Anda di halaman 1dari 15

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahun dan tindakan kepala keluarga tentang penyakit DBD di Kelurahan
Tungkal Harapan di mana penelitian ini telah dilaksanakan dari selama bulan
Februari 2017. Penelitian ini diikuti 30 orang yang telah bersedia mengikuti
penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang
tertuang di kuesioner.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan dan tindakan
responden tentang penyakit, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik
responden yang berada di Kelurahan Tungkal Harapan.

5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran umum daerah penelitian
Keadaan Geografis Puskesmas Kuala Tungkal II
A. Letak Wilayah
Puskesmas Kuala Tungkal II terletak di Kelurahan Tungkal IV Kota
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.10
Batas wilayah Kecamatan Tungkal Ilir, yaitu:10
Sebelah Utara : Kecamatan Seberang Kota (Tungkal V)
Sebelah Timur : Kecamatan Kuala Betara
Sebelah Barat : Kecamatan Pengabuan
Sebelah Selatan : Kecamatan Bram Itam
Secara administratif Puskesmas Kuala Tungkal II sejak tahun 2012
mempunyai wilayah kerja yang meliputi 4 kelurahan dan 1 desa, yang
terdiri dari :10
Kelurahan Tungkal Harapan
Kelurahan Tungkal IV Kota
Desa Teluk Sialang

30
31

Kelurahan Sungai Nibung


Kelurahan Sriwijaya
Gambar 5.1
Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat10

B. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II yaitu 57 Km2.
Wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II dibagi dalam wilayah kerja
Puskesmas pembantu yang terdiri dari :10
Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Tungkal Harapan, yang meliputi
Kelurahan Tungkal Harapan dan Kelurahan Sungai Nibung.
Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sungai Limau, yang meliputi
Kelurahan Tungkal IV Kota dan Kelurahan Sriwijaya.
Wilayah kerja Puskesmas Pembantu Teluk Sialang, yang meliputi
Desa Teluk Sialang.
32

C. Iklim
Pada umumnya wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II beriklim
panas, dengan suhu rata-rata berkisar antara 28oC-32oC. Musim hujan
hanya terjadi beberapa bulan dalam setahun dengan curah hujan rata-rata
2.000-2500 mm dalam setahun. Kondisi ini yang mengakibatkan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II selalu
kekurangan air bersih yang pada umumnya masyarakat sangat tergantung
pada air hujan sebagai sumber air bersih terutama di Desa Teluk Sialang,
sebagian Kelurahan Tungkal Harapan dan Kelurahan Sriwijaya.10
Wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II merupakan dataran
rendah dan berawa dengan ketinggian tanah antara 1-4 meter dari
permukaan laut. Pada saat pasang laut naik sebagian besar daerah
kelurahan dan desa tergenang air pasang surut (ROB).10
Keadaan Tropografis
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk untuk wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II
pada tahun 2014 berjumlah 32.216 jiwa (8.711 KK) dengan kepadatan
penduduk rata-rata 565 jiwa/Km2. Jumlah penduduk terpadat yaitu di
Kelurahan Tungkal Harapan 13.079 jiwa sedangkan terjarang adalah di
Desa Teluk Sialang yaitu 2.331 jiwa.10
B. Mata Pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian penduduk adalah petani/buruh tani,
nelayan, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, tukang
cukur, tukang jahit, salon, buruh kasar, Pegawai Negeri Sipil / ABRI dan
pensiunan.10
33

C. Sarana Pendidikan
Saranan pendidikan yang dimiliki mulai dari Paud/TK sampai tingkat
SMA.10
N Kelurahan/De Paud/T SD/SL M SM MTs/Ponpr SM
o sa K B I P es A
Tungkal
1 3 5 2 1 0 0
Harapan
Tungkal IV
2 3 5 0 2 0 0
Kota
3 Teluk Sialang 1 2 2 0 0 0
4 Sei Nibung 1 2 0 1 1 0
5 Sriwijaya 2 0 1 1 0 1
Jumlah 10 14 5 5 1 1

Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuala


Tungkal II terdiri dari TK/PAUD 10, SD/SLB/MI 19, SMP/SLB 5 dan
SMA/MTs 2.10
D. Sarana Perekonomian
Sarana perekenomian di wilayah kerja Puskesmas Kuala Tungkal II
terdiri dari : Pelabuhan Parit I, Pelabuhan speed boat, dan Sub Terminal.
Sarana pasar terdiri dari : Pasar Tradisional Parit I, Pasar Tradisional
Teluk Sialang, Swalayan dan Kompleks Pertokoan dan Kios.10
E. Sarana Keagamaan
Sarana keagamaan berupa Mesjid sebanyak 16 buah, Gereja 2 buah
dan Wihara/Kelenteng 2 buah.10
F. Budaya dan Adat Istiadat
Budaya dan adat istiadat pada umumnya terdiri dari berbagai budaya
dan adat istiadat seperti Melayu, Banjar, Bugis, Minga, Jawa, Batak
dan Etnis Tionghua. Semua budaya dan adat istiadat tersebut
tergabung dalam satu rumpun yaitu budaya dan adat istiadat Melayu
Jambi khususnya Kuala Tungkal.10
34

G. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variable yang kerap mendapatkan
perhatian khusus dan menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama
dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.10
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan
indikator-indikator seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang
aman, akses terhadap sanitasi dasar, tempat umum dan pengelolaan
makan sehat, institusi yang dibina kesehatan lingkungannya, rumah sehat
serta rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk aedes.

