayaran Pokok Utang - -
Pasal 74 - -
Bagian Ketujuh - -
Kode Rekening Penganggaran - -
Pasal 75 - -
Pasal 76 - -
kode akun, kode kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian
obyek.
18. Ketentuan Pasal 77 ayat (1), ayat (6), ayat (7), ayat (8) dan ayat 10. Ketentuan Pasal 77 ayat (3), ayat (4), ayat (8) dan ayat (10) diubah
(10) diubah dan ayat (9) dan ayat (11) dihapus serta menambah 1 sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut :
(satu) ayat baru yakni ayat (12), sehingga Pasal 77 berbunyi
sebagai berikut :
(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan (1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan (1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan
organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
tercantum dalam Lampiran A.I peraturan menteri ini. tercantum dalam Lampiran A.I.a peraturan menteri ini. tercantum dalam Lampiran A.I.a peraturan menteri ini.
(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun (2) Tetap (2) Tetap
pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3)
merupakan bagian susunan kode akun keuangan daerah yang
tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.
(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (3) Tetap (3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
24 ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran A.III Pasal 24 ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran
peraturan menteri ini. A.III.a Peraturan Menteri ini.
(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) Tetap (4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
24 ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran Pasal 24 ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam
A.IV peraturan menteri ini. Lampiran A.IV.a Peraturan Menteri ini.
(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V (5) Tetap (5) Tetap
peraturan menteri ini.
(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk (6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk (6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam
Lampiran A.VI peraturan menteri ini. dalam Lampiran A.VI.a peraturan menteri ini. Lampiran A.VI.a peraturan menteri ini.
(7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan (7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan (7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan
pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII.a pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII.a
peraturan menteri ini. peraturan menteri ini. peraturan menteri ini.
(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam (8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud (8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII peraturan dalam Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII.a Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII.a.1
menteri ini. peraturan menteri ini. Peraturan Menteri ini.
(9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan pemerintah (9) Dihapus (9) Dihapus
dengan pemerintah daerah, daftar program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) secara berkala akan
disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
daerah.
(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud (10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud (10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a.1
peraturan menteri ini. peraturan menteri ini. Peraturan Menteri ini.
(11) Untuk memenuhi kebutuhan objektif dan karakteristik daerah (11) Dihapus (11) Dihapus
serta keselarasan penyusunan statistik keuangan negara,
perubahan dan penambahan kode rekening rincian obyek
belanja dapat diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah
setelah dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri.
(12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), (12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),
ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar
nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan
acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang
pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan
nyata sesuai karakteristik daerah. nyata sesuai karakteristik daerah.
BAB IV - -
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD - -
Bagian Pertama - -
Azas Umum - -
Pasal 78 - -
Pasal 79 - -
Pasal 80 - -
Bagian Kedua - -
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah - -
Pasal 81 - -
Pasal 82 - -
Paragraf 1
Kebijakan Umum APBD
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 52 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 83 Pasal 83 -
(1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD (1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan -
dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam PPAS berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD
Negeri setiap tahun. yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
(2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Tetap -
(1) memuat antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi
kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.
Pasal 84 Pasal 84 -
(1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur (1) Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS -
dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepala daerah
daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan
asumsi yang mendasarinya.
(2) Program-program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah disusun -
diselaraskan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaiakan oleh
oleh pemerintah. sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada kepala
daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.
Pasal 85 Pasal 85 -
(1) Dalam menyusun rancangan KUA sebagaimana dimaksud Pasal (1) Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, -
83 ayat (1), kepala daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah,
sekretaris daerah. kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah,
dan strategi pencapaiannya.
(2) Rancangan KUA yang telah disusun sebagaimana dimaksud (2) Strategi pencapaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) -
pada ayat (1), disampaikan oleh sekretaris daerah selaku memuat langkah-langkah kongkrit dalam mencapai target.
koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah,
paling lambat pada awal bulan Juni.
11. Ketentuan Pasal 86 huruf b diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi
sebagai berikut :
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 53 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(1) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1)
(2) disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat disusun dengan tahapan sebagai berikut : disusun dengan tahapan sebagai berikut :
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.
a. menentukan skala proritas pembangunan daerah; a. menentukan skala proritas pembangunan daerah;
b. menentukan prioritas program untuk masing-masing b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan
urusan; dan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan program
nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah
setiap tahun; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing- c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
masing program/kegiatan. program/kegiatan.
Paragraf 2
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara 12. Ketentuan Pasal 87 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 87 berbunyi
sebagai berikut:
(1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud (1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana (1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana
dalam Pasal 86 ayat (3), pemerintah daerah menyusun dimaksud pada Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala dimaksud pada Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala daerah
rancangan PPAS. daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun
Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
berikutnya.
(2) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun (2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan tahapan sebagai berikut: dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD. dilakukan oleh TAPD bersama Badan Anggaran DPRD.
a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan
urusan pilihan;
b. menentukan urutan program untuk masing-masing
urusan; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-
masing program.
(3) Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah (3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas (3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas
disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati
untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun
anggaran berjalan. bulan Juli tahun anggaran berjalan. anggaran berjalan.
(4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan (4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a (4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a dan
oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD. dan A.XI.a peraturan menteri ini. A.XI.a peraturan menteri ini.
Pasal 88 Pasal 88 -
(1) KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud (1) KUA dan PPAS yang telah disepakati sebagaimana -
dalam Pasal 86 ayat (3) dan Pasal 87 ayat (5), masing-masing dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3) masing-masing
dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani
bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD. bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD
dalam waktu bersamaan
(2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan (2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan -
menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
nota kepakatan KUA dan PPA. menandatangani nota kepakatan KUA dan PPAS.
(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan (3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, -
nota kepakatan KUA dan PPA dilakukan oleh penjabat yang penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS
ditunjuk oleh pejabat berwenang. dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat
berwenang.
