Anda di halaman 1dari 76

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOMOR 4 TAHUN 2008

T
E
N
T
A
N
G

NAGARI

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR


TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN TANAH DATAR
Nomor 2 Seri E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR


NOMOR 4 TAHUN 2008

TENTANG

NAGARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH DATAR,


Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya Pemerintahan Nagari yang
berdasarkan filosofi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi
Kitabullah di Kabupaten Tanah Datar dan berdasarkan evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Pemerintahan Nagari, perlu disesuaikan dengan perkembangan
yang terjadi;
b. bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera
Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok
Pemerintahan Nagari sebagai landasan hukum Peraturan Daerah
Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 telah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. bahwa berdasarkan untuk sinkronisasi penyelenggaraan
Pemerintahan dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsi
Pemerintahan yang baik dan efektif di Nagari, maka perlu diatur
ketentuan mengenai Nagari;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, c, perlu
ditetapkan Peraturan Daerah tentang Nagari.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi
Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 25);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang...........

Ranperda Tentang Nagari


2
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan


dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang


Penetapan dan Penegasan Batas Desa;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang


Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan
Status Desa Menjadi Kelurahan;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan
Desa;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang


Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota
Kepada Desa;
13. Peraturan...........

Ranperda Tentang Nagari


3
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang
Pedoman Administrasi Desa;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2006 tentang


Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2006 tentang


Kerjasama Desa;

17. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007


tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah
Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007).

Ranperda Tentang Nagari


4
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN TANAH DATAR
dan
BUPATI TANAH DATAR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG NAGARI

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh


Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga


Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

5. Bupati adalah Bupati Tanah Datar;

6. Camat adalah Camat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar;

7. Nagari adalah Kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas


wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus ketentuan masyarakat
setempat berdasarkan filosofi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabbullah
dan atau berdasarkan asal usul dan adat minangkabau yang diakui dan
dihormati;

8. Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang


dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat
Nagari berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang
berada di dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

9. Pemerintah ......................

Ranperda Tentang Nagari


5
9. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Nagari;

10. Wali Nagari adalah Pimpinan Pemerintah Nagari;

11. Penjabat Wali Nagari adalah orang yang ditunjuk untuk memegang jabatan
Wali Nagari oleh Pejabat yang berwenang;

12. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari yang selanjutnya disingkat BPRN


adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Nagari;

13. Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah lembaga
kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara
turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan
merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari;

14. Jorong adalah bagian wilayah kerja Nagari dalam pelaksanaan Pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang Kepala Jorong;

15. Panitia Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pemilihan
adalah panitia pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh BPRN;

16. Panitia Pengawas Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia
pengawas adalah panitia pengawas pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh
Bupati;

17. Kekayaan Nagari adalah harta benda yang telah ada atau yang kemudian
menjadi milik Nagari, baik bergerak maupun tidak bergerak;

18. Badan Usaha Nagari yang selanjutnya disingkat BUN adalah badan usaha
perekonomian Nagari;

19. Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan ikatan
kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang bersangkutan baik
yang ada di Nagari maupun dirantau;

20. Rakyat Nagari adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia
maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap di dalam Wilayah Nagari;

21. Penduduk Nagari adalah Warga Negara Republik Indonesia yang bertempat
tinggal di Nagari bersangkutan, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk;

22. Hubungan adat adalah hubungan yang ditimbulkan akibat pertalian darah,
ameh, perak dan budi kepada salah satu suku yang ada di nagari;

23. Anggaran ..................

Ranperda Tentang Nagari


6
23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari yang selanjutnya disebut APB Nagari
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Nagari yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Nagari dan BPRN dan ditetapkan dengan
Peraturan Nagari.

Ranperda Tentang Nagari


7
BAB II

NAGARI

Bagian Pertama
Wilayah Nagari

Pasal 2

(1) Wilayah Nagari, meliputi wilayah hukum adat dengan batas-batas tertentu
yang sudah berlaku secara turun temurun, diakui sepanjang adat dan atau
berdasarkan kesepakatan.

(2) Wilayah Pemerintahan Nagari meliputi wilayah pemerintahan secara


administratif telah di tetapkan batas -batasnya, dan terdiri dari beberapa
jorong sebagai wilayah kerja penyelenggaraan administrasi Pemerintahan
Nagari dan berada dalam 1 (satu ) wilayah kesatuan masyarakat hukum adat
Nagari.

Bagian Kedua
Pembentukan Nagari

Pembentukan

Pasal 3

(1) Nagari dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul
Nagari dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

(2) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
syarat :
a. jumlah penduduk 3.000 jiwa atau 600 kepala keluarga atau lebih;
b. luas wilayah paling sedikit 600 ha;
c. wilayah kerja dapat dijangkau dan memiliki jaringan perhubungan antar
jorong;
d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama
dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;
e. memiliki potensi Nagari berupa sumber daya alam dan sumber daya
manusia;
f. memiliki batas Nagari yang jelas;
g. tersedianya sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari;
h. adanya perbedaan sistem adat dalam satu Nagari;
i. kemampuan keuangan Daerah; dan
j. disetujui oleh seluruh persukuan yang ada di Nagari;
k. adanya keputusan KAN;
l. pernyataan Nagari induk dan calon Nagari pemekaran bahwa alokasi dana
Nagari masing-masingnya menerima 50 % ditambah 10 % dari Alokasi
Dana Nagari.
(3) Disamping ...................

Ranperda Tentang Nagari


8
(3) Disamping memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
untuk mencapai kehidupan bernagari berdasarkan falsafah adat basandi syara’,
syara’ basandi kitabullah, pembentukan harus memenuhi faktor-faktor sebagai
berikut:
a. babalai-bamusajik;
b. balabuah-batapian;
c. basawah-baladang;
d. babanda-babatuan;
e. batanaman nan bapucuak;
f. mamaliaro nan banyao;
g. basuku-basako;
h. niniak mamak nan ampek suku;
i. baadat-balimbago;
j. bapandam pakuburan;
k. bapamedanan;
l. kantua nagari.

(4) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
penggabungan beberapa Nagari, atau bagian Nagari yang bersandingan, atau
pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih.

(5) Pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5
(lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Nagari.

(6) Pemekaran Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa
pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih, atau pemekaran
Nagari diluar Nagari yang telah ada.

(7) Pemekaran Nagari dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :


a. pemuka masyarakat pada bagian Nagari yang ingin ditingkatkan menjadi
Nagari, melakukan musyawarah yang difasilitasi oleh Kepala Jorong;
b. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan
kepada Wali Nagari untuk dimusyawarahkan di tingkat Nagari dengan
BPRN, KAN dan Kepala Jorong bersama pemuka masyarakat di Nagari
tersebut;
c. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan
kepada Bupati melalui Camat oleh Wali Nagari dengan melampirkan
notulen dan daftar hadir rapat;
d. berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf c,
Bupati dapat menetapkan Nagari persiapan;
e. nagari persiapan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibina oleh Wali
Nagari dan setelah 3 (tiga) tahun dinilai oleh sebuah tim yang dibentuk
oleh Bupati untuk ditingkatkan statusnya menjadi Nagari penuh;
f. pengesahan Nagari persiapan menjadi Nagari penuh ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

(8) Penggabungan ....................

Ranperda Tentang Nagari


9
(8) Penggabungan Pemerintahan Nagari dilaksanakan karena Nagari yang
bersangkutan tidak memungkinkan lagi menjalankan roda Pemerintahan
Nagari.

(9) Kesepakatan penggabungan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari yang


bersangkutan secara bersama kepada Bupati melalui Camat.

(10) Kesepakatan penggabungan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (9)


adalah atas aspirasi masyarakat dengan persetujuan BPRN dan KAN dari
masing-masing Nagari.

(11) Penggabungan Nagari ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(12) Pembentukan Jorong diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga
Kewenangan Nagari

Pasal 4

(1) Kewenangan Nagari mencakup :


a. urusan pemerintahan :
1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari;
2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang
diserahkan pengaturannya kepada Nagari;
3. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan atau
Pemerintah Kabupaten;
4. urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-undangan
diserahkan kepada Nagari.
b. urusan adat;
c. urusan perekonomian;
d. urusan ketentraman dan ketertiban;

(2) Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.

(3) Nagari dapat menolak tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi
dan atau Pemerintah Kabupaten yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana
dan prasarana serta sumber daya manusia.

BAB……………..

Ranperda Tentang Nagari


10
BAB III

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI

Bagian Pertama
Umum

Pasal 5

Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintah Nagari dan BPRN.

Bagian Kedua
Pemerintah Nagari

Paragraf 1
Struktur Organisasi Pemerintah Nagari

Pasal 6

(1) Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari Wali
Nagari dan Perangkat Nagari.

(2) Perangkat Nagari sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
Sekretaris Nagari dan Perangkat Nagari lainnya.

(3) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. unsur staf sekretariat nagari yang meliputi 5 (lima) urusan yaitu urusan
pemerintahan, pembangunan, perekonomian, kesejahteraan rakyat serta
umum dan keuangan ;
b. unsur jorong;
c. unsur pelaksana teknis lapangan.

(4) Struktur organisasi Pemerintah Nagari sebagaimana tercantum dalam


lampiran I peraturan ini.

Paragraf 2
Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Wali Nagari

Pasal 7

(1) Wali Nagari mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,


pembangunan, dan kemasyarakatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Nagari
mempunyai wewenang :
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPRN;

b. mengajukan ......................

Ranperda Tentang Nagari


11
b. mengajukan rancangan Peraturan Nagari;
c. menetapkan Peraturan Nagari yang telah mendapat persetujuan bersama
BPRN;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari mengenai APB
Nagari untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPRN;
e. membina kehidupan masyarakat Nagari;
f. membina perekonomian Nagari;
g. mengkoordinasikan pembangunan Nagari secara partisipatif;
h. mewakili Nagarinya di dalam dan di luar pengadilan untuk urusan
pemerintahan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan;
i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 8

(1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7, Wali Nagari mempunyai kewajiban :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. memegang teguh dan mengamalkan adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah, syara’ mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru;
c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
d. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Nagari yang bersih dan bebas dari
kolusi, korupsi dan nepotisme;
g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Nagari;
h. mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang-undangan;
i. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Nagari yang baik;
j. mentaati dan mengindahkan perintah, edaran, undangan yang diberikan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
k. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
Nagari;
l. melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi yang diatur oleh
Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah yang objeknya
ada di Nagari;
m. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Nagari;
n. mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari kecuali masalah sako,
pusako dan syara’;
o. mengembangkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan Nagari;
p. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama, sosial budaya
dan adat istiadat;
q. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Nagari;
r. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup.
(2) Selain .......................

Ranperda Tentang Nagari


12
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wali Nagari
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari kepada Bupati, memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPRN, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada KAN dan masyarakat.

(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) disampaikan kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu
tahun.

(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam
Rapat Paripurna BPRN.

(5) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dengan mengundang unsur KAN, Alim Ulama,
Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Kepala Jorong, tokoh masyarakat, generasi
muda dan unsur lembaga lainnya yang ada di nagari.

(6) Menginformasikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada


masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang
ditempelkan pada papan pengumuman atau informasi lisan dalam berbagai
pertemuan masyarakat Nagari atau melalui media lainnya.

(7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai
dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan sebagai
bahan pembinaan lebih lanjut.

(8) Laporan akhir masa jabatan Wali Nagari disampaikan kepada Bupati melalui
Camat dan kepada BPRN.

(9) Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf n Wali Nagari bekerjasama dengan Niniak
Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai para pihak yang bersengketa dan atau
KAN.

(10) Perselisihan yang telah didamaikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) diberitahukan kepada KAN dan bersifat mengikat para pihak yang
berselisih.

(11) Wali Nagari dalam membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama,
sosial budaya dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p,
bekerjasama dengan KAN dengan prinsip kemitraan dan saling menghormati
fungsi dan peranan masing-masing.

Pasal ..........................

Ranperda Tentang Nagari


13
Pasal 9

(1) Apabila Wali Nagari tidak menyampaikan laporan keterangan


pertanggungjawaban pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (4), BPRN melaporkan hal tersebut kepada Bupati melalui Camat.

(2) Atas dasar laporan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bupati
memerintahkan unit kerja terkait untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kinerja Pemerintahan Nagari termasuk didalamnya pelaksanaan keuangan
Nagari.

