Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatau kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang bilogis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindaka atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamatai langsung,
maupun tidak langsung dapat diamati oleh pihak luar. (Soekidjo
Notoatmodjo,2007)

B. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons eorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok. (Soekidjo Notoatmodjo,2007)
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari 3 aspek yaitu:
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam kedaan
sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan

6
relatif, maka dari itu orang yang sehat pu perlu diupayakan supaya
mencpai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi
sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan sesorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersbut.(Soekidjo Notoatmodjo,2007)
2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau asilitas pelayananan
kesehatan, atau sering disebut perlaku pencarian pengobatan (health
seeking behaviour).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di
mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan
ke luar negeri.(Soekidjo Notoatmodjo,2007)
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana
seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatan sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaiamna
mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembunagan sampah,
pembuangan limbah dan sebagainya.(Soekidjo Notoatmodjo,2007)
Perilaku kesehatan di klasifikasikan menjadi 3, yakni
a. Perilaku hidup sehat, Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannnya
b. Perilaku illness, Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengatahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan
sebagainya.

7
c. Perilaku peran sakit, Dari segi sosiologis, orang sakit (pasien)
mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan
kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini
harus diktahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutam
keluarganya), yang selanjutnya disebut perlaku peran orang sakit (the
sick role).
C. Domain perilaku
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
a. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidk didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yakni.
1) Awaraness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam art
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
2) Interest, yakni prang muali tertarik kepada stimulus,
3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi,
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

8
Namun demikian, dari penelitian selajutnya Rogers
mnyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
b. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunya 6
tingkatan.
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mebgukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan
kalori dan protein pada anak balita.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan tuntuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diktehui dan dapat
menginterpetasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa haru makan makanan yang bergizi.

9
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartika sebagai keamampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistic dalam perhitunga-perhitngan hasil
penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatus truktur organsasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampun analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
sperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemapuan untuk menysusn formulasi baru dari
formulasiformulasi yang ada. Mislanya, dapat menyusun,
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap sutu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

10
2. Sikap
Sikap meruapakan reaksi atau repons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain
tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.
An individuals social attitude is a syndrome of respons consistency
with regard to social object (Campbell, 1950)
A mental and neural state of rediness, organized through
expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the
individuals response to all objects and situation with which it is related
(Allport, 1954)
Attitude entails an existing predisposition to response to social
objects which in interactional variables, guides and direct the overt
behaviour of the individual (Cardno, 1955).
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa
manifestasisika itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesedihan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
prdisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

11
3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
mendapat konfirmasi dari suaminya dan fasilitas imunisasi yang mudah
dicapai agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,
misalnya dari suami istri, orang tua atau mertua dan lain-lain. Praktik
mempunyai beberpa tingakatan.
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah meruapakan praktik tingkat pertama.
Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tingi bagi
anak balitanya.
2. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai denga urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari
cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup
pancinya dan sebagainya.
3. Mekanisme
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dnegan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencpai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayinya apad umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi (adoption)
Adapatasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berekembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih

12
dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan
yang murah dan sederhana.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberaa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara lagsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.

D. Pengertian kanker payudara


Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh
melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kalenjar,
saluran kalenjar dan jaringan menunjang payudara termasuk kulit (DEPKES
RI. 2009)

E. Epidemiologi kanker payudara


Setiap 2 dari 10.000 perempuan di dunia diperkirakan akan mengalami
kanker payudara setiap tahunnya. Kanker payudara merupakan salah satu
penyebab utama kematian diakibatkan kanker pada perempuan di seluruh
dunia. (DEPKES RI. 2009).
Kanker payudara merupakan penyebab utama dalam insidens dan
kematian oleh kanker pada wanita. Insidensi berdasar Age Standardized Ratio
(ASR) tahun 2000 kanker payudara sebesar 20,6 (20,6/100.000 penduduk) dan
mortality (ASR) tahun 2000 akibat kanker payudara di Indonesia sebesar 10,1
(10,1/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian akibat kanker payudara
sebesar 10.753. Tahun 2005 diperkirakan mortality (ASR) sebesar

13
10,9/100.000 penduduk dengan jumlah kematian akibat kanker payudara
sebanyak 12.352 orang. (DEPKES RI. 2009).

