4. adaptasi system internal clock tubuh (axis hypothalamus, hipofisis dan organ tubuh lainnya) terhadap
perubahan jam biologis tubuh
7. tingkat kesadaran, prosedur menilai tingkat kesadaran dan cara meng interpretasi hasil penilaian tingkat
kesadaran.
Scenario : Pada hari Senin malam, Siti Maimunah, Coas FK UMP. Bertugas jaga dan baru bisa tidur
pukul 03.00 dini hari dan harus bangun pada pukul 05.00 dini hari. Pada hari Selasa, Siti Maimunah
baru pulang setelah Maghrib dan tertidur pukul 02.00 dini hari serta bangun pada pukul 05.00 karena
ia harus belajar dan mempersiapkan Power Point presentasi laporan kasus.
Pada hari Rabu pukul 08.00 WIB, Siti Maimunah mempresentasikan laporan analisa
kasus Kepaniteraan Penyakit Dalam. Ketika presentasi sambil berdiri tiba-tiba Siti Maimunah jatuh
terlentang dan tidak sadarkan diri. Setelah 10 menit tidak sadar dan distimulasi dengan balsem merah
Cap Lang, Siti Maimunah terbangun. Setelah terbangun, Siti Maimunah mengeluh ulu hatinya nyeri,
penuh, dan mual. Ia juga mengeluh sakit kepala. Sebelum presentasi Siti terlihat lelah, gelisah dan
mengantuk.
Setelah Siti Maimunah tersadar, dosen konsulen melakukan pemeriksaan vital sign
terhadap Siti Maimunah:
o Kesadaran: Eye: membuka spontan, Movement: bergerak mengikuti perintah, Verbal: kata-kata
jelas dan berorientasi baik.
o Tekanan darah: 135/95 mmHg
o Denyut nadi: 96x/menit
o Laju respirasi: 26x/menit
o Temperatur axilla: 36,7 C
Pemeriksaan khusus:
o Kepala:
Regio occipitalis : teraba benjolan berdiameter 4cm dan nyeri tekan
Mata: konjungtiva hiperemis
Lain-lain dalam batas normal
o Thoraks:
Paru dalam batas normal
Jantung dalam batas normal
o Abdomen: dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal
o Ekstremitas: dalam batas normal, refleks fisiologis (+) normal, refleks patologis (-)
Analisis masalah :
1. Pada hari Senin malam, Siti Maimunah, Coas FK UMP bertugas jaga malam dan baru bisa
tidur pukul 03.00 dini hari dan harus bangun pukul 05.00 dini hari.
a. Bagaimana fisiologi tidur atau irama sirkadian?
Jawab :
Tidur normal membutuhkan koordinasi beberapa struktur otak sebagai
berikut :
lokus caeruleus dan subcaerulus (norepinefrin menjadi transmiter
nukleus rafe (serotonin menjadi transmiter)
nukleus traktus solitarius
neuron hipotalamus.
Orang dewasa tidur 7-8 jam per malam, faktor waktu lama dan struktur
internal tidur bervariasi sesuai faktor kesehatan dan faktor usia. (Kasper, et al. 2012).
Bagian susunan saraf pusat yang berperan sebagai pusat-pusat neuron yang
merangsang daerah spesifik otak sehingga otak dapat menimbulkan keadaan-
keadaan tidur dengan sifat-sifat mendekati fisiologis tidur normal atau alami.
Fisiologi tidur terbagi menjadi 2 tipe yaitu :
Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Tipe Rapid Eye Movement (REM)
Irama sirkadian adalah ritme biologis dengan lama periode (dari puncak
kembali ke puncak) sekitar 24 jam. Irama sirkadian dikendalikan oleh jam biologis,
yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes
air yang isinya berupa kumpulan sel yang disebut suprachiasmatic nucleus (SCN).
Irama sirkadian dipengaruhi oleh suhu cahaya dan faktor faktor eksternal seperti
aktivitas sosial, dan rutinitas pekerjaan. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi
biologis dan perilaku. Fluktuasi suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi
hormon, dan suasana hati dipengaruhi oleh pemeliharaan siklus sirkadian.