(4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada -
tercantum dalam Lampiran A.XII peraturan menteri ini. ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XII.a peraturan
menteri ini.
Bagian Keempat - -
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD - -
20. Ketentuan Pasal 89 ayat (2) huruf a, huruf b, diubah dan huruf d
dihapus, sehingga Pasal 89 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 89 Pasal 89 -
(2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman (2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman -
penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
mencakup : (1) mencakup :
a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD a. prioritas pembangunan daerah dan program/
berikut rencana pendapatan dan pembiayaan. kegiatan yang terkait;
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan b. alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap
kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar program/kegiatan SKPD;
pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; c. tetap
d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari d. dihapus
SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan
efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi
kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode e. dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi
rekening APBD, format RKA-SKPD, standar analisa KUA, PPAS, analisis standar belanja dan standar
belanja dan standar satuan harga. satuan harga.
(3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA- (3) Tetap -
SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling
lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Bagian Kelima - -
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD - -
Pasal 90 - -
Pasal 91 - -
Pasal 92 - -
(3) Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir - -
untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan
dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.
Pasal 93 - -
Pasal 94 - -
Pasal 95 - -
Pasal 96 - -
21. Ketentuan Pasal 97 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus, sehingga
Pasal 97 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 97 Pasal 97 -
(1) Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja (1) Belanja langsung yang terdiri atas belanja pegawai, belanja -
barang dan jasa, serta belanja modal dianggarkan dalam RKA- barang dan jasa, serta belanja modal dianggarkan dalam
SKPD pada masing-masing SKPD. RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan (2) Dihapus -
sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja
tidak terduga hanya dianggarkan dalam RKA-SKPD pada
SKPKD.
22. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga Pasal 98 berbunyi sebagai 13. Ketentuan Pasal 98 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi
berikut : sebagai berikut :
Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah (1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD (1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD
dianggarkan dalam RKA-SKPD pada SKPKD.
(2) RKA-SKPD memuat program/ kegiatan yang dilaksanakan (2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
oleh PPKD selaku SKPD program/ kegiatan
(3) RKA-PPKD digunakan untuk menampung : (3) RKA-PPKD digunakan untuk menampung :
a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
dan pendapatan hibah pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan daerah. pembiayaan daerah.
Pasal 99 Pasal 99 -
(1) Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam (1) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 90 ayat (1) -
Pasal 90 ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XIII peraturan dan RKA-PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
menteri ini. ayat (1) dikerjakan sesuai dengan bagan alir yang
tercantum dalam Lampiran A.XIII.a peraturan menteri ini.
(2) Format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) Format RKA-SKPD dan RKA-PPKD sebagaimana -
(1) tercantum dalam Lampiran A.XIV peraturan menteri ini. dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XIV.a
peraturan menteri ini.
Bagian Keenam -
Penyiapan Raperda APBD -
24. Ketentuan Pasal 100 ayat (2) diubah sehingga Pasal 100 berbunyi
sebagai berikut :
(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan PPKD (1) Tetap -
untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat -
dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan (1) dilakukan untuk menelaah :
KUA, PPA, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran a. kesesuaian RKA-SKPD dengan KUA, PPAS,
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 60 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian prakiraan maju pada RKA-SKPD tahun berjalan
kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar yang disetujui tahun lalu, dan dokumen
analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan perencanaan lainnya;
minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD. b. kesesuaian rencana anggaran dengan standar
analisis belanja, standar satuan harga;
c. kelengkapan instrumen pengukuran kinerja yang
meliputi capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok
sasaran kegiatan, dan standar pelayanan minimal;
d. proyeksi prakiraan maju untuk tahun anggaran
berikutnya; dan
e. sinkronisasi program dan kegiatan antar RKA-
SKPD.
Pasal 101 - -
25. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) diubah sehingga Pasal 102 berbunyi 14. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 102
sebagai berikut : berbunyi sebagai berikut :
(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD (1) Tetap - Rancangan peraturan kepala daerah tentang (1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1)
dengan lampiran yang terdiri dari: ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas : dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas :
a. ringkasan penjabaran APBD; a. tetap. a. tetap.
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, b. tetap. b. tetap.
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek,
rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD (2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran (2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
wajib memuat penjelasan sebagai berikut: APBD memuat penjelasan sebagai berikut: APBD memuat penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum; a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;
yang direncanakan, tarif pungutan/harga;
b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan; b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja
volume/tolok ukur, harga satuan, lokasi kegiatan dan yang bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan
sumber pendanaan kegiatan; penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan
dalam kolom penjelasan; dan
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan
sumber penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran sumber penerimaan pembiayaan untuk kelompok sumber penerimaan pembiayaan untuk kelompok
pembiayaan. penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran
pembiayaan untuk kelompok pengeluaran pembiayaan untuk kelompok pengeluaran
pembiayaan. pembiayaan.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran (3) Tetap (3) Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XVI peraturan menteri ini.
Pasal 103 - -
BAB V - -
PENETAPAN APBD - -
Bagian Pertama - -
Penyampaian dan Pembahasan - -
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
26. Ketentuan Pasal 104 ayat (2) dan ayat (3) dihapus, sehingga Pasal
104 berbunyi sebagai berikut :
(2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah (2) Dihapus -
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
(3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada (3) Dihapus -
ayat (2), kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
(5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan (5) Tetap -
tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang selaku penjabat / pelaksana tugas kepala
daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang
menandatangani persetujuan bersama.
ayat (3d) dan ayat (3e), sehingga Pasal 105 berbunyi sebagai
berikut :
(2) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada (2) Pembahasan rancangan peraturan daerah ditekankan pada -
KUA, serta PPA (-PPAS-) yang telah disepakati bersama antara kesesuaian rancangan APBD dengan KUA dan PPAS.
pemerintah daerah dan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait (3) Dihapus -
dengan pembahasan program dan kegiatan tertentu, dapat
meminta RKA-SKPD berkenaan kepada kepala daerah.
