SKRIPSI
Sumatera Utara
OLEH:
RIA AGUSTIN
NIM 121524030
1
UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL YANG MENGANDUNG EKSTRAK
ETANOL DAUN JAMBU METE TERHADAP JAMUR Microsporum canis
dan Trichophyton sp
SKRIPSI
OLEH:
RIA AGUSTIN
NIM 121524030
2
PENGESAHAN SKRIPSI
OLEH:
RIA AGUSTIN
NIM 121524030
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt. Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.
NIP 195006121980032001 NIP 195709091985112001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 NIP 195404121987012001
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan
judul Uji Aktivitas Sediaan Gel Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Jambu
Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., dan Bapak Drs.
Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Marline
Nainggolan, M.S., Apt., Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.
Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim
Bangun Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Ucapan terima kasih
4i
Laboratorium Farmasi Fisik yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
Ayahanda tercinta Masrin Hutajulu dan Ibunda tercinta Sumiati serta ucapan
terima kasih penulis kepada Kakanda tercinta Vivit Saputri Amd., dan Rizky Fajli.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Ria Agustin
121524030
5
ii
UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL YANG MENGANDUNG EKSTRAK
ETANOL DAUN JAMBU METE TERHADAP JAMUR Microsporum canis
dan Trichophyton sp
ABSTRAK
Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul
di Indonesia. Jamur yang menyebabkan penyakit kulit yaitu jamur Microsporum
canis dan Trichophyton sp. Daun jambu mete (Anacardium occidentale L.)
mengandung fenol yang dapat dimanfaatkan sebagai antijamur. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur sediaan gel yang mengandung
ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum canis dan
Trichophyton sp.
Hasil uji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun jambu mete yang
efektif pada konsentrasi 100 mg/ml menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
jambu mete memiliki zona hambat sebesar 15,1 0,10 mm terhadap jamur
Microsporum canis dan 14,6 0,2 mm terhadap jamur Trichophyton sp. Hasil uji
stabilitas fisik sediaan menunjukkan sediaan stabil dan tidak mengiritasi kulit.
Hasil uji aktivitas antijamur dari sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol
daun jambu mete dengan formula FI, FII, dan FIII masing-masing adalah 15,4
0,15 mm, 17,0 0,2 mm, dan 18,3 0,06 mm terhadap jamur Microsporum canis
dan 15,2 0,21 mm, 16,5 0,06 mm, dan 17,8 0,15 mm terhadap jamur
Trichophyton sp.
Kata kunci: Antijamur, Daun jambu mete, Gel, Microsporum canis, Trichophyton
6
iii
TEST ACTIVITIES OF GEL CONTAINING ETHANOL EXTRACT OF
CASHEW LEAVES ON Microsporum canis and Trichophyton sp
ABSTRACT
Skin diseases due to the fungus is a skin diseases often found in Indonesia.
Fungus that cause skin diseases such as Microsporum canis and Trichophyton.
Cashew leaves (Anacardium occidentale L.) contains phenols which phenol can
be used as an antifungal. The purpose of this study was to determine the
antifungal activity of gel containing ethanol extract of cashew leaves against
Microsporum canis and Trichophyton.
7
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. vi
8v
2.2.1 Metode ekstraksi ............................................................ 8
9
vi
3.6.1 Potato Dextrose Agar (PDA) ....................................... 18
10
vii
3.13 Uji Aktivitas Antijamur Sediaan Gel Ekstrak Etanol
Daun Jambu Mete ................................................................ 26
LAMPIRAN ............................................................................................... 38
11
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Komposisi formula gel ekstrak etanol daun jambu mete ................ 23
4.1 Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete ......... 27
4.2 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan gel
ekstrak etanol daun jambu mete ..................................................... 29
4.4 Data pengamatan pH sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete .. 30
4.6 Data hasil uji iritasi sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete .. 32
4.7 Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak etanol daun
jambu mete terhadap jamur Microsporum canis dan
Trichophyton sp ............................................................................. 33
12
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
8 Gambar hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete
terhadap jamur Microsporum canis ............................................. 45
10 Gambar hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete
terhadap jamur Trichophyton sp ................................................. 47
13
x
UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL YANG MENGANDUNG EKSTRAK
ETANOL DAUN JAMBU METE TERHADAP JAMUR Microsporum canis
dan Trichophyton sp
ABSTRAK
Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul
di Indonesia. Jamur yang menyebabkan penyakit kulit yaitu jamur Microsporum
canis dan Trichophyton sp. Daun jambu mete (Anacardium occidentale L.)
mengandung fenol yang dapat dimanfaatkan sebagai antijamur. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur sediaan gel yang mengandung
ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum canis dan
Trichophyton sp.
