T
E
N
T
A
N
G
NAGARI
TENTANG
NAGARI
3. Undang...........
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
9. Pemerintah ......................
11. Penjabat Wali Nagari adalah orang yang ditunjuk untuk memegang jabatan
Wali Nagari oleh Pejabat yang berwenang;
13. Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah lembaga
kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara
turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan
merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari;
14. Jorong adalah bagian wilayah kerja Nagari dalam pelaksanaan Pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang Kepala Jorong;
15. Panitia Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pemilihan
adalah panitia pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh BPRN;
16. Panitia Pengawas Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia
pengawas adalah panitia pengawas pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh
Bupati;
17. Kekayaan Nagari adalah harta benda yang telah ada atau yang kemudian
menjadi milik Nagari, baik bergerak maupun tidak bergerak;
18. Badan Usaha Nagari yang selanjutnya disingkat BUN adalah badan usaha
perekonomian Nagari;
19. Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan ikatan
kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang bersangkutan baik
yang ada di Nagari maupun dirantau;
20. Rakyat Nagari adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia
maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap di dalam Wilayah Nagari;
21. Penduduk Nagari adalah Warga Negara Republik Indonesia yang bertempat
tinggal di Nagari bersangkutan, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk;
22. Hubungan adat adalah hubungan yang ditimbulkan akibat pertalian darah,
ameh, perak dan budi kepada salah satu suku yang ada di nagari;
NAGARI
Bagian Pertama
Wilayah Nagari
Pasal 2
(1) Wilayah Nagari, meliputi wilayah hukum adat dengan batas-batas tertentu
yang sudah berlaku secara turun temurun, diakui sepanjang adat dan atau
berdasarkan kesepakatan.
Bagian Kedua
Pembentukan Nagari
Pembentukan
Pasal 3
(1) Nagari dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul
Nagari dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
syarat :
a. jumlah penduduk 3.000 jiwa atau 600 kepala keluarga atau lebih;
b. luas wilayah paling sedikit 600 ha;
c. wilayah kerja dapat dijangkau dan memiliki jaringan perhubungan antar
jorong;
d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama
dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;
e. memiliki potensi Nagari berupa sumber daya alam dan sumber daya
manusia;
f. memiliki batas Nagari yang jelas;
g. tersedianya sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari;
h. adanya perbedaan sistem adat dalam satu Nagari;
i. kemampuan keuangan Daerah; dan
j. disetujui oleh seluruh persukuan yang ada di Nagari;
k. adanya keputusan KAN;
l. pernyataan Nagari induk dan calon Nagari pemekaran bahwa alokasi dana
Nagari masing-masingnya menerima 50 % ditambah 10 % dari Alokasi
Dana Nagari.
(3) Disamping ...................
(4) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
penggabungan beberapa Nagari, atau bagian Nagari yang bersandingan, atau
pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih.
(5) Pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5
(lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Nagari.
(6) Pemekaran Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa
pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih, atau pemekaran
Nagari diluar Nagari yang telah ada.
Bagian Ketiga
Kewenangan Nagari
Pasal 4
(2) Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
(3) Nagari dapat menolak tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi
dan atau Pemerintah Kabupaten yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana
dan prasarana serta sumber daya manusia.
BAB……………..
Bagian Pertama
Umum
Pasal 5
Bagian Kedua
Pemerintah Nagari
Paragraf 1
Struktur Organisasi Pemerintah Nagari
Pasal 6
(1) Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari Wali
Nagari dan Perangkat Nagari.
(2) Perangkat Nagari sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
Sekretaris Nagari dan Perangkat Nagari lainnya.
(3) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. unsur staf sekretariat nagari yang meliputi 5 (lima) urusan yaitu urusan
pemerintahan, pembangunan, perekonomian, kesejahteraan rakyat serta
umum dan keuangan ;
b. unsur jorong;
c. unsur pelaksana teknis lapangan.
Paragraf 2
Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Wali Nagari
Pasal 7
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Nagari
mempunyai wewenang :
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPRN;
b. mengajukan ......................
Pasal 8
(7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai
dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan sebagai
bahan pembinaan lebih lanjut.
(8) Laporan akhir masa jabatan Wali Nagari disampaikan kepada Bupati melalui
Camat dan kepada BPRN.
(10) Perselisihan yang telah didamaikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) diberitahukan kepada KAN dan bersifat mengikat para pihak yang
berselisih.
(11) Wali Nagari dalam membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama,
sosial budaya dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p,
bekerjasama dengan KAN dengan prinsip kemitraan dan saling menghormati
fungsi dan peranan masing-masing.
Pasal ..........................
(2) Atas dasar laporan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bupati
memerintahkan unit kerja terkait untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kinerja Pemerintahan Nagari termasuk didalamnya pelaksanaan keuangan
Nagari.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pertanggungjawaban Wali Nagari
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
(2) Pelanggaran...............