5.1.2 Karakteristik dasar responden penelitian

Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi (n) Presentase (%)
1. 29-36 3 10
2. 36-42 9 30
3. 43-49 5 16,6
4. 50-56 8 26,6
5. 57-63 5 16,6
Total 30 100
35

Diagram 5.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Umur

Umur
Frekuensi (n) Persentase (%)

30
26.6

16.6 16.6

10 9 8
5 5
3

29-36 36-42 43-49 50-56 57-63

Dari Tabel 5.1 dan diagram 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi karakteristik
responden berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 36-42
tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%), diikuti dengan kelompok umur 50-56 yaitu 8
orang (26,6%). Kelompok umur terendah pada kelompok umur terendah pada
kelompok umur 29-36 tahun yakni 3 orang (10%).
Tabel 5.2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase(100%)

Laki-laki 7 23,3
Perempuan 23 76,6

Total 30 100
36

Diagram 5.2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan

23%

77%

Dari Tabel 5.2 dan diagram 5.2 dapat dilihat bahwa distribusi karakteristik
responden berdasarkan Jenis Kelamin terbanyak yaitu perempuan 23 orang
(76,6%) dan responden paling sedikit yaitu laki-laki 7 orang (23,3%).
Tabel 5.3
Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Presentase (%)


Tidak sekolah/ buta huruf 1 3,3
SD 9 30
SMP 15 50
SMA 5 16,6
Total 30 100
37

Diagram 5.3
Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir
Tidak sekolah/ buta huruf SD SMP SMA

3%

17%
30%

50%

Menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir


dijenjang SMP yaitu 15 orang (50%), diikuti dengan pendidikan SD sebanyak 9
orang (30%), SMA sebanyak 5 orang (16,6%) dan hanya 1 orang (3,3%) yang
tidak sekolah/buta huruf.

Tabel 5.4
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan Frekuensi (n) Presentase (%)


Buruh 4 13,3
Swasta 3 10
Ibu Rumah tangga 15 50
B Pengocek Pinang 8 26,6
Total 30 100
T
38

Diagram 5.4
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan

13%
27%
10% Buruh
Swasta
IRT
50% Pengocek Pinang

Berdasarkan tabel 5.4 dan diagram 5.4 diketahui bahwa dari 30 responden
yang diteliti, hampir seluruhnya memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
yakni sebanyak 15 orang (50%), diikuti dengan pekerjaan sebagai pengocek
pinang yakni 8 orang (26,6%), sebagai responden memiliki pekerjaan sebagai
buruh sebanyak 4 orang (13,3%) dan pekerjaan responden paling sedikit sebagai
wiraswasta yaitu 3 orang (10%).

Tabel 5.5
Distribusi karakteristik responden menurut Sumber yang diperoleh
tentang DBD

Sumber Informasi Frekuensi (n) Presentase (%)


TV 13 43,3
Surat kabar 3 10
Internet 2 6,6
Keluarga/Teman 12 40
Total 30 100
39

Diagram 5.5
Distribusi karakteristik responden menurut Sumber yang diperoleh
tentang DBD

Sumber Informasi
TV Surat kabar Internet Keluarga/Teman

40% 43%

7% 10%

Dari tabel dan diagram 5.5 dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan
Tungkal Harapan, rata-rata mendapat informasi tentang DBD melalui TV yakni
sebanyak 13 orang (43,3%), sebanyak 12 orang (40%) mendapat informasi DBD
melalui keluarga atau rekan teman, 3 orang (10%) melalui surat kabar/koran, dan
yang paling sedikit yakni hanya 2 orang mendapat informasi tentang DBD dari
internet.
40

5.1.3 Pengetahuan Responden


Tabel 5.6
Distribusi frekuensi dan presentasi Tingkat Pengetahuan responden
mengenai DBD di Kelurahan Tungkal Harapan

Tingkat pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 9 30
Sedang 15 50
Buruk 6 20
Total 30 100

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi dan presentasi Tingkat Pengetahuan responden
mengenai DBD di Kelurahan Tungkal Harapan

Pengetahuan
Frekuensi (n) Persentase (%)

43.3

30
26.6

13
8 9

Baik Sedang Buruk

Dari tabel 5.6 dan diagram 5.6 tentang distribusi tingkat pengetahuan
responden mengenai DBD dapat dilihat sebagian besar responden yakni 15 orang
(50%) termasuk ke dalam kategori sedang, 9 orang (30%) termasuk dalam
kategori baik dan sedikit orang termasuk dalam kategori buruk yaitu 6 orang
(20%).
41

5.1.4 Tindakan Responden


Tabel 5.7
Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden
mengenai DBD

Tingkat Tindakan Variabel (n) Presentase (%)


