Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

PROSES PEMFOSILAN GIGI STEGODON PADA DAERAH SANGIRAN

Disusun oleh :
Ola Caesar Pongtengko
410016097

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2017
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada saya, sehingga saya bisa selesaikan makalah ilmiah mengenai proses
pemfosilan stegodon yang dijumpai di Sangiran.

Di dalam pembuatan tugas praktikum saya ini yang berupa makalah ilmiah
mengenai proses pemfosilan pada suatu daerah tidak lepas dari bantuan dan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan tugas saya
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan tugas saya ini, baik itu berupa doa,
modal, maupun sumbangan pemikiran.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari seutuhnya bahwa tugas saya ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga saya bisa melakukan
perbaikan tugas saya ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar, dan
kiranya dapat membantu orang lain nantinya.

Akhir kata saya meminta semoga tugas saya ini tentang proses pemfosilan
dapat memberi manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fosil


2.2. Fosil Stegodon
2.3. Deskripsi Fosil Stegodon
2.4. Proses Pemfosilan Gigi Stegodon

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Fosil adalah sisa-sisa atau bukti kehidupan dari waktu geologi sebelumnya.
Pada umumnya semua fosil memberi kita petunjuk tentang dunia lampau. Berkat
fosil, kita tahu bahwa berbagai bentuk kehidupan telah menduduki planet ini. Fosil
menceritakan kita bahwa kehidupan telah berkembang dari waktu ke waktu. Fosil
telah berkontribusi dalam penyusunan skala waktu geologi.

Pada umumnya fosil berumur sangat tua, jutaan dan kadang-kadang lebih
dari satu miliar tahun, namun secara teknis setiap sisa-sisa atau bukti kehidupan
yang berumur lebih dari sekitar 10.000 tahun adalah fosil.

Sejarah ilmu paleontologi dimulai oleh Abbe Giraud-Saulavie warga negara


Perancis pada tahun 1777 setelah melakukan penelitian pada batugamping. Dari
Fosil penelitian tersebut dia kemudian membuat suatu prinsip mengenai
paleontologi yaitu : Fosil fosil itu berada sesuai dengan umur geologinya dan fosil
yang berada pada formasi itu berbeda dengan fosil yang ada pada formasi diatasnya.
Fosil ini kemudian dengan hukum urut urutan fauna atau lebih dikenal dengan
hukum faunal section.

William Smith (1816) kemudian memunculkan teori strata identified by


fosil, dimana suatu perlapisan dapat dihubungkan dengan lapisan lainnya dengan
menggunakan kesamaan fosil.

Fosil merupakan objek penelitian dimana sangat berarti di bidang


paleontologi. Ada beberapa tujuan dalam mempelajari sebuah fosil sebagai salah
satu objek perkembangan kehidupan yang dulu pernah ada di bumi ini, diantaranya
yaitu:
1. Tujuan berikutnya kita dapat menentukan umur relatif batuan yang terdapat
di alam didasarkan atas kandungan fosilnya.
2. Pengamatan dan penelitan fosil juga memiliki tujuan untuk menentukan
lingkungan pengendapan batuan di dasarkan atas sifat dan ekologi
kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.

Dalam pembentukannya menjadi sebuah fosil, organisme akan mengalami


berbagai proses yang akan menentukan jenis atau proses pemfosilannya. Jenis
jenis pemfosilannya adalah sebagai berikut :
A. Unaltered Remains
Unaltered remains merupakan fosil yang terawetkan tanpa menalami
perubahan secara kimiawi, meliputi tubuh lunak maupun tubuh keras dan bersifat
insitu

B. Altered Remains
Merupakan jenis pemfosilan dimana unsur-unsur kimia di dalam tubuh
organism telah terubah baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. Proses
tersebut dapat berupa :
1. Permineralisasi, terisinya pori-pori oleh mineral kalsit, silica, fosfat dan
sebagainya tanpa merubah bentuk struktur cangkang atau tulang.
2. Replacement, tergantikannya unsur-unsur kimiawi di dalam bagian keras /
rangka oleh mineral lain tanpa merubah bentuk asli dari shell/rangka.
3. Leaching, terlarutkannya unsur-unsur kimia yang ada sehingga sedikit
merubah bentuk asli dari shell/rangka.
4. Destilasi, hilangnya unsur nitrogen, oksigen dan hydrogen di dalam
cangkang/shell yang tergantikan oleh lapisan tipis karbon.
5. Histometabesis, terubahnya unsur-unsur kimia pada fosil tumbuh-
tumbuhan.