Paragraf 3
Perangkat Nagari
Pasal 13
(1) Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) bertugas
membantu Wali Nagari dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Pasal 14
(1) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diisi dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu:
a. berpendidikan paling rendah lulusan SLTA atau sederajat;
b. mempunyai pengetahuan teknis bidang pemerintahan;
c. mempunyai pengalaman dibidang administrasi perkantoran;
d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang
perencanaan;
e. memahami sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;
f. bersedia tinggal di Nagari yang bersangkutan.
(2) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh
Sekretaris Daerah atas nama Bupati sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.
Pasal 15
(1) Sekretaris Nagari berkedudukan sebagai unsur staf yang memimpin sekretariat
Nagari.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris
Nagari mempunyai fungsi :
a. melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan;
b. melaksanakan urusan keuangan;
c. melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan;
d. melaksanakan......
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3), Sekretaris Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari.
Pasal 16
(1) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
diangkat oleh Wali Nagari dari penduduk Nagari setempat.
(3) Untuk dapat diangkat menjadi Perangkat Nagari lainnya adalah penduduk
Nagari yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. berpendidikan paling rendah tamatan SLTP atau sederajat;
e. berumur paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam
puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian;
h. tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran adat yang
dikeluarkan oleh KAN.
Pasal 17
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat Nagari
lainnya mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi :
1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang
pemerintahan;
2. melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat;
3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kependudukan dan
pertanahan/ keagrariaan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
4. membantu tugas-tugas dibidang pemungutan pajak bumi dan
bangunan;
5. membantu.........
e. Kepala............
(3) Dalam hal pengangkatan Perangkat Nagari, Wali Nagari dapat membentuk
Tim pertimbangan Nagari.
Pasal 18
(3) Kepala Jorong bertugas membantu Wali Nagari dalam penyelenggaraan tugas
Pemerintahan, Pembangunan, dan Sosial Kemasyarakatan.
(4) Pelaksanaan tugas Kepala Jorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Jorong mempunyai fungsi :
a. melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan
Sosial Kemasyarakatan diwilayah kerjanya;
b. melaksanakan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari diwilayah
kerjanya;
c. melaksanakan kebijakan Wali Nagari diwilayah kerjanya.
Pasal 19
Pasal............
(1) Perangkat Nagari lainnya berhenti atau diberhentikan oleh Wali Nagari
karena :
a. meninggal dunia;
b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri;
c. melakukan perbuatan yang bertentanggan dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Nagari;
d. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Perangkat Nagari.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Nagari lainnya dan Tim
Pertimbangan Nagari diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Bendahara Nagari
Pasal 21
(4) Bendahara Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Wali Nagari.
Paragraf 5
Kedudukan Keuangan Wali Nagari
Dan Perangkat Nagari
Pasal 22
Wali Nagari dan Perangkat Nagari berhak mendapatkan penghasilan tetap setiap
bulan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari
yang disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Pasal 23
(1) Penghasilan tetap setiap bulannya yang diterima Wali Nagari dan Perangkat
Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan dengan ketentuan
paling sedikit sama dengan upah minimum regional Daerah Kabupaten.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghasilan tetap dan tunjangan lainnya
yang dapat diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Keputusan Bupati sesuai dengan
kemampuan keuangan Daerah.
Pasal 24
(1) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari atau
Perangkat Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya
selama menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari tanpa kehilangan
statusnya sebagai Pegawai Negeri.
(2) Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayarkan oleh instansi induknya.
(3) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dan atau
Perangkat Nagari berhak mendapat kenaikan pangkat dan gaji berkala sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Pegawai Negeri yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Wali
Nagari dan atau Perangkat Nagari dikembalikan ke instansi induknya.
Bagian Ketiga
BPRN
Paragraf 1
Kedudukan, Pembentukan dan Masa Keanggotaan BPRN
Pasal 25
Pasal 26
(1) Anggota BPRN adalah wakil dari lembaga unsur masyarakat yang ditetapkan
dengan cara musyawarah dan mufakat pada setiap unsur.
(2) Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur
Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda.
(3) Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak
11 (sebelas) orang dengan ketentuan jumlah seluruhnya termasuk pimpinan
harus berjumlah ganjil dengan ketentuan:
a. jumlah........
(4) Perbandingan jumlah wakil masing unsur dalam BPRN dan tata cara
pencalonan anggota BPRN diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 27
(1) Anggota BPRN adalah anak Nagari dan atau rakyat Nagari yang bersangkutan
yang sanggup menjalankan tugas-tugas BPRN dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945;
d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter
pemerintah;
g. berkelakuan baik;
h. tidak sedang menjalani hukuman;
i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. mengenal sosial budaya dan adat istiadat Nagari yang bersangkutan;
k. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari yang
bersangkutan;
l. bersedia untuk menjadi anggota BPRN ;
m. berdomisili di Nagari yang bersangkutan;
n. syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Nagari yang bersangkutan.
