AYUNAN FISIS
I. Tujuan Percobaan
Setiap benda terdiri atas partikel partikel yang masing masing memiliki
gaya berat. Semua gaya berat ini dapat dianggap sejajar satu sama lain. Berdasarkan
cara penentuan koordinat titik berat titik berat benda dapat ditentukan dengan:
x0
w1 x1 w2 x 2 w3 x3 ... wnxn
w x
n n
w1 w2 w3 ... wn w n
2
y0
w1 y1 w2 y 2 w3 y 3 ... wnyn
w y n n
w1 w2 w3 ... wn w n
m1 x1 m 2 x 2 m3 x 3 ... mnxn
m1 m 2 m3 ... mn
m x n n
m n
m1 y1 m2 y 2 m3 y 3 ... mnyn
ypm y 0
m1 m2 m3 ... mn
m y n n
A.m n
x1
xpm
x2
3
x0
w x n n
y0
w y n n
w n
w n
m1 x1 m 2 x 2 m3 x 3 ... mnxn
m1 m 2 m3 ... mn
m x n n
m n
m1 y1 m2 y 2 m3 y 3 ... mnyn
ypm y 0
m1 m2 m3 ... mn
m y n n
m n
Mengingat pada alat percobaan yang akan digunakan untuk menentukan pusat
massa ayunan fisis terdiri dari dua massa benda yaitu massa silinder keeping logam
dan massa batang maka persamaannya akan menjadi:
4
x1m1 x 2 m2
xpm
m1 m2
Untuk menentukan letak pusat massa benda berupa keping tipis yang
bentuknya tidak beraturan dapat dilakukan dengan percobaan sederhana yaitu dengan
menggunakan tali. Benda kita gantungkan dari sebuah titik A pada tepinya. Pada saat
benda dalam keadaan setimbang, maka titik berat benda harus berada di bawah titik
gantung yaitu pada garis AA, karena hanya pada keadaan ini momen gaya akibat
tegangan tali dan berat benda sama dengan nol. Kemudian benda kita gantungkan lagi
dari titik lain, misalnya titik B. Dalam hal ini pusat massa harus berada pada garis
BB. Suatu titik yang terletak pada garis AA dan juga pada garis BB adalah titik L
yaitu titik perpotongan kedua garis tersebut sehingga titik L ini merupakan pusat
massa benda.
A
B O
BJK
P
m
A'
A' B'
o
L
L sin
Mg
Gambar 2. Penentuan Percepatan Gravitasi
5
Jika ayunan fisis bergerak sekitar suatu posisi setimbang, sedangkan gaya
pada partikel sebanding dengan jarak partikel dari posisi setimbang, untuk sudut
simpang kecil maka gerak ayunan fisis dapat dianggap gerak harmonis angular.
m cos t
d
m sin t
dt
d 2
m cos t
dt 2
I = momen inersia
= percepatan sudut
Maka
mgL sin
mgL sin 2
mgL sin 2
mgL sin 2
mgL
2
6
mgL 4 2
2
2
mgL
= + 2
Dengan : momen inersia terhadap sumbu putar melalui pusat massa, dan L : jarak
antara sumbu putar terhadap pusat massa.
+2
= 2
4 2 . + 2
2 =
2 = 4 2 . + 2
1 2 1 = 4 2 . + 1 2 . .
2 2 2 = 4 2 . + 2 2 .........**
Jika T1 adalah periode ayunan dengan jarak antara O terhadap Pm adalah L1, dan T2
adalah periode ayunan dengan jarak antara O terhadap Pm adalah L2, maka
percepatan gravitasi dapat ditentukan dengan mengeliminasi dari T1 dan T2 dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
1 2 1 = 4 2 . + 1 2 . .
2 2 2 = 4 2 . + 2 2 .........**
2
2 2 2 1 1 = 4 2 (2 2 1 2 )
2
(2 2 2 1 1 ) = 4 2 (2 2 1 2 )
7
4 2 L22 L12
g 2
2 L2 12 L1
Dengan,
L : Jarak lubang poros ayunan terhadap pusat massa (Pm)
T: Periode ayunan (detik)
g : Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
IV.
A. Rangkaian Eksperimen
1. Benda Tak beraturan
Poros
penggantung
Lempeng tak
beraturan
Melukis
garis lurus
2. Benda Homogen
Poros
penggantung
Lubang untuk
poros
penggantung Batang besi
Sepasang Logam
silinder
B. Langkah Kerja
1. Benda Tak beraturan
a. Menggantungkan benda pada poros tertentu
b. Menggambil garis lurus vertikal dari poros yang digantung
c. Memberi simpangan kecil lalu melepaskannya
d. Mencatat waktu yang diperlukan untuk 20 kali ayunan
e. Mengulangi langkah b d untuk 5 variasi posisi poros poros yang lain.
f. Menentukan letak pusat massa benda dari posisi poros hingga titik pertemuan
kelima garis vertikal yang telah ditarik sebelumnya.
V. Data Percobaan
a. Benda 1 (Lempeng Tak beraturan)
= 5 , n=20
t (s)
NO L (m) (s) n =
1 2 3
1 0,185 23,83 23,06 23,41 23,43 20 1,17
2 0,19 23,57 23,61 23,53 23,57 20 1,18
3 0,20 24,30 24,15 23,63 24,03 20 1,20
4 0,24 24,81 24,40 24,30 24,50 20 1,23
5 0,26 24,50 24,51 24,56 24,52 20 1,23
Pusat massa
Gambar 5. Pusat massa benda tegar tak beraturan untuk lempeng tripleks
10
g
4 2 L22 L12
22 L2 12 L1
L2- L2T2-
Data L1 L2 L1 L2 T12 T22 L1T1 L2T2
L1 L1T1 ( )
1;2 0,18 0,19 0,034 0,036 0,002 1,372 1,389 0,217 0,224 0,010 7,41
1;3 0,18 0,20 0,034 0,040 0,006 1,372 1,444 0,217 0,240 0,035 6,55
1;4 0,18 0,24 0,034 0,058 0,023 1,372 1,501 0,217 0,294 0,106 8,68
1;5 0,18 0,26 0,034 0,068 0,033 1,372 1,503 0,217 0,319 0,137 9,62
2;3 0,19 0,20 0,036 0,040 0,004 1,389 1,444 0,224 0,240 0,025 6,20
2;4 0,19 0,24 0,036 0,058 0,022 1,389 1,501 0,224 0,294 0,096 8,82
2;5 0,19 0,26 0,036 0,068 0,032 1,389 1,503 0,224 0,319 0,127 9,80
3;4 0,20 0,24 0,040 0,058 0,018 1,444 1,501 0,240 0,294 0,071 9,73
3;5 0,20 0,26 0,040 0,068 0,028 1,444 1,503 0,240 0,319 0,102 10,67
4;5 0,24 0,26 0,058 0,068 0,010 1,501 1,503 0,294 0,319 0,031 12,88
(m/s2)
1 7,41 -1,62 2,64
2 6,55 -2,49 6,20
3 8,68 -0,35 0,12
4 9,62 0,59 0,35
5 6,20 -2,84 8,05
6 8,82 -0,22 0,05
7 9,80 0,76 0,58
8 9,73 0,69 0,48
9 10,67 1,64 2,68
10 12,88 3,84 14,78
()2 35,92
11
( )2 Ketelitian
= 1
= 100% - KR
35,92 = 100% - 22,11%
= 9
= 77,89%
= 3,991
= 2,0 ( m/s2 )
Kesesatan
= x 100%
g = ( )
9,049,81
= ( 9,04 2,00 ) ( m/s2 ) = x 100%
9,81
0,76
= x 100%
9,81
Kesalahan Relatif
= 0,078 x 100%
KR = . 100%
= 7,8%
2,00
= 9,04 . 100%
= 22,11 % Ketepatan
= 100% - Kesesatan
= 100% - 7,8%
=92,2%
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
0,000 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 0,030 0,035 0,040
L2-L1
12
= 0,715
g
4 2 L22 L12
22 L2 12 L1
L2- L2T2-
Data L1 L2 L1 L2 T12 T22 L1T1 L2T2
L1 L1T1 ( )
1;2 0,17 0,24 0,03 0,06 0,029 1,78 1,95 0,302 0,468 0,166 6,84
1;3 0,17 0,31 0,03 0,10 0,067 1,78 2,22 0,302 0,689 0,387 6,85
1;4 0,17 0,41 0,03 0,17 0,139 1,78 2,50 0,302 1,026 0,724 7,59
1;5 0,17 0,51 0,03 0,26 0,231 1,78 2,84 0,302 1,446 1,144 7,98
2;3 0,24 0,31 0,06 0,10 0,039 1,95 2,22 0,468 0,689 0,222 6,85
2;4 0,24 0,41 0,06 0,17 0,111 1,95 2,50 0,468 1,026 0,559 7,81
2;5 0,24 0,51 0,06 0,26 0,203 1,95 2,84 0,468 1,446 0,979 8,17
3;4 0,31 0,41 0,10 0,17 0,072 2,22 2,50 0,689 1,026 0,337 8,44
3;5 0,31 0,51 0,10 0,26 0,164 2,22 2,84 0,689 1,446 0,757 8,55
4;5 0,41 0,51 0,17 0,26 0,092 2,50 2,84 1,026 1,446 0,420 8,64
13
(m/s2)
1 6,84 -0,93 0,87
2 6,85 -0,93 0,86
3 7,59 -0,18 0,03
4 7,98 0,20 0,04
5 6,85 -0,92 0,85
6 7,81 0,04 0,00
7 8,17 0,40 0,16
8 8,44 0,67 0,45
9 8,55 0,78 0,61
10 8,64 0,87 0,76
()2 4,63
( )2 Ketelitian
= 1
= 100% - KR
4,63 = 100% - 9,23%
= 9
= 90,77%
= 0,514
= 0,72 ( m/s2 )
Kesesatan
= x 100%
g = ( )
7,779,81
= ( 7,77 0,72 ) ( m/s2 ) = 9,81
x 100%
2,03
= x 100%
9,81
Kesalahan Relatif
= 20,69%
KR = . 100%
0,72
= 7,77 . 100% Ketepatan
VII. Pembahasan
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki
periode alias waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu getaran secara lengkap.
Salah satu contoh dari gerak harmonis sederhana adalah gerakan yang terjadi pada
ayunan fisis. Ayunan fisis sendiri adalah sebuah sistem dimana terdapat sebuah benda
tegar yang digantung dari suatu titik yang bukan merupakan pusat massanya akan
berosilasi ketika disimpangkan dari posisi kesetimbangan. Ketika beban digantungkan
pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda akan diam di titik kesetimbangan.
Tetapi jika beban ditarik/diberi simpangan dengan sudut kecil dan dilepaskan, maka
beban akan bergerak lalu kembali lagi ke posisi semula. Gerakan beban akan terjadi
berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan fisis tersebut melakukan
gerak harmonik sederhana.
Pusat massa adalah suatu titik pusat kesetimbangan benda yang memiliki massa
m. Dengan menggunakan ayunan fisis, praktikan dapat menentukan pusat massa suatu
benda tegar. Pada percobaan ini praktikan menentukan pusat massa benda tegar
(lempeng) tak beraturan dan batang homogen.
a. Menentukan pusat massa berbagai bentuk benda tegar
Dalam menentukan pusat massa benda tegar (lempeng) tak beraturan,
praktikan menyimpangkan lempeng tersebut di beberapa titik. Ketika digantungkan di
suatu titik, lempeng homogen dibiarkan pada posisi kesetimbangan lalu ditarik suatu
garis kesetimbangan. Hal yang sama dilakukan untuk beberapa titik yang lain.