Benar 12 40
Salah 18 60
Total 30 100

Diagram 5.7
Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden
mengenai DBD

Tindakan
Benar Salah

60

40

18
12

Variabel (n) Presentase (%)

Dari 6 pertanyaan untuk mengukur tindakan responden tentang DBD, pada


tabel 5.8 dan diagram 5.8 didapatkan sebanyak 12 orang (40%) dikategorikan
tindakannya benar, 18 orang (60%) dikategorikan tindakannya salah.
42

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik responden penelitian
Dari hasil penelitian didapati responden berdasarkan kelompok umur
tertinggi pada kelompok umur 36-42 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%) dan
kelompok umur terendah pada kelompok umur terendah pada kelompok umur
29-36 tahun yakni 3 orang (10%). Dari hasil karakteristik jenis kelamin terbanyak
yaitu perempuan 23 orang (76,6%) dan responden paling sedikit yaitu laki-laki 7
orang (23,3%). Hal ini dapat terjadi karena pengambilan sampel dilakukan kepada
Ibu Rumah Tangga atau Kepala Keluarga yang berada di tempat pada saat
pengambilan sampel.
Mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SMP yaitu
15 orang (50%), diikuti dengan pendidikan SD sebanyak 9 orang (30%), SMA
sebanyak 5 orang (16,6%) dan hanya 1 orang (3,3%) yang tidak sekolah/buta
huruf. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden di Kelurahan Tungkal
Harapan tergolong sedang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat menentukan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang, didalam teori
disebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat
kepedulian terhadap kesehatan. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang
masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Widyaastuti,
2006)
Hampir seluruhnya responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga yakni sebanyak 15 orang (50%) dan pekerjaan responden paling sedikit
sebagai wiraswasta yaitu 3 orang (10%). Berdasarkan sumber informasi tentang
DBD rata-rata masyarakat di Kelurahan Tungkal Harapan mendapat informasi
DBD melalui T.V yakni sebanyak 13 orang (43,3%) dan didapatkan hanya 12
orang (40%) mendapat sumber informasi tentang DBD melalui keluarga atau
teman. Hal ini sama yang dikemukakan oleh Kittigul et al (2003); Acharya et al
(2005); Ibrahum et al (2009) menunjukkan bahwa T.V merupakan media penting
memberi informasi tentang DBD. Namun, dalam studi Lao PDR menemukan ahli
keluarga adalah sumber utama dalam memberikan informasi tentang DBD.
43

5.2.2 Pengetahuan

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang


sedang karena rata-rata nilai total pengetahuan responden adalah 4 dari nilai
maksimum 7. Tingkat pengetahuan responden mengenai DBD dapat dilihat
sebagian besar responden yakni 15 orang (50%) termasuk ke dalam kategori
sedang, 9 orang (30%) termasuk dalam kategori baik. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden
mempunyai pengetahuan sedang.. Namun berbeda dengan apa yang diperlihatkan
Hutapea (2007) dalam penelitiannya didapatkan 98.2% responden berpengetahuan
baik dan hanya 1.8% yang berpengetahuan sedang. Dengan mengetahui sebaran
jawaban responden pada pernyataan yang menilai pengetahuan, dapat dilihat
sebanyak 24 orang menjawab bahwa penyakit DBD dan DD adalah penyakit yang
berbeda dari hal gejala dan prognosa. Hal ini memperlihatkan bahwa penyerapan
informasi yang disampaikan oleh media adalah bagus.
Jika responden memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik maka dapat
melakukan tindakan pencegahan vektor. Pernyataan tersebut juga diperkuat
dengan teori yang dinyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bidang kesehatan antara lain pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, sosial dan budaya serta sarana dan prasarana yang dimiliki.
44

5.2.3 Tindakan
Proporsi paling tinggi adalah responden dengan tindakan salah sebesar
60% . Hasil ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh Marlina (2005) yang
memperlihatkan proporsi tertinggi untuk tindakan adalah kategori sedang.
Tindakan menutup tempat penampungan air ada 30% responden yang
melakukannya. Marlina (2005) menunjukkan hasil yang berbeda yakni sebanyak
79,7% respondennya melakukan penutupan tempat penampungan air. Tindakan
merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata.
Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata
dan terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, tetapi tidak selalu orang yang berpengetahuannya baik langsung
melakukan tindakan yang benar.
Hal lain yang menyebabkan tingkat tindakan yang kurang adalah
pekerjaan responden rata-rata sebagai pegawai negeri lebih banyak menghabiskan
waktu di luar rumah sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengurus rumah
dengan baik. Jika tindakan belum berubah kea rah yang lebih baik, maka akan
menjadikan salah satu faktor resiko terjadinya kasus DBD, oleh karena itu,
petugas kesehatan harus mengembangkan metode pencegahan penyakit DBD
untuk mengubah perilaku masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat
dalam kegiatan pencegahan DBD. Kegiatan pencegahan DBD yang dapat
dilakukan adalah seperti menutup, menguras tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara lain untuk
mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan meggunakan kelambu ketika
tidur, memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida.

Anda mungkin juga menyukai