Pasal 28
(2) Ketua...........
(3) Tata cara pengucapan sumpah/ janji diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai
berikut :
Pasal 29
Pasal 30
(1) Pimpinan BPRN terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua
dan 1 (satu) orang Sekretaris.
(2) Pimpinan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh
BPRN secara langsung dalam rapat BPRN yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPRN untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai alat kelengkapan BPRN diatur dalam
Peraturan Bupati.
Pasal............
Pasal 32
(2) Anggota BPRRN diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah diambil sumpah anggota yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
ayat (1);
d. terbukti melanggar sumpah sebagai anggota BPRN;
e. merangkap jabatan sebagai Wali Nagari, Perangkat Nagari dan Pengurus
KAN;
f. melanggar tata tertib BPRN.
(3) Anggota BPRN yang berhenti antar waktu sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) digantikan oleh calon yang diusulkan unsur dari mana anggota itu
berasal.
(4) Anggota BPRN pengganti antar waktu melanjutkan masa kerja anggota yang
digantikannya.
(7) Apabila yang berhenti adalah Pimpinan BPRN, maka untuk penggantian
Pimpinan BPRN yang berhenti dipilih berdasarkan hasil rapat paripurna
BPRN.
Pasal 33
(2) Dalam..........
(3) Anggota BPRN diduga melakukan pelanggaran adat maka KAN dapat
memanggil anggota BPRN untuk disidangkan dalam KAN tanpa melalui
persetujuan lisan atau tertulis dari Bupati.
Paragraf 2
Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPRN
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
(2) Pelaksanaan..............
Pasal 37
(2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Tata Tertib BPRN.
Pasal 38
Pasal 39
Pasal.............
(1) Pimpinan dan Anggota BPRN tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Wali Nagari dan Perangkat Nagari serta pengurus KAN.
Paragraf 3
Rapat BPRN
Pasal 41
(2) Rapat BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota
BPRN, dan keputusan ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara
terbanyak.
(3) Dalam hal tertentu rapat BPRN dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan
ditetapkan dengan musyawarah mufakat atau persetujuan sekurang-kurangnya
1
/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah BPRN yang hadir.
(4) Hasil rapat BPRN ditetapkan dengan keputusan BPRN dan dilengkapi dengan
notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPRN.
Pasal 42
(1) Anggota BPRN tidak dapat dituntut dimuka pengadilan karena pernyataan
atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat BPRN baik terbuka maupun
tertutup yang diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang
bersangkutan mengumumkan apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk
dirahasiakan atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai
pengumuman rahasia Negara.
(2) Anggota BPRN tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan dan atau
pendapat yang dikemukakannya dalam rapat BPRN kecuali penghinaan
terhadap adat dan syara’ .
Paragraf .......................
Pasal 43
(2) Tunjangan pimpinan dan Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dalam APB Nagari.
Pasal 44
(1) Untuk keperluan kegiatan BPRN disediakan biaya operasional sesuai dengan
kemampuan keuangan Nagari yang dikelola oleh Sekretaris BPRN.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap
tahunnya dalam APB Nagari yang bersumber dari pendapatan Nagari berupa :
a. alokasi dana nagari yang diatur sesuai dengan pedoman umum yang
ditetapkan oleh Bupati;
b. pendapatan asli nagari sebesar paling banyak 20 % (dua puluh persen),
yang pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Nagari.
Paragraf 5
Tata Tertib BPRN
Pasal 45
(1) Anggota BPRN secara musyawarah mufakat menetapkan tata tertib BPRN.
(2) Pedoman penyusunan tata tertib BPRN diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Keempat
Pemilihan Wali Nagari
Paragraf 1
Umum
Pasal 46
(1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Wali Nagari secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan.
(2) BPRN memproses pemilihan Wali Nagari 4 (empat) bulan sebelum berakhir
masa jabatan Wali Nagari.
Paragraf .......................
Pasal 47
(1) Untuk pemilihan Wali Nagari dibentuk panitia pemilihan oleh BPRN dan
panitia pengawas pemilihan Wali Nagari oleh Bupati.
(2) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri
dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintah Kabupaten.
(5) Sekretariat panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan keputusan BPRN.
(6) Sekretariat panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan keputusan Bupati.
Pasal 48
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf f panitia pemilihan Wali Nagari menetapkan tata tertib
penjaringan bakal calon Wali Nagari dan penyaringan calon Wali Nagari
dengan keputusan panitia pemilihan Wali Nagari.
(3) Jumlah anggota KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
sebanyak 5 (lima) orang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai panitia pemilihan dan panitia pengawasan
diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf .....................