Hasil uji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun jambu mete yang
efektif pada konsentrasi 100 mg/ml menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
jambu mete memiliki zona hambat sebesar 15,1 0,10 mm terhadap jamur
Microsporum canis dan 14,6 0,2 mm terhadap jamur Trichophyton sp. Hasil uji
stabilitas fisik sediaan menunjukkan sediaan stabil dan tidak mengiritasi kulit.
Hasil uji aktivitas antijamur dari sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol
daun jambu mete dengan formula FI, FII, dan FIII masing-masing adalah 15,4
0,15 mm, 17,0 0,2 mm, dan 18,3 0,06 mm terhadap jamur Microsporum canis
dan 15,2 0,21 mm, 16,5 0,06 mm, dan 17,8 0,15 mm terhadap jamur
Trichophyton sp.
Kata kunci: Antijamur, Daun jambu mete, Gel, Microsporum canis, Trichophyton
6
iii
TEST ACTIVITIES OF GEL CONTAINING ETHANOL EXTRACT OF
CASHEW LEAVES ON Microsporum canis and Trichophyton sp
ABSTRACT
Skin diseases due to the fungus is a skin diseases often found in Indonesia.
Fungus that cause skin diseases such as Microsporum canis and Trichophyton.
Cashew leaves (Anacardium occidentale L.) contains phenols which phenol can
be used as an antifungal. The purpose of this study was to determine the
antifungal activity of gel containing ethanol extract of cashew leaves against
Microsporum canis and Trichophyton.
7
iv
BAB I
PENDAHULUAN
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi berbagai
yang secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemanfaatan
samping lebih kecil dari obat yang dibuat secara sintesis. Penggunaan tumbuhan
Jambu mete merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat
tradisional. Kulit batang jambu mete bisa digunakan sebagai obat penyembuh
sariawan. Daging buah semunya bisa dibuat manisan, selai atau dirujak. Air
daging buah digunakan untuk bahan baku pembuatan anggur, cuka atau jelly.
Bijinya apabila telah diolah akan menghasilkan makanan yang bernilai ekonomis
tinggi (Kusrini dan Ismardiyanto, 2003). Daun jambu mete mengandung fenol
dimana fenol dapat dimanfaatkan sebagai anti jamur (Sulistyawati dan Mulyati,
2009).
Pada penelitian Tedong, dkk., (2007) tentang toksisitas akut dan subkronis
ekstrak daun jambu mete pada tikus, menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu
mete memiliki potensi toksisitas. Pada dosis akut, setelah pemberian secara oral
1
ditemukan bahwa dosis ekstrak kurang dari 6 g/kg tidak beracun. Pada dosis
ekstrak etanol daun jambu mete karena adanya senyawa fenol yang tinggi
(Jaiswal, dkk., 2010). Senyawa golongan flavonoid, fenolat dan tanin merupakan
kontributor utama dalam aktivitas antioksidan daun jambu mete (Fidrianny, dkk.,
2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Doss dan Thangavel (2011) bahwa jambu
mete mengandung metabolit sekunder seperti tanin, flavonoid, fenol, steroid dan
antimikroba telah diuji pada ekstrak etanol daun jambu mete terhadap bakteri
jambu mete maka semakin besar pula jumlah Candida albicans yang dihambat
antijamur. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas sediaan gel
yang mengadung ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum
2
kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, tidak adanya penyumbatan pori-
pori kulit, kemudahan pencucian dengan air dan pelepasan obatnya baik (Voight,
1994). Aqupec HV-505 digunakan sebagai basis gel karena bersifat non toksik
dan tidak menimbulkan reaksi alergi terhadap penggunaan obat secara topikal.
