DISUSUN
Oleh
M. NASRUL MUSTAIN
NIM. 13222059
A. Latar Belakang
DNA dapat mengalami denaturasi dan renaturasi. Selain itu DNA juga
bisa diisolasi. Isolasi DNA dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara
lain: preparasi esktrak sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi
DNA. Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan
tetapi pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang
berbeda, hal ini karena adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi
DNA dilakukan dengan sampel buah yang berbeda, dapat memberi hasil yang
berbeda pula. Buah dengan kadar air tinggi akan menghasilkan isolat yang
berbeda jika dibandingkan dengan buah berkadar air rendah. Semakin tinggi
kadar air maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit,
sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit (Donata, 2007).
Percobaan isolasi DNA tanaman dan hewan perlu dilakukan karena
isolasi DNA sendiri merupakan teknik esensial dalam biologi molekuler.
Isolasi DNA adalah tahap awal dalam mempelajari DNA sequence yang
spesifik dengan populasi DNA yang lengkap, dan dalam analisa struktur gen
dan ekspresi gen. Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian
terbesar dari DNA berada pada nukleus yaitu organel yang dipisahkan dari
sitoplasma dengan membran. Nukleus terdiri dari 90 % keseluruhan DNA
seluler. Sisa DNA adalah organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Karena DNA terdapat pada nukleus, maka perlu adanya metode pelisisan sel
sampai pemanenan sel. Dimana metode tersebut merupakan bagian dari
metode isolasi DNA. Sel eukariotik memiliki DNA lebih banyak, lengkap
dengan komponen-komponen lain. DNA tanaman dan hewan tersimpan
dalam nukleus yang terbungkus membran (Lubis, 2013).
Akan tetapi, pada kenyataannya terdapat organel-organel bermembran
ganda dalam sitoplasma, termasuk mitokondria baik pada tumbuhan maupun
hewan. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi DNA dari tanaman dan hewan
untuk mengetahui DNA dari tanaman dan hewan tersebut. Dikarenakan
isolasi DNA merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan
merupakan teknik esensial dalam biologi molekuler untuk itulah makalah ini
dibuat.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian isolasi DNA.
2. Mengetahui metode-metode dalam isolasi DNA.
3. Mengetahui tahapan-tahapan dalam isolasi DNA.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penemuan DNA
DNA ditemukan pada tahun 1869 oleh seorang dokter muda Friedrich
Miescher yang percaya bahwa rahasia kehidupan dapat diungkapkan melalui
penelitian kimia pada sel-sel. Ia memilih sel yang terdapat pada nanah untuk
dipelajari dan ia mendapatkan sel-sel tersebut dari bekas pembalut luka yang
diperolehnya dari ruang bedah. Sel-sel tersebut dilarutkan dalam asam encer
dan dengan cara ini diperolehnya inti sel yang masih terikat pada sejumlah
protein. Kemudian dengan menambahkan enzim pemecah protein ia dapat
memperoleh inti sel saja dan dengan cara ekstraksi terhadap inti sel ini ia
memperoleh suatu zat yang larut dalam basa tetapi tidak larut dalam asam.
Pada waktu itu ia belum menemukan rumus kimia dari zat tersebut, sehingga
ia menamakannya nuclein. Sebenarnya apa yang ia peroleh dari ekstrak inti
sel tersebut adalah campuran senyawa-senyawa yang mengandung 30% DNA
(Rian, 2013).
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang anti pararel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan
pasangan basa. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik
dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set
lengkap dari materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan
terorganisasi menjadi kromosom. DNA juga dapat diisolasi, baik pada
manusia maupun tumbuhan. DNA manusia dapat diisolasi melalui darah.
Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih, karena memiliki
nukleus dimana terdapat DNA di dalamnya (Priyani, 2004).
DNA pada organisme tingkat tinggi seperti manusia, hewan dan
tumbuhan terdapat di dalam inti sel, dan beberapa organ lain di dalam sel
seperti mitokondria dan kloroplast. Penyebutan nama DNA juga didasarkan
pada lokasi asalnya. DNA genome inti (nuclear DNA genome) berasal dari
inti sel, DNA genom mitokondria (mitokondria DNA genome) berasal dari
mitokondria, DNA genom kloroplast berasal dari kloroplast. Pada organisme
tingkat rendah, DNA penyusun kromosom dan plasmid dibungkus oleh
dinding sel (pada bakteri) atau dibungkus oleh protein tertentu (pada virus).