(3a) Dalam pembahasan rancangan peraturan daerah tentang -
APBD, DPRD dapat meminta RKA-SKPD berkenaan
dengan program/kegiatan tertentu.
(4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Tetap -
(2) tercantum dalam Lampiran A.XVIII peraturan menteri ini.
28. Diantara Pasal 105 dan Pasal 106 disisipkan 1 (satu) Pasal baru
yakni Pasal 105A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 105 A -
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud - (1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 104 ayat (2) tidak menetapkan persetujuan bersama dalam Pasal 105 ayat (3c) tidak menetapkan persetujuan
dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan
tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan
setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan. anggaran sebelumnya.
(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan - (2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat
belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. wajib.
(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada - (3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus
menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah
jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun yang cukup untuk keperluan dalam tahun anggaran yang
anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.
barang dan jasa.
(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya - (4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar
masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau
melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga. melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.
29. Diantara Pasal 107 dan Pasal 108 disisipkan 1 (satu) Pasal baru
yakni Pasal 107A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 107A -
Pasal 107 - -
Pasal 108 - -
107 ayat (3) paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala
daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.
30. Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga Pasal 109 berbunyi sebagai
berikut :
Pelampuan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran sebagaimana Pelampauan dari pengeluaran setinggi-tingginya sebagaimana -
ditetapkan dalam Pasal 106 ayat (1), hanya diperkenankan apabila ada ditetapkan dalam Pasal 106 ayat (1) dapat dilakukan apabila ada
kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan pegawai
sipil serta penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan negeri sipil, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah yang
yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah dan ditetapkan dalam undang-undang, kewajiban pembayaran pokok
retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang-undang. pinjaman dan bunga pinjaman yang telah jatuh tempo serta
pengeluaran yang mendesak di luar kendali pemerintah daerah.
Bagian Kedua -
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan -
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
31. Ketentuan Pasal 110 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 110
berbunyi sebagai berikut :
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah (1) Tetap -
disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur
paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu
kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Tetap -
disertai dengan :
a. tetap
a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan
DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD
b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan b. KUA dan PPAS yang disepakati antara kepala
pimpinan DPRD daerah dan pimpinan DPRD
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap c. tetap
rancangan peraturan daerah tentang APBD; dan
d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal d. tetap
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 67 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk (3) Tetap -
tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan
nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan
aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD provinsi tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh
provinsi yang bersangkutan.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan (5) Tetap -
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan disampaikan
kepada gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung
sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas (6) Tetap -
rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sudah sesuai
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud
menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.
(7) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil (7) Tetap -
evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama
DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan (8) Tetap -
DPRD, dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan
peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta (9) Tetap -
pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 111 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 68 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 112 - -
Pasal 113 - -
Pasal 114 - -
Pasal 115 - -
- -
Bagian Ketiga
Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan - -
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
32. Diantara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 116 disisipkan 1 (satu) ayat
baru yakni ayat (4a) sehingga Pasal 116 berbunyi sebagai berikut :
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan (1) Tetap -
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah
dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan
daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan (2) Tetap -
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya.
(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang (3) Tetap -
ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku
penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang menetapkan
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
(4) Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD (4) Tetap -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 71 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(5) Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD (5) Tetap -
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran A.XX peraturan menteri ini.
(6) Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah tentang (6) Tetap -
penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran A.XXI peraturan menteri ini.
(7) Jadwal penyusunan APBD tercantum dalam Lampiran A.XXII (7) Tetap -
peraturan menteri ini.
BAB VI -
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD -
BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD
33. Ketentuan Pasal 117 ayat (3) diubah sehingga Pasal 117 berbunyi
sebagai berikut :
(1) Untuk sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan (1) Tetap -
kegiatan dengan kebijakan pemerintah dibidang keuangan
negara dan menjaga kelangsungan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan
masyarakat, kepala daerah menyusun rancangan KUA dan
rancangan PPAS.
(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud (2) Tetap -
pada ayat (1) dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) KUA dan rancangan PPA yang telah dikonsultasikan dijadikan (3) KUA dan rancangan PPAS yang telah dikonsultasikan -
pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dijadikan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana
dalam Pasal 89 peraturan menteri ini. dimaksud dalam Pasal 89 peraturan menteri ini.
Pasal 118 - -
(3) berlaku ketentuan Pasal 90, Pasal 91, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93,
Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98 dan Pasal 99.
Pasal 119 - -
34. Ketentuan Pasal 120 diubah sehingga Pasal 120 berbunyi sebagai
berikut :
(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk (1) Penyampaian peraturan kepala daerah sebagaimana -
memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) paling lama 30 (tiga
119 ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak puluh) hari kerja terhitung sejak rancangan KUA dan
KUA dan PPA (-PPAS-) dikonsultasikan dengan Menteri Dalam rancangan PPAS dikonsultasikan dengan Menteri Dalam
Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota. Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(2) Pengesahan atas rancangan peraturan kepala daerah tentang (2) Pengesahan atas peraturan kepala daerah tentang RAPBD -
APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan
Pasal 107 ayat (3). Pasal 107 ayat (3).
Pasal 121 - -
BAB VII - -
PELAKSANAAN APBD - -
Bagian Pertama - -
Asas Umum Pelaksanaan APBD - -
Pasal 122 - -
APBD.
Bagian Kedua - -
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD - -
Paragraf 1 - -
Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD - -
Pasal 123 - -
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah - -
tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua
kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.