Selain itu Aqupec HV-505 dapat menghasilkan viskositas yang tinggi pada
konsentrasi rendah serta bekerja secara efektif pada kisaran pH yang luas
negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering
penyebab infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (Gholib dan Darmono, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut dibuat sediaan gel dari ekstrak etanol daun
jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan berbagai konsentrasi dan uji
Trichophyto sp.
b. Apakah ekstrak etanol daun jambu mete dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan gel?
c. Bagaimana aktivitas antijamur sediaan gel dari ekstrak etanol daun jambu
3
1.3 Hipotesis
b. Ekstrak etanol daun jambu mete dapat diformulasi dalam bentuk sediaan
gel.
c. Sediaan gel dari ekstrak etanol daun jambu mete mempunyai aktivitas
Trichophyton sp.
Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil guna dari daun
jambu mete yang dapat digunakan sebagai sediaan gel. Selain itu dapat
memberikan informasi tentang ekstrak etanol daun jambu mete yang bersifat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
(Sumatera), jambu mede, jambu mete, jambu mente, jambu siki, jambu dwipa,
jambu jipang, nyambu monyet (Jawa), nyambuk nyebet (Nusa Tenggara Barat),
(Kalimantan), jambu dare, jampu sereng, jampu tapesi (Sulawesi), buwa yaki
2000).
5
2.1.3 Morfologi tumbuhan
Pohon tinggi 8-12 m, memiliki cabang dan ranting yang banyak. Batang
tunggal, bertangkai, panjang 4-22,5 cm, lebar 2,5-15 cm. Helaian daun berbentuk
bulat telur sungsang, tepi rata, pangkal runcing, ujung rompang dengan lekukan
daun pelindung berbentuk bulat telur dengan panjang 4-55 mm dan berwarna
hijau muda. Mahkota bunga berbentuk runcing, saat masih muda berwarna putih
setelah tua berwarna merah. Bunga berumah satu memiliki bunga betina dan
akan menggelembung menjadi buah semu yang lunak, seperti buah peer, berwarna
mengandung air, dan berserat. Biji bulat panjang, melengkung, pipih, warnanya
coklat tua. Akarnya berupa akar tunggang dan berwarna cokelat (Dalimartha,
2000).
Kulit kayu mengandung tanin yang cukup banyak, asam galat, dan gingkol
senyawa fenol, kardol, dan metil kardol. Buah mengandung protein, lemak,
vitamin (A, B dan C), kalsium, fosfor, besi dan belerang (Dalimartha, 2000).
6
2.1.5 Penggunaan tumbuhan
penurun kadar glukosa darah (Dalimartha, 2000), sebagai obat untuk diare,
psoriasis, dyspepsia, batuk (Doss dan Thangavel, 2011), selain itu daun jambu
(Sulistyawati dan Mulyati, 2009). Biji dapat digunakan sebagai penawar racun
gigitan ular, kulit biji mengandung asam anakardat yang telah digunakan secara
luas untuk mengobati pembengkakan gusi yang disebabkan oleh bakteri gram
2.2 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut menggunakan pelarut cair. Simplisia
yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif
minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Mengetahui senyawa aktif yang
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
7
2.2.1 Metode ekstraksi
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
2. Cara panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
b. Soxhletasi
8
Soxletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
c. Digesti
40-50C.
d. Dekok
Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan
2.3 Gel
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel yang mempunyai massa terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase
(misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Gel sistem dua fase, jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
9
- Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
higroskopis, tidak berbau dan tidak berasa. Konsentrasi yang digunakan sebagai
2.3.2.2 Trietanolamin
sampai kuning pucat dan memiliki bau amoniak yang lemah, bersifat sangat
higroskopis, dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan
2.3.2.3 Gliserin
Gliserin memiliki ciri-ciri: larutan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, kental,
10
berwarna, manis, kental dan hampir tidak berbau. Propilen glikol larut dalam
Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;
tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air,
dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam
eter; larut dalam air 80C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02% -
2.4 Jamur
ciri spesifik yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai
klorofil, dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual, beberapa jamur
organik dan oksigen untuk pertumbuhannya. Semua fungi memperoleh zat gizi
organiknya dengan absorpsi. Jamur mendapat zat gizinya dari berbagai sumber.