(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pertanggungjawaban Wali Nagari
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


(1) termasuk juga membantu pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan
Nasional dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 11

Wali Nagari dilarang :


a. menjadi anggota partai politik pada semua tingkatan;
b. merangkap jabatan sebagai pimpinan dan/atau anggota BPRN, dan sebagai
pengurus KAN serta pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya;
c. aktif dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan Pemilihan
Kepala Daerah;
d. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah jabatan;
e. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya,
anggota keluarga dan kroninya, golongan tertentu yang secara nyata merugikan
kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
f. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa
dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
g. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat minangkabau.

Pasal 12

(1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a sampai dengan f,


diusulkan pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada
Bupati setelah memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.

(2) Pelanggaran...............

Ranperda Tentang Nagari


14
(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g, diusulkan
pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada Bupati setelah
memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
dengan mempertimbangkan rekomendasi KAN melalui hasil keputusan
bersama niniak mamak pemangku adat salingka nagari.

Paragraf 3
Perangkat Nagari

Pasal 13

(1) Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) bertugas
membantu Wali Nagari dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Wali Nagari.

Pasal 14

(1) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diisi dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu:
a. berpendidikan paling rendah lulusan SLTA atau sederajat;
b. mempunyai pengetahuan teknis bidang pemerintahan;
c. mempunyai pengalaman dibidang administrasi perkantoran;
d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang
perencanaan;
e. memahami sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;
f. bersedia tinggal di Nagari yang bersangkutan.

(2) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh
Sekretaris Daerah atas nama Bupati sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.

Pasal 15

(1) Sekretaris Nagari berkedudukan sebagai unsur staf yang memimpin sekretariat
Nagari.

(2) Sekretaris Nagari mempunyai tugas membantu Wali Nagari dalam


melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris
Nagari mempunyai fungsi :
a. melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan;
b. melaksanakan urusan keuangan;
c. melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan;

d. melaksanakan......

Ranperda Tentang Nagari


15
d. melaksanakan tugas dan fungsi Wali Nagari apabila Wali Nagari
berhalangan melaksanakan tugasnya;
e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Wali Nagari.

(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3), Sekretaris Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari.

Pasal 16

(1) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
diangkat oleh Wali Nagari dari penduduk Nagari setempat.

(2) Pengangkatan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.

(3) Untuk dapat diangkat menjadi Perangkat Nagari lainnya adalah penduduk
Nagari yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. berpendidikan paling rendah tamatan SLTP atau sederajat;
e. berumur paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam
puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian;
h. tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran adat yang
dikeluarkan oleh KAN.
Pasal 17

(1) Perangkat Nagari lainnya bertugas melaksanakan administrasi dan


memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugas
masing-masing dan bertanggungjawab kepada Wali Nagari melalui Sekretaris
Nagari.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat Nagari
lainnya mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi :
1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang
pemerintahan;
2. melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat;
3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kependudukan dan
pertanahan/ keagrariaan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
4. membantu tugas-tugas dibidang pemungutan pajak bumi dan
bangunan;

5. membantu.........

Ranperda Tentang Nagari


16
5. membantu Wali Nagari dalam membuat Rancangan Peraturan Nagari
dan Peraturan Wali Nagari dibidang Pemerintahan;
6. membantu Wali Nagari dalam membuat laporan keterangan
pertanggungjawaban Wali Nagari kepada BPRN dan laporan
pertanggungjawaban Wali Nagari kepada Bupati.

b. Kepala Urusan Pembangunan mempunyai fungsi :


1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang
pembangunan;
2. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang pembangunan;
3. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan dan pelaksanaan
pembangunan;
4. membantu pembinaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta menjaga dan memeilihara sarana dan prasarana
fisik dilingkungan Nagari;
5. melakukan administrasi pembangunan di Nagari;
6. membantu, membina dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka
persiapan musyawarah di Nagari;
7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang pembangunan.

c. Kepala Urusan Perekonomian mempunyai fungsi :


1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang
perekonomian;
2. melakukan kegiatan pembinaan terhadap perekonomian, pengusaha
ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka
meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat;
3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang perekonomian;
4. membantu pembinaan dalam melakukan kegiatan dibidang pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan;
5. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya masyarakat
dalam meningkatkan perekonomian;
6. melakukan administrasi perekonomian di Nagari;
7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang perekonomian.

d. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi :


1. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan
rakyat;
2. melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, kesehatan, keluarga
berencana dan pendidikan masyarakat;
3. membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana/ bantuan terhadap
korban bencana alam dan bencana lainnya;
4. membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK). karang taruna, pramuka dan organisasi
kemasyarakatan lainnya;
5. membina kegiatan pengumpulan zakat, infak dan shadaqah;
6. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang kesejahteraan
rakyat.

e. Kepala............

Ranperda Tentang Nagari


17
e. Kepala Urusan Umum dan Keuangan mempunyai fungsi :
1. mengumpulkan, mencatat surat masuk dan keluar;
2. menyiapkan dan mengatur acara rapat, pelantikan, diskusi yang
dilakukan oleh Pemerintah Nagari;
3. membantu Sekretaris Nagari dalam bidang tugasnya, dibidang
penyediaan alat perlengkapan kantor dan perabot Nagari;
4. membantu Sekretaris Nagari dalam melayani tamu baik yang datang
dari atas maupun dari masyarakat;
5. membantu Sekretaris Nagari mengumpulkan data untuk monografi
Nagari;
6. membantu Sekretaris Nagari membuat catatan harian Wali Nagari;
7. mengumpulkan bahan penyusunan, perubahan dan perhitungan APB
Nagari;
8. mengelola dan melaksanakan administrasi keuangan Nagari.

(3) Dalam hal pengangkatan Perangkat Nagari, Wali Nagari dapat membentuk
Tim pertimbangan Nagari.

Pasal 18

(3) Kepala Jorong bertugas membantu Wali Nagari dalam penyelenggaraan tugas
Pemerintahan, Pembangunan, dan Sosial Kemasyarakatan.

(4) Pelaksanaan tugas Kepala Jorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Jorong mempunyai fungsi :
a. melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan
Sosial Kemasyarakatan diwilayah kerjanya;
b. melaksanakan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari diwilayah
kerjanya;
c. melaksanakan kebijakan Wali Nagari diwilayah kerjanya.

Pasal 19

Perangkat Nagari dilarang :


a. menjadi pengurus partai politik;
b. merangkap jabatan sebagai ketua atau anggota BPRN dan pengurus KAN;
c. terlibat dalam kampanye pemilhan umum, pemilihan Presdien dan pemilihan
Kepala Daerah;
d. merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat;
e. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang barang atau jasa dari
pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang.

Pasal............

Ranperda Tentang Nagari


18
Pasal 20

(1) Perangkat Nagari lainnya berhenti atau diberhentikan oleh Wali Nagari
karena :
a. meninggal dunia;
b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri;
c. melakukan perbuatan yang bertentanggan dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Nagari;
d. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Perangkat Nagari.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Nagari lainnya dan Tim
Pertimbangan Nagari diatur dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 4
Bendahara Nagari

Pasal 21

(1) Untuk melaksanakan administrasi keuangan Nagari pada masing-masing


Nagari diangkat Bendahara Nagari.

(2) Bendahara Nagari tidak boleh merangkap sebagai Perangkat Nagari.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya Bendahara Nagari bertanggungjawab kepada


Wali Nagari melalui Sekretaris Nagari.

(4) Bendahara Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Wali Nagari.

Paragraf 5
Kedudukan Keuangan Wali Nagari
Dan Perangkat Nagari

Pasal 22

Wali Nagari dan Perangkat Nagari berhak mendapatkan penghasilan tetap setiap
bulan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari
yang disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Pasal 23

(1) Penghasilan tetap setiap bulannya yang diterima Wali Nagari dan Perangkat
Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan dengan ketentuan
paling sedikit sama dengan upah minimum regional Daerah Kabupaten.

(2) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dapat berupa :


a. tunjangan kesehatan;
b. tunjangan kecelakaan;
c. tunjangan........

Ranperda Tentang Nagari


19
c. tunjangan kematian;
d. tunjangan pengabdian;
e. tunjangan khusus lainnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghasilan tetap dan tunjangan lainnya
yang dapat diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Keputusan Bupati sesuai dengan
kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 24

(1) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari atau
Perangkat Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya
selama menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari tanpa kehilangan
statusnya sebagai Pegawai Negeri.

(2) Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayarkan oleh instansi induknya.

(3) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dan atau
Perangkat Nagari berhak mendapat kenaikan pangkat dan gaji berkala sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.

(4) Pegawai Negeri yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Wali
Nagari dan atau Perangkat Nagari dikembalikan ke instansi induknya.

Bagian Ketiga
BPRN

Paragraf 1
Kedudukan, Pembentukan dan Masa Keanggotaan BPRN

Pasal 25

BPRN berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari.

Pasal 26

(1) Anggota BPRN adalah wakil dari lembaga unsur masyarakat yang ditetapkan
dengan cara musyawarah dan mufakat pada setiap unsur.

(2) Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur
Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda.

(3) Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak
11 (sebelas) orang dengan ketentuan jumlah seluruhnya termasuk pimpinan
harus berjumlah ganjil dengan ketentuan:

a. jumlah........

Ranperda Tentang Nagari


20
a. jumlah penduduk sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah anggota BPRN
7 (tujuh) orang;
b. jumlah penduduk lebih dari 3.000 s/d 6.000 jiwa, jumlah anggota BPRN
9 (sembilan) orang;
c. jumlah penduduk lebih dari 6.000 jiwa, jumlah anggota BPRN 11 (sebelas)
orang;
d. untuk melaksanakan proses pencalonan dan penetapan anggota BPRN
periode berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa
pengabdian BPRN.

(4) Perbandingan jumlah wakil masing unsur dalam BPRN dan tata cara
pencalonan anggota BPRN diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 27

(1) Anggota BPRN adalah anak Nagari dan atau rakyat Nagari yang bersangkutan
yang sanggup menjalankan tugas-tugas BPRN dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945;
d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter
pemerintah;
g. berkelakuan baik;
h. tidak sedang menjalani hukuman;
i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. mengenal sosial budaya dan adat istiadat Nagari yang bersangkutan;
k. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari yang
bersangkutan;
l. bersedia untuk menjadi anggota BPRN ;
m. berdomisili di Nagari yang bersangkutan;
n. syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Nagari yang bersangkutan.

(2) Keanggotaan dalam BPRN dikukuhkan secara administratif dengan


Keputusan Bupati.

Pasal 28

(1) Anggota BPRN sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/ janji


secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.

(2) Ketua...........

Ranperda Tentang Nagari


21
(2) Ketua atau Wakil Ketua BPRN memandu mengucapkan sumpah/ janji
anggota yang belum bersumpah/ berjanji sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

(3) Tata cara pengucapan sumpah/ janji diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai
berikut :

”Demi Allah saya bersumpah :

Bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota BPRN


dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;

Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan


Pancasila sebagai dasar Negara; dan

Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-


Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Nagari, Daerah,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Bahwa saya akan mengamalkan dan memegang teguh Adat Basandi


Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.

Pasal 29

Alat kelengkapan BPRN terdiri dari :


a. pimpinan;
b. komisi;
c. alat kelengkapan lainnya.

Pasal 30

(1) Pimpinan BPRN terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua
dan 1 (satu) orang Sekretaris.

(2) Pimpinan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh
BPRN secara langsung dalam rapat BPRN yang diadakan secara khusus.

(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPRN untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai alat kelengkapan BPRN diatur dalam
Peraturan Bupati.

Pasal............

Ranperda Tentang Nagari


22
Pasal 31

Masa keanggotoan BPRN adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak pengucapan


sumpah dan berakhir bersama-sama pada saat anggota BPRN yang baru
mengucapkan sumpah.

Pasal 32

(1) Anggota BPRN berhenti karena :


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPRN;
c. diberhentikan.

(2) Anggota BPRRN diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah diambil sumpah anggota yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
ayat (1);
d. terbukti melanggar sumpah sebagai anggota BPRN;
e. merangkap jabatan sebagai Wali Nagari, Perangkat Nagari dan Pengurus
KAN;
f. melanggar tata tertib BPRN.

(3) Anggota BPRN yang berhenti antar waktu sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) digantikan oleh calon yang diusulkan unsur dari mana anggota itu
berasal.

(4) Anggota BPRN pengganti antar waktu melanjutkan masa kerja anggota yang
digantikannya.

(5) Pemberhentian anggota BPRN diresmikan secara administratif dengan


Keputusan Bupati.

(6) Pemberhentian anggota BPRN karena tidak memenuhi syarat lagi


sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.

(7) Apabila yang berhenti adalah Pimpinan BPRN, maka untuk penggantian
Pimpinan BPRN yang berhenti dipilih berdasarkan hasil rapat paripurna
BPRN.

Pasal 33

(1) Tindakan Penyidikan terhadap anggota BPRN dilaksanakan atas persetujuan


tertulis dari Bupati kecuali yang bersangkutan tertangkap tangan melakukan
tindak pidana kejahatan.

(2) Dalam..........

Ranperda Tentang Nagari


23
(2) Dalam hal anggota BPRN tertangkap tangan melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka selambat-lambatnya dalam waktu
2 kali 24 jam diberitahukan secara tetulis kepada Bupati oleh pihak penyidik.

(3) Anggota BPRN diduga melakukan pelanggaran adat maka KAN dapat
memanggil anggota BPRN untuk disidangkan dalam KAN tanpa melalui
persetujuan lisan atau tertulis dari Bupati.

(4) Anggota BPRN melakukan pelanggaran berkaitan dengan adat salingka


Nagari, maka Anggota BPRN tersebut diberhentikan oleh BPRN setelah
adanya rekomendasi dari KAN dan diusulkan kepada Bupati untuk
mendapatkan pengesahan.

Paragraf 2
Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPRN

Pasal 34

BPRN mempunyai fungsi sebagai berikut:


a. menetapkan Peraturan Nagari bersama Pemerintah Nagari;
b. menetapkan APB Nagari bersama Pemerintah Nagari;
c. pengawasan.

Pasal 35

BPRN mempunyai wewenang sebagai berikut:


a. membahas rancangan Peraturan Nagari bersama Wali Nagari;
b. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari;
c. membentuk panitia pemilihan Wali Nagari;
d. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat;
e. melaksanakan pengawasan terhadap :
1. pelaksanaan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari;
2. pelaksanaan APB Nagari;
3. kebijakan Pemerintahan Nagari;
4. pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari;
5. pengelolaan aset Nagari.

Pasal 36

(1) BPRN mempunyai hak sebagai berikut:


a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya
kepada Pemerintah Nagari;
b. mengadakan penyelidikan;
c. mengadakan perubahan atas rancangan Peraturan Nagari;
d. menyatakan pendapat;
e. mengajukan rancangan Peraturan Nagari;
f. menetapkan peraturan tata tertib BPRN.

(2) Pelaksanaan..............

Ranperda Tentang Nagari


24
(2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
tata tertib BPRN.

Pasal 37

(1) BPRN mempunyai hak sebagai berikut :


a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya
kepada Pemerintah Nagari;
b. menyatakan pendapat.

(2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Tata Tertib BPRN.

Pasal 38

BPRN berkewajiban sebagai berikut :


a. membuat dan menyusun tata tertib BPRN;
b. membahas setiap rancangan Peraturan Nagari yang diajukan oleh Pemerintah
Nagari;
c. melaksanakan rapat-rapat baik secara berkala maupun secara insidentil sesuai
dengan tata tertib BPRN;
d. meminta pertimbangan dan masukan kepada KAN sebelum penyusunan dan
pembahasan Peraturan Nagari dilakukan;
e. memproses pemilihan Wali Nagari;
f. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Nagari;
g. menampung dan menyalurkan aspirasi.

Pasal 39

Anggota BPRN mempunyai kewajiban sebagai berikut:


a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang-
undangan;
b. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. menyerap, menampung, menghimpun, dan menidaklanjuti aspirasi masyarakat;
d. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan;
e. mengamalkan dan memegang teguh adat basandi syarak, syara’ basandi
kitabullah;
f. mengamalkan dan menjaga nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat
minangkabau salingka nagari ; dan
g. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.

Pasal.............

Ranperda Tentang Nagari


25
Pasal 40

(1) Pimpinan dan Anggota BPRN tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Wali Nagari dan Perangkat Nagari serta pengurus KAN.

(2) Pimpinan dan Anggota BPRN dilarang :


a. sebagai pelaksana kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APB
Nagari;
b. merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau
jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan
yang akan dilakukannya;
d. menyalahgunakan wewenang;
e. melanggar sumpah jabatan;
f. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat salingka Nagari.

Paragraf 3
Rapat BPRN

Pasal 41

(1) Rapat BPRN dipimpin oleh Pimpinan BPRN.

(2) Rapat BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota
BPRN, dan keputusan ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara
terbanyak.

(3) Dalam hal tertentu rapat BPRN dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan
ditetapkan dengan musyawarah mufakat atau persetujuan sekurang-kurangnya
1
/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah BPRN yang hadir.

(4) Hasil rapat BPRN ditetapkan dengan keputusan BPRN dan dilengkapi dengan
notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPRN.

Pasal 42

(1) Anggota BPRN tidak dapat dituntut dimuka pengadilan karena pernyataan
atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat BPRN baik terbuka maupun
tertutup yang diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang
bersangkutan mengumumkan apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk
dirahasiakan atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai
pengumuman rahasia Negara.

(2) Anggota BPRN tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan dan atau
pendapat yang dikemukakannya dalam rapat BPRN kecuali penghinaan
terhadap adat dan syara’ .
Paragraf .......................

Ranperda Tentang Nagari


26
Paragraf 4
Kedudukan Keuangan BPRN

Pasal 43

(1) Pimpinan dan Anggota BPRN menerima tunjangan sesuai dengan


kemampuan keuangan Nagari.

(2) Tunjangan pimpinan dan Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dalam APB Nagari.

Pasal 44

(1) Untuk keperluan kegiatan BPRN disediakan biaya operasional sesuai dengan
kemampuan keuangan Nagari yang dikelola oleh Sekretaris BPRN.

(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap
tahunnya dalam APB Nagari yang bersumber dari pendapatan Nagari berupa :
a. alokasi dana nagari yang diatur sesuai dengan pedoman umum yang
ditetapkan oleh Bupati;
b. pendapatan asli nagari sebesar paling banyak 20 % (dua puluh persen),
yang pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Nagari.

Paragraf 5
Tata Tertib BPRN

Pasal 45

(1) Anggota BPRN secara musyawarah mufakat menetapkan tata tertib BPRN.

(2) Pedoman penyusunan tata tertib BPRN diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

Bagian Keempat
Pemilihan Wali Nagari

Paragraf 1
Umum

Pasal 46

(1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Wali Nagari secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan.

(2) BPRN memproses pemilihan Wali Nagari 4 (empat) bulan sebelum berakhir
masa jabatan Wali Nagari.

Paragraf .......................

Ranperda Tentang Nagari


27
Paragraf 2
Pencalonan Wali Nagari

Pasal 47

(1) Untuk pemilihan Wali Nagari dibentuk panitia pemilihan oleh BPRN dan
panitia pengawas pemilihan Wali Nagari oleh Bupati.

(2) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri
dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintah Kabupaten.

(3) Keanggotaan panitia pemilihan dan panitia pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) bukan berasal dari pengurus partai politik.

(4) Panitia pemilihan dan panitia pengawasan dalam melaksanakan tugasnya


dapat dibantu oleh sekretariat.

(5) Sekretariat panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan keputusan BPRN.

(6) Sekretariat panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan keputusan Bupati.

Pasal 48

(1) Panitia pemilihan Wali Nagari mempunyai tugas sebagai berikut:


a. melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Wali Nagari sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan;
b. melakukan pendaftaran pemilih untuk selanjutnya disyahkan oleh ketua
panitia pemilihan;
c. melakukan pemeriksaan berkas administrasi bakal calon Wali Nagari;
d. melakukan kegiatan tekhnis pemilihan bakal calon Wali Nagari;
e. menetapkan KPPS dan TPS; dan
f. menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf f panitia pemilihan Wali Nagari menetapkan tata tertib
penjaringan bakal calon Wali Nagari dan penyaringan calon Wali Nagari
dengan keputusan panitia pemilihan Wali Nagari.

(3) Jumlah anggota KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
sebanyak 5 (lima) orang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai panitia pemilihan dan panitia pengawasan
diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf .....................

Ranperda Tentang Nagari


28
Paragraf 3
Penjaringan, Penyaringan dan Penetapan Bakal Calon

Pasal 49

Penjaringan bakal calon Wali Nagari dilaksanakan dengan ketentuan dan tata cara
sebagai berikut :
a. yang dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari adalah anak Nagari warga Negara
Republik Indonesia;
b. bakal calon Wali Nagari diusulkan oleh lembaga unsur Niniak Mamak, Alim
Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda;
c. lembaga unsur sebagaimana dimaksud pada huruf b mengusulkan 1 (satu) orang
bakal calon;
d. dalam pengusulan bakal calon sebagaimana dimaksud pada huruf b, bakal calon
sekaligus melampirkan persyaratan masing-masing dalam rangkap 3 (tiga)
sebagai berikut :
1. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
2. memahami dan mengamalkan nilai adat dan syara’ dalam Nagari
3. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
4. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G.30SPKI dan atau
kegiatan organisasi terlarang lainnya;
5. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat;
6. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 62 (enam
puluh dua ) tahun;
7. sehat jasmani dan rohani;
8. nyata-nyata tidak terganggu jiwa atau ingatannya;
9. berkelakuan baik;
10. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih;
11. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
12. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari setempat;
13. bersedia dicalonkan menjadi Wali Nagari;
14. terdaftar sebagai penduduk Nagari dan bertempat tinggal di Nagari yang
bersangkutan minimal 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus
kecuali anak Nagari yang berdomisili di luar Nagari;
15. tidak pernah dihukum menurut sepanjang adat karena melakukan
pelanggaran adat dan syara’;
16. belum pernah menjabat sebagai Wali Nagari paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau 2 (dua) kali masa jabatan;
17. tidak pernah melanggar adat dan syara’ yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari KAN;
18. tidak pernah sebagai pengurus partai politik paling singkat 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal pencalonan;
19. syarat lain yang ditetapkan oleh BPRN sepanjang tidak bertentangan dengan
adat salingka nagari dan Peraturan Perundang-undangan.

e. Bakal..............

Ranperda Tentang Nagari


29
e. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Pegawai Negeri, selain persyaratan
sebagaimana dimaksud pada huruf c harus mendapat/ melampirkan izin tertulis
dari atasannya yang berwenang;
f. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari anggota BPRN, harus
mengundurkan diri dari anggota BPRN dengan melampirkan surat pernyataan
pengunduran diri;
g. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Wali Nagari aktif, selain persyaratan
sebagaimana dimaksud pada huruf c dinonaktifkan oleh Bupati sejak ditetapkan
menjadi calon Wali Nagari yang berhak dipilih sampai terpilihnya Wali Nagari;
h. Selama Wali Nagari non aktif pelaksanaan tugas dijabat oleh Sekretaris Nagari;
i. Apabila Sekretaris Nagari juga mencalonkan diri, maka Camat atas nama
Bupati menunjuk pelaksana tugas Wali Nagari;
j. Apabila bakal calon Wali Nagari yang sedang menjabat pengurus KAN harus
non aktif dari jabatannya sebagai pengurus KAN;
k. Bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada huruf g yang LKPJ akhir
masa jabatannya tidak memenuhi persyaratan menurut Bupati tidak dapat
dicalonkan sebagai Wali Nagari berikutnya.

Pasal 50

(1) Bagi bakal calon Wali Nagari yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan
penjaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, panitia pemilihan
menetapkan menjadi bakal calon Wali Nagari untuk dilakukan penyaringan
dengan keputusan panitia pemilihan.

(2) Penyaringan bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh panitia pemilihan dengan meneliti persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 49 huruf d.

(3) Bagi bakal calon Wali Nagari yang berkedudukan sebagai pengurus partai
peserta pemilu pada semua tingkat kepengurusan harus berhenti menjadi
pengurus partai, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai
yang bersangkutan.

(4) Bagi Wali Nagari yang terpilih atau diangkat menjadi Wali Nagari harus
bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan.

(5) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dibebaskan
untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari
tanpa kehilangan hak dan statusnya sebagai Pegawai Negeri.

Pasal 51

(1) Bakal calon Wali Nagari yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos
penyaringan ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih oleh panitia
pemilihan dalam rapat panitia pemilihan dan disyahkan oleh BPRN dalam
rapat paripurna.

(2) Calon .....................

Ranperda Tentang Nagari


30
(2) Calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan jumlah calon paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima)
orang.

(3) Apabila jumlah calon paling sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak terpenuhi, maka penjaringan bakal calon diperpanjang selama 7 (tujuh)
hari kalender.

(4) Apabila perpanjangan sudah dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat


(3), ternyata bakal calon terjaring hanya 1 (satu) orang, maka panitia
pemilihan melakukan perpanjangan masa penjaringan sampai dengan
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5) Apabila tidak ada bakal calon yang lolos dalam penjaringan, maka Bupati
menunjuk penjabat Wali Nagari yang bertugas mempersiapkan proses
pemilihan Wali Nagari defenitif.

(6) Proses pemilihan Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak penunjukan
oleh Bupati.

(7) Calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang telah
ditetapkan sebagai calon Wali Nagari yang berhak dipilih disampaikan kepada
Wali Nagari, BPRN, dan KAN serta diumumkan kepada masyarakat di
tempat-tempat umum oleh panitia pemilihan.

Pasal 52

(1) Calon yang berhak dipilih yang telah ditetapkan tidak dibenarkan
mengundurkan diri, dan apabila yang bersangkutan mengundurkan diri, maka
secara administrasi dianggap tidak mengundurkan diri.

(2) Apabila calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam pemilihan ternyata memperoleh suara terbanyak, perolehan suara
tersebut dinyatakan batal.

(3) Atas pembatalan perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka
calon yang berhak dipilih yang mendapatkan dukungan suara terbanyak
berikutnya dinyatakan sebagai calon terpilih.

Paragraf 4
Kampanye Calon Wali Nagari

Pasal 53

(1) Calon Wali Nagari yang telah ditetapkan, menyampaikan program dalam
rapat paripurna BPRN dengan mengundang lembaga kemasyarakatan dan
tokoh masyarakat.

(2) Apabila .................

Ranperda Tentang Nagari


31
(2) Apabila calon yang bersangkutan terpilih, maka materi penyampaian
kampanyenya akan menjadi dasar penyusunan RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nagari) dalam masa 5 (lima) tahun
berikutnya.

(3) Waktu dan tempat kampanye ditetapkan oleh panitia pemilihan setelah
berkoordinasi dengan BPRN.

Paragraf 5
Pemberian Suara

Pasal 54

(1) Setelah calon yang berhak dipilih ditetapkan, maka panitia pemilihan
melaksanakan rapat untuk menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan
pemberian suara.

(2) Panitia pemilihan memberitahukan kepada masyarakat yang berhak memilih


paling singkat 5 (lima) hari sebelum hari pelaksanaan pemilihan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Wali Nagari pada waktu dan
tempat sebagaimana tersebut pada ayat (1).

(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk tertulis
dan dalam bentuk lain dengan syarat bahwa yang berhak memilih dapat
mengetahuinya.

(4) Tata cara pemilihan Wali Nagari diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 55

(1) Yang dapat atau berhak memberikan suara dalam pemilihan Wali Nagari
adalah rakyat Nagari dan atau anak Nagari.

(2) Anak Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. terdaftar sebagai pemilih pada daftar pemilih tetap dan atau pemilih
tambahan;
b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran
dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan
c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

(3) Rakyat Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. terdaftar sebagai rakyat Nagari yang bersangkutan secara sah, sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus;
b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran
dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan

c. tidak .....................

Ranperda Tentang Nagari


32
d. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 56

(1) Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Wali
Nagari, BPRN telah melaksanakan proses pemilihan Wali Nagari.

(2) Pemilihan Calon Wali Nagari yang berhak dipilih dilaksanakan pada hari dan
tempat serta waktu yang telah ditentukan dan dipimpin oleh Ketua KPPS.

(3) Waktu pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimulai
dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB.

Pasal 57

Panitia pemilihan yang mempunyai hak pilih dan calon yang berhak dipilih dalam
pemilihan calon Wali Nagari tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak
pilihnya.
Pasal 58

(1) Pemilihan calon yang berhak dipilih dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.

(2) Seorang pemilih hanya dapat memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang
calon yang berhak dipilih.

(3) Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan, tidak dapat
diwakilkan dengan cara apapun.

(4) Pemilih yang telah terdaftar sebagai wajib pilih meskipun tidak mendapat
surat pemberitahuan, tetap dapat memberikan suaranya.

(5) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


52 ayat (1) panitia pemilihan menyediakan kelengkapan sebagai berikut:
a. papan tulis yang memuat nama-nama dan gambar atau photo calon yang
berhak dipilih;
b. surat suara;
c. kotak suara berikut kuncinya yang besarnya disesuaikan dengan
kebutuhan;
d. bilik suara atau tempat khusus sebagai tempat pelaksanaan pemberian
suara;
e. alat atau kelengkapan lain yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan
pemilihan.

Pasal...........

Ranperda Tentang Nagari


33
Pasal 59

Bentuk dan model surat suara, kotak suara dan bilik suara serta kelengkapan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (5) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 60

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, ketua KPPS membuka kotak suara
dan memperlihatkan kepada para pemilih yang hadir bahwa kotak suara dalam
keadaan kosong serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan
menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel panitia pemilihan.

(2) Sebelum kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai, para saksi
dari masing-masing calon Wali Nagari yang berhak dipilih menyerahkan surat
penunjukannya sebagai saksi kepada ketua KPPS.

(3) Apabila para saksi tidak menyerahkan surat penunjukannya sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), maka dinyatakan tidak ada saksi dari calon yang
bersangkutan dan pemilihan dinyatakan syah.

Pasal 61

(1) Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh panitia pemilihan
melalui pemanggilan berdasarkan urutan daftar hadir.

(2) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti dan apabila
surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak
meminta surat suara yang baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang
cacat atau rusak tersebut kepada KPPS.

Pasal 62

(1) Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan melipat surat suara
yang telah disediakan oleh panitia pemilihan.

(2) Pemilih yang masuk ke dalam bilik suara adalah pemilih yang akan
menggunakan hak pilihnya.

(3) Bagi pemilih yang sakit atau cacat dan atau tidak dapat pergi kedalam bilik
suara sendirian, maka dapat dibantu oleh KPPS.

(4) Pemilih yang keliru dalam menggunakan hak pilihnya pada surat suara dapat
meminta surat suara baru setelah menyerahkan surat suaranya yang keliru
kepada KPPS.

(5) Setelah pemilih memberikan suaranya dalam surat suara, pemilih


memasukkan surat suara kedalam kotak suara yang disediakan dalam keadaan
terlipat yang sebelumnya diperlihatkan kepada KPPS.
Pasal..........

Ranperda Tentang Nagari


34
Pasal 63

(1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, panitia pemilihan berkewajiban


untuk mewujudkan pelaksanaan pemungutan suara dengan tertib dan teratur.

(2) KPPS menjaga agar pemilih hanya memberikan satu suara dan menolak
pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun.

Paragraf 6
Penghitungan Suara

Pasal 64

(1) Setelah selesainya pemberian suara, KPPS melaksanakan perhitungan suara di


hadapan saksi yang dihadiri oleh pemilih pada lokasi tempat pemungutan
suara.

(2) KPPS membuka kotak suara dan menghitung surat suara yang masuk setelah
pemberian suara dinyatakan selesai.

(3) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara yang
diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian KPPS membaca
nama calon yang berhak dipilih yang mendapat suara tersebut serta
mencatatnya di papan tulis yang ditempelkan sedemikian rupa sehingga dapat
dilihat dengan jelas oleh pemilih dan saksi yang hadir.

(4) Setelah selesai pelaksanaan penghitungan suara, KPPS membuat berita acara
hasil penghitungan dan menyampaikan laporan hasil pemungutan suara
kepada panitia pemilihan.

Pasal 65

(1) Surat suara dianggap tidak syah apabila :


a. tidak memakai surat suara yang telah ditentukan;
b. tidak terdapat tanda tangan ketua KPPS pada surat suara;
c. ditanda tangani atau membuat tanda yang menunjukkan identitas pemilih;
e. memberikan suara untuk lebih dari 1 (satu) calon yang berhak dipilh; dan
atau
f. dalam memberikan suara atau pilihan tidak tepat sesuai dengan model/
cara yang telah ditetapkan panitia pemilihan.

(2) Alasan-alasan yang menyebabkan suara tidak syah diumumkan kepada


pemilih sebelum penghitungan suara.

Pasal..............

Ranperda Tentang Nagari


35
Pasal 66

(1) Berdasarkan laporan dari KPPS sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat
(4), panitia pemilihan melakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara yang
dituangkan dalam berita acara.

(2) Pelaksanaan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri
oleh para saksi dan para calon.

Paragraf 7
Penetapan Calon Terpilih

Pasal 67

(1) Calon Wali Nagari yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan
suara terbanyak.

(2) Panitia pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan Wali Nagari kepada
BPRN.

(3) Calon Wali Nagari terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan keputusan BPRN berdasarkan laporan dan berita acara pemilihan dari
panitia pemilihan.

(4) Calon Wali Nagari terpilih disampaikan oleh BPRN kepada Camat untuk
diteruskan kepada Bupati guna ditetapkan menjadi Wali Nagari terpilih dengan
melampirkan berita acara pemilihan.

(5) Camat meneliti laporan BPRN dan menyampaikannya kepada Bupati paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan.

(6) Bupati menerbitkan keputusan tentang pengesahan pengangkatan Wali Nagari


terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya
penyampaian hasil pemilihan dari BPRN.

Paragraf 8
Pelantikan Wali Nagari

Pasal 68

(1) Wali Nagari terpilih dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling
lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati.

(2) Pelantikan Wali Nagari dilaksanakan di Nagari bersangkutan dihadapan


masyarakat.

(3) Sebelum memangku jabatannya, Wali Nagari mengucapkan sumpah.

(4) Susunan.........

Ranperda Tentang Nagari


36
(4) Susunan kata-kata sumpah Wali Nagari dimaksud adalah sebagai berikut:

”Demi Allah, saya bersumpah;

bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Wali Nagari dengan
sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya;

bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan


Pancasila sebagai dasar Negara; dan

bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi dan Undang-


Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Nagari, Daerah,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

bahwa saya akan mengamalkan dan memegang teguh Adat Basandi


Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.

Pasal 69

(1) Pelantikan Wali Nagari dilaksanakan tepat pada akhir masa jabatan Wali
Nagari yang sebelumnya dan ditetapkan sebagai tanggal pelantikan.

(2) Apabila pelaksanaan pelantikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja
berikutnya atau sehari sebelum hari libur.

(3) Biaya pemilihan dan pelantikan Wali Nagari dibebankan kepada APB Nagari
dan dana-dana lainnya yang syah.

(4) Pelantikan Wali Nagari yang tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya
karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka pelantikan
dapat ditunda selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal berakhirnya
masa jabatan Wali Nagari yang bersangkutan (Wali Nagari sebelumnya) atas
persetujuan Bupati dengan ketentuan bahwa Wali Nagari yang bersangkutan
tetap melaksanakan tugasnya selama masa jabatan penundaan tersebut.

Pasal 70

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, berlaku pula bagi penjabat Wali
Nagari.

Pasal 71

(1) Masa jabatan Wali Nagari adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelaksanaan pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.

(2) Apabila.........

Ranperda Tentang Nagari


37
(2) Apabila masa jabatan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
berakhir, maka yang bersangkutan tidak boleh dicalonkan atau mencalonkan
kembali untuk masa jabatan berikutnya di Nagari yang sama.

Bagian Kelima
Pemberhentian Wali Nagari

Pasal 72

(1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari secara tertulis mengenai akan
berakhirnya masa jabatan Wali Nagari 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
masa jabatan.

(2) 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatannya, Wali Nagari


menyampaikan LKPJ akhir masa jabatan kepada BPRN dan Laporan
pertanggungjawaban kepada Bupati.

(3) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Wali


Nagari, BPRN segera memproses pemilihan Wali Nagari yang baru.

Pasal 73

(1) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati atas usul BPRN melalui Camat karena:
a. meninggal dunia;
b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri;
c. berakhir masa jabatan dan telah dilantik Wali Nagari yang baru;
d. tidak dapat melakukan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
e. tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan, dan/ atau melanggar sumpah jabatan;
f. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dan atau adat yang berlaku di salingka Nagari.

(2) Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c,
dan huruf d diusulkan oleh pimpinan BPRN kepada Bupati melalui Camat
berdasarkan keputusan BPRN.

(3) Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
f disampaikan oleh BPRN kepada Bupati melalui Camat berdasarkan
keputusan BPRN yang dihadiri 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN.

(4) Pengesahan pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak usul diterima selanjutnya Bupati mengangkat Penjabat Wali Nagari.

(5) Apabila Wali Nagari melakukan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan,


maka Bupati dapat memberhentikan Wali Nagari tanpa melalui usul BPRN.

(6) Sebelum.........

Ranperda Tentang Nagari


38
(6) Sebelum Bupati memberhentikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), terlebih dahulu Bupati menugaskan Bawasda untuk mencari fakta
tentang penyimpangan dalam pengelolaan keuangan.

Pasal 74

(1) Apabila Wali Nagari berhalangan sementara paling lama 7 (tujuh) hari,
Sekretaris Nagari karena jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali
Nagari dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat serta
memberitahukannya kepada BPRN.

(2) Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan berhalangan
sementara paling lama 7 (tujuh) hari, kepala urusan pemerintahan karena
jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali Nagari, dan melaporkannya
kepada Bupati melalui Camat serta memberitahukannya kepada BPRN.

(3) Bagi Wali Nagari yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan
kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam melaksanakan
tugasnya atau karena alasan lain sampai 30 (tiga puluh) hari berturut-turut,
maka Sekretaris Nagari ditunjuk oleh Camat atas nama Bupati untuk
menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai pelaksana tugas (Plt)
Wali Nagari serta menyampaikan tembusannya kepada BPRN.

(4) Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan tidak dapat
melaksanakan tugas sampai waktu 30 (tiga puluh) hari, maka Bupati melalui
Camat menunjuk penjabat Wali Nagari atas usul BPRN.

(5) Apabila setelah 6 (enam) bulan Sekretaris Nagari melaksanakan tugas,


wewenang dan tanggung jawabnya, maka atas usulan BPRN, Bupati
memberhentikan dengan hormat Wali Nagari yang bersangkutan dari
jabatannya dan menetapkan Penjabat Wali Nagari.

Pasal 75

Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang belum berakhir masa jabatannya,
tidak dapat diberhentikan karena alasan bahwa yang bersangkutan memasuki usia
pensiun atau sudah pensiun sebagi Pegawai Negeri.

Pasal 76

Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang berhenti atau diberhentikan oleh
Bupati sebagai Wali Nagari dikembalikan ke instansi induknya.

Pasal 77

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan,


pelantikan dan pemberhentian Wali Nagari diatur dengan peraturan Bupati.

Bagian .......................

Ranperda Tentang Nagari


39
Bagian Keenam
Pengangkatan Penjabat Wali Nagari

Pasal 78

(1) Pengangkatan Penjabat Wali Nagari karena berhentinya Wali Nagari


sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat (5) ditetapkan dengan keputusan
Bupati atas usul BPRN melalui Camat.

(2) Pengusulan penjabat Wali Nagari oleh BPRN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berjumlah 1 (satu) orang.

(3) Persyaratan penjabat Wali Nagari mempedomani Pasal 49 huruf d.

(4) Apabila BPRN tidak mengusulkan atau tidak mempunyai calon Penjabat Wali
Nagari, maka Camat dapat menunjuk dan mengusulkan calon Penjabat Wali
Nagari kepada Bupati.

(5) Masa jabatan Penjabat Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lama 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikannya dan dapat
diperpanjang 6 (enam) bulan berikutnya.

(6) Penjabat Wali Nagari diambil sumpahnya dan dilantik oleh Bupati atau
Pejabat lain yang ditunjuk.
Pasal 79

(1) Tugas, wewenang, kewajiban dan hak Penjabat Wali Nagari adalah sama
dengan tugas, wewenang, kewajiban dan hak Wali Nagari sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah ini serta Peraturan Perundang-undangan.

(2) Memfasilitasi pemilihan Wali Nagari yang defenitif.

Pasal 80

(1) Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN
apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan
yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN apabila
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

Pasal..............

Ranperda Tentang Nagari


40
Pasal 81

Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN
karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana
terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara.

Pasal 82

(1) Wali Nagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 80 ayat (1) dan Pasal 81, setelah melalui proses peradilan ternyata
terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus mengaktifkan kembali Wali
Nagari yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan.

(2) Apabila Wali Nagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi
nama Wali Nagari yang bersangkutan.

Pasal 83

Apabila Wali Nagari diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal


80 ayat (1) dan Pasal 81, Sekretaris Nagari melaksanakan tugas dan kewajiban
Wali Nagari sampai dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Pasal 84

(1) Apabila Wali Nagari diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80


ayat (2), Bupati mengangkat Penjabat Wali Nagari dengan tugas pokok
menyelenggarakan pemilihan Wali Nagari paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

(2) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun
setelah pengangkatan penjabat Wali Nagari sebagaimana tersebut pada ayat
(1) belum adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap, Bupati memberhentikan dengan hormat Wali Nagari yang bersangkutan
dan dilakukan proses pemilihan Wali Nagari.

Bagian Ketujuh
Tindakan Penyidikan Terhadap Wali Nagari

Pasal 85

(1) Tindakan penyidikan terhadap Wali Nagari dilaksanakan setelah adanya


persetujuan tertulis dari Bupati.

(2) Hal...........

Ranperda Tentang Nagari


41
(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
b. dituduh telah melakukan tindak pidana korupsi dan atau kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara 20 (dua puluh) tahun.

(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan


secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari.

BAB IV

PENYELENGGARAAN ADAT DI NAGARI

Bagian Pertama
Pengertian, Tugas dan Fungsi

Pasal 86

KAN merupakan lembaga kerapatan Niniak Mamak pemangku adat yang telah ada
dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing
Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari.

Pasal 87

(1) KAN mempunyai tugas:


a. memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari dan
BPRN dalam melestarikan nilai-nilai adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah di Nagari;
b. memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari dan
BPRN dalam penyusunan dan pembahasan Peraturan Nagari;
c. membentuk lembaga-lembaga unsur masyarakat adat yaitu Unsur Alim
Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda;
d. mengurus, membina dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan
adat sehubungan dengan sako, pusako dan syara’;
e. mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum
terhadap anggota masyarakat yang bersengketa terhadap sesuatu yang
dipersengketakan dan pembuktian lainnya menurut sepanjang adat dan
atau silsilah keturunan/ranji;
f. mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum dan
keputusan yang sifatnya final terhadap anggota masyarakat yang
bersengketa terhadap sako dengan pembuktian menurut sepanjang adat dan
atau silsilah keturunan/ranji;
g. membentuk majelis penyelesaian sengketa sako, pusako dan syara’ yang
bersifat ad hock;
h. membuat kode etik, yang berisikan pantangan, larangan, hak dan
kewajiban Niniak Mamak sesuai dengan adat salingka nagari;

i. mengembangkan........

Ranperda Tentang Nagari


42
i. mengembangkan kebudayaan anak Nagari dalam upaya melestarikan
kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah kebudayaan
nasional;
j. membina masyarakat hukum adat Nagari menurut adat basandi syara’,
syara’ basandi kitabullah;
k. melaksanakan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai adat
minangkabau dalam rangka mempertahankan kelestarian adat Nagari;
l. bersama Pemerintahan Nagari menjaga, memelihara dan memanfaatkan
kekayaan Nagari untuk kesejahteraan masyarakat Nagari.

(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah melalui
proses bajanjang naiak batanggo turun sesuai dengan adat salingka Nagari.

(3) Pedoman pembentukan dan tata kerja majelis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 88

(1) KAN mempunyai fungsi:


a. sebagai lembaga penyelenggara urusan adat di Nagari;
b. sebagai lembaga yang mengurus dan mengelola adat salingka Nagari;
c. sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan adat di Nagari;
d. sebagai lembaga pembinaan, pengembangan, perlindungan terhadap unsur
Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Nagari dan unsur
lainnya di salingka Nagari;
e. memberikan kedudukan hukum menurut adat terhadap hal-hal yang
menyangkut harta kekayaan masyarakat guna kepentingan hubungan
keperdataan adat, juga dalam hal adanya persengketaan sako, pusako dan
syara’ di Nagari;
f. bersama Pemerintahan Nagari meningkatkan kualitas hubungan perantau
dengan Nagari.

(2) Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh KAN berdasarkan
azas musyawarah dan mufakat sepanjang tidak bertentangan dengan ”adat
basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” serta Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 89

(1) Setiap keputusan yang diambil oleh KAN ditetapkan melalui rapat KAN
sesuai dengan adat salingka Nagari.

(2) Setiap rapat KAN yang melahirkan keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dibuatkan risalah.

Pasal...........

Ranperda Tentang Nagari


43
Pasal 90

Anggota KAN tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan atau
pendapat yang dikemukakan dalam rapat KAN baik terbuka maupun tertutup yang
diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan
apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan .

Bagian Kedua
Keanggotaan dan Organisasi

Pasal 91

(1) Keanggotaan KAN terdiri dari Niniak Mamak pemangku adat, sesuai dengan
adat yang berlaku salingka Nagari.

(2) Kepengurusan KAN dapat terdiri dari :


a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris;
d. ketua bidang;
e. bendahara atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku
dalam Nagari.

(3) Kepengurusan KAN dibantu oleh sekretariat yang diusulkan oleh KAN
ditetapkan dengan surat keputusan Wali Nagari.

(4) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diusulkan 1 (satu) orang
dan bukan sebagai anggota KAN.

Pasal 92

(1) Kepengurusan KAN dipilih dari dan oleh Niniak Mamak pemangku adat.

(2) Sistim pemilihan kepengurusan KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan adat salingka Nagari.

(3) Kepengurusan KAN ditetapkan dan dikukuhkan dengan keputusan KAN dan
disampaikan kepada Pemerintah Daerah.

(4) Pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dalam rapat
lengkap KAN yang dihadiri oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, Alim
Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Nagari, tokoh masyarakat,
dan pemuka masyarakat lainnya.

(5) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan


kepengurusan KAN dapat diproses kepengurusan periode berikutnya.

(6) Ketentuan...............

Ranperda Tentang Nagari


44
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kepengurusan KAN sesuai dengan adat
salingka Nagari.

Bagian Ketiga
Pertanggungjawaban

Pasal 93

Kepengurusan KAN dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya bertanggungjawab


kepada Niniak Mamak pemangku adat secara musyawah dan mufakat sesuai
dengan adat salingka Nagari.

Bagian Keempat
Pengayoman dan Hubungan Kerja

Pasal 94

(1) Pengayoman KAN dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pengayoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:
a. pengayoman dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi KAN;
b. panduan administrasi;
c. bantuan keuangan;
d. dan lain-lain dalam rangka memberdayakan KAN.

Pasal 95

(1) Hubungan kerja antara KAN dengan Pemerintah Daerah bersifat fungsional.

(2) Hubungan kerja antara KAN dengan Pemerintahan Nagari adalah:


a. saling memberi dan menerima informasi dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
b. saling menghormati tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-
masing lembaga;
c. hubungan KAN dengan Pemerintahan Nagari, BPRN bersifat konsultatif
dan koordinatif.
Bagian Kelima
Keuangan

Pasal 96

(1) Pendapatan KAN diperoleh dari:


a. anggaran pendapatan dan belanja Nagari;
b. bantuan dari Pemerintah Daerah;
c. uang adat;
d. pendapatan lainnya yang syah.

(2) Pendapatan...........

Ranperda Tentang Nagari


45
(2) Pendapatan KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi KAN serta lembaga
lainnya dibawah koordinator KAN.

(3) Penatausahaan keuangan harus dilakukan secara jelas dan


dipertanggungjawabkan setiap tahun kepada anggota dalam rapat paripurna
KAN.

(4) Harta kekayaan Nagari yang merupakan sumber APB Nagari, pembagiannya
untuk KAN diatur dengan Peraturan Nagari.

Bagian Keenam
Program Kerja

Pasal 97

(1) Setiap tahun KAN menyusun dan menetapkan program kerja internal
lembaga.

(2) Program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun yang bersangkutan dan selaras dengan
program kerja pemerintahan Nagari.