F. Factor risiko kanker payudara


Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian,
riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan resiko pada
individu tertentu, yang meliputi; Penyebab pasti kanker payudara sampai saat
ini belum diketahui. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial yaitu
banyak faktor yang terkait satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor risiko
yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah :
1. Usia
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia.
Berdasarkan penelitian American Cancer Society tahun 2006 diketahui
usia lebih dari 40 tahun mempunyai risiko yang lebih besar untuk
mendapatkan kanker payudara yakni 1 per 68 penduduk dan risiko ini
akan bertambah seiring dengan pertambahan usia yakni menjadi 1 per 37
penduduk usia 50 tahun, 1 per 26 penduduk usia 60 tahun dan 1 per 24
penduduk usia 70 tahun. Kanker payudara juga ditemukan pada usia <40
tahun namun jumlahnya lebih sedikit yakni 1 per 1.985 penduduk usia 20
tahun dan 1 per 225 penduduk usia 30 tahun.22 Data American Cancer
Society (2007) melaporkan 70% perempuan didiagnosa menderita kanker
payudara di atas usia 55.
2. Jenis Kelamin
Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada pria
juga dapat terjadi kanker payudara, namun frekuensinya jarang hanya kira-
kira 1% dari kanker payudara pada wanita.

14
3. Factor Reproduksi
Rasjidi (2009, h. 56-58) menyatakan faktor reproduksi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel kanker payudara antara lain adalah:
a. Usia menarche dan siklus menstruasi
Menarche dini pada usia yang lebih muda (12 tahun) terdapat
peningkatan resiko terjadinya kanker payudara, dan kejadian ini
semakin kuat apabila terjadi pada wanita dengan berat badan yang
rendah (BMI = <22kg/m2). Menopause yang terlambat turut
meningkatkan kanker payudara.
b. Usia kehamilan
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia mereka pada saat kehamilan pertama. Ini
diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada
payudara yang diinduksi oleh kehamilan sehingga membuat sel-sel ini
lebih peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik.
c. Paritas
Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nulipara
mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibanding
denga wanita yang multipara. Level hormone dalam siklus yang tinggi
selama kehamilan menyebabkan diferensiasi dari the terminal duct-
lobular unit (TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses
transformasi kanker payudara.
d. Menyusui
Selama proses menyusui menimbulkan efek protekti terhadap kanker
payudara, hal ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan
sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
4. Riwayat Kanker Keluarga
Rasjidi (2009, h.55) menyatakan pada masyarakat umum yang tidak dapat
memeriksa gen dan faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada
keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara,
adalah:

15
a. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium.
b. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kankerpayudara
atau ovarium usia dibawah 40 tahun.
c. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan
ovarium.
d. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
e. Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.
5. Factor endokrin
Rasjidi (2009, h. 58-62) menyatakan faktor endokrin yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel kanker adalah:
a. Faktor endogen
Telah diketahui bahwa salah satu faktor yang penting dalam
pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormone
endogen selama hidupnya. Faktor-faktor seperti menstruasi dini
(sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut (setelah usia
55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam pertumbuhan
kanker payudara. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat
mempengaruhi karsinogenesis. Hormon dapat mengendalikan atau
dapat menambah pertumbuhan tumor. Dasar pemberian terapi
hormone dan beberapa terapi pembedahan hipofisektomi dan
ooforektomi adalah prinsip karsinogenesis. Juga telah terbukti bahwa
jaringan yang responsif terhadap endokrin seperti payudara,
endometrium, dan prostat tidak memperoleh kanker, kecuali jika
distimulasi oleh growth promoting hormone
b. Faktor eksogen
1) Kontrasepsi oral
Beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan
dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita
paramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa
pascamenopause.