C. Impression
Merupakan sisa tubuh organism yang tercetak pada lapisan batuan. Cetakan
tersebut dapat berupa:
6. Internal mold, Cetakan langsung dari bagian dalam cangkang/tubuh
organism
7. Eksternal mold, cetakan langsung dari bagian luar cangkang/tubuh
organism.
8. Internal Cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian dalam dari
cangkang/tubuh organism.
9. Eksternal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian luar dari
cangkang/tubuh organism.
10. Cetakan daun, merupakan cetakan dari fosil daun.

Di Sangiran, Jawa Tengah banyak ditemukan fosil yang sangat penting untuk
eperluan dating, mengetahui lingkungan pengendapan serta menjelaskan kehidupan
masa lalu. Salah satu dari sekian banyaknya fosil yang ditemukan di Sangiran
adalah fosil Gigi Stegodon sp. Suatu hal dapat dikatakan sebagai fosil harus
memiliki syarat, salah satunya adalah organisme tersebut harus memiliki bagian
keras seperti cangkang, tulang, gigi, jaringan kayu. Stegodon memiliki gigi yang
menjadi fosil index sehingga sangat dibutuhkan oleh paleontologis untuk dikaji.

Dalam makalah ini akan membahas mengenai cara hidup hingga proses
pemfosilan gigi Stegodon. Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk
memberikan informasi berdasarkan analisis data sehingga dapat
menginterpretasikan lingkungan hidup organisme masa lalu dan untuk keperluan
dalam hal menentukan umur geologi.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa itu fosil?
2. Apa itu fosil stegodon?
3. Apa itu situs kepurbakalaan Sangiran
4. Bagaimana proses pembentukan fosil stegodon?
1.2. Tujuan
1. Mengetahui mengenai fosil
2. Mengetahui mengenai fosil stegodon
3. Mengetahui situs kepurbakalaan Sangiran
4. Mengetahui proses pembentukan fosil stegodon di Sangiran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fosil


Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah")
adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera
tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu
biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di
sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah
tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah
kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat
jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi.

Jenis jenis fosil secara umum ada dua jenis fosil yang dijumpai, yaitu :
Fosil tubuh / body fossils - ahli paleontologi mendefinisikan sebagai fosil-
fosil yang terdiri dari sisa-sisa material organisme aslinya, seperti; cangkang,
tulang, dan gigi. Dimana tulang sebagai bagian keras dan jaringan organik sebagai
bagian lunak. Mereka juga mendefinisikan hewan tanpa tulang sebagai organisme
bertubuh lunak. Istilah-istilah ini adalah cara yang berguna untuk membedakan
tulang dan jaringan hewan.

Fosil jejak / trace fossils - ahli paleontologi mendefinisikan sebagai fosil-


fosil yang dibentuk oleh aktivitas atau perilaku organisme pada jaman dulu, seperti;
jejak, jalur, liang, pengerekan, sarang, dan koprolit (fosil kotoran). Setiap sisa-sisa
organisme dan segala macam jalur atau jejak, bahkan jika ahli paleontologi tidak
dapat mengidentifikasinya sebagai tanaman atau aktivitas hewan, akan memenuhi
syarat sebagai fosil jika itu dibentuk oleh suatu bentuk kehidupan dari waktu
geologi sebelumnya.