35. Diantara ketentuan Pasal 123 dan Pasal 124 disisipkan 1 (satu) 16. Diantara ketentuan Pasal 123 dan Pasal 124 disisipkan 1 (satu)
pasal baru yakni Pasal 123A yang berbunyi sebagai berikut : pasal baru yakni Pasal 123A yang berbunyi sebagai berikut :
(1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD; (1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD.
(2) DPA-SKPD memuat program/ kegiatan yang dilaksanakan (2) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
oleh PPKD selaku SKPD; program/kegiatan.
(3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung : (3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung :
a. Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan a. Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
dan hibah hibah;
b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan daerah. pembiayaan daerah.
(4) Format DPA-PPKD tercantum dalam Lampiran B.I.b (4) Format DPA-PPKD tercantum dalam lampiran B.I.b
peraturan menteri ini. peraturan menteri ini.
Pasal 124 - -
Paragraf 2 - -
Anggaran Kas - -
Pasal 125 - -
Pasal 126 - -
Bagian Ketiga - -
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah - -
Pasal 127 - -
(2) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan - -
sah.
Pasal 128 - -
Pasal 129 - -
Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam - -
bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung
sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau
pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau
pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank
serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan
lainnya merupakan pendapatan daerah.
Pasal 130 - -
(3) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) - -
harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
Pasal 131 - -
Bagian Keempat - -
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah - -
Pasal 132 - -
(5) Belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib - -
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku ketentuan dalam
Pasal 106 ayat (3) dan ayat (4).
Pasal 133 - -
Pasal 134 - -
Pasal 135 - -
Pasal 136 - -
Bagian Kelima - -
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah - -
Paragraf 1 - -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Sebelumnya - -
Pasal 137 - -
36. Ketentuan Pasal 138 ayat (1) dan ayat (3) diubah, dan diantara
ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni ayat (4a),
sehingga Pasal 138 berbunyi sebagai berikut :
(1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan (1) Pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud -
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 huruf b didasarkan dalam Pasal 137 huruf b didasarkan pada DPA-SKPD yang
pada DPA-SKPD yang telah disahkan kembali oleh PPKD telah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan
menjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya.
berikutnya.
(3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD setelah (3) Jumlah anggaran dalam DPAL-SKPD dapat disahkan -
terlebih dahulu dilakukan pengujian sebagai berikut: setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap :
a. tetap
a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau
belum diterbitkan SP2D atas kegiatan yang
bersangkutan;
b. sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D; dan b. sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau
SP2D; atau
c. SP2D yang belum diuangkan. c. tetap.
(4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada (4) Tetap -
ayat (1) dapat dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian
pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.
Paragraf 2 - -
Dana Cadangan - -
Pasal 139 - -
Pasal 140 - -
(1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana - -
cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana
tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan
hasil tetap dengan risiko rendah.
Paragraf 3 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 81 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Investasi - -
Pasal 141 - -
Paragraf 4 - -
Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah - -
Pasal 142 - -
(4) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik - -
daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan
jaminan obligasi daerah.
Pasal 143 - -
Pasal 144 - -
Pasal 145 - -
Pasal 146 - -
Pasal 147 - -
Pasal 148 - -
Paragraf 5 - -
Piutang Daerah - -
Pasal 149 - -
Pasal 150 - -
(2) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan - -
piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan
penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 151 - -
Pasal 152 - -
Pasal 153 - -
BAB VIII - -
PERUBAHAN APBD - -
Bagian Pertama - -
Dasar Perubahan APBD - -
Pasal 154 - -
Bagian Kedua - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 85 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Kebijakan Umum - -
serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD
37. Ketentuan Pasal 155 ayat (5), ayat (7) dan ayat (8) diubah,
sehingga Pasal 155 berbunyi sebagai berikut :
(1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai (1) Tetap -
dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154
ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak
tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan
dalam KUA.
(3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS (3) Tetap -
perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan
secara lengkap penjelasan mengenai :
a. tetap
a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan
sebelumnya;
b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk b. tetap - program dan kegiatan yang dapat diusulkan
ditampung dalam perubahan APBD dengan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan
mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD
tahun anggaran berjalan; tahun anggaran berjalan; dan
c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus c. tetap
dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA
tidak tercapai; dan
d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus d. tetap
ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui
asumsi KUA.
(4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS (4) Tetap -
perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu pertama bulan
Agustus dalam tahun anggaran berjalan.
(5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS (5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS -
perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan
perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling lambat umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD
minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan. paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran
berjalan.
(6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan (6) Tetap -
daerah tentang perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan
September tahun anggaran berjalan, agar dihindari adanya
penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD
(7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD (7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD -
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam
Lampiran C.I peraturan menteri ini. Lampiran C.I.a peraturan menteri ini.
(8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana (8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana -
dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran C.II dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran C.II.a
peraturan menteri ini. peraturan menteri ini.
38. Ketentuan Pasal 156 diubah, sehingga Pasal 156 berbunyi sebagai
berikut :
(1) Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD (1) Kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan -
yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 APBD yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam
yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara
pimpinan DPRD. kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu
bersamaan.
(2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada -
tercantum dalam Lampiran C.III peraturan menteri ini. ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.III.a peraturan
menteri ini.
39. Ketentuan Pasal 157 ayat (2) huruf a dan huruf e diubah dan huruf
b dan huruf d dihapus, sehingga Pasal 157 berbunyi sebagai
berikut :
(2) Rancangan surat edaran keputusan kepala daerah sebagaimana (2) Tetap -
dimaksud pada ayat (1) mencakup :
a. PPA perubahan APBD yang dialokasikan untuk program a. PPAS perubahan APBD yang dialokasikan untuk
baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah program baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang
pada setiap SKPD berikut rencana pendapatan dan dapat diubah pada setiap SKPD;
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 87 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
pembiayaan.
b. sinkronisasi program dan kegiatan SKPD dengan b. dihapus;
program nasional dan antar program SKPD dengan
kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPPA- c. tetap;
SKPD yang telah diubah kepada PPKD;
d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari d. dihapus; dan
SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan
efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi
kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum
perubahan APBD, PPAS perubahan APBD, kode perubahan APBD, PPAS perubahan APBD, standar
rekening APBD, format RKA-SKPD dan/atau DPPA- analisa belanja dan standar harga.