Sebagian besar jamur adalah parasit yaitu mendapatkan nutrisi dengan menyerap
zat gizi dari badan pejamu hidup, sebagian jamur adalah saprofit yaitu
mendapatkan nutrisi dengan menyerap zat gizi dari materi organik mati, dan ada
jamur yang mutualis yaitu dapat menyerap zat gizi dari pejamu, tetapi juga
11
Lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan jamur.
Jamur tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak
gula dengan tekanan osmotik tinggi dan kondisi asam yang tidak menguntungkan
bagi pertumbuhan bakteri. Jamur tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas,
(Pratiwi, 2008).
Jamur terdiri dari thallus yang tersusun dari filamen bercabang yang
disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Hifa tumbuh dari spora
yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ yang akan tumbuh terus
pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari
kedua induknya. Pada pembelahan, sel akan membagi diri membentuk dua sel
yang sama besar, sedangkan pada pertunasan (budding), sel anak tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel induk. Spora jamur dibentuk dari hifa udara atau hifa
aerial hypae, dan spora jamur dapat berupa spora seksual ataupun spora aseksual.
Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu jamur. Bila spora aseksual
bergerminasi, spora tersebut akan menjadi jamur yang secara genetik identik
12
dengan induknya. Spora seksual dihasilkan dari dua inti dengan tipe seks yang
Filum : Ascomycota
Kelas : Euteromycota
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
kasar. Spesies ini membentuk banyak makrokonidia yang terdiri dari 8-15 sel,
berdinding tebal dan sering kali mempunyai ujung-ujung yang melengkung atau
Filum : Ascomycota
Kelas : Euteromycota
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton sp
13
Trichophyton sp memiliki makronidia yang berdinding halus dan
kulit, dan kuku. Penyakit yang disebabkan Trichophyton sp antara lain Tinea
pedis yang berlokasi di antara jari-jari kaki, Tinea cruris yang berlokasi di lipatan
paha, Tinea barbae yang berlokasi di rambut janggut, dan Tinea unguium yang
berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme.
kategori, yaitu:
1. Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
1. Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu
yang ingin diisolasi. Contohnya: Manitol salt agar, Potato dextrose agar
14
2. Media diferensial adalah media yang digunakan untuk membedakan
a. Cara difusi
pencetak lubang yang diletakkan pada media agar padat yang telah dicampurkan
dengan mikroba uji dan zat yang bersifat antimikroba diteteskan ke dalam
diamati adanya area (zona) jernih di sekitar pencadang yang menunjukkan tidak
b. Cara dilusi
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari zat antimikroba. Metode ini
menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah mikroba
uji. Tabung diuji dengan zat antimikroba yang telah diencerkan secara serial. Seri
tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 24 jam dan diamati terjadinya
kekeruhan pada tabung. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih
diinokulasikan pada media agar padat, diinkubasikan pada suhu 36oC selama
18-24 jam. Lalu diamati ada tidaknya mikroba yang tumbuh (Dzen, dkk., 2003).
15
BAB III
METODE PENELITIAN
aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum
kertas, pembuatan sediaan gel serta evaluasi formula yang meliputi: pemeriksaan
stabilitas fisik sediaan, uji iritasi sediaan, dan pengujian aktivitas antijamur
antijamur yang diukur adalah zona hambatan pertumbuhan jamur oleh gel ekstrak
etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum canis dan Trichophyton sp.