Pasal 49
Penjaringan bakal calon Wali Nagari dilaksanakan dengan ketentuan dan tata cara
sebagai berikut :
a. yang dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari adalah anak Nagari warga Negara
Republik Indonesia;
b. bakal calon Wali Nagari diusulkan oleh lembaga unsur Niniak Mamak, Alim
Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda;
c. lembaga unsur sebagaimana dimaksud pada huruf b mengusulkan 1 (satu) orang
bakal calon;
d. dalam pengusulan bakal calon sebagaimana dimaksud pada huruf b, bakal calon
sekaligus melampirkan persyaratan masing-masing dalam rangkap 3 (tiga)
sebagai berikut :
1. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala;
2. memahami dan mengamalkan nilai adat dan syara’ dalam Nagari
3. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
4. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G.30SPKI dan atau
kegiatan organisasi terlarang lainnya;
5. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat;
6. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 62 (enam
puluh dua ) tahun;
7. sehat jasmani dan rohani;
8. nyata-nyata tidak terganggu jiwa atau ingatannya;
9. berkelakuan baik;
10. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih;
11. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
12. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari setempat;
13. bersedia dicalonkan menjadi Wali Nagari;
14. terdaftar sebagai penduduk Nagari dan bertempat tinggal di Nagari yang
bersangkutan minimal 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus
kecuali anak Nagari yang berdomisili di luar Nagari;
15. tidak pernah dihukum menurut sepanjang adat karena melakukan
pelanggaran adat dan syara’;
16. belum pernah menjabat sebagai Wali Nagari paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau 2 (dua) kali masa jabatan;
17. tidak pernah melanggar adat dan syara’ yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari KAN;
18. tidak pernah sebagai pengurus partai politik paling singkat 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal pencalonan;
19. syarat lain yang ditetapkan oleh BPRN sepanjang tidak bertentangan dengan
adat salingka nagari dan Peraturan Perundang-undangan.
e. Bakal..............
Pasal 50
(1) Bagi bakal calon Wali Nagari yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan
penjaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, panitia pemilihan
menetapkan menjadi bakal calon Wali Nagari untuk dilakukan penyaringan
dengan keputusan panitia pemilihan.
(2) Penyaringan bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh panitia pemilihan dengan meneliti persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 49 huruf d.
(3) Bagi bakal calon Wali Nagari yang berkedudukan sebagai pengurus partai
peserta pemilu pada semua tingkat kepengurusan harus berhenti menjadi
pengurus partai, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai
yang bersangkutan.
(4) Bagi Wali Nagari yang terpilih atau diangkat menjadi Wali Nagari harus
bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan.
(5) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dibebaskan
untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari
tanpa kehilangan hak dan statusnya sebagai Pegawai Negeri.
Pasal 51
(1) Bakal calon Wali Nagari yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos
penyaringan ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih oleh panitia
pemilihan dalam rapat panitia pemilihan dan disyahkan oleh BPRN dalam
rapat paripurna.
(3) Apabila jumlah calon paling sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak terpenuhi, maka penjaringan bakal calon diperpanjang selama 7 (tujuh)
hari kalender.
(5) Apabila tidak ada bakal calon yang lolos dalam penjaringan, maka Bupati
menunjuk penjabat Wali Nagari yang bertugas mempersiapkan proses
pemilihan Wali Nagari defenitif.
(6) Proses pemilihan Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak penunjukan
oleh Bupati.
(7) Calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang telah
ditetapkan sebagai calon Wali Nagari yang berhak dipilih disampaikan kepada
Wali Nagari, BPRN, dan KAN serta diumumkan kepada masyarakat di
tempat-tempat umum oleh panitia pemilihan.
Pasal 52
(1) Calon yang berhak dipilih yang telah ditetapkan tidak dibenarkan
mengundurkan diri, dan apabila yang bersangkutan mengundurkan diri, maka
secara administrasi dianggap tidak mengundurkan diri.
(2) Apabila calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam pemilihan ternyata memperoleh suara terbanyak, perolehan suara
tersebut dinyatakan batal.
(3) Atas pembatalan perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka
calon yang berhak dipilih yang mendapatkan dukungan suara terbanyak
berikutnya dinyatakan sebagai calon terpilih.
Paragraf 4
Kampanye Calon Wali Nagari
Pasal 53
(1) Calon Wali Nagari yang telah ditetapkan, menyampaikan program dalam
rapat paripurna BPRN dengan mengundang lembaga kemasyarakatan dan
tokoh masyarakat.
(3) Waktu dan tempat kampanye ditetapkan oleh panitia pemilihan setelah
berkoordinasi dengan BPRN.
Paragraf 5
Pemberian Suara
Pasal 54
(1) Setelah calon yang berhak dipilih ditetapkan, maka panitia pemilihan
melaksanakan rapat untuk menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan
pemberian suara.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk tertulis
dan dalam bentuk lain dengan syarat bahwa yang berhak memilih dapat
mengetahuinya.