2.2 Fosil Stegodon


Stegodon adalah marga anggota dari suku Stegodontiae yang telah punah
dari bangsa Proboscidea (vertebrata berbelalai). Stegodon hidup di benua Asia
selama era Pliosen dan Pleistosen. Fosil-fosil Stegodon banyak ditemukan di
Indonesia, khususnya di pulau-pulau Indonesia bagian barat seperti Pulau
Sumatera, Jawa (situs Cisaat, Ngandong, Patiayam, Sangiran dan Trinil) dan Flores.
Meskipun kebanyakan fosil gigi atau tulang rahang, ditemukan pula fosil tulang
paha (femur) dan gading.

2.3 Situs Kepurbakalaan Sangiran


Situs Kepurbakalaan Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia.
Area ini memiliki luas kurang lebih 48 km dan sebagian besar berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 17
kilometer sebelah utara Kota Surakarta, di lembah Bengawan Solo dan di kaki
Gunung Lawu. Ada sebagian yang merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar
(Kecamatan Gondangrejo). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya dan ada tahun 1996
situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

2.4 Deskripsi fosil gigi Stegodon


Gigi gajah purba (Stegodon sp) merupakan salah satu yang paling banyak
ditemukan di daerah Sangiran. Fosil gigi Stegodon berbeda dengan gajah purba
yang lain seperti Mastodon ataupun Elephas karena fosil gigi Stegodon banyak
dijumpai beserta rahangnya. Fosil gigi Stegodon yang banyak ditemukan di
Sangiran, umumnya masih menampakkan susunan gigi beserta rahang sehingga
dapat dikategorikan sebagai fosil body utuh. Gajah memiliki 24 gigi yang masing-
masing berjumlah 6 pada tiap separuh rahangnya. Sedangkan gading merupakan
gigi seri atau gigi susu yang berada pada rahang atas (maxila) dan bukan taring.
Rahang pada gajah muda memiliki ukuran rahang yang relatif lebih kecil daripada
gajah tua. Hal ini berkaitan dengan periode pertumbuhan gajah tersebut.

2.5 Proses Pemfosilan gigi Stegodon


Gigi memiliki kandungan fosfatan seperti halnya tulang ataupun gading.
Akibat adanya penyusun fosfat ini menyebabkan gigi suatu organisme dapat
terhindar dari pelapukan sehingga apabila suatu organisme mati dan menanggalkan
giginya maka akan terawetkan secara alamiah dan sangat bagus karena merupakan
body utuh sehingga mudah diidentifikasi. Berdasarkan penjelasan di atas maka fosil
gigi Stegodon ini dapat dikategorikan dalam tipe pengawetan bagian keras dari
organisme dengan fosil yang bersifat fosfatan. Kemudian gigi ini terkubur dalam
material sedimen dan mengendap. Setelah itu gigi ini mengalami proses
pemfosilan. Seiring berjalannya waktu, lapisan tanah yang dulunya merupakan
tempat terendapkannya gigi, tersingkap karena pengaruh eksogenik yang berupa
weathering atau bahkan proses endogenik.

Maka dapat disimpulkan bahwa proses pemfosilan pada gigi Stegodon


termasuk kedalam proses unalterated process, dimana bentuk aslinya masih tetap
tanpa mengalami perubahan baik secara kimia maupun fisiknya.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan isi yang ada dalam makalah di atas, maka dapat dibuat suatu
kesimpulan, bahwa:

- Fosil adalah sisa sisa kehidupan masa lampau yang terwetkan pada suatu
media berupa batuan
- Proses pemfosilan adalah suatu proses yang diamalami oleh tubuh
organisme setelah mati sampai tersingkap ke permukaan dalam bentuk fosil
- Gigi stegodon dapat disebut sebagai fosil indeks
- Proses pemfosilan pada fosil gigi stegodon adalah proses pemfosilan
unalterated proses yang bersifat fosfatan dengan pengawetan pada bagian
keras
DAFTAR PUSTAKA

Gitasari, Deasy., 2014. ANALISA PROSES PEMFOSILAN GIGI STEGODON


Geologi Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai