Mps
Mps
Dan Kualitatif
Pengantar.
Penelitian dalam bidang komunikasi seperti halnya pada ilmu-ilmu
sosial budaya lainnya,selama ini terlalu menekankan pada pendekatan
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yang dilandasi faham
positivisme empirik yang berintikan aktivitas penelitian eksperimental
memang telah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam berbagai
bidang ilmu, dan bahkan pernah dipandang sebagai satu-satunya
pendekatan penelitian yang benar dan ilmiah. Pandangan tersebut
mampu menyeret para peneliti ilmu-ilmu sosial budaya yang dalam
perkembangan aktivitasnya semakin sering menghadapi beragam
permasalahan yang tidak bisa dijawab secara tuntas. Dari kenyataan
yang dihadapi tersebut para peneliti semakin manyadari bahwa manusia
sebagai subyek dengan segala sifatnya yang subjektif tak mungkin dapat
dikaji secara secara tepat dengan pendekatan ilmu obyektif. Pemaksaan
ke arah itu akan menimbulkan bias fundamental dan mengakibatkan
kekeliruan fatal yang menjadi sumber krisis ilmu-ilmu sosial dimasa
kini. Masalah sosial yang kompleks tak mungkin untuk diuji dengan
pandangan partial dan linear. Didalam ilmu alam berbagai masalah
pokok didasarkan pada kenyataan obyek yang dapat dilihat di luar diri
kita dan bebas sebagai fakta obyektif. Kenyataan itu sangat berbeda
halnya dengan ilmu sosial budaya yang memusatkan studinya pada
realitas sebagai produk pikir manusia dengan segala subyektivitas emosi
serta nilai-nilai yang dianutnya. Fenomena sosial dan perilaku manusia
pada dasarnya hanya ada dalam pikiran manusia. Realitas tersebut
terikat oleh interaksi dialektis antara subyek dan obyek. Demikianlah
dalam mempelajari metodologi penelitian sosial ini, anda diharapkan
mengenal baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, karena
pendekatan kualitatif sangat tepat bagi studi ilmu-ilmu sosial budaya,
termasuk didalamnya ilmu komunikasi.
Jenis-jenis Validitas.
1. Validitas logis : mempersoalkan apakah pola hubungan
variabel/konsep dapat diterima akal sehat. Misal : kita akan
menganggap logis bila Org meneliti pengaruh usia terhadap suatu hal
bukan sebaliknya.
2. Validitas tampang : menyangkut atribut kongkrit, bila kita ingin
mengukur mencek huruf kita akan meminta orang membaca.
3. Validitas lintas budaya : mempersoalkan apakah alat ukur yang
digunakan pada masyarakat ttt juga berlaku didalam masyarakat
yang lain.
4. Validitas internal : menyangkut tentang internal psikologis
khalayak/responden. Misal : kalau kita ingin mengamati sikap petani
terhadap kredit usaha tadi maka kuesioner yang diajukan harus
benar-benar menggali psikologis internal petani, bagaimana
tanggapannya thd program kredit tsb.
5. Validitas eksternal : mempersoalkan apakah alat ukur yang
dikenakan pada komunitas ttt juga berlaku pada komunitas yang
lain. Misal : mangamati konsep belajar jarak jauh ( UT ), apakah
siaran-siaran pendidikan program UT bisa memacu belajar
mahasiswa, bagaimana antara mahasiswa fisip dibanding dengan
mahasiswa fakultas lain.
6. Validitas konstruk : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur
punya persamaan dengan alat ukur yang lain pada waktu mengukur
konstruk/konsep yang sama.
7. Validitas isi : menyankut derajad keterwalian substansi suatu alat
ukur. Pengukuran kategorisasi dalam content analysis, kategori yang
dibuat peneliti itu mampu disepakati oleh pengkoding/pembaca.
8. Validitas prediktif : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur
mampu meramalkan perilaku sekarang maupun yang akan datang.
Penyusunan Proposal Penelitian
Terdapat dua hal pokok yang harus benar-benar difahami ketika hendak
menyusun atau membuat proposal penelitian. Dua hal tersebut adalah :
1) Logika penelitian, dan
2) Format proposal yang dikehendaki.
1) Logika penelitian.