(Guyton dan Hall, 2006)
Kontrol dan regulasi tidur tergantung pada interrelasi antara 2 mekanisme serebral
yang bekerja saling berlawanan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya secara
intermedit mengontrol tidur dan terjaga. Satu mekanisme menyebabkan tubuh terjaga, dan
mekanisme lainnya menyebabkan tubuh tertidur.
Sistem pengaktifan reticular (reticular activiting system/RAS) terletak dalam batang
otak atas (upper brainstream). RAS merupakan bagian dari formatio Reticularis. RAS
diyakini mengandung sel sel khusus yang mempertahankan keadaan siaga / jaga.
RAS juga menerima input rangsang sensori visual, auditori dan nyeri serta rangsang
raba. Aktivitas dari serebral kortek (seperti emosi dan proses berfikir) juga menstimulasi
RAS.
Keadaan terjaga merupakan akibat dari neuron-neuron yang ada dalam RAS
melepaskan katekolamin seperti hormon norepineprin.
Seorang yang mencoba untuk tidur, akan menutupkan matanya dan mengatur
posisinya sehingga rilek. Stimulus pada RAS menjadi menurun. Jika ruangan digelapkan
dan tenang, maka aktivasi RAS akan semakin menurun. Pada suatu saat BSR akan
mengambil alih, sehingga menyebabkan individu menjadi tertidur.
Kesadaran timbul akibat adanya daerah di formatio retikularis yang bila di beri rangsangan akan
menimbulkan aktifitas pada kortek cerebri yang disebut sistem aktifasi retikuler Ascendens
(ARAS), yang bagiannya meluas di tengah batang otak dari otak tengah sampai hipotalamus dan
talamus. Dan menjabarkan bahwa struktur tersebut mengirimkan transimisi efek fisiologi difus
ke kortek.
Tingkat Kesadaran
i. Kompos mentis
a) Tingkat kesadaran tertinggi, dimana pasien sadar sepenuhnya baik dalam hal
orientasi terhadap dirinya sendiri dan orientasi terhadap lingkungan.
b) Pada tingkay kesadaran ini, pasien memberikan respon yang baik terhadap
stimulus yang diberikan. Contoh : mampu menjawab dengan baik pertanyaan
sederhana yang diberikan oleh pemeriksa.
ii. Apatis
a) Tingkat kesadaran dimana pasien tidak emmberi respon yang baik terhadap
lingkungan.
b) Pasien terlihat acuh-tak acuh terhadap stimulasi yang diberikan pemeriksa
iii. Somnolen
a) Pasien terlihat tertidur dan akan terbangun bila diberi rangsangan suara (seperti
suara panggilan dari sipemeriksa)
b) Pasien akan tertidur kembali bila rangsangan dihentikan
iv. Sopor
a) Penurunan kesadaran dimana pasien tertidur lebih dalam, dan hanya akan
terbangun bila diberi rangsangan yang kuat. Misalnya : rangsangan nyeri
b) Bila terbangun pasien tidak dapat memberikan respon verbal yang baik.
v. Delirium
a) Penurunan kesadaran yang disertai kekacauan mototrik
b) Pasien terlihat tidak dapat memberikan respon verbal yang baik
vi. Koma
a) Penurunan kesadaran yang dalam
b) Pasien tidak melakukan gerakkan spontan dan tidak memberikan respon bila
diberi rangsangan yang kuat. Misalnya : rangsangan nyeri
c) Sistem respirasi
Pusat pernapasan terletak medulla oblongata. Mekanismenya adalah : udara
masuk ke hidung => faring => trachea => bronkus bronkiolus terminalis =>
bronkiolus respiratorik => alveolus
Perubahan fisiologis pada saat tidur antara lain perubahan pola pernapasan,
penurunan ventilasi semenit, penurunan PO2. Perubahan tersebut berbeda-
beda sesuai dengan fase tidur. Pada orang normal sistem respirasi akan
menurun selama tidur yaitu terjadi hipoventilasi alveolar. Frekuensi
pernapasan dan ventilasi semenit akan menurun selama slow wave sleepdan
pada umumnya bertambah cepat, dangkal dan tak menentu pada REM.