(4) Tata cara pemilihan Wali Nagari diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 55
(1) Yang dapat atau berhak memberikan suara dalam pemilihan Wali Nagari
adalah rakyat Nagari dan atau anak Nagari.
(2) Anak Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. terdaftar sebagai pemilih pada daftar pemilih tetap dan atau pemilih
tambahan;
b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran
dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan
c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Rakyat Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. terdaftar sebagai rakyat Nagari yang bersangkutan secara sah, sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus;
b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran
dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan
c. tidak .....................
Pasal 56
(1) Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Wali
Nagari, BPRN telah melaksanakan proses pemilihan Wali Nagari.
(2) Pemilihan Calon Wali Nagari yang berhak dipilih dilaksanakan pada hari dan
tempat serta waktu yang telah ditentukan dan dipimpin oleh Ketua KPPS.
(3) Waktu pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimulai
dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB.
Pasal 57
Panitia pemilihan yang mempunyai hak pilih dan calon yang berhak dipilih dalam
pemilihan calon Wali Nagari tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak
pilihnya.
Pasal 58
(1) Pemilihan calon yang berhak dipilih dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.
(2) Seorang pemilih hanya dapat memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang
calon yang berhak dipilih.
(3) Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan, tidak dapat
diwakilkan dengan cara apapun.
(4) Pemilih yang telah terdaftar sebagai wajib pilih meskipun tidak mendapat
surat pemberitahuan, tetap dapat memberikan suaranya.
Pasal...........
Bentuk dan model surat suara, kotak suara dan bilik suara serta kelengkapan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (5) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 60
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, ketua KPPS membuka kotak suara
dan memperlihatkan kepada para pemilih yang hadir bahwa kotak suara dalam
keadaan kosong serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan
menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel panitia pemilihan.
(2) Sebelum kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai, para saksi
dari masing-masing calon Wali Nagari yang berhak dipilih menyerahkan surat
penunjukannya sebagai saksi kepada ketua KPPS.
Pasal 61
(1) Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh panitia pemilihan
melalui pemanggilan berdasarkan urutan daftar hadir.
(2) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti dan apabila
surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak
meminta surat suara yang baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang
cacat atau rusak tersebut kepada KPPS.
Pasal 62
(1) Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan melipat surat suara
yang telah disediakan oleh panitia pemilihan.
(2) Pemilih yang masuk ke dalam bilik suara adalah pemilih yang akan
menggunakan hak pilihnya.
(3) Bagi pemilih yang sakit atau cacat dan atau tidak dapat pergi kedalam bilik
suara sendirian, maka dapat dibantu oleh KPPS.
(4) Pemilih yang keliru dalam menggunakan hak pilihnya pada surat suara dapat
meminta surat suara baru setelah menyerahkan surat suaranya yang keliru
kepada KPPS.
(2) KPPS menjaga agar pemilih hanya memberikan satu suara dan menolak
pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun.
Paragraf 6
Penghitungan Suara
Pasal 64
(2) KPPS membuka kotak suara dan menghitung surat suara yang masuk setelah
pemberian suara dinyatakan selesai.
(3) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara yang
diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian KPPS membaca
nama calon yang berhak dipilih yang mendapat suara tersebut serta
mencatatnya di papan tulis yang ditempelkan sedemikian rupa sehingga dapat
dilihat dengan jelas oleh pemilih dan saksi yang hadir.
(4) Setelah selesai pelaksanaan penghitungan suara, KPPS membuat berita acara
hasil penghitungan dan menyampaikan laporan hasil pemungutan suara
kepada panitia pemilihan.
Pasal 65
Pasal..............
(1) Berdasarkan laporan dari KPPS sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat
(4), panitia pemilihan melakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara yang
dituangkan dalam berita acara.
(2) Pelaksanaan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri
oleh para saksi dan para calon.
Paragraf 7
Penetapan Calon Terpilih
Pasal 67
(1) Calon Wali Nagari yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan
suara terbanyak.
(2) Panitia pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan Wali Nagari kepada
BPRN.
(3) Calon Wali Nagari terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan keputusan BPRN berdasarkan laporan dan berita acara pemilihan dari
panitia pemilihan.
(4) Calon Wali Nagari terpilih disampaikan oleh BPRN kepada Camat untuk
diteruskan kepada Bupati guna ditetapkan menjadi Wali Nagari terpilih dengan
melampirkan berita acara pemilihan.
(5) Camat meneliti laporan BPRN dan menyampaikannya kepada Bupati paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan.
Paragraf 8
Pelantikan Wali Nagari
Pasal 68
(1) Wali Nagari terpilih dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling
lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati.
(4) Susunan.........
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Wali Nagari dengan
sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya;
Pasal 69
(1) Pelantikan Wali Nagari dilaksanakan tepat pada akhir masa jabatan Wali
Nagari yang sebelumnya dan ditetapkan sebagai tanggal pelantikan.