SKPD, standar analisa belanja dan standar harga.
(3) Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan/atau kriteria DPA SKPD (3) Tetap -
yang dapat diubah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterbitkan oleh kepala daerah paling lambat minggu ketiga
bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Pasal 158 - -
Pasal 159 - -
Bagian Ketiga - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 88 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pergeseran Anggaran - -
Pasal 160 - -
(7) Tata cara pergeseran sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat - -
(3) diatur dalam peraturan kepala daerah.
17. Ketentuan Pasal 161 ayat (2) huruf d diubah, sehingga Pasal 161
berbunyi sebagai berikut:
Bagian Keempat - -
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih Tahun Sebelumnya - -
Dalam Perubahan APBD
(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih - (1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih
perhitungan tahun anggaran sebelumnya. perhitungan tahun anggaran sebelumnya.
(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun - (2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf c dapat
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 89 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf c dapat berupa:
berupa :
- a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah
a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi yang melampaui anggaran yang tersedia mendahului
daerah yang melampaui anggaran yang tersedia perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145
mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud ayat (2);
dalam Pasal 145 ayat (2);
b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang; - b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;
c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya - c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya
kebijakan pemerintah; kebijakan pemerintah;
d. mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan - d. mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang telah ditetapkan
Pasal 138; dalam DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD
tahun anggaran berikutnya;
e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus - e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus
diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian
pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan
f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target - f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya
kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-
dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan
diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam
pembayaran dalam tahun anggaran berjalan. tahun anggaran berjalan.
(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk - (3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan
pendanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f diformulasikan terlebih b, huruf c, dan huruf f diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-
dahulu dalam DPPA-SKPD. SKPD.
(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk - (4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk
mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD. huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD.
(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk - (5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk
mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD. huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
18. Ketentuan Pasal 162 ayat (8) diubah dan diantara ayat (8) dan ayat
(9) disisipkan ayat baru yaitu ayat (8a), ayat (8b), dan ayat (8c),
sehingga Pasal 162 berbunyi sebagai berikut:
Bagian Kelima - -
Pendanaan Keadaan Darurat - -
(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat - (1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1)
(1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
berikut:
(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan - (2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.
(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya - (3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja
belanja tidak terduga. tidak terduga.
(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan - (4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan
dengan cara: dengan cara:
- a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian
a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun
target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
anggaran berjalan; dan/atau
b. memanfaatkan uang kas yang tersedia. - b. memanfaatkan uang kas yang tersedia.
(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk - (5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk
belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan
dalam peraturan daerah tentang APBD. dalam peraturan daerah tentang APBD.
(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana - (6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) mencakup: dimaksud pada ayat (5) mencakup:
- a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan;
anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran dan
berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan - b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah
daerah dan masyarakat. daerah dan masyarakat.
(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan - (7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam pada ayat (4) huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-
DPPA-SKPD. SKPD.
(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana - (8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diformulasikan terlebih dahulu dalam dimaksud pada ayat (2) diformulasikan terlebih dahulu dalam
RKA-SKPD. RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana.
(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya - (9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya
perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan
pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi
anggaran. anggaran.
(10) Dasar pegeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana - (10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 92 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
dimaksud pada ayat (9) diformulasikan terlebih dahulu dalam dimaksud pada ayat (9) diformulasikan terlebih dahulu dalam
RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh
PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah. PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.
(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam - (11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam
keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(5) terlebih dahulu ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. (5) terlebih dahulu diatur dengan peraturan kepala daerah.
Bagian Ketujuh - -
Pendanaan Keadaan Luar Biasa - -
Pasal 163 - -
Pasal 164 - -
Pasal 165 - -
Bagian Ketujuh - -
Penyiapan Raperda Perubahan APBD - -
Pasal 166 - -
Pasal 167 - -
Bagian Kedelapan - -
Penetapan Perubahan APBD - -
Paragraf 1 - -
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan - -
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
Perubahan APBD
Pasal 168 - -
40. Ketentuan Pasal 169 ayat (2) huruf g dihapus, sehingga Pasal 169
berbunyi sebagai berikut :
(3) Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD (3) Tetap -
beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran C.V peraturan menteri ini.
Pasal 170 - -
Pasal 171 - -
Paragraf 2 - -
Penyampaian, Pembahasan dan Penetapan Raperda Perubahan - -
APBD
Pasal 172 - -
Paragraf 3 - -
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD - -
dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD
Pasal 173 - -
Pasal 174 - -
Pasal 175 - -
Pasal 176 - -
Pasal 177 - -
Paragraf 4 - -
Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD - -
Pasal 178 - -
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah - -
tentang perubahan APBD ditetapkan, memberitahukan kepada
semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD
terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam
perubahan APBD.
BAB IX - -
PENGELOLAAN KAS - -
Bagian Pertama - -
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas - -
Pasal 179 - -
Pasal 180 - -
Pasal 181 - -
Pasal 182 - -
Bagian Kedua - -
Pengelolaan Kas Non Anggaran - -
Pasal 183 - -
BAB X - -
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH - -
Bagian Pertama - -
Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah - -
Pasal 184 - -
Bagian Kedua - -
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah - -
Pasal 185 - -
Pasal 186 - -
Bagian Ketiga - -
Penatausahaan Penerimaan - -
Pasal 187 - -
Pasal 188 - -
41. Ketentuan Pasal 189 ayat (6) huruf b dihapus dan huruf c diubah,
sehingga Pasal 189 berbunyi sebagai berikut :
(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana (6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana -
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilampiri dengan : dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilampiri dengan :
a. buku kas umum; a. tetap
b. buku pembantu per rincian obyek penerimaan; b. dihapus
c. buku rekapitulasi penerimaan harian; dan c. buku rekapitulasi penerimaan bulanan; dan
d. bukti penerimaan lainnya yang sah. d. tetap
(7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis (7) Tetap -
atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada
SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada (8) Tetap -
ayat (7) dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan.