16
2) Terapi sulih hormone
Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi suli hormon
(TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. TSH pada
wanita pasca menopause dapat meningkatkan resiko kanker
payudara sebesar 30-40%.
3) Densitas payudara
Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak,jaringan ikat dan
epitel pada payudara. Payudara dengan proporsi jaringan lemak
yang tinggi mempunyai densitas yang lebih rendah. Kanker akan
lebih mudah di deteksi pada payudara yang mempunyai densitas
lebih tinggi.
4) Intake alcohol.
Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara dengan
intake alkohol lebih kuat didapat pada wanita post menopause, hal
ini dikarenakan alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang
akan merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara
(insuline-like growth factor).
5) Obesitas
Peningkatan berat badan wanita pasca menopause
meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Setelah menopause,
ketika ovarium berhenti memproduksi hormone esterogen, jaringan
lemak merupakan tempat utama dalam memproduksi esterogen
endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih dan
BMI yang tinggi mempunyai level esterogen yang tinggi. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa kemungkinan wanita yang
mengkonsumsi tinggi lemak untuk terkena kanker payudara akan
lebih tinggi dibandingkan mereka yang banyak mengkonsumsi
makanan rendah lemak. (Zaviera pamungkas. 2011)
Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan
individu dengan konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi
dari yang tidak obesitas dan yang tidak sering mengkonsumsi

17
makanan tinggi lemak. Risiko ini terjadi karena jumlah lemak yang
berlebihan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam darah
sehingga akan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
6) Lesi
Lesi dan tumor benigna tertentu mempunyai kecenderungan untuk
menjadi maligna. Kanker dapat di cegah jika lesi dan tumor yang
benigna dapat diketahui dan diobati dengan cepat atau dini.

G. Klasifikasi dan stage kanker payudara


Rasjidi (2009, h.65-67) menyatakan staging kanker sesuai dengan
Sistem Tumor Nodus Metastasia (TNM) AJCC Cancer Staging Manual adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi TNM Kanker Payudara berdasarkan AJCC
Cancer Staging Manual, 6th edition
Klasifikasi Defenisi
Tumor primer ( T )
Tx Tumor primer tidak didapatkan
To Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma In Situ
Tis ( DCIS ) Ductal Karsinoma In Situ
Tis ( LCIS ) Lobular Karsinoma In Situ
Tis (paget ) Pagets Disease tanpa adanya tumor
TI Ukuran tumor < 2 cm
TImic Mikroinvasif > 0,1 cm
Tia Tumor > 0,1- <0,5 cm
TIb Tumor > 0,5- < 1 cm
Tic Tumor > 1 - < 2 cm
T2 Tumor > 2 - < 5 cm
T3 Tumor > 5 cm

18
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya
perlekatan padaa dinding thoraks atau kulit.
T4a Melekat pada dinding dada,tidak termasuk M.pectoralis
T4b major.
Edema ( termasuk peau dorange ) atau ulserasi padaa
T4c kulit,atau adana nodul satelit pada paudara.
T4d Gabungan antara T4a dan T4b
Kelenjar limfe Inflammatory carcinoma
Regional ( N )
Nx
No Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
NI Tidak ada metaanastasis pada kelenjar limfe
N2 Metaanastasis pada kelenjar aksilla ipsilateral,bersifat
N3 mobile
Metaanasis pada kelenjar limfe aksilla ipsilateral,tidaak
Metaanastasis (M) dapat digerakkan
Mx Metaanastasis pada kelenjar limfe infraclavicural atau
Mo mengenai kelenjar mamae interna aataau kelenjar limfe
MI supraclavicular.
Metaanastasis jauh tidak didapatkan
Tidak ada bukti adanya metaanastasis
Didapatkan metaanastasis yang telah mencapai organ

19
Tabel 2.2
Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan
AJCC Cancer Staging Manual, 6th edition

Stadium Ukuran tumor Metaanastasis Metaanastasis jauh


kelenjar limfe
0 Tis N0 M0
I TI N0 M0
IIa T0 NI M0
T1 NI M0
T2 N0 M0
IIb T2 NI M0
T3 N0 M0
IIIa T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 NI.N2 M0
IIIb T4 N apapun M0
T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun MI
TNM : Tumor Nodus Metastasis

Keterangan:
1. Stage 0
Tahap sel kanker payudara tetap didalam kelenjar payudara, tanpa invasi
ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
2. Stage I
Tumor 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening
normal).

20
3. Stage IIa
Tumor tidak ditemukan pada payudara tetapi sel-sel kanker di temukan di
kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang
dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak (aksiler), atau tumor
yang lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
4. Stage IIb
Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5
cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan
dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tetapi belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
5. Stage IIIa
Tidak di temukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah
bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau
tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya,
atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening dekat tulang dada.
6. Stage IIIb
Tumor denga ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan atau
kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak yang melekat dengan struktur lainnya, atau mungkin kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening di tulang dada. Kanker payudara
inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIb.
7. Stage IIIc
Ada atau tidak adanya kanker dipayudara atau mungkin telah menyebar ke
dinding dada dan atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan
kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke
kelenjar geteah bening di dekat tulang dada.