3.1 Alat
Halo Vis-10), Laminar airflow cabinet (Astec HLF 1200 L), oven (Gallenkomp),
jarum ose, bunsen, mikro pipet (Eppendorf), pipet tetes, bola karet, aluminium
16
foil, kertas perkamen, tissu, pencadang kertas, cawan petri, kapas steril, jangka
3.2 Bahan
daun jambu mete (Anacardium occidentale L), media potato dextrose agar
(PDA), natrium klorida, jamur uji: Microsporum canis dan Trichophyton sp,
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang masih
segar, yang diambil dari Desa Muliorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Sebanyak 2,5 kg daun jambu mete yang telah dikumpulkan dicuci bersih
setelah kering kemudian ditimbang sebagai berat kering yaitu 840 g selanjutnya
simplisia diserbuk dan disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat,
17
3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete
etanol 70%. Sebanyak 500 g serbuk simplisia daun jambu mete dimaserasi dengan
pelarut etanol 70% sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan dibiarkan selama
5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran
dalam bejana dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari,
kemudian dienap tuangkan (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan
dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur tidak lebih
dari 40C dan dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC sampai diperoleh
ekstrak kental.
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121C selama
15 menit. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan lampu Bunsen (Lay, 1994).
Bacto-dextrose 20 g
Bacto-agar 15 g
18
Cara pembuatan:
serbuk PDA, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit (Oxoid,
2013).
Cara Pembuatan:
Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dalam air suling
steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna,
steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan membeku pada posisi
jarum ose steril, lalu diinokulasikan pada permukaan media potato dextrose agar
miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu
19
3.7.2 Pembuatan stok kultur jamur Trichophyton sp
ose steril, lalu diinokulasikan pada permukaan media potato dextrose agar miring
Koloni jamur diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu
Koloni jamur diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu
3.9 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Dengan
Berbagai Konsentrasi
ditambahkan DMSO hingga volume total 10 ml dan diaduk hingga larut dan
diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mg/ml; 300 mg/ml; 200 mg/ml; 150
20
3.10 Pengujian Aktivitas Antijamur Terhadap Ekstrak Etanol Daun Jambu
Mete
jambu mete dengan berbagai konsentrasi. Pengujian ini dilakukan dengan metode
setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45
50oC, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan
suspensi jamur tercampur rata dan biarkan media memadat. Pada media yang
telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas yang telah direndam ekstrak
etanol daun jambu mete dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada
setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45-
50oC, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan
suspensi jamur tercampur rata dan biarkan media memadat. Pada media yang
telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas yang telah direndam ekstrak
etanol daun jambu mete dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada
21
3.11 Pembuatan Formula Sediaan Gel
Aqupec HV 505 1g
Trietanolamin 2g
Gliserin 30 g
Propilenglikol 5g
Aqupec HV 505 1g
Trietanolamin 4g
Gliserin 30 g
Propilenglikol 5g
Cara pembuatan:
Aqupec HV505 sebagai basis gel dikembangkan dengan air suling panas
505 yang telah dikembangkam lalu digerus hingga homogen. Gliserin dan
metil paraben yang dilarutkan dengan air panas, digerus hingga homogen, lalu
dicukupkan dengan air suling sedikit demi sedikit hingga 100 g dan digerus
22
3.11.2 Komposisi formula
Komposisi formula gel ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat pada
Tabel 3.1 Komposisi formula gel ekstrak etanol daun jambu mete
Keterangan:
B = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
b. Formula II
daun jambu mete ditambahkan 87,5 g basis gel sambil digerus sampai homogen.
c. Formula III
dan viskositas serta uji iritasi pada kulit. Evaluasi biologi meliputi penentuan
23
aktivitas antijamur sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur
pencadang kertas.
ditutup bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah
selesai dibuat. Bagian yang diamati berupa perubahan warna, bentuk, dan bau dari
sediaan (Ansel, 2008). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke
Cara: Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butirbutir yang kasar (Ditjen POM, 1979).
12.
standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan hingga 100 ml air suling, kemudian
24
(Rawlins, 2003). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8,
sediaan hingga dalam tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 3 dan spindel
terbaca dengan nilai faktor yaitu 1000 (Djajadisastra, dkk., 2007; Voight, 1994).
12.
Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan cara uji tempel
terbuka (open test). Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan
pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas
tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam
sebanyak 2 kali sehari selama dua hari berturut-turut. Reaksi iritasi positif ditandai
oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian
dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal
(++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda (-)
25
3.13 Uji Aktivitas Antijamur Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete
sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete yang dilakukan dengan metode difusi
setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45
50oC, selanjutnya cawan digoyang agar media dan suspensi jamur tercampur rata.
Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas, sebanyak 0,1
ml gel ekstrak etanol daun jambu mete dimasukkan ke dalam pencadang kertas,
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20 250C selama 48 jam, setelah
setelah itu dituang media potato dextrose agar sebanyak 20 ml dengan suhu 45
50oC, selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja agar media dan
suspensi jamur tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa
pencadang kertas, sebanyak 0,1 ml gel ekstrak etanol daun jambu mete
pada suhu 20 250C selama 48 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan
sorong.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil maserasi dari 500 g serbuk daun jambu mete dengan pelarut etanol
4.2 Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete
Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete dapat dilihat
Tabel 4.1 Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete
27
Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
Trichophyton sp, ini terlihat dengan adanya zona jernih di sekitar pencadang.
Penelitian ini menggunakan metode difusi agar dengan cara mengukur daerah
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu mete efektif untuk menghambat
Hasil uji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun jambu mete yang
efektif pada jamur Microsporum canis dengan konsentrasi 100 mg/ml dengan
100 mg/ml dengan diameter 14,6 0,2 mm. Hasil uji aktivitas antijamur
memenuhi syarat menurut Ditjen POM (1995), suatu zat dikatakan memiliki daya
sampa 16 mm. Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun jambu mete dapat
Hasil uji stabilitas organoleptis ekstrak etanol daun jambu mete tidak
visual pada suhu kamar selama 12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4
28
minggu. Hasil pemeriksaan organoleptis gel dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut
ini.
Tabel 4.2 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan gel ekstrak
etanol daun jambu mete
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
b = baik
bn = bening
ck = coklat kehitaman
bk = bau khas (daun jambu mete)
jambu mete tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Seluruh gel
stabil.
4.3.2 Pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
29
Tabel 4.3 Data pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak etanol daun jambu
mete
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
h = Homogen
kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen (Ditjen POM,
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
30
Berdasarkan pengukuran pH dari masing-masing formula selama
sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete menurun dengan bertambahnya waktu
penyimpanan. Hasil uji stabilitas terhadap pH sediaan gel baik blanko maupun
sediaan gel dari ekstrak etanol daun jambu mete menunjukkan pH sediaan tetap
stabil pada penyimpanan karena masih berada dalam rentang pH kulit yaitu antara
4.3.4 Pemeriksaan viskositas sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
brookfield spindel 64 speed 3. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Data viskositas sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
* = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran
semakin besar jumlah penambahan ekstrak etanol daun jambu mete semakin kecil
minggu. Perubahan nilai viskositas pada sediaan diduga karena adanya pengaruh
dari penambahan ekstrak daun jambu mete. Sebab lain yaitu kelembaban udara di
31
ruang penyimpanan dan kemasan yang kurang kedap, yang dapat menyebabkan
gel menyerap air dari luar, sehingga menambah volume air dari formula
4.3.5 Uji iritasi sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
dengan cara uji terbuka. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan,
gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi
perlakuan selama dua hari berturut-turut. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6 Data hasil uji iritasi sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete
Sukarelawan
Pengamatan Sediaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kulit F0 - - - - - - - - - - - -
kemerahan FI - - - - - - - - - - - -
FII - - - - - - - - - - - -
FIII - - - - - - - - - - - -
Kulit gatal- F0 - - - - - - - - - - - -
gatal FI - - - - - - - - - - - -
FII - - - - - - - - - - - -
FIII - - - - - - - - - - - -
Kulit F0 - - - - - - - - - - - -
bengkak FI - - - - - - - - - - - -
FII - - - - - - - - - - - -
FIII - - - - - - - - - - - -
Keterangan:
F0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI : Formula ekstrak etanol daaun jambu mete 10%
FII : Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII : Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Terjadi reaksi
32
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan, tidak terlihat adanya
reaksi seperti kemerahan, gatal-gatal maupun bengkak pada kulit dari setiap
formula, hal ini menunjukkan bahwa seluruh sediaan aman untuk digunakan.
4.3.6 Uji aktivitas antijamur gel ekstrak etanol daun jambu mete terhadap
jamur Microsporum canis dan Trichophyton
Tabel 4.7 Data hasil Uji aktivitas antijamur gel ekstrak etanol daun jambu mete
terhadap jamur Microsporum canis dan Trichophyton
Diameter daerah hambatan (mm)*
Sediaan Microsporum canis Trichophyton
Minggu ke-0 Minggu ke-12 Minggu ke-0 Minggu ke-12
F0 - - - -
FI 15,4 0,15 14,5 0,1 15,2 0,21 14,4 0,06
FII 17,0 0,2 15,2 0,15 16,5 0,06 14,7 0,1
FIII 18,3 0,06 15,7 0,25 17,8 0,15 15,1 0,15
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
* = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran
- = Tidak ada hambatan
Hasil uji aktivitas antijamur dari seluruh gel ekstrak etanol daun jambu mete
minggu, walaupun demikian daya hambat seluruh gel ekstrak daun jambu mete
masih diperoleh dalam batas hambat yang baik karena diameter daerah hambatan
Hasil uji aktivitas antijamur dari seluruh gel ekstrak etanol daun jambu mete
didapat bahwa seluruh gel ekstrak etanol daun jambu mete lebih efektif terhadap
jamur Microsporum canis daripada jamur Trichophyton sp. Data diameter daya
hambat sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete pada minggu ke-0 dan
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol daun jambu mete telah mempunyai aktivitas antijamur yang
efektif pada konsentrasi 100 mg/ml karena memberikan diameter zona hambat
rata-rata 15,1 0,10 mm terhadap jamur Microsporum canis dan 14,6 0,2 mm
Ekstrak etanol daun jambu mete diformulasikan dalam bentuk sediaan gel
dengan konsentrasi 10%, 12,5%, 15% dan stabil pada penyimpanan selama 12
minggu.
Gel dari ekstrak etanol daun jambu mete telah memiliki aktivitas antijamur
yang telah efektif pada konsentrasi 100 mg/ml karena memberikan diameter zona
hambat rata-rata 15,40 0,15 mm terhadap jamur Microsporum canis dan 15,2
5.2 Saran
formulasi dari ekstrak etanol daun jambu mete dengan bentuk sediaan yang lain
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M., Sumiwi S.A., dan Hendrayana, J. (2009). Formulasi Ekstrak Daun
Sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) Dengan Basis Gel Sebagai
Antiinflamasi. Jurnal Farmasi Indonesia. 4(4): 199-209.
Dahake, A.P., Vishal D.J., dan Arun B.J. (2009). Antimicrobial Screening of
Different Extract of Anacardium occidentale Linn. Leaves. International
Journal of ChemTech Research. 1(4): 856-858.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 10-11.
Djajadisastra, J., Munim, A., dan Dessy, N.P. (2007). Formulasi Gel Topikal dari
Ekstrak Nerii folium dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal Farmasi
Indonesia. 4(4): 210-216.
Doss, V. K., dan Thangavel, K.P. (2011). Antioxidant and Antimicrobial Activity
Using Different Extracts Of Anacardium Occidentale L. IJABPT volume
2: Issue 3.
35
Gholib, D., dan Darmono. (2008). Pengaruh Ekstrak Lengkuas Putih (Alpinia
galanga L) terhadap Infeksi Trichophyton mentagrophytes pada Kelinci.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 6(2): 57-62
Jaiswal, Y.S., Tatke, P.A., Gabhe, S.Y., dan Vaidya, A. (2010). Antioxidant
Activity of Various Extracts of Leaves of Anacardium Occidentale
(Cashew). Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences. 1(4):112.
Jayalakshmi, B., Raveesha, K.A., dan Amruthesh, K.N. (2011). Phytochemical
Investigations and Antibacterial Plants Against Pathogenic Bacteria.
Journal Of Applied Pharmaceutical Science. 01(05): 124-128
Kusrini, D., dan Ismardiyanto, M. (2003). Asam Anakardat dari Kulit Biji Jambu
Mete (Anacardium Occidentale L) yang Mempunyai Aktivitas Sitotoksik.
JSKA. 4(1): 1-4.