(9) Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis (9) Tetap -
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diatur dalam peraturan
kepala daerah.
(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek (10) Tetap -
penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran D.I peraturan menteri ini.
(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, (11) Tetap -
surat tanda setoran, dan surat tanda bukti pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran D.II peraturan menteri ini.
Pasal 190 - -
Pasal 191 - -
Pasal 192 - -
Pasal 193 - -
Pasal 194 - -
Pasal 195 - -
Bagian Keempat - -
Penatausahaan Pengeluaran - -
Paragraf 1 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 107 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Penyediaan Dana - -
Pasal 196 - -
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa - -
BUD untuk ditandatangani oleh PPKD.
42. Ketentuan Pasal 197 diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1
(satu) ayat baru yakni ayat (1a), sehingga Pasal 197 berbunyi
sebagai berikut :
(1) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD (1) Tetap -
atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
(2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum (2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) -
dalam Lampiran D.VI peraturan menteri ini. tercantum dalam Lampiran D.VI.a peraturan menteri ini.
Paragraf 2 - -
Permintaan Pembayaran - -
Pasal 198 - -
Pasal 199 - -
43. Ketentuan Pasal 200 ayat (2) huruf c dan d diubah dan ayat (3)
dihapus, sehingga Pasal 200 berbunyi sebagai berikut :
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh (1) Tetap -
bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-
SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri (2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) -
dari: terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-GU; a. tetap
b. ringkasan SPP-GU; b. tetap
c. rincian SPP-GU; c. rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu;
d. surat pengesahan laporan pertanggungjawaban d. bukti transaksi yang sah dan lengkap;
bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPP-
UP/GU/TU sebelumnya;
e. salinan SPD; e. tetap
f. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh f. tetap
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
dan
g. lampiran lain yang diperlukan. g. tetap
Pasal 201 - -
44. Ketentuan Pasal 202 ayat (2) huruf c dan ayat (3) diubah dan
diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yakni
ayat (4a), sehingga Pasal 202 berbunyi sebagai berikut :
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan -
bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari oleh bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK- pembantu untuk memperoleh persetujuan dari pengguna
SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan. anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD
dalam rangka tambahan uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri (2) Tetap -
dari :
a. surat pengantar SPP-TU; a. tetap
b. ringkasan SPP-TU; b. tetap
c. rincian SPP-TU; c. rincian rencana penggunaan TU
d. salinan SPD; d. tetap
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh e. tetap
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan f. tetap
pengisian tambahan uang persediaan; dan
g. lampiran lainnya. g. tetap
(3) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan (3) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat -
dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian
penggunaan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah. kebutuhan dan waktu penggunaan.
(4) Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (4) Tetap -
(satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas
umum daerah
(5) Format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (5) Tetap -
huruf f tercantum dalam Lampiran D.VIII peraturan manteri ini.
Pasal 203 - -
Pasal 204 - -
i. SK jabatan; - -
j. Kenaikan gaji berkala; - -
k. surat pernyataan pelantikan; - -
l. surat pernyataan masih menduduki jabatan; - -
m. surat pernyataan melaksanakan tugas; - -
n. daftar keluarga (KP4); - -
o. fotokopi surat nikah; - -
p. fotokopi akte kelahiran; - -
q. surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) - -
gaji;
r. daftar potongan sewa rumah dinas; - -
s. surat keterangan masih sekolah/kuliah; - -
t. surat pindah; - -
u. surat kematian; - -
v. SSP PPh Pasal 21; dan - -
w. Peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan - -
pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan
kepala daerah/wakil kepala daerah.
Pasal 205 - -
Pasal 206 - -
(3) SPP-LS belanja barang dan jasa untuk kebutuhan SKPD yang - -
bukan pembayaran langsung kepada pihak ketiga dikelola oleh
bendahara pengeluaran.
45. Ketentuan Pasal 207 diubah sehingga Pasal 207 berbunyi sebagai
berikut :
Format dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS Format dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS sebagaimana -
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1), dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1), Pasal 202 ayat
Pasal 202 ayat (1), Pasal 204 ayat (1), Pasal 205 ayat (1) tercantum (1), Pasal 204 ayat (1), Pasal 205 ayat (1) tercantum dalam Lampiran
dalam Lampiran D.X peraturan menteri ini. D.X.a, D.X.b, D.X.c, D.X.d, D.X.e dan D.X.f peraturan menteri ini.
Pasal 208 - -
Pasal 209 - -
(6) Format buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) - -
huruf a sesuai dengan Lampiran D.I peraturan menteri ini.
Pasal 210 - -
Paragraf 3 - -
Perintah Membayar - -
Pasal 211 - -
Pasal 212 - -
Pasal 213 - -
Pasal 214 - -
Pasal 215 - -
Paragraf 4 - -
Pencairan Dana - -
46. Ketentuan Pasal 216 ayat (3) huruf b dan huruf d dihapus dan huruf
c diubah sehingga Pasal 216 berbunyi sebagai berikut :
(1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan (1) Tetap -
oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar
pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah (2) Tetap -
surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran.
(3) Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D (3) Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D -
mencakup: mencakup:
a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna a. tetap
anggaran/kuasa pengguna anggaran;
b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara b. dihapus
pengeluaran periode sebelumnya;
c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai c. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap;
dan
d. bukti atas penyetoran PPN/PPh. d. dihapus
(4) Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah (4) Tetap -
surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran.
(6) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (6) Tetap -
dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D.
(7) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (7) Tetap -
dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau
pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD
menolak menerbitkan SP2D.
(8) Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat (8) Tetap -
menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
SP2D.
(9) Format SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum (9) Tetap -
dalam Lampiran D.XVI peraturan menteri ini.
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 117 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 217 - -
Pasal 218 - -
Pasal 219 - -
Paragraf 5 - -
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana - -
Pasal 220 - -
- -
a. register penerimaan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SPJ);
b. register pengesahan laporan pertanggungjawaban - -
pengeluaran (SPJ);
c. surat penolakan laporan pertanggungjawaban - -
pengeluaran (SPJ);
d. register penolakan laporan pertanggungjawaban - -
pengeluaran (SPJ); dan
e. register penutupan kas. - -
(5) Buku kas umum sebagaiman dimaksud pada ayat (4) huruf a - -
ditutup setiap bulan dengan sepengetahuan dan persetujuan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Pasal 221 - -
Pasal 222 - -
Pasal 223 - -
(3) Pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat - -
(2) dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas.
Pasal 224 - -
Pasal 225 - -
Pasal 226 - -
Pasal 227 - -
Bagian Kelima - -
Penatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan - -
Pasal 228 - -
Pasal 229 - -
Pasal 230 - -
Pasal 231 - -
BAB XI - -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH - -
Bagian Pertama - -
Sistem Akuntansi - -
Pasal 232 - -
Pasal 233 - -
Pasal 234 - -
Pasal 235 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 125 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
(1) Kode rekening untuk menyusun neraca terdiri dari kode akun - -
aset, kode akun kewajiban, dan kode rekening ekuitas dana.
(3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) - -
disusun dengan memperhatikan kepentingan penyusunan
laporan statistik keuangan daerah/negara.
Pasal 236 - -
Pasal 237 - -
(1) Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam buku - -
jurnal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235 ayat (1)
selanjutnya secara periodik diposting ke dalam buku besar
sesuai dengan rekening berkenaan.
(2) Buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dan - -
diringkas pada setiap akhir periode sesuai dengan kebutuhan
Pasal 238 - -
Bagian Kedua - -
Kebijakan Akuntansi - -
Pasal 239 - -
Pasal 240 - -
Bagian Ketiga - -
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD - -
Paragraf 1 - -
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD - -
Pasal 241 - -
Pasal 242 - -
47. Ketentuan Pasal 243, Pasal 249, Pasal 256, Pasal 261, Pasal 268,
Pasal 274, Pasal 280, dan Pasal 285 dihapus.
(1) Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi (1) Dihapus -
penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 terdiri
dari :
a. buku jurnal penerimaan kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada (2) Dihapus -
ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran E.III peraturan
menteri ini.
(3) Format buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (3) Dihapus -
b tercantum dalam Lampiran E.IV peraturan menteri ini.
(4) Format buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Dihapus
(1) huruf c tercantum dalam Lampiran E.V peraturan menteri ini.
Pasal 244 - -
Pasal 245 - -
Pasal 246 - -
Paragraf 2 - -
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD - -
Pasal 247 - -
Pasal 248 - -
(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur (1) Dihapus -
akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
247 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal pengeluaran kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal pengeluaran kas sebagaimana dimaksud (2) Dihapus -
pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran E.VII
peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana (3) Dihapus -
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c sesuai dengan
Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteri ini.
Pasal 250 - -
Pasal 251 - -
Pasal 252 - -
Paragraf 3 - -
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPD - -
Pasal 253 - -
(2) Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak - - -
dikapitalisasi
Pasal 254 - -
(1) Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan - -
dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa
manfaatnya.
(3) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a - -
menrupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan
penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap
periode sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
(5) Metode unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf - -
c merupakan penyesuaian nilai aset tetap berdasarkan unit
produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.
Pasal 255 - -
(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau (1) Dihapus -
kejadian dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 253 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Dihapus -
huruf a tercantum dalam Lampiran E.IX peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana (3) Dihapus -
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Lampiran E.IV dan
Lampiran E.V peraturan menteri ini.
Pasal 257 - -
Pasal 258 - -
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap - -
diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan.
Paragraf 4 - -
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 133 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 259 - -
Pasal 260 - -
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam Dihapus -
prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259
ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 262 - -
Pasal 263 - -
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas
diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan.
Pasal 264 - -
Paragraf 5 - -
Laporan Keuangan pada SKPD - -
Pasal 265 - -
(4) Format neraca SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf - -
b tercantum dalam Lampiran E.XII peraturan menteri ini.
Bagian Keempat - -
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD - -
Paragraf 1 - -
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD - -
Pasal 266 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 136 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 267 - -
Pasal 269 - -
Pasal 270 - -
Pasal 271 - -
Paragraf 2 - -
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD - -
Pasal 272 - -
Pasal 273 - -
Pasal 275 - -
Pasal 276 - -
Pasal 277 - -
Paragraf 3 - -
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD - -
Pasal 278 - -
Pasal 279 - -
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam Dihapus
prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278
mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 281 - -
Pasal 282 - -
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap - -
diposting kedalam buku buku besar rekening berkenaan.
keuangan SKPKD
Paragraf 4 - -
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPKD - -
Pasal 283 - -
Pasal 284 - -
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam Dihapus
prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283
ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
Pasal 286 - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 141 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 287 - -
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas - -
diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan.
Pasal 288 - -
Paragraf 5 - -
Laporan Keuangan pada SKPKD - -
Pasal 289 - -
(2) Laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun - -
dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.
(3) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) - -
tercantum dalam Lampiran E.IX peraturan menteri ini.