Penurunan pengurangan fungsi respirasi selama tidur yang terutama terjadi
pada fase REM adalah akibat sebagian saluran napas atas yang disertai
penurunan tonus otot interkostal dan genioglosus. Sistem Respirasi
berhubungan dengan pola keseimbangan antara tekanan O2 dan CO2. Pada
malam hari, metabolisme basal meningkat sehingga terjadi akumulasi CO2.
konsentrasi CO2 yang tinggi akan merangsang pusat respirasi (medulla
oblongota) sehingga orang tersebut akan bernapas lebih cepat sampai
konsentrasi CO2 kembali ke konsentrasi normalnya.
d) Sistem digestif
Irama sirkadian pada sistem gastrointestinal
a. Jam 04.00-12.00 adalah fase disposal. Terjadi detoksifikasi. Tubuh
secara intensif membuang sisa makanan dan metabolisme.
b. Jam 12.00-20.00 adalah fase digesti. Fase ini adalah waktu yang
tepat untuk mengonsumsi makanan berat sebagai sumber
karbohidrat, lemak, dan protein. Halini dikarenakan sepanjang fase
ini, proses pencernaan menjadi lebih giat
Jam 20.00-04.00 adalah fase absorbsi. Tidak disarankan untuk
mengonsumsimakanan diatas jam 20.00 karena perut tidak seharusnya
penuh menjelang jam tidur. Sepanjang waktu tidur, tubuh akan bekerja
menyerap, mengasimilasi dan menyalurkan zat-zat makanan ke seluruh
tubuh. Seseorang yang kurang tidur atau pola tidurnya berubah-ubah dapat
mengalami rasa mual yang terus menerus,kembung, konstipasi dan masalah
gastrointestinal yang lain karena fase absorbsinya terganggu.
e) Sistem kardiovaskuler
Berdasarkan siklus biologi :
Jam 06.00 WIB - 18.00 WIB tekanan darah menurun, sedangkan pada jam
18.30 06.00 WIB tekanan darah meningkat.
Hal ini berhubungan dalam tubuh kita terdapat korteks adrenal yang
menghasilkan beberapa hormon, salah satu di antaranya adalah kortisol
(biasa disebut hormon stress), suatu hormon yang berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler, keseimbangan metabolik, dan sistem imun. Kadar kortisol di
dalam tubuh sangat fluktuatif menyesuaikan dengan irama sirkadian. Tidur
merupakan salah satu cara untuk mengatur hormon stress (kortisol dan
adrenalin), dan memperlambat denyut jantung. Kualitas tidur yang buruk
dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
3. Pada hari Rabu pukul 08.00 WIB Siti Maimunah presentasi laporan analisa kasus
sambil berdiri dan tiba-tiba jatuh terlentang serta tidak sadarkan diri
Jawab:
Gegar otak ringan
Keseimbangan tubuh terganggu karena dibagian belakang kepala terdapat otak kecil
yang merupakan pusat pengendali keseimbangan
Pusing
tidak sadar, dapat disebabkan perdarahan dalam rongga kepala (perdarahan epidural,
subdural), atau akibat pembengkakan (edema) otak, terkenanya pusat kesadaran saat
kepala terbentur
pembengkakan otak sehingga penglihatan menjadi terganggu atau buta dalam
beberapa hari. (Ginitasasi, 2008)
4. Setelah 10 menit tidak sadar dan distimulasi dengan balsem merah Cap Lang dan kemudian
Siti terbangun.
a. Apa saja komposisi dari balsem?
Jawab:
Komposisi tiap 10mg mengandung :
Oleun Caryophylli 400mg
Oleum Cinnamomum 500mg
Oleum Cajuputi 1,1g
Champora 1g
Mentholum 2g
Paraffinum solidum 2g
Vaselinum Flavum 10g (Anonim, 2013)
8. Pemeriksaan khusus :
a. Kepala
- Regio occipital : teraba benjolan berdiameter 4 cm dan nyeri tekan
- Mata : konjungtiva hiperemis
- Lain-lain dalam batas normal
b. Thorax
- Paru dalam batas normal
- Jantung dalam batas normal
c. Abdomen : dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba, bising usus
normal
d. Ekstremitas : dalam batas normal, refleks fisiologis (+) normal, refleks
patologis