BAB V

PERATURAN NAGARI

Pasal 98

(1) Peraturan Nagari ditetapkan oleh Wali Nagari bersama BPRN.

(2) Peraturan Nagari dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan


Nagari.

(3) Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kebutuhan
Nagari dan atau penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat
Nagari setempat.

(4) Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
bertentangan dengan adat istiadat, kepentingan umum dan atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 99

Peraturan Nagari dibentuk berdasarkan pada azas pembentukan penyusunan


Peraturan Perundang-undangan.

Pasal............

Ranperda Tentang Nagari


46
Pasal 100

Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka
penyiapan atau pembahasan rancangan Peraturan Nagari.

Pasal 101

Peraturan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat
sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
ditetapkan.

Pasal 102

(1) Untuk melaksanakan Peraturan Nagari, Wali Nagari menetapkan Peraturan


Wali Nagari dan atau Keputusan Wali Nagari.

(2) Peraturan Wali Nagari dan atau Keputusan Wali Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat,
kepentingan umum dan atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 103

(1) Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari dimuat dalam Berita Daerah.

(2) Pemuatan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

(3) Peraturan Nagari dan peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disebarluaskan oleh Pemerintah Nagari.

Pasal 104

(1) Rancangan Peraturan Nagari tentang APB Nagari yang telah disetujui
bersama BPRN sebelum ditetapkan oleh Wali Nagari paling lama 7 (tujuh)
hari sudah disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat untuk
dievaluasi.

(2) Hasil evaluasi Bupati terhadap rancangan Peraturan Nagari sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kepada
Wali Nagari.

(3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas
waktu dimaksud, Wali Nagari dapat menetapkan rancangan Peraturan Nagari
tentang APB Nagari menjadi Peraturan Nagari.

Pasal 105

Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pembentukan dan mekanisme


penyusunan Peraturan Nagari diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Ranperda Tentang Nagari


47
BAB VI

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAGARI

Pasal 106

(1) Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disusun perencanaan


pembangunan Nagari sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan Daerah.

(2) Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disusun secara partisipatif oleh Pemerintahan Nagari sesuai dengan
kewenangannya.

(3) Dalam menyusun perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan Nagari.

Pasal 107

(1) Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106


disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun;
b. Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari) merupakan penjabaran
dari RPJMN untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan
Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari) ditetapkan dalam
Keputusan Wali Nagari berpedoman pada Peraturan Daerah.

Pasal 108

(1) Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107


ayat (1) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Nagari;
b. organisasi dan tata laksana Pemerintahan Nagari;
c. keuangan Nagari;
d. profil Nagari;
e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan
pemberdayaan masyarakat.

Pasal...........

Ranperda Tentang Nagari


48
Pasal 109

Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Nagari diatur dengan Peraturan
Bupati.

BAB VII

KEUANGAN NAGARI
Bagian Pertama
Umum

Pasal 110

(1) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Nagari dan penyelenggaraan urusan


adat yang menjadi kewenangan Nagari didanai dari APB Nagari, bantuan
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah.

(2) Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Nagari didanai oleh APBD Kabupaten.

(3) Penyelenggaraan urusan Pemerintah Propinsi yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Nagari didanai oleh APBD Propinsi.

(4) Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Pemerintah


Nagari didanai oleh APBN.
Bagian Kedua
Sumber Pendapatan

Pasal 111

(1) Sumber pendapatan Nagari terdiri atas:


a. pendapatan asli Nagari, terdiri dari hasil usaha Nagari, hasil kekayaan
Nagari, hasil swadaya dan partisipasi;
b. bagi hasil pajak dan retribusi Daerah paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) untuk Nagari yang objeknya berada dalam Nagari;
c. bagi hasil retribusi Daerah dialokasikan secara proporsional kepada
Nagari;
d. bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima
oleh Daerah untuk Nagari paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) yang
pembagiannya untuk Nagari secara proporsional yang merupakan alokasi
dana Nagari;
e. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan Pemerintahan;
f. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

(2) Bantuan..........

Ranperda Tentang Nagari


49
(2) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e disalurkan melalui
rekening kas Nagari.

(3) Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh Nagari tidak
dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten.

Pasal 112

Kekayaan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. tanah kas Nagari;
b. pasar Nagari;
c. bangunan Nagari;
d. objek rekreasi yang diurus oleh Nagari;
e. pemandian umum yang diurus oleh Nagari;
f. ulayat Nagari;
g. perairan dalam batas tertentu yang diurus oleh Nagari;
h. tempat-tempat pemancingan ikan di sungai;
i. pelelangan ikan yang dikelola oleh Nagari;
j. jalan Nagari;
k. asset bekas Desa yang ada dalam Nagari;
l. lain-lain kekayaan Nagari.
Pasal 113

(1) Sumber pendapatan Daerah yang berada di Nagari baik pajak maupun
retribusi yang sudah dipungut oleh Propinsi atau Daerah tidak dibenarkan
adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Nagari.

(2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Pemerintah
Nagari tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah propinsi
atau Pemerintah Daerah.

(3) Bagian Nagari dari perolehan bagian pajak dan retribusi Daerah sebagaimana
diatur dalam Pasal 111 ayat (1) huruf b, pengalokasiannya ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 114

(1) Pemberian hibah dan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 111 ayat
(1) huruf f tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada
Nagari.

(2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang
tidak bergerak, dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik Nagari sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Nagari.


Pasal..........

Ranperda Tentang Nagari


50
Pasal 115

Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber pendapatan Nagari sebagaimana diatur


dalam Pasal 111 ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari

Pasal 116

(1) APB Nagari terdiri atas bagian pendapatan Nagari, belanja Nagari dan
pembiayaan.

(2) Rancangan APB Nagari dibahas dalam musyawarah perencanaan


pembangunan Nagari.

(3) Wali Nagari bersama BPRN menetapkan APB Nagari setiap tahun dengan
Peraturan Nagari.

Pasal 117

Pedoman penyusunan APB Nagari, perubahan APB Nagari, perhitungan APB


Nagari, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Nagari ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Pengelolaan

Pasal 118

(1) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Pemerintahan Nagari adalah


Wali Nagari.

(2) Dalam melaksanakan kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Wali Nagari dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang
berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan kepada Perangkat
Nagari.

Pasal 119

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Nagari sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) diatur dengan Peraturan Nagari.

Pasal 120

Pedoman pengelolaan keuangan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 118 ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Ranperda Tentang Nagari


51
BAB VIII
PENYELENGGARAAN EKONOMI

Pasal 121

(1) Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Nagari dibentuk BUN.

(2) BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah Nagari
bersama KAN.

(3) Pembentukan BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Nagari dan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

(4) Bentuk BUN sebagaimana dimaksud ayat (1) harus berbadan hukum.

Pasal 122

(1) BUN mempunyai tugas mengurus, mengelola, memanfaatkan dan


melestarikan ulayat, aset dan kekayaan Nagari.

(2) BUN mempunyai fungsi sebagai lembaga usaha yang mengelola aset, ulayat
dan kekayaan Nagari.

(3) BUN mempunyai wewenang merencanakan, mengorganisir, melaksanakan


dan usaha yang menguntungkan Nagari mengevaluasi usaha-usaha yang
dilakukan serta melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk
kemajuan lembaga BUN.
Pasal 123

Permodalan BUN dapat berasal dari:


a. Pemerintahan Nagari;
b. Pemerintah Daerah;
c. masyarakat ;
d. lembaga keuangan ;
e. pinjaman; dan atau
f. kerja sama dengan pihak lain.

Pasal 124

Kepengurusan BUN terdiri dari:


a. badan pengelola; dan
b. badan pengawas.

Pasal 125

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, pengelolaan dan


pengurusan BUN diatur dengan Peraturan Bupati.

Ranperda Tentang Nagari


52
BAB IX

KERJA SAMA ANTAR NAGARI

Pasal 126

(1) Nagari dapat mengadakan kerjasama antar Nagari dalam dan luar Daerah
untuk kepentingan Nagari masing-masing.

(2) Kerjasama antar Nagari dalam Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN dan diketahui oleh Camat.

(3) Kerjasama antar Nagari luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN serta diketahui Camat dan
Bupati.

(4) Kerjasama antar Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 127

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (2) dan (3) berlaku
juga bagi Nagari yang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang:


a. peningkatan perekonomian masyarakat Nagari;
b. peningkatan pelayanan pendidikan;
c. kesehatan;
d. sosial budaya;
e. ketentraman dan ketertiban;
f. pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan.

Pasal 128

Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 dan 127
dapat dibentuk badan kerjasama.
Pasal 129

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerjasama antar Nagari, dan


kerjasama Nagari dengan pihak ketiga diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 130

(1) Perselisihan kerjasama antar Nagari dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.

(2) Perselisihan .................

Ranperda Tentang Nagari


53
(2) Perselisihan kerjasama antar Nagari pada Kecamatan yang berbeda di Daerah
di fasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
dilakukan secara adil, tidak memihak dan bersifat final.

Pasal 131

(1) Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga dalam satu
Kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.

(2) Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga pada Kecamatan
yang berbeda di Daerah di fasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3) Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat mengajukan penyelesaian ke
pengadilan.

Pasal 132

(1) Pembangunan kawasan Nagari yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah


dan/atau pihak ketiga wajib mengikut sertakan Pemerintah Nagari, BPRN dan
KAN.

(2) Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan


pendayagunaan kawasan Nagari, wajib mengikut sertakan masyarakat sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pelaksanaan pembangunan,


pemanfaatan dan pendayagunaan, kawasan Nagari sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Ranperda Tentang Nagari


54
BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 133

Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan


Nagari dan lembaga kemasyarakatan.

Pasal 134

Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 133 meliputi:
a. menetapkan pengaturan kewenangan Pemerintah Daerah yang diserahkan
pengaturannya kepada Nagari;
b. memberikan pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Daerah
ke Nagari;
c. memberikan pedoman penyusunan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali
Nagari;
d. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga
kemasyarakatan;
e. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipaif;
f. melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Nagari;
g. melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Nagari;
h. menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk Nagari;
i. mengawasi pengelolaan keuangan Nagari dan pendayagunaan aset Nagari;
j. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
dan lembaga kemasyarakatan;
k. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat,
lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan Pemerintahan
Nagari;
l. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Pemerintah Nagari dan
lembaga kemasyarakatan;
m. menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi Wali Nagari, Perangkat Nagari
dan BPRN sesuai dengan kondisi dan sosial budaya masyarakat setempat;
n. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Nagari dan lembaga kemasyarakatan;
o. memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Wali Nagari
sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan;
p. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari.

Pasal 135

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134, dapat


dilimpahkan kewenangan kepada Camat meliputi :
a. penyusunan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari;
b. administrasi tata Pemerintahan Nagari;
c. pengelolaan .....................

Ranperda Tentang Nagari


55
c. pengelolaan keuangan Nagari dan pendayagunaan aset Nagari;
d. pelaksanaan urusan otonomi Daerah yang diserahkan kepada Nagari;
e. penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan;
f. pelaksanaan tugas Wali Nagari dan Perangkat Nagari;
g. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
h. pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan;
i. penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
j. kerjasama antar Nagari dan kerjasama Nagari dengan pihak ketiga;
k. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Nagari;
l. kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga
kemasyarakatan dengan pihak ketiga;
m. bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan;
n. koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga
kemasyarakatan.

Ranperda Tentang Nagari


56
BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 136

(1) Nagari yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap
diakui sebagai Nagari.

(2) Jorong yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap
diakui sebagai Jorong.

(3) Masa jabatan Wali Nagari yang ada pada saat ini, tetap berlaku sampai habis
masa jabatannya.

(4) Masa jabatan BPRN yang ada pada saat ini, berakhir paling lambat 3 (tiga)
bulan pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini.

(5) Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini belum berakhir masa jabatannya,
tetap menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai masa jabatannya
berakhir.

(6) Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini telah berakhir masa jabatannya,
dapat menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai terpilihnya Wali
Nagari defenitif.

(7) Kepengurusan KAN yang telah berakhir masa jabatannya, bagi Wali Nagari
yang belum habis masa jabatannya segera memproses pembentukan
kepengurusan KAN berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(8) Setelah terpilihnya Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud ayat (6),
KAN segera melaksanakan musyawarah dan mufakat untuk membentuk
kepengurusan untuk periode selanjutnya.

(9) Ketentuan yang menyangkut Perangkat Nagari dan lembaga Nagari yang ada
di Nagari disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Ranperda Tentang Nagari


57
BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 137

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2001 Nomor 23 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Pasal 138

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 139

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanah
Datar.

Ditetapkan di Batusangkar
pada tanggal 2008

BUPATI TANAH DATAR

M. SHADIQ PASADIGOE

Ranperda Tentang Nagari


58
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR
NOMOR : TAHUN 2008
TANGGAL : 2008

STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAH NAGARI

WALI NAGARI

SEKRETARIS NAGARI

PELAKSANA TEKNIS
KEPALA URUSAN
LAPANGAN

KEPALA JORONG

BUPATI TANAH DATAR

M. SHADIQ PASADIGOE

Ranperda Tentang Nagari


59
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR
NOMOR : TAHUN 2008
TANGGAL : 2008

STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT NAGARI

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

KOMISI A KOMISI B KOMISI C


BIDANG PEMERINTAHAN BIDANG PEMBANGUNAN BIDANG KEMASYARAKATAN

BUPATI TANAH DATAR

M. SHADIQ PASADIGOE

Ranperda Tentang Nagari


60
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR
NOMOR : TAHUN 2008
TANGGAL : 2008

STRUKTUR ORGANISASI
KERAPATAN ADAT NAGARI

KETUA

WAKIL KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

BUPATI TANAH DATAR

M. SHADIQ PASADIGOE

Ranperda Tentang Nagari


61
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR


NOMOR 4 TAHUN 2008

TENTANG

NAGARI

I. UMUM

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah diganti dengan Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Menjadi Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 3
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang
namun prinsip dasar sebagai landasan pemilihan pengaturan mengenai Desa
yaitu: (1) Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah Desa dapat
disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Hal ini berarti pola penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan
pembangunan di Desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada
masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai bersama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara
mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Partisipasi,
memiliki makna bahwa penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan desa
harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa
memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan
bersama sebagai sesama warga desa. (3) Otonomi asli, memiliki makna bahwa
kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat
setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang
terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam
perspektif administrasi pemerintahan Negara yang selalu mengikuti
perkembangan zaman. (4) Demokratisasi memiliki makna bahwa
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus
mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui
BPD dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa.
(5) Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan
kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat.

Dalam..........

Ranperda Tentang Nagari


62
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut
Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
selanjutnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepala desa
dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah atau
pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedangkan
terhadap desa diluar desa gineologis yaitu desa yang bersifat administratif
seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa atau karena transmigrasi
ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk atau heterogen,
maka otonomi desa yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada
pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.

Dengan demikian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 masih


mengakui keberadaan Pemerintahan Nagari di Sumatera Barat.

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang


Pemerintahan Nagari ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Karena Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2001 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Nagari selama ini, maka perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Pemerintahan Nagari.

Berdasarkan Peraturan Daerah ini urusan Pemerintahan yang menjadi


kewenangan Nagari mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul Nagari. Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah yang diserahkan pengaturannya kepada
Nagari, tugas pembantuan dari pemerintah dan Pemerintah Daerah, urusan
pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan
kepada Nagari.
Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Nagari dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan
masyarakat, nagari mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas pendapatan
asli nagari, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah, bantuan dari
pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah daerah serta hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga.
Sumber.........
Ranperda Tentang Nagari
63
Sumber pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak daerah diberikan
kepada nagari paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) diluar upah pungut dan
bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
pemerintah daerah diberikan kepada Nagari paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus). Sedangkan bantuan pemerintah Propinsi kepada Nagari diberikan
sesuai dengan kemampuan dan perkembangan keuangan Propinsi. Bantuan
tersebut lebih diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari.
Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Nagari berasal dari Badan
Usaha Nagari, pengelolaan pasar Nagari, pengelolaan kawasan wisata skala
Nagari, pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan sumber
lainnya.

Wali Nagari dipilih langsung oleh dan dari Anak Nagari warga Negara
Republik Indonesia yang memenuhi pesyaratan dengan masa jabatan 6 (enam)
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya. Wali Nagari pada dasarnya bertanggung jawab pada rakyat Nagari
yang prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati melalui
Camat. Kepada BPRN, Wali Nagari wajib memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok
pertanggungjawabanya, namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat
melalui BPRN untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut
hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dimaksud.

Sekretaris Nagari diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi


persyaratan. Sekretaris Nagari yang ada selama ini bukan PNS dan memenuhi
persyaratan secara bertahap diangkat menjadi PNS sesuai Peraturan Perundang-
undangan.

Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari berfungsi menetapkan Peraturan


Nagari bersama Wali Nagari, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat. Disamping itu BPRN mempunyai fungsi mengawasi pelaksanaan
peraturan nagari dalam rangka penetapan pelaksanaan kinerja Pemerintah
Nagari. Keanggotaan BPRN berasal dari unsur niniak mamak, alim ulama
cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat. Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan masa jabatan 6 (enam) tahun.

Kerapatan Adat Nagari (KAN) berkedudukan sebagai lembaga kerapatan


niniak mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat
yang berlaku di masing-masing Nagari. KAN mempunyai fungsi memberikan
masukan kepada pemerintahan Nagari dalam melestarikan nilai-nilai Adat
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabbullah di Nagari; mengurus dan
mengelola hal-hal yang bekaitan dengan adat sehubungan dengan sako dan
pusako, menyelesaikan perkara-perkara perdata adat dan adat istiadat;
mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum terhadap
anggota masyarakat yang bersengketa serta memberikan kekuatan hukum
terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut sepanjang adat atau
silsilah keturunan/ranji; mengembangkan kebudayaan anak Nagari dalam upaya
melestarikan Kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah
kebudayaan Nasional; membina masyarakat hukum adat Nagari menurut Adat

Ranperda Tentang Nagari


64
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabbullah; melaksanakan pembinaan dan
mengembangkan nilai-nilai adat Minangkabau dalam rangka mempertahankan
kelestarian adat dalam Nagari; bersama Pemerintah Nagari menjaga,
memelihara dan memanfaatkan kekayaan Nagari untuk kesejahteraan
masyarakat Nagari.

Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan
ikatan kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang
bersangkutan baik yang ada di Nagari maupun dirantau.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas.


Pasal 2 : Cukup jelas.
Pasal 3 Ayat (1) : Pembentukan Nagari dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup Jelas.
Ayat (4) : Cukup Jelas.
Ayat (5) : Cukup Jelas.
Ayat (6) : Cukup Jelas.
Ayat (7) : Cukup jelas.
Ayat (8) : Cukup jelas.
Ayat (9) : Cukup jelas.
Ayat (10) : Cukup jelas.
Ayat (11) : Cukup jelas.
Ayat (12) : Cukup jelas.
Pasal 4 Ayat (1) :
Huruf a :
Angka 1 : Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari adalah
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan asal-usul, adat istiadat yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Angka 2 : Cukup jelas.
Angka 3 : Cukup jelas.
Angka 4 : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Ayat 2 : Cukup jelas.
Ayat 3 : Cukup jelas.
Pasal 5 : Cukup jelas.
Pasal 6 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup Jelas.
Ayat (4) : Cukup Jelas.

Ranperda Tentang Nagari


65
Pasal 7 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan urusan Pemerintahan antara
lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan
kewenangan Nagari seperti pembuatan Peraturan
Nagari, pembentukan lembaga kemasyarakatan,
pembentukan badan usaha nagari, kerjasama antar
Nagari.
Yang dimaksud dengan urusan pembangunan antara
lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan
sarana prasarana fasilitas umum Nagari seperti jalan
Nagari, jembatan Nagari, irigasi Nagari dan pasar
Nagari.
Yang dimaksud dengan urusan kemasyarakatan antara
lain pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang
kesehatan, pendidikan dan adat istiadat.
Ayat (2) :
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f : Cukup jelas.
Huruf g : Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan
pembangunan Nagari secara partisipatif adalah
memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian
pembangunan di Nagari.
Huruf h : Cukup jelas.
Huruf i : Cukup jelas.
Pasal 8 Ayat (1) :
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f : Cukup jelas.
Huruf g : Cukup jelas.
Huruf h : Cukup jelas.
Huruf i : Cukup jelas.
Huruf j : Cukup jelas.
Huruf k : Cukup jelas.
Huruf l : Cukup jelas.
Huruf m : Cukup jelas.
Huruf n : Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di
Nagari, Wali Nagari dapat dibantu oleh Kerapatan Adat
Nagari.
Huruf o : Cukup jelas.
Huruf p : Cukup jelas.
Huruf q : Cukup jelas.

Ranperda Tentang Nagari


66
Huruf r : Cukup jelas.
Ayat (2) : Yang dimaksud dengan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Nagrai adalah laporan semua kegiatan
Nagari berdasarkan kewenangan Nagari yang ada serta
tugas-tugas dan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Kabupaten.
Yang dimaksud dengan memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban adalah keterangan
seluruh proses pelaksanaan Peraturan Nagari termasuk
APB Nagari.
Yang dimaksud dengan menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan Nagari kepada
Masyarakat adalah memberikan informasi berupa
pokok-pokok kegiatan.
Ayat (3) : Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
disampaikan kepada Bupati dan BPRN selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa
jabatan.
Ayat (4) : BPRN dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis
atas laporan pertanggungjawaban Wali Nagari, tetapi
tidak dalam kapasitas menolak atau menerima.
Ayat (5) : Cukup jelas.
Ayat (6) : Cukup jelas.
Ayat (7) : Yang dimaksud dengan pembinaan dapat berupa
pemberian sanksi dan atau penghargaan.
Ayat (8) : Yang dimaksud dengan laporan akhir masa jabatan
adalah laporan penyelenggaraan Pemerintah Nagari.
Ayat (9) : Cukup jelas.
Ayat (10) : Cukup jelas.
Ayat (11) : Cukup jelas.
Pasal 9 : Cukup jelas.
Pasal 10 : Cukup jelas.
Pasal 11 : Cukup jelas.
Pasal 12 : Cukup jelas.
Pasal 13 : Cukup jelas.
Pasal 14 Ayat (1)
Huruf a : Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah
SLTA termasuk juga Paket C. Pendidikan terakhir
: dibuktikan dengan STTB/Ijazah.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 15 : Cukup jelas.
Pasal 16 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat……

Ranperda Tentang Nagari


67
Ayat (3)
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah
SLTP termasuk juga Paket B. Pendidikan terakhir
dibuktikan dengan STTB/Ijazah.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f : Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat
jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat
sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan
Huruf g : kewajiban sebagai Perangkat Nagari.
Huruf h :
Pasal 17 : Cukup Jelas.
Pasal 18 : Cukup Jelas.
Pasal 19 : Cukup Jelas.
Pasal 20 : Cukup Jelas.
Pasal 21 : Cukup Jelas.
Pasal 22 : Cukup Jelas.
Pasal 23 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan Wali Nagari dan Perangkat
Nagari yang menerima penghasilan tetap dalam
ketentuan ini tidak termasuk Sekretaris Nagari yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil.
Ayat (2)
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Tunjangan khusus lainnya meliputi antara lain THR
dan tunjangan-tunjangan lainnya yang ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 24 : Cukup jelas.
Pasal 25 : Cukup jelas.
Pasal 26 : Cukup jelas.
Pasal 27 Ayat (1)
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah SLTA
termasuk juga Paket C. Pendidikan terakhir dibuktikan
dengan STTB/Ijazah.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f : Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat
jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat
sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan
kewajiban sebagai Perangkat.
Huruf g : Cukup jelas.
Huruf h : Cukup jelas.

Ranperda Tentang Nagari


68
Huruf i : Cukup jelas.
Huruf j : Cukup jelas.
Huruf k : Cukup jelas.
Huruf l : Cukup jelas.
Huruf m : Cukup jelas.
Huruf n : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 28 : Cukup jelas.
Pasal 29 : Cukup jelas.
Pasal 30 : Cukup jelas.
Pasal 31 : Cukup jelas.
Pasal 32 : Cukup jelas.
Pasal 33 : Cukup jelas.
Pasal 34 : Cukup jelas.
Pasal 35 : Cukup jelas.
Pasal 36 : Cukup jelas.
Pasal 37 : Cukup jelas.
Pasal 38 Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Yang dimaksud dengan proses pemilihan Wali Nagari
adalah membentuk panitia pemilihan Wali Nagari,
menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih,
menetapkan Wali Nagari terpilih dan mengusulkan
calon Wali Nagari terpilih kepada Bupati untuk
disahkan menjadi Wali Nagari Defenitif.
Huruf f : Cukup jelas.
Huruf g : Cukup jelas.
Pasal 39 : Cukup jelas.
Pasal 40 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan pengurus KAN adalah Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua
Bidang.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 41 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Yang dimaksud dengan hal tertentu adalah Rapat
BPRN yang akan membahas dan memutuskan
kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis bagi
kepentingan masyarakat Nagari seperti usul
pemberhentian Wali Nagari dan melakukan pinjaman.
Ayat (4) : Cukup jelas.
Pasal 42 : Cukup jelas.
Pasal 43 : Cukup jelas.
Pasal 44 : Cukup jelas.
Pasal 45 : Cukup jelas.
Pasal 46 : Cukup jelas.