21
8. Stage IV
Kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.

H. Pemeriksaaan payudara sendiri (SADARI)


1. Pengertian
Deteksi dini kanker payudara ialah usaha untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya
sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetap sesungguhnya
menderita kelainan (Rasjidi 2009, h.5).
2. Tujuan
Deteksi dini bertujuan untuk menemukan adanya dini, yaitu kanker yang
masih dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan mortilitas
kanker (Rasjidi 2009, h.5).
3. Dasar-dasar Mengadakan Deteksi Dini
Rasjidi (2009, h.5-6) menyatakan deteksi kanker didasarkan atas
kenyataan-kenyataan antara lain sebagai berikut:
a. Perjalanan penyakit kanker umumnya mulai dari kanker in situ atau
kanker lokal dalam taraf seluler atau organ. Fase kanker local
umumnya cukup lama sebelum mengadakan invasi keluar organ atau
sebelum mengadakan metastase.
b. Banyaknya kasus kanker yang timbul dari tumor atau lesi pra kanker
yang telah lama ada.
c. Lebih dari 75% kasus kanker terdapat pada organ atau tempat-tempat
yang mydah diperiksa sehingga mudah diketemukan.
d. Penderita kanker umumnya baru datang ke dokter sesudah penyakitnya
dalam stadium lanjut.
e. Hasil pengobatan kanker dini jauh lebih baik dari lanjut. Kanker dini
dapat disembuhkan dan kanker pada stadium lanjut sukar disembuhkan
atau tidak dapat disembuhkan lagi. Makin dini kanker itu ditemukan

22
dan diobati makin baik prognosenya. Pengobatan tumor jinak dan lesi
pra kanker dapat mencegah timbulnya kanker, dan merupakan prevensi
primer terhadap kanker.
f. Penyembuhan kanker secara spontan hampir tidak pernah terjadi.
4. Jenis-jenis deteksi dini
a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan
sekali dalam satu bulan sehingga kita menjadi terbiasa dengan keadaan
payudara. Keterbiasaan ini lebih mudah untuk menemukan perubahan
pada payudara dari bulan ke bulan. Penemuan yang dini perubahan
dari keadaan normal adalah ide dasar dari SADARI. Jika terjadi
menstruasi maka waktu yang terbaik untuk melakukan SADARI
adalah 5-7 hari setelah menstruasi berakhir ketika payudara sudah
menjadi lembut dan tidak membengkak. Jika sudah menopouse maka
pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan. Untuk mendapatkan secara dini
kelainan payudara perlu pemeriksaan yang tepat baik waktu maupun
teknik pemeriksaanya. Sebagai pedoman dapat dipakai berikut ini:
1) Mulai umur 20 tahun, pemeriksaan SADARI tiap bulan.
2) Umur 20-40 tahun, SADARI tiap 3 tahun dan mammografi awal
(usia 35-40 tahun).
3) Usia 40-50 tahun, mammografi tiap 1-2 tahun, SADARI tiap tahun
(tentang riwayat kesehatan dan anjuran dokter).
4) Usia lebih dari 50 tahun, mammografi tahunan dan SADARI
tahunan.
Langkah-langkah untuk melakukan SADARI antara lain adalah:
1) Berdiri didepan cermin dengan badan bagian atas dada terbuka.
Lengan ke bawah, bandingkan payudara kiri dan kanan, besarnya,
garis batas bawah, sama besar dan sama tinggi. Puting susu
(papilla mammae) kiri dan kanan sama tinggi, sama besar dan
sama bentuk Inspeksi kesimetrisan bentuk payudara.