(2) Apabila pelaksanaan pelantikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja
berikutnya atau sehari sebelum hari libur.
(3) Biaya pemilihan dan pelantikan Wali Nagari dibebankan kepada APB Nagari
dan dana-dana lainnya yang syah.
(4) Pelantikan Wali Nagari yang tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya
karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka pelantikan
dapat ditunda selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal berakhirnya
masa jabatan Wali Nagari yang bersangkutan (Wali Nagari sebelumnya) atas
persetujuan Bupati dengan ketentuan bahwa Wali Nagari yang bersangkutan
tetap melaksanakan tugasnya selama masa jabatan penundaan tersebut.
Pasal 70
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, berlaku pula bagi penjabat Wali
Nagari.
Pasal 71
(1) Masa jabatan Wali Nagari adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelaksanaan pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
(2) Apabila.........
Bagian Kelima
Pemberhentian Wali Nagari
Pasal 72
(1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari secara tertulis mengenai akan
berakhirnya masa jabatan Wali Nagari 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
masa jabatan.
Pasal 73
(1) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati atas usul BPRN melalui Camat karena:
a. meninggal dunia;
b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri;
c. berakhir masa jabatan dan telah dilantik Wali Nagari yang baru;
d. tidak dapat melakukan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
e. tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan, dan/ atau melanggar sumpah jabatan;
f. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dan atau adat yang berlaku di salingka Nagari.
(2) Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c,
dan huruf d diusulkan oleh pimpinan BPRN kepada Bupati melalui Camat
berdasarkan keputusan BPRN.
(3) Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
f disampaikan oleh BPRN kepada Bupati melalui Camat berdasarkan
keputusan BPRN yang dihadiri 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN.
(4) Pengesahan pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak usul diterima selanjutnya Bupati mengangkat Penjabat Wali Nagari.
(6) Sebelum.........
Pasal 74
(1) Apabila Wali Nagari berhalangan sementara paling lama 7 (tujuh) hari,
Sekretaris Nagari karena jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali
Nagari dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat serta
memberitahukannya kepada BPRN.
(2) Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan berhalangan
sementara paling lama 7 (tujuh) hari, kepala urusan pemerintahan karena
jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali Nagari, dan melaporkannya
kepada Bupati melalui Camat serta memberitahukannya kepada BPRN.
(3) Bagi Wali Nagari yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan
kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam melaksanakan
tugasnya atau karena alasan lain sampai 30 (tiga puluh) hari berturut-turut,
maka Sekretaris Nagari ditunjuk oleh Camat atas nama Bupati untuk
menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai pelaksana tugas (Plt)
Wali Nagari serta menyampaikan tembusannya kepada BPRN.
(4) Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan tidak dapat
melaksanakan tugas sampai waktu 30 (tiga puluh) hari, maka Bupati melalui
Camat menunjuk penjabat Wali Nagari atas usul BPRN.
Pasal 75
Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang belum berakhir masa jabatannya,
tidak dapat diberhentikan karena alasan bahwa yang bersangkutan memasuki usia
pensiun atau sudah pensiun sebagi Pegawai Negeri.
Pasal 76
Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang berhenti atau diberhentikan oleh
Bupati sebagai Wali Nagari dikembalikan ke instansi induknya.
Pasal 77
Bagian .......................
Pasal 78
(2) Pengusulan penjabat Wali Nagari oleh BPRN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berjumlah 1 (satu) orang.
(4) Apabila BPRN tidak mengusulkan atau tidak mempunyai calon Penjabat Wali
Nagari, maka Camat dapat menunjuk dan mengusulkan calon Penjabat Wali
Nagari kepada Bupati.
(5) Masa jabatan Penjabat Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lama 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikannya dan dapat
diperpanjang 6 (enam) bulan berikutnya.
(6) Penjabat Wali Nagari diambil sumpahnya dan dilantik oleh Bupati atau
Pejabat lain yang ditunjuk.
Pasal 79
(1) Tugas, wewenang, kewajiban dan hak Penjabat Wali Nagari adalah sama
dengan tugas, wewenang, kewajiban dan hak Wali Nagari sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah ini serta Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 80
(1) Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN
apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan
yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN apabila
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Pasal..............
Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN
karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana
terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
Pasal 82
Pasal 83
(2) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun
setelah pengangkatan penjabat Wali Nagari sebagaimana tersebut pada ayat
(1) belum adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap, Bupati memberhentikan dengan hormat Wali Nagari yang bersangkutan
dan dilakukan proses pemilihan Wali Nagari.
Bagian Ketujuh
Tindakan Penyidikan Terhadap Wali Nagari
Pasal 85
(2) Hal...........
BAB IV
Bagian Pertama
Pengertian, Tugas dan Fungsi
Pasal 86
KAN merupakan lembaga kerapatan Niniak Mamak pemangku adat yang telah ada
dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing
Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari.
Pasal 87
i. mengembangkan........
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah melalui
proses bajanjang naiak batanggo turun sesuai dengan adat salingka Nagari.
(3) Pedoman pembentukan dan tata kerja majelis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 88
(2) Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh KAN berdasarkan
azas musyawarah dan mufakat sepanjang tidak bertentangan dengan ”adat
basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” serta Peraturan Perundang-
undangan.
Pasal 89
(1) Setiap keputusan yang diambil oleh KAN ditetapkan melalui rapat KAN
sesuai dengan adat salingka Nagari.
(2) Setiap rapat KAN yang melahirkan keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dibuatkan risalah.
Pasal...........
Anggota KAN tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan atau
pendapat yang dikemukakan dalam rapat KAN baik terbuka maupun tertutup yang
diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan
apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan .
Bagian Kedua
Keanggotaan dan Organisasi
Pasal 91
(1) Keanggotaan KAN terdiri dari Niniak Mamak pemangku adat, sesuai dengan
adat yang berlaku salingka Nagari.
(3) Kepengurusan KAN dibantu oleh sekretariat yang diusulkan oleh KAN
ditetapkan dengan surat keputusan Wali Nagari.
(4) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diusulkan 1 (satu) orang
dan bukan sebagai anggota KAN.
Pasal 92
(1) Kepengurusan KAN dipilih dari dan oleh Niniak Mamak pemangku adat.
(2) Sistim pemilihan kepengurusan KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan adat salingka Nagari.
(3) Kepengurusan KAN ditetapkan dan dikukuhkan dengan keputusan KAN dan
disampaikan kepada Pemerintah Daerah.
(4) Pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dalam rapat
lengkap KAN yang dihadiri oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, Alim
Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Nagari, tokoh masyarakat,
dan pemuka masyarakat lainnya.
(6) Ketentuan...............
Bagian Ketiga
Pertanggungjawaban
Pasal 93
Bagian Keempat
Pengayoman dan Hubungan Kerja
Pasal 94
(2) Pengayoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:
a. pengayoman dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi KAN;
b. panduan administrasi;
c. bantuan keuangan;
d. dan lain-lain dalam rangka memberdayakan KAN.
Pasal 95
(1) Hubungan kerja antara KAN dengan Pemerintah Daerah bersifat fungsional.
Pasal 96
(2) Pendapatan...........
(4) Harta kekayaan Nagari yang merupakan sumber APB Nagari, pembagiannya
untuk KAN diatur dengan Peraturan Nagari.
Bagian Keenam
Program Kerja
Pasal 97
(1) Setiap tahun KAN menyusun dan menetapkan program kerja internal
lembaga.
(2) Program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun yang bersangkutan dan selaras dengan
program kerja pemerintahan Nagari.
BAB V
PERATURAN NAGARI
Pasal 98
(3) Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kebutuhan
Nagari dan atau penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat
Nagari setempat.
(4) Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
bertentangan dengan adat istiadat, kepentingan umum dan atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 99
Pasal............
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka
penyiapan atau pembahasan rancangan Peraturan Nagari.
Pasal 101
Peraturan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat
sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
ditetapkan.
Pasal 102
(2) Peraturan Wali Nagari dan atau Keputusan Wali Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat,
kepentingan umum dan atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 103
(1) Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari dimuat dalam Berita Daerah.
(2) Pemuatan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Daerah.
(3) Peraturan Nagari dan peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disebarluaskan oleh Pemerintah Nagari.
Pasal 104
(1) Rancangan Peraturan Nagari tentang APB Nagari yang telah disetujui
bersama BPRN sebelum ditetapkan oleh Wali Nagari paling lama 7 (tujuh)
hari sudah disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat untuk
dievaluasi.
(3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas
waktu dimaksud, Wali Nagari dapat menetapkan rancangan Peraturan Nagari
tentang APB Nagari menjadi Peraturan Nagari.
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
Pasal 108
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Nagari;
b. organisasi dan tata laksana Pemerintahan Nagari;
c. keuangan Nagari;
d. profil Nagari;
e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan
pemberdayaan masyarakat.
Pasal...........
Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Nagari diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB VII
KEUANGAN NAGARI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 110
Pasal 111
(2) Bantuan..........
(3) Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh Nagari tidak
dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten.
Pasal 112
Kekayaan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. tanah kas Nagari;
b. pasar Nagari;
c. bangunan Nagari;
d. objek rekreasi yang diurus oleh Nagari;
e. pemandian umum yang diurus oleh Nagari;
f. ulayat Nagari;
g. perairan dalam batas tertentu yang diurus oleh Nagari;
h. tempat-tempat pemancingan ikan di sungai;
i. pelelangan ikan yang dikelola oleh Nagari;
j. jalan Nagari;
k. asset bekas Desa yang ada dalam Nagari;
l. lain-lain kekayaan Nagari.
Pasal 113
(1) Sumber pendapatan Daerah yang berada di Nagari baik pajak maupun
retribusi yang sudah dipungut oleh Propinsi atau Daerah tidak dibenarkan
adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Nagari.
(2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Pemerintah
Nagari tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah propinsi
atau Pemerintah Daerah.
(3) Bagian Nagari dari perolehan bagian pajak dan retribusi Daerah sebagaimana
diatur dalam Pasal 111 ayat (1) huruf b, pengalokasiannya ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 114
(1) Pemberian hibah dan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 111 ayat
(1) huruf f tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada
Nagari.
(2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang
tidak bergerak, dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik Nagari sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari
Pasal 116
(1) APB Nagari terdiri atas bagian pendapatan Nagari, belanja Nagari dan
pembiayaan.
(3) Wali Nagari bersama BPRN menetapkan APB Nagari setiap tahun dengan
Peraturan Nagari.
Pasal 117
Bagian Keempat
Pengelolaan
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
(2) BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah Nagari
bersama KAN.
(3) Pembentukan BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Nagari dan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
(4) Bentuk BUN sebagaimana dimaksud ayat (1) harus berbadan hukum.
Pasal 122
(2) BUN mempunyai fungsi sebagai lembaga usaha yang mengelola aset, ulayat
dan kekayaan Nagari.
Pasal 124
Pasal 125
Pasal 126
(1) Nagari dapat mengadakan kerjasama antar Nagari dalam dan luar Daerah
untuk kepentingan Nagari masing-masing.
(2) Kerjasama antar Nagari dalam Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN dan diketahui oleh Camat.
(3) Kerjasama antar Nagari luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN serta diketahui Camat dan
Bupati.
(4) Kerjasama antar Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 127
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (2) dan (3) berlaku
juga bagi Nagari yang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
Pasal 128
Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 dan 127
dapat dibentuk badan kerjasama.
Pasal 129
Pasal 130
(1) Perselisihan kerjasama antar Nagari dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.
(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
dilakukan secara adil, tidak memihak dan bersifat final.
Pasal 131
(1) Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga dalam satu
Kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.
(2) Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga pada Kecamatan
yang berbeda di Daerah di fasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
Pasal 132
Pasal 133
Pasal 134
Pasal 135
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 136
(1) Nagari yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap
diakui sebagai Nagari.
(2) Jorong yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap
diakui sebagai Jorong.
(3) Masa jabatan Wali Nagari yang ada pada saat ini, tetap berlaku sampai habis
masa jabatannya.
(4) Masa jabatan BPRN yang ada pada saat ini, berakhir paling lambat 3 (tiga)
bulan pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini.
(5) Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini belum berakhir masa jabatannya,
tetap menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai masa jabatannya
berakhir.
(6) Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini telah berakhir masa jabatannya,
dapat menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai terpilihnya Wali
Nagari defenitif.
(7) Kepengurusan KAN yang telah berakhir masa jabatannya, bagi Wali Nagari
yang belum habis masa jabatannya segera memproses pembentukan
kepengurusan KAN berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(8) Setelah terpilihnya Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud ayat (6),
KAN segera melaksanakan musyawarah dan mufakat untuk membentuk
kepengurusan untuk periode selanjutnya.
(9) Ketentuan yang menyangkut Perangkat Nagari dan lembaga Nagari yang ada
di Nagari disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 137
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2001 Nomor 23 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Pasal 138
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 139
Ditetapkan di Batusangkar
pada tanggal 2008
M. SHADIQ PASADIGOE
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAH NAGARI
WALI NAGARI
SEKRETARIS NAGARI
PELAKSANA TEKNIS
KEPALA URUSAN
LAPANGAN
KEPALA JORONG
M. SHADIQ PASADIGOE
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT NAGARI
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
M. SHADIQ PASADIGOE
STRUKTUR ORGANISASI
KERAPATAN ADAT NAGARI
KETUA
WAKIL KETUA
BENDAHARA SEKRETARIS
M. SHADIQ PASADIGOE
ATAS
TENTANG
NAGARI
I. UMUM
Dalam..........
Wali Nagari dipilih langsung oleh dan dari Anak Nagari warga Negara
Republik Indonesia yang memenuhi pesyaratan dengan masa jabatan 6 (enam)
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya. Wali Nagari pada dasarnya bertanggung jawab pada rakyat Nagari
yang prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati melalui
Camat. Kepada BPRN, Wali Nagari wajib memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok
pertanggungjawabanya, namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat
melalui BPRN untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut
hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dimaksud.
Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan
ikatan kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang
bersangkutan baik yang ada di Nagari maupun dirantau.
Pasal………
Angka……………