Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu keadaan dimana kondisi ibu
hamil yang bisa menyebabkan janin yang dikandungnya tidak dapat tumbuh
dengan sehat, bahkan dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Ada juga
yang mengartikan bahwasannya kehamilan resiko tinggi adalah suatu proses
kehamilan yang kehamilannya mempunyai resiko lebih tinggi dan lebih besar
dari normal umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya)
dengan adanya resiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau pun
sesudah proses persalinanya kelak.1

Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara


negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jika dibandingkan
AKI (angka kematian ibu) Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI
Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama
seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 per kelahiran
hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab
langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan
terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%, infeksi 11%,
partus lama 5%, dan abortus 5%.1

Di Indonesia ada trias yaitu penyakit yang dialami ibu hamil, bersalin dan
nifas bahkan menjadi salah satu penyebab dari trias kematian pada ibu. Trias
kematian pada kondisi ibu yang selama ini terjadi adalah pendarahan, infeksi dan
preeklamsia.1,2

Di Indonesia (2010) kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%.


Kategori dengan risiko tinggi mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu <18
tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun 3 sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24
bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar

1
9,4%. Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11
%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain lain
11 %.1

Mini project ini menguraikan gambaran kasus ibu hamil resiko tinggi di
Puskesmas Rawasari periode Januari - Desember tahun 2016.

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran kasus ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas
Rawasari periode Januari - Desember tahun 2016.

I.3 Ruang Lingkup


Mini project ini dibuat berdasarkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari kunjungan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi di Puskesmas
Rawasari periode Januari - Desember tahun 2016.

I.4 Tujuan
I.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kasus ibu hamil dengan berisiko tinggi di
Puskesmas Rawasari periode Januari - Desember tahun 2016.
I.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam mini projek ini adalah:
Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan risiko tinggi
berdasarkan kelurahan wilayah kerja di Puskesmas Rawasari periode
Januari Desember tahun 2016.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan risiko tinggi
berdasartkan faktor risiko di Puskesmas Rawasari periode Januari
Desember tahun 2016.

I.5 Manfaat
I.5.1 Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi awal dalam mengantisipasi kehamilan
risiko tinggi.

2
I.5.2 Puskesmas
Memberikan gambaran tentang kasus ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas
Rawasari periode Januari Desember tahun 2016.
I.5.3 Dokter Internsip
Untuk menambah pengetahuan tentang ibu hamil risiko tinggi.
Memenuhi salah satu syarat kelulusan program internsip dokter indonesia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Kehamilan


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan
yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim ibu.1

II.2 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan, atau
ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi. Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah
keadaan buruk pada kehamilan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun
janin apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada
kasus normal.1,2
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya
mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan
(baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya) dengan adanya risiko terjadinya
penyakit atau kematian sebelum ataupun sesudah proses persalinanya kelak.1

II.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Risiko Tinggi

II.3.1 Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda

4
Ibu hamil pertama pada umur 20 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan
kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup
dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:1,2
a. Bayi lahir belum cukup umur
b. Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
c. Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir

2. Primi tua
Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan
lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya
yang terjadi antara lain hipertensi / tekanan darah tinggi, pre-eklamsia,
ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet, bayi tidak dapat
lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa, perdarahan setelah
bayi lahir, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr.3
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-
kelainan antara lain:
a. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal
atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai
pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
b. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada
mereka yang usianya lebih dari 45 tahun.
c. Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih
mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih
berusia 15 sampai 24 tahun.
d. Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan
dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan
diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom
tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu
ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat
dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk
trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down.1,2,3

5
3. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2
tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada
kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan
perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:2,3
a. Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah,
b. Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu,
c. Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gram

4. Primi tua sekunder


Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan
yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi:1,2,3
a. Persalinan dapat berjalan tidak lancar,
b. Perdarahan pasca persalinan,
c. Penyakit penyerta ibu: Hipertensi, diabetes, dan lain-lain

5. Grande multipara
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan, seperti:
kesehatan terganggu (anemia, kurang gizi), kekendoran pada dinding perut,
kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat terjadi:2,3
a. Kelainan letak janin
b. Robekan rahim
c. Persalinan lama
d. Plasenta previa dan solusio plasenta
e. Perdarahan pasca persalinan.

6. Umur 35 tahun atau lebih


Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut
terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak
lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam
tubuh ibu.2,3

6
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak
proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala
tidak besar.
Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar.
Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar
lahir dalam bahaya, dan kebutuhan pertolongan medik yaitu persalinan
operasi sesar.2,3

8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)


Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:3
a. Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami
keguguran atau lahir belum cukup bulan atau lahir mati atau lahir
hidup lalu mati umur 7 hari
b. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami
keguguran 2 kali
c. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam
kandungan

9. Persalinan yang lalu dengan tindakan


Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau
per-vaginam:2,3
a. Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi
yaitu robekan / perlukaan jalan lahir, perdarahan pasca persalinan.
b. Manual plasenta, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga
rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada
keadaan bila ditunggu setengah jam plasenta tidak dapat lahir sendiri.
c. Riwayat tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami
perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500cc, sehingga
ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah.

10. Riwayat operasi sesar

7
Ibu hamil pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh
karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya
yang dapat terjadi yaitu robekan rahim, kematian janin dan kematian ibu,
perdarahan dan infeksi.2,3

II.3.2 Ada Gawat Obstetri / AGO ( Tanda bahaya pada saat kehamilan,
persalinan, dan nifas )
11. Penyakit pada ibu hamil
a. Anemia
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5
g% pada trimester 2. Pengaruh anemia pada kehamilan yaitu
menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit,
menghambat pertumbuhan janin sehingga janin lahir dengan berat badan
lahir rendah, kematian janin, persalinan prematur, persalinan lama, dan
perdarahan pasca persalinan.4
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat dan nutrisi yang
meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan
kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik.
Anemia defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling
sering ditemukan. Pada kehamilan defisiensi besi terjadi akibat
pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis. Pencegahan
anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi dan
asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan.3,4
Defisiensi asam folat juga dapat menyebabkan anemia
megaloblastik yang ditandai dengan kulit yang kasar dan glositis, serta
pada pemeriksaan apusan darah didapatkan morfologi sel normokrom
makrositer. Pada kehamilan, kebutuhan asam folat meningkat 5-10 kali
lipat karena transfer folat dari ibu ke janin. Kadar esterogen dan
progesteron yang tinggi tampaknya memiliki efek penghambatan
terhadap absorsi asam folat. Selain menyebabkan anemia, defisiensi
asam folat juga dikaitkan dengan anomali kongenital janin, terutama

8
defek pada penutupan tabung neural. Penatalaksanaan defisiensi asam
folat adalah pemberian folat secaral oral sebanyak 1-5 mg per hari.3,4

b. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Terdapat 4 spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria pada
manusia yaitu vivaks, ovale, malariae, dan falciparum. Sejumlah daerah
tertentu di Indonesia terutama yang berada di daerah pantai dan rawa,
merupakan daerah endemis malaria. Gejala dan komplikasi malaria
selama kehamilan berbeda-beda tergantung pada intensitas transmisi dan
berhubungan langsung dengan tingkat imunitas ibu hamil.3,4
Selama kehamilan lebih dari setengahnya memberikan
manifestasi klinis yang atipik, berupa (1) demam dengan