Oxoid. (2013). The Oxoid Manual of Culture Media, Ingredients and Other
Laboratory Service. Edisi ke-5. Basingstoke: Oxoid Ltd. Hal. 32,64.
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 23,
39 41, 111-117.
Putra, W.S. (2013). 68 Buah Ajaib Penangkal Penyakit. Yogyakarta: Kata Hati.
Hal. 83.
36
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th ed Washington D.C: Pharmaceutical Press. Hal. 110-114,
283, 441, 592, 754.
Soebagio, B., Rusdiana, T., dan Kairudin. (2007). Pembuatan Gel dengan Aqupec
HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa, L.) sebagai
Antioksidan. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Sulistyawati, D., dan Mulyati, S. (2009). Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun
Jambu Mete (Anacardium occidentale, L.) Terhadap Candida albicans.
Biomedika: Vol. 2: 47-51.
Tedong, L., Dimo. T., Kamtchouing, P. (2007). Acute and Subchronic Toxicity Of
Anacardium Occidentale Linn (Anacardiaceae) Leaves Hexane Extract In
Mice. Afr. J. Trad. CAM (2007) 4 (2): 140 147.
37
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
38
Lampiran 2. Gambar tumbuhan jambu mete (Anacardium occidentale L.)
39
Lampiran 3. Gambar sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete minggu
ke-0
B FI FII FIII
B FI FII FIII
Keterangan:
B = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
40
Lampiran 4. Gambar sediaan gel ekstrak etanol daun jambu mete minggu ke-12
B FI FII FIII
B FI FII FIII
Keterangan:
B = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
41
Lampiran 5. Gambar hasil uji homogenitas
B FI FI FIII
Keterangan:
B = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
42
Lampiran 6. Gambar hasil uji aktivitas ekstrak etanol daun jambu mete
(Anarcadium occidental L.) terhadap jamur Microsporum canis dan
Trichophyton sp
12,5% 15%
Blanko
10%
10%
15%
Blanko
12,5%
Keterangan:
A: Hasil uji aktivitas ekstrak etanol daun jambu mete (Anarcadium occidental L.)
terhadap jamur Microsporum canis
B: Hasil uji aktivitas ekstrak etanol daun jambu mete (Anarcadium occidental L.)
terhadap jamur Trichophyton sp
43
Lampiran 7. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh ekstrak etanol
daun jambu mete
44
Lampiran 8. Gambar hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete
terhadap jamur Microsporum canis
FII
FI
F0
FI
FII FII
F0
FI
B
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
A = Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Terhadap
Jamur Microsporum canis pada minggu ke-0
B = Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete Terhadap
Jamur Microsporum canis pada minggu ke-12
45
Lampiran 9. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh gel ekstrak
etanol daun jambu mete terhadap jamur Microsporum canis pada
minggu ke-0 dan minggu ke-12
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D*
F0 - - - - - - - -
FI 15,6 15,3 15,4 15,4 14,5 14,6 14,4 14,5
FII 17,2 17,0 16,8 17,0 15,3 15,2 15,0 15,2
FIII 18,4 18,3 18,3 18,3 16,0 15,8 15,5 15,7
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
46
Lampiran 10. Gambar hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete
terhadap jamur Trichophyton sp
FIII
F0
FI
FII
FI
FIII
F0
FII
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
A = Hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur
Trichophyton sp pada minggu ke-0
B = Hasil uji aktivitas gel ekstrak etanol daun jambu mete terhadap jamur
Trichophyton sp pada minggu ke-12
47
Lampiran 11. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh gel ekstrak
etanol daun jambu mete terhadap jamur Trichophyton pada
minggu ke-0 dan minggu ke-12
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D*
F0 - - - - - - - -
FI 15,0 15,3 15,4 15,2 14,5 14,4 14,5 14,4
FII 16,6 16,5 16,5 16,5 14,8 14,7 14,6 14,7
FIII 17,7 17,8 18,0 17,8 15,3 15,2 15,0 15,1
Keterangan:
F0 = Formula tanpa ekstrak etanol daun jambu mete
FI = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 10%
FII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 12,5%
FIII = Formula ekstrak etanol daun jambu mete 15%
48
49
50
Lampiran 13. Gambar pH Meter
51