Kromosom eukariot berbentuk linear sedangkan kromosom prokariot
berbentuk sirkular. Selain itu prokariot juga mengandung satu atau lebih
plasmid. Plasmid merupakan mulekul DNA sirkular dengan ukuran yang jauh
lebih kecil dibanding kromosom (Rian, 2013).
B. Isolasi DNA
Isolasi DNA pertama kali dilakukan oleh ilmuwan asal Swiss bernama
Friedrich Miescher pada tahun 1869. Ia menemukan senyawa asam yang
mengandung nitrogen dan fosfat pada inti sel dari sel darah putih. Senyawa
ini diberi nama nuklein, namun pada tahun 1889 muridnya yaitu Richard
Altmann menamainya asam nukleat. Metode yang digunakan oleh Miescher
adalah alkalyne lysis untuk memecahkan sel dan mengisolasi DNA (Muladno,
2002).
1. Isolasi DNA Kromosom
Metode ini adalah contoh metode alkalyne lysis. Isolasi kromosom
bakteri dimulai dengan menginokulasi biakan pada media Luria Broth
dengan kondisi 37 C selama 18 jam, lalu suspensi bakteri disentrifugasi
pada 8000 rpm selama 2 menit. Kemudian supernatan dibuang hingga
bersih dan pelet diresuspensi dengan penambahan 400 L bufer Tris-
EDTA 1X. Suspensi bakteri ditambahkan dengan 100 L lisozim 50
mg/mL, selanjutnya diinkubasi dengan kondisi 37 C selama 1 jam dan
setiap 15 menit tabung di-flip. Lalu suspensi bakteri ditambahkan dengan
150 L SDS 10% dan di-flip, serta ditambahkan 10 L Proteinase K 10
mg/mL (Yuwono, 2008).
Selanjutnya suspensi bakteri diinkubasi pada suhu 37 C selama 1
jam dan setiap 15 menit tabung di-flip. Ke dalam suspensi ditambahkan
100 L NaCl 5 M dan 100 L CTAB 10% untuk mengikat protein
sehingga DNA terpisah dari protein, kemudian tabung di-flip. Suspensi
diinkubasi dengan kondisi 65 C selama 20 menit, dan ditambahkan 200
L P:C:I yang terdiri dari phenol yang berfungsi untuk degradasi protein.
Dan juga terdiri dari kloroform untuk degradasi lemak, dan isoamil
alkohol sebagai anti buih. Lalu dibolak-balik. Kemudian suspensi
disentrifugasi 10000 rpm selama 10 menit (Yuwono, 2008).
Sebanyak 500 L lapisan atas diambil dan dipindahkan ke tabung
baru, lalu sebanyak 500 L C:I ditambahkan ke tabung baru. Suspensi
kembali disentrifugasi pada 10000 rpm selama 10 menit, dan lapisan atas
sebanyak 300 L diambil dan dipindahkan ke tabung baru. Selanjutnya
isopropanol dingin sebanyak 300 L ditambahkan ke tabung baru
tersebut. Suspensi diinkubasi dengan kondisi -20 oC selama 1 jam,
kemudian disentrifugasi pada 10000 rpm selama 10 menit. Lalu pelet
ditambahkan dengan 700 L etanol 70% kemudian di-spin selama 10
detik. Etanol dibuang dan tabung dikeringkan dalam inkubator dengan
kondisi 37 C, dan pelet diresuspensi dengan 50 L ddH2O kemudian
diinkubasi dengan kondisi 37 C (Yuwono, 2008).
2. Isolasi DNA Plasmid
Sebanyak 1,5 mL garam fisiologis untuk menjaga tekanan isotonis
dimasukkan ke tabung mikro lalu biakan sebanyak setengah cawan
bakteri diambil dan dilakukan pengadukan. Tabung mikro disentrifugasi
6000 rpm selama 2 menit. Supernatan dibuang dari pelet. Pelet
diresuspensi dengan 250 L larutan A yang terdiri dari Tris-Cl sebagai
pengatur pH, glukosa sebagai penjaga tekanan isotonis, dan EDTA
sebagai chelating agent dingin. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang
selama 5 menit (Muladno, 2002).
Lalu larutan B yang terdiri dari NaOH sebagai pendenaturasi DNA
dan SDS sebagai pelarut membran sel sebanyak 250 L ditambahkan,
dan tabung mikro dibolak balik 5 kali, lalu diinkubasi baki es selama 10
menit. Larutan C dingin yang terdiri dari kalium asetat dan asam asetat
yang berfungsi untuk merenaturasi DNA sebanyak 250 L ditambahkan
ke campuran, kemudian dibolak balik 5 kali, lalu diinkubasi 5 menit tepat
di baki es. Selanjutnya tabung mikro disentrifugasi 10.000 rpm selama
10 menit. Lalu supernatan sebanyak 600 L dipindahkan ke tabung
mikro steril baru (Muladno, 2002).
P:C:I yang terdiri dari phenol yang berfungsi untuk degradasi
protein, kloroform untuk degradasi lemak, dan isoamil alkohol sebagai
anti buih sebanyak 500 L ditambahkan ke campuran, lalu dibolak balik
5 kali, lalu disentrifugasi 10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan
sebanyak 400 L dipindahkan ke tabung mikro steril baru, lalu etanol
96% untuk mengikat air sehingga DNA mengendap sebanyak 1 mL
ditambahkan. Suspensi diinkubasi freezer -20 C, lalu disentrifugasi
10.000 rpm selama 2 menit. Supernatan dibuang dengan segera, lalu
etanol 70% untuk mencuci DNA sebanyak 700 L ditambahkan. Tabung
mikro disentrifugasi 10.000 rpm selama 5 menit, lalu supernatan segera
dibuang. Tabung mikro dikeringkan pada inkubator 37 oC hingga etanol
70% kering. TE atau ddH2O steril sebanyak 30 L ditambahkan ke
tabung mikro (Muladno, 2002).
Asam nukleat adalah molekul hidrofilik dan bersifat larut dalam air.
Disamping itu, protein juga mengandung residu hidrofobik yang
mengakibatkan protein larut dalam pelarut organik. Berdasarkan sifat ini,
terdapat beberapa metode deproteinisasi berdasarkan pemilihan pelarut
organik. Biasanya pelarut organik yang digunakan adalah fenol atau
kloroform yang mengandung 4% isoamil alkohol. Penggunaan kloroform
isoamil alkohol (CIA) berdasarkan perbedaan sifat pelarut organik.
Kloroform tidak dapat bercampur dengan air dan kemampuannya untuk
mendeproteinisasi berdasarkan kemampuan rantai polipeptida yang
terdenaturasi untuk masuk atau termobilisasi ke dalam fase antara kloroform
air. Konsentrasi protein yang tinggi pada fase antara tersebut dapat
menyebabkan protein mengalami presipitasi. Sedangkan lipid dan senyawa
organik lain akan terpisah pada lapisan kloroform (Lubis, 2013).
Proses deproteinisasi yang efektif bergantung pada besarnya fase antara
kloroform-air. Proses ini dapat dilakukan dengan membentuk emulsi dari air
dan kloroform. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan penggojogan atau
sentrifugasi yang kuat karena kloroform tidak dapat bercampur dengan air.
Isoamil alkohol berfungsi sebagai emulsifier dapat ditambahkan ke kloroform
untuk membantu pembentukan emulsi dan meningkatkan luas permukaan
kloroform-air yang mana protein akan mengalami presipitasi. Penggunaan
kloroform isoamil alkohol ini memungkinkan untuk didapatkan DNA yang
sangat murni, namun dengan ukuran yang terbatas (20.00050.000 bp).
Fungsi lain dari penambahan CIA ini adalah untuk menghilangkan kompleks
CTAB dan meninggalkan DNA pada fase aquoeus. DNA kemudian diikat
dari faseaquoeus dengan presipitasi etanol (Lubis, 2013).
Setelah proses ekstraksi, DNA yang didapat dapat dipekatkan melalui
presipitasi.Pada umumnya digunakan etanol atau isopropanol dalam tahapan
presipitasi. Kedua senyawa tersebut akan mempresipitasi DNA pada fase
aquoeus sehingga DNA menggumpal membentuk struktur fiber dan terbentuk
pellet setelah dilakukan sentrifugasi. Presipitasi juga berfungsi untuk
menghilangkan residu-residu kloroform yang berasal dari tahapan ekstraksi
(Faatih, 2009).