Yang dikenal dengan logika penelitian disini adalah struktur fikiran
berkenaan dengan proses penelitian, yang dalam hal ini terdapat
perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pada penelitian kuantitatif, logika penelitian memiliki struktur
kurang lebih sebagai berikut :
Teori
Deduksi
Hipotesa
Operasionalisasi
Observasi/
Pengumpulan
data
Pengolahan data
Analisis data
Interpretasi
Temuan-temuan
Induksi
Kedua variabel ini hendak dibandingkan dan diduga yang pertama lebih
tinggi dibanding yang kedua. Tetapi untuk bisa dibandingkan maka
konsep pokok dalam variabel harus diberi arti khusus, yakni dengan
memilih aspek tertentu sehingga memberikan peluang untuk
pengukuran dan kategorisasi. Inilah yang disebut operasionalisasi.
Suatu variabel sering kedapatan mengandung banyak konsep, dan
semua konsep selayaknya didefinisikan secara khusus, yakni dengan
memilih aspek-aspek tertentu dari suatu konsep.
Konsep pokok dalam variabel-variabel seperti dicontohkan di atas adalah
sikap a-politis. Sikap a-politis misalnya didefinisikan sebagai
kecenderungan perasaan tidak suka atau tidak tertarik kepada masalah-
masalah politis yang akan dilihat/diukur dari ( sebagian, seluruh, atau
masih akan ditambah lagi ) penggunaan media massa ( rubrik, acara
apa yang paling diminati ), aktivitas diluar bangku kuliah/sekolah (
menjadi anggota,ikut menyumbang, duduk dalam kepengurusan
organisasi yang punya aset terhadap pengambilan keputusan politis
dsb.
Setelah ada operasionalisasi konsep/variabel maka peneliti dapat pergi
ke lapangan guna mengumpulkan data. Data direkam/dicatat kemudian
diproses untuk kemudian dianalisis.
Dalam penelitian kuantitatif, data berupa kuantum ( bilangan ), yakni
menunjuk intensitas dan atau ekstensitas dari gejala yang diamati.
Karena data lebih banyak merupakan bilangan, maka peneliti sering kali
berfikir tentang satuan-satuan untuk menunjuk intensitas dan
ekstensitas tadi : usia berapa tahun, datang rapat berapa kali,
menyumbang berapa rupiah untuk organisasi dan atau mengongkosi
kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan politik dsb.
Dalam pengolahan data, maka persoalan utama adalah
mentransformasikan jawaban responden ( kalau yang diteliti
kebetulan adalah manusia entah individu atau kelompok ) ke dalam
bentuk tabel-tabel atau grafik. Dengan memperhatikan ukuran-ukuran
bagi kategorisasi yang dibuat peneliti bisa memasukkan responden
mana masuk dalam kategori mana.
Analisis data dalam pada itu adalah membaca kecenderungan angka-
angka atau tepatnya data-data yang ada. Dalam hubungan ini sangat
mungkin peneliti membutuhkan teknik analisis statistik, terutama untuk
mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan suatu variabel dengan
variabel lainnya tadi ( ada korelasinya tidak, ada perbedaannya atau
tidak, apakah variabel menjadi penyebab munculnya variabel y atau
tidak, dsb ).
Hasil analisis inilah sebenarnya temuan-temuan penelitian, yakni
setalah peneliti menafsirkannya dengan cara menunjukkan
konsekuensi-konsekuensi dari hasil analisis. Termasuk disini adalah :
jawaban apa atas masalah penelitian, hipotesa diterima atau ditolak
dalam tingkat signifikasi tertentu, teori-teori mana yang mendapat
penguatan dan teori-teori mana yang ditambah. Dengan kata lain
penegasan-penegasan apa yang bisa dibuat, saran-saran apa yang bisa
dikemukakan dst. Temuan-temuan ini, terutama yang berupa proposisi-
proposisi akan bermakna kontributif bagi pengembangan ilmu
khususnya khazanah ilmu.
Logika penelitian kualitatif dalam pada itu memiliki struktur yang agak
berbeda. Dalam pola siklus logika penelitian kualitatif terstruktur
kurang lebih sebagai berikut :
Pengumpulan
Data Etnografik
Menyusun Menyusun
Pertanyaan Catatan
Etnografik Etnografik
Analisis
Data
Etnografik
Pemilihan
Studi
Etnografik
Penulisan
Etnografik