BAB XII - -
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD - -
Bagian Pertama - -
Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan - -
Belanja
Pasal 290 - -
Pasal 291 - -
Pasal 292 - -
(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 - (1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis
(enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud
292 disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD dan Menteri
tahun anggaran berkenaan. Dalam Negeri paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran
berkenaan.
(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis - (2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan
untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana
ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI peraturan menteri ini. dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI
Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua - -
Laporan Tahunan - -
Pasal 294 - -
Pasal 295 - -
Pasal 296 - -
pemerintah daerah.
(11) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) - -
huruf c sesuai dengan Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.
Pasal 296A
Pasal 297 - -
Bagian Ketiga - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 146 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 298 - -
(5) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) - -
sesuai dengan Lampiran E.XXIX peraturan menteri ini.
Pasal 299 - -
Pasal 300 - -
Pasal 301 - -
Pasal 302 - -
Bagian Pertama - -
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang - -
Pertanggungjawaban
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 148 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 303 - -
Pasal 304 - -
Pasal 305 - -
Pasal 306 - -
Pasal 307 - -
BAB XIII - -
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN - -
DAERAH
Bagian Pertama - -
Pembinaan dan Pengawasan - -
Pasal 308 - -
Pasal 309 - -
Pasal 310 - -
Pasal 311 - -
Pasal 312 - -
Bagian Kedua - -
Pengendalian Intern - -
Pasal 313
Bagian Ketiga - -
Pemeriksaan Ekstern - -
Pasal 314 - -
BAB XIV - -
KERUGIAN DAERAH - -
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 152 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
Pasal 315 - -
Pasal 316 - -
Pasal 317 - -
Pasal 318 - -
Pasal 319 - -
Pasal 320 - -
Pasal 321 - -
Pasal 322 - -
Pasal 323 - -
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tuntutan ganti kerugian daerah - -
diatur dengan peraturan daerah dan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
BAB XV - -
PENGELOLAAN KEUANGAN - -
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
48. Ketentuan Pasal 324 diubah sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai 21. Ketentuan Pasal 324 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dan ayat (3)
berikut : dihapus, sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai berikut :
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk : (1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau unit kerja (1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau unit kerja pada
pada SKPD yang tugas pokok dan fungsinya bersifat SKPD yang tugas dan fungsinya bersifat operasional dalam
operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum. menyelenggarakan pelayanan umum dengan menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;
dan
b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
(2) Instansi yang menyediakan barang dan/atau jasa sebagaimana (2) Pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) Dihapus
dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain rumah sakit daerah, berhubungan dengan :
penyelenggara pendidikan, penerbit lisensi dan dokumen,
penyelenggara jasa penyiaran publik, penyedia jasa penelitian
dan pengujian, serta instansi layanan umum lainnya.
a. penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan masyarakat;
b. pengelolaan wilayah/ kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau
layanan umum; dan/atau;
c. pengelolaan dana khusus dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Halaman - 155 - dari 162
halaman
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 PERMENDAGRI NOMOR 59 TAHUN 2007 PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2011
masyarakat.
(3) Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau (3) Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum (3) Dihapus
pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diprioritaskan
ayat (1) huruf b, antara lain instansi yang melaksanakan antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan kebersihan,
pengelolaan dana seperti dana bergulir usaha kecil menengah, pengelolaan limbah, pengelolaan pasar, pengelolaan
tabungan perumahan dan instansi pengelola dana lainnya. terminal, pengelolaan obyek wisata daerah, dana
perumahan, rumah susun sewa.
(2) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak (2) Dihapus -
dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan.
50. Diantara Pasal 325 dan Pasal 326 disisipkan 1 (satu) Pasal baru,
yakni Pasal 325A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 325A -
51. Ketentuan Pasal 326, Pasal 327, Pasal 328 dan Pasal 329 dihapus.
(1) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan (1) Dihapus -
pembinaan teknis dilakukan oleh kepala SKPD yang bertanggung
jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.
(2) Pembinaan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dihapus -
(1) meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi,
pendidikan dan pelatihan dibidang pengelolaan keuangan BLUD.
(3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi (3) Dihapus -
pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, pendidikan dan
pelatihan dibidang penyelenggaraan program dan kegiatan
BLUD.
BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau Dihapus -
badan lain.
52. Diantara Pasal 329 dan Pasal 330 disisipkan pasal baru, yakni
Pasal 329A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 329A -
BAB XVA
PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
Pasal 329B
(1) Pejabat yang ditunjuk untuk mengelola dana BOS sekolah negeri
sebagai berikut:
a. kepala daerah menetapkan kuasa pengguna anggaran atas
usul kepala SKPD Pendidikan selaku Pengguna Anggaran;
dan
b. kepala sekolah ditunjuk sebagai PPTK.
Pasal 329C
(2) Dana BOS untuk sekolah swasta dianggarkan pada jenis belanja
hibah.
(5) Kode rekening belanja tidak langsung dan belanja langsung yang
bersumber dari dana BOS, untuk uraian obyek belanja dan rincian
obyek belanja sebagaimana tercantum pada lampiran A.VIII.a.1
Peraturan Menteri ini.
Pasal 329D
Pasal 329E
(3) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) triwulan berikutnya dapat dilakukan tanpa menunggu
penyampaian laporan penggunaan dana BOS triwulan
sebelumnya.
Pasal 329F
Pasal 329G
Pasal 329H
BAB XVII - -
KETENTUAN PERALIHAN - -
Pasal 331
Pasal 332
Pasal 333
Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, bagi pemerintah daerah yang
belum menetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat
(1), dokumen perencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai
pedoman penyusunan RKPD.
53. Diantara Pasal 333 dan Pasal 334 disisipkan 1 (satu) pasal yakni
Pasal 333A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 333A
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 334
Pasal 335
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Dalam Negeri ini
diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 Mei 2011