Prinsip-prinsip presipitasi antara lain pertama, menurunkan kelarutan
asam nukleat dalam air. Hal ini dikarenakan molekul air yang polar
mengelilingi molekul DNA di larutan aquoeus. Muatan dipole positif dari air
berinteraksi dengan muatan negatif pada gugus fosfodiester DNA. Interaksi
ini meningkatkan kelarutan DNA dalam air. Isopropanol dapat bercampur
dengan air, namun kurang polar dibandingkan air. Molekul isopropanol tidak
dapat berinteraksi dengan gugus polar dari asam nukleat sehingga isopropanol
adalah pelarut yang lemah bagi asam nukleat; kedua, penambahan
isopropanol akan menghilangkan molekul air dalam larutan DNA sehingga
DNA akan terpresipitasi; ketiga, penggunaan isopropanol dingin akan
menurunkan aktivitas molekul air sehingga memudahkan presipitasi DNA
(Faatih, 2009).
Pada tahapan presipitasi ini, DNA yang terpresipitasi akan terpisah dari
residu-residu RNA dan protein yang masih tersisa. Residu tersebut juga
mengalami koagulasi namun tidak membentuk struktur fiber dan berada
dalam bentuk presipitat granular. Pada saat etanol atau isopropanol dibuang
dan pellet dikeringkan dalam tabung, maka pellet yang tersisa dalam tabung
adalah DNA pekat. Proses presipitasi kembali dengan etanol atau isopropanol
sebelum pellet dikeringkan dapat meningkatkan derajat kemurnian DNA yang
diisolasi. Pencucian kembali pellet yang dipresipitasi oleh isopropanol
dengan menggunakan etanol bertujuan untuk menghilangkan residu-residu
garam yang masih tersisa. Garam-garam yang terlibat dalam proses ekstraksi
bersifat kurang larut dalam isopropanol sehingga dapat terpresipitasi bersama
DNA, oleh sebab itu dibutuhkan presipitasi kembali dengan etanol setelah
presipitasi dengan isopropanol untuk menghilangkan residu garam (Faatih,
2009).
Setelah dilakukan proses presipitasi dan dilakukan pencucian dengan
etanol, maka etanol kemudian dibuang dan pellet dikeringanginkan,
perlakuan tersebut bertujuan untuk menghilangkan residu etanol dari pelet
DNA. Penghilangan residu etanol dilakukan dengan cara evaporasi karena
etanol mudah menguap. Pada tahap pencucian biasanya etanol dicampur
dengan ammonium asetat yang bertujuan untuk membantu memisahkan
kontaminan yang tidak diinginkan seperti dNTP dan oligosakarida yang
terikat pada asam nukleat (Rosana, 2014).
Setelah pellet DNA dikeringanginkan, tahap selanjutnya adalah
penambahan buffer TE ke dalam tabung yang berisi pellet dan kemudian
disimpan di dalam freezer dengan suhu sekitar -20C. Buffer TE dan
penyimpanan suhu pada -20C bertujuan agar sampel DNA yang telah
diekstraksi dapat disimpan hingga waktu berminggu-minggu. Pelarutan
kembali dengan buffer TE juga dapat memisahkan antara RNA yang
mempunyai berat molekul lebih rendah dibandingkan DNA sehingga DNA
yang didapatkan tidak terkontaminasi oleh RNA dan DNA sangat stabil
ketika disimpan dalam keadaan terpresipitasi pada suhu -20C (Rosana,
2014).
Menurut Rosana (2014), isolasi DNA juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kit yang sudah diproduksi oleh beberapa perusahan untuk
mempermudah dan mempercepat proses isolasi DNA. Kit isolasi juga
disesuaikan dengan kebutuhan oleh konsumen dan jenis sel yang akan
digunakan.
A. Kesimpulan
Isolasi DNA merupakan teknik pemisahan DNA dari zat-zat lain selain
DNA. Metode-metode untuk isolasi DNA yaitu teknik Random Amplified
Polymorphic DNA (RAPD), Metode CTAB, Phenol:Chloroform, Salting Out,
Guanidine Isothiocyanate, Silica Gel, serta PCR (Polymerase Chain
Reaction). Isolasi DNA dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain:,
lisis, ekstraksi, presipitasi, purifikasi, dan pengawetan. Isolasi DNA akan
sangat bergantung dengan banyaknya DNA yang ingin didapatkan dari isolasi
serta jenis organisme yang akan diisolasi DNAnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, N.A. 2013. Laporan Praktikum Isolasi Dna Manusia (Epitelial Mulut dan
Darah) dan Teknik Pcr dan Isolasi Protein dari Darah, Elektroforesis
Agarose dan Sds-Page. Website: http://openwetware.org/images/8/8f/
Lap._Praktikum_isolasi_DNA,_Protein_dan_Elektroforesis.pdf. Diakses
Senin, 18 Januari 2016 pukul 19.47 WIB.