23
2) Berdirilah didepan cermin. Pandanglah kedua payudara terhadap
semua kemungkinan yang tidak biasa, misalnya cairan dari puting,
pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit. Kedua langkah
berikutnya dilakukan untuk menentukan kemungkinan perubahan
pada bentuk dan kelenturan payudara. Ketika melakukannya
hendaknya dengan perasaan otot-otot dada yang mengeras Inspeksi
ada tidaknya perubahan pada payudara.
3) Lebih arahkan perhatian ke cermin, tangkupkan kedua tangan di
belakang kepala dan tekan tangan ke depan. Lengan di atas kepala,
bandingkan payudara kiri dan kanan, bentuk dan putting susu,
kadang-kadang dalam gerak ini benjolan tumor (kanker) juga dapat
dilihat bergerak di bawah kulit Melihat ada tidaknya massa di
sekitar payudara.
4) Lalu, tekankan tangan secara lembut di pinggul, membungkuklah
sedikit ke arah cermin bersamaan dengan menarik pundak dan siku
ke depan
5) Angkatlah lengan kiri, pergunakanlah 3-4 jari tangan kanan untuk
memeriksa payudara kiri secara lembut, hati-hati dan secara
menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari
tangan membentuk suatu lingkaran-lingkaran kecil, dan pindahkan
lingkaran itu secara lembut seputar payudara. Secara bertahap
lakukan ke arah puting. Yakni untukmencakup seluruh payudara.
Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak,
termasuk bagian ketian sendiri. Rasakan untuk segala ganjalan
yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit
6) Dengan lembut pijit puting dan lihat bila ada cairan keluar.
Lakukan untuk pemeriksaan yang sama untuk payudara kanan. Jika
ada cairan apa saja dari puting baik sewaktu maupun bukan waktu
SADARI segera lakukan pemeriksaan lebih
7) Langkah ke 4 dan 5 hendaknya diulangi dengan posisi berbaring.
Berbaringlah dengan lengan kiri di belakang kepala dan bantal atau

24
lipatan handuk diletakkan di bawah pundak. Pada posisi ini
menyebabkan payudara menjadi lebih rata dan membuat
pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama
seperti pada tahap 4 dan 5. Lakukan pula untuk payudara kanan.
b. Termografi payudara
Termografi adalah deteksi dini kanker payudara yang dilakukan
dengan cara menengkapkeadaan atau aktivitas jaringan payudara
melalui deteksi suhu. Tingkat sensitivitas termografi mencapai 90%
dan riset menunjukkan bahwa termografi mampu mendeteksi sel
kanker 10 tahun lebih dini dibanding alat deteksi lainnya. Kelemahan
dari alat ini adalah tidak mampu menunjukkan lokasi detail dari tumor
yang ada
c. Mammografi
Mammografi adalah metode pendeteksian kanker payudara
menggunakan foto sinar X. Terdapat dua tipe mammografi yaitu,
Screening Mammogram dan Diagnostic Mammogram. Screening
dilakukan untuk pemeriksaan awal pada payudara yang diduga tidak
bermasalah, sedangkan Diagnostic dilakukan untuk pemeriksaan
lanjutan pada payudara yang bermasalah.
d. Ductografi
Prinsip kerja ductografi adalah memeriksa adanya kelainan pada
saluran susu menggunakan foto sinar X. Ductografi tidak dianjurkan
pada penderita yang memiliki kontraindikasi terhadap media kontras
tertentu
e. Biopsy payudara
Biopsy payudara adalah proses pengambilan sampel jaringan
payudara. Prinsip dari biopsy adalah memasukkan jarum kedalam
jaringan payudara pasienuntuk mengambil sampel jaringan, dan
kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap sel jaringan tersebut untuk
mengetahui jenis tumor yang menyerang pasien
f. Ultrasonography payudara

25
Ultrasonography (USG) adalah teknik untuk mendeteksi kelainan
jaringan didalam payudara. USG mampu mendeteksi jaringan yang
abnormal dengan kontras yang bagus. Namun kelemahan USG adalah
tidak mampu mendeteksi penumpukan kalsium dan tidak bisa
mendeteksi sifat dan jenis sel abnormal
g. Clinical Breast Examination (CBE)
Clinical Breast Examination (CBE) di pakai untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi
kanker payudara pada tahap dini sebelum berkembang menjadi tahap
yang lebih lanjut. Prinsip dasar pemeriksaan Clinical Breast
Examination (CBE) adalah dengan menggunakan inspeksi secara
visual dan palpasi untuk menemukan kelainan pada payudara yang
dilakuakan oleh tenaga kesehatan (Rasjidi 2009, h. 79-80).

26

Anda mungkin juga menyukai