Pasal………

Ranperda Tentang Nagari


69
Pasal 47 Ayat (1) : Panitia pemilihan Wali Nagari keanggotaannya terdiri
dari unsur Perangkat Nagari, Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat seperti tokoh
adat, agama, cerdik pandai, bundo kanduang, dan tokoh
pemuda yang jumlah keanggotaannya sesuai dengan
kebutuhan.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas.
Ayat (5) : Cukup jelas.
Ayat (6) : Cukup jelas.
Pasal 48 : Cukup jelas.
Pasal 49 Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d :
Angka 1 : Yang dimaksud dengan bertaqwa dalam arti taat
menjalankan kewajiban agamanya.
Angka 2 : Cukup jelas.
Angka 3 : Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah
terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan
gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan
untuk merubah dasar negara serta tidak pernah
melanggar UUD 1945.
Angka 4 : Cukup jelas.
Angka 5 : Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah
SLTP termasuk juga Paket B. Pendidikan terakhir
dibuktikan dengan STTB/Ijazah.
Angka 6 : Cukup jelas.
Angka 7 : Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat
jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat
sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan
kewajiban sebagai Wali Nagari.
Angka 8 : Cukup jelas.
Angka 9 : Cukup jelas.
Angka 10 : Cukup jelas.
Angka 11 : Cukup jelas.
Angka 12 : Cukup jelas.
Angka 13 : Cukup jelas.
Angka 14 : Cukup jelas.
Angka 15 : Yang dimaksud dengan tidak pernah dihukum menurut
sepanjang adat dalam ketentuan ini adalah surat
keterangan yang dikeluarkan oleh Kerapatan Adat
Nagari tentang sanksi yang dijatuhkan kepada
seseorang yang melanggar adat dan syara’.

Angka……………

Ranperda Tentang Nagari


70
Angka 16 Yang dimaksud dengan masa jabatan paling lama 10
(sepuluh) tahun adalah masa jabatan yang ditetapkan
oleh Peraturan Daerah Kabupaten berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan dua kali masa jabatan adalah
seseorang yang menjabat sebagai Wali Nagari selama
dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut
maupun tidak.
Angka 17 : Cukup jelas.
Angka 18 : Cukup jelas.
Angka 19 : Cukup jelas.
Huruf e : Cukup jelas.
Huruf f : Cukup jelas.
Huruf g : Cukup jelas.
Huruf h : Cukup jelas.
Huruf i : Cukup jelas.
Huruf j : Cukup jelas.
Huruf k : Cukup jelas.
Pasal 50 : Cukup jelas.
Pasal 51 : Cukup jelas.
Pasal 52 : Cukup jelas.
Pasal 53 : Cukup jelas.
Pasal 54 : Cukup jelas.
Pasal 55 : Cukup jelas.
Pasal 56 : Cukup jelas.
Pasal 57 : Cukup jelas.
Pasal 58 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas
Ayat (5) :
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Surat suara disediakan dan dicetak oleh Pemerintah
Kabupaten, dilengkapi dengan nomor urut dan stempel
Bupati.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Cukup jelas.
Huruf e : Cukup jelas.
Pasal 59 : Cukup jelas.
Pasal 60 : Cukup jelas.
Pasal 61 : Cukup jelas
Pasal 62 : Cukup jelas.
Pasal 63 : Cukup jelas.
Pasal 64 : Cukup jelas.
Pasal 65 : Cukup jelas.
Pasal 66 : Cukup jelas.
Pasal 67 : Cukup jelas.
Pasal 68 : Cukup jelas.

Ranperda Tentang Nagari


71
Pasal 69 : Cukup jelas.
Pasal 70 : Cukup jelas.
Pasal 71 : Cukup jelas.
Pasal 72 : Cukup jelas.
Pasal 73 Ayat (1)
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Tidak dapat melakukan tugas secara berkelanjutan dan
atau berhalangan Tetap secara berturut-turut untuk
selama 6 bulan, tidak termasuk dalam rangka
melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang
berkaitan dengan pemerintahan.
Huruf e : Pernyataan melanggar sumpah jabatan ditetapkan
dengan Keputusan Pengadilan.
Huruf f : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas.
Ayat (5) : Cukup jelas.
Ayat (6) : Cukup jelas.
Pasal 74 : Cukup jelas.
Pasal 75 : Cukup jelas.
Pasal 76 : Cukup jelas.
Pasal 77 : Cukup jelas.
Pasal 78 : Cukup jelas.
Pasal 79 : Cukup jelas.
Pasal 80 : Cukup jelas.
Pasal 81 : Cukup jelas.
Pasal 82 : Cukup jelas.
Pasal 83 : Cukup jelas.
Pasal 84 : Cukup jelas.
Pasal 85 : Cukup jelas
Pasal 86 : Cukup jelas.
Pasal 87 : Cukup jelas.
Pasal 88 : Cukup jelas.
Pasal 89 : Cukup jelas.
Pasal 90 : Cukup jelas.
Pasal 91 : Cukup jelas.
Pasal 92 : Cukup jelas.
Pasal 93 : Cukup jelas.
Pasal 94 : Cukup jelas.
Pasal 95 : Cukup jelas.
Pasal 96 : Cukup jelas.
Pasal 97 : Cukup jelas.
Pasal 98 : Cukup jelas.
Pasal 99 : Cukup jelas.
Pasal 100 : Cukup jelas.
Pasal 101 : Cukup jelas.
Pasal 102 : Cukup jelas.

Ranperda Tentang Nagari


72
Pasal 103 : Cukup jelas.
Pasal 104 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan evaluasi dalam ketentuan ini
adalah bertujuan untuk tercapainya keserasian antara
kebijakan Nagari dan kebijakan Daerah, keserasian
antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur
Nagari.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 105 : Cukup jelas.
Pasal 106 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Yang dimaksud dengan partisipatif dalam ketentuan ini
adalah melibatkan pihak terkait dalam penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Nagari.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 107 : Cukup jelas.
Pasal 108 : Cukup jelas.
Pasal 109 : Cukup jelas.
Pasal 110 : Cukup jelas.
Pasal 111 Ayat (1)
Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Dari bagi hasil pajak daerah yang objeknya berada di
Nagari paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus)
diberikan langsung kepada Nagari.
Huruf c : Cukup jelas.
Huruf d : Yang dimaksud dengan bagian dari Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah adalah terdiri dari dana
bagi hasil pajak dan Sumber Daya Alam ditambah
Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja
pegawai.
Dana dari Kabupaten diberikan langsung kepada
Nagari untuk dikelola oleh Pemerintahan Nagari,
dengan ketentuan 30 % (Tiga puluh per seratus)
digunakan untuk biaya Operasional Pemerintah Nagari
dan BPRN dan 70 % (Tujuh puluh per seratus)
digunakan untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Huruf e : Bantuan keuangan dari Pemerintah diutamakan untuk
tunjangan Penghasilan Wali Nagari dan Perangkat
Nagari. Bantuan dari Propinsi dan Kabupaten
digunakan untuk percepatan atau akselerasi
pembangunan Nagari.
Huruf f : Yang dimaksud dengan sumbangan Pihak Ketiga dapat
berbentuk hadiah, donasi, wakaf dll serta pemberian
sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban
pihak penyumbang.
Yang dimaksud dengan Wakaf dalam ketentuan ini
adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan
atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Ranperda Tentang Nagari


73
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 112 : Cukup jelas.
Pasal 113 : Cukup jelas.
Pasal 114 : Cukup jelas.
Pasal 115 : Cukup jelas.
Pasal 116 : Cukup jelas.
Pasal 117 : Cukup jelas.
Pasal 118 Ayat (1) : Keuangan Nagari adalah semua hak dan kewajiban
Nagari yang dapat dinilai dengan uang, segala sesuatu
berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik
Nagari yang berhubungan dengan pelaksaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 119 : Cukup jelas
Pasal 120 : Cukup jelas
Pasal 121 Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Cukup jelas
Ayat (3) : Cukup jelas
Ayat (4) : Yang tergolong Badan hukum dapat berupa lembaga
bisnis yaitu unit usaha yang kepemilikan sahamnya
berasal dari pemerintah Nagari dan masyarakat seperti
usaha mikro kecil dan menengah. Lembaga keuangan
mikro Nagari (Usaha ekonomi simpan pinjam, badan
kredit Nagari, Lembaga Simpan Pinjam berbasis
masyarakat, lumbung pitih nagari dan sebagainya)
Pasal 122 Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Yang dimaksud dengan Usaha Yang Menguntungkan
Nagari adalah Jenis usaha yang meliputi peranan
ekonomi nagari seperti :
a. Usaha jasa yang meliputi jasa keuangan, jasa
angkutan darat dan air, dan usaha lain yang sejenis.
b. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi Nagari.
c. Perdagangan hasil pertanian meliputi : tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan
agro bisnis.
d. Industri kecil dan kerajinan rakyat.
Pasal 123 : Cukup jelas.
Pasal 124 : Cukup jelas.
Pasal 125 : Cukup jelas.
Pasal 126 Ayat (1) : Dalam ketentuan ini bentuk kerjasama dapat dilakukan
dengan membentuk perjanjian bersama atau
membentuk peraturan bersama.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas.
Pasal 127 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan pihak ketiga antara lain
Lembaga badan Hukum dan perorangan diluar
Pemerintah Nagari.

Ranperda Tentang Nagari


74
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 128 : Pembentukan Badan Kerjasama disesuaikan dengan
kebutuhan Nagari dan memperhatikan cakupan objek
kerjasama, pembiayaan atau jenis kegiatan
Pasal 129 : Cukup jelas
Pasal 130 : Cukup jelas
Pasal 131 Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Cukup jelas
Ayat (3) : Dalam hal perkara dipengadilan Pemerintah Nagari
dapat diwakili oleh Pihak yang ditunjuk Wali Nagari.
Pasal 132 : Cukup jelas
Pasal 133 : Cukup jelas
Pasal 134 Huruf a : Cukup jelas
Huruf b : Cukup jelas
Huruf c : Cukup jelas
Huruf d : Cukup jelas
Huruf e : Cukup jelas
Huruf f : Cukup jelas
Huruf g : Cukup jelas
Huruf h : Cukup jelas
Huruf i : Cukup jelas
Huruf j : Cukup jelas
Huruf k : Cukup jelas
Huruf l : Cukup jelas
Huruf m : Cukup jelas
Huruf n : Cukup jelas
Huruf o : Cukup jelas
Huruf p : Yang dimaksud dengan upaya percepatan atau
akselerasi pembangunan Nagari seperti
penanggulangan kemiskinan, penanganan bencana
alam, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan
prasarana Nagari, pemanfaatan sumber daya alam dan
teknologi tepat guna, pengembangan sosial budaya
pedesaan.
Pasal 135 Huruf a : Cukup jelas
Huruf b : Cukup jelas
Huruf c : Cukup jelas
Huruf d : Cukup jelas
Huruf e : Cukup jelas
Huruf f : Cukup jelas
Huruf g : Cukup jelas
Huruf h : Cukup jelas
Huruf i : Yang dimaksud dengan pembangunan partisipatif
adalah fasilitasi perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengembangan
tindak lanjut pembangunan secara partisipatif.
Huruf j : Cukup jelas
Huruf k : Cukup jelas
Huruf l : Cukup jelas
Huruf m : Cukup jelas

Ranperda Tentang Nagari


75
Huruf n : Cukup jelas
Pasal 136 : Cukup jelas
Pasal 137 : Cukup jelas
Pasal 138 : Cukup jelas
Pasal 139 : Cukup jelas

Ranperda Tentang Nagari


76

Anda mungkin juga menyukai