Kemudian dapat dilihat bahwa semua garis yang melalui beberapa titik berpotongan di
15
suatu titik yang merupakan pusat massanya. Metode ini digunakan untuk menentukan
pusat massa lempeng homogen yang tak beraturan (gambar 5).
Untuk lempeng homogen beraturan, koordinat pusat massa dapat ditentukan
secara teoritis dengan persamaan :
x1 A1 x 2 A2 y1 A1 y 2 A2
xpm ypm
A1 A2 A1 A2
Dalam menetukan pusat massa batang homogen, praktikan menggunakan
persamaan :
x1m1 x 2 m2
xpm
m1 m2
Setelah ditentukan xpm, praktikan menentukan nilai L, yaitu jarak antara poros
penggantung ke pusat massa.
Dari rumus tersebut kita peroleh g1 = 7,41 m/s2, g 2 = 6,55 m/s2, g 3 = 8,68
m/s2, g 4 = 9,62 m/s2, g 5 = 6,20 m/s2 , g 6 = 8,82 m/s2, g 7 = 9,80 m/s2, g 8 = 9,73
m/s2, g 9 = 10,67 m/s2,. g10 = 12,88 m/s2. Maka dari itu diperoleh g sebesar 9,04 m/s2.
Apabila data percepatan gravitasi diatas diolah menggunakan ralat pengamatan
diperoleh percepatan gravitasi sebesar (9,04 2,00) m/s2, dengan kesalahan relatif
mencapai 22,11% dan ketelitian 77,89%. Sedangkan kesesatannya diperoleh 7,79 %
dan ketelitiannya 92,21%.
Sedangkan untuk percobaan berikutnya yaitu menggunakan benda homogen
berupa batang besi. Dan berdasarkan analisis data diperoleh nilai g1 = 6,68 m/s2, g 2 =
6,85 m/s2, g 3 = 7,59 m/s2, g 4 = 7,98 m/s2, g 5 = 6,85 m/s2 , g 6 = 7,81 m/s2, g 7 = 8,17
m/s2, g 8 = 8,44 m/s2, g 9 = 8,55 m/s2, g10 = 8,64 m/s2Maka dari itu diperoleh g
sebesar 7,77 m/s2.Jadi percepatan gravitasi dari percobaan tersebut yaitu (7,77 0,72)
m/s2 dengan kesalahan relatif 9,23 %, dan ketelitian 90,77%. Bila dibandingkan
16
dengan percepatan gravitasi secara teoritis, hasil praktikum ini memiliki ketepatan
hanya sebesar 79,31% dengan kesesatan 20,69%. Ditinjau dari segi grafik, pada
percobaan dengan ayunan fisis dapat dianalisa bahwa waktu ayun berbanding lurus
dengan jarak ke pusat masa.
VIII. Simpulan
Setelah melakukan percobaan ayunan fisis dari analisis data maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Gerakan yang terjadi pada ayunan fisis merupakan gerak harmonis sederhana jika
sudut simpangan yang digunakan kecil.
17
2. Dalam menentukan pusat masa benda tegar homogen, dapat diperoleh menggunakan
persamaan
x1 A1 x 2 A2 y1 A1 y 2 A2
xpm ypm
A1 A2 A1 A2
3. Menentukan pusat massa lempeng homogen tak beraturan dapat ditentukan dari
perpotongan garis kesetimbangan dari beberapa titik yang digunakan sebagai poros
penggantung.
4. Menghitung percepatan gravitasi menggunakan ayunan fisis dapat ditempuh dengan
persamaan:
(L 2 2 L 1 2 )
g = 4 (L 2
2 T2 L 1 T 1 2
1.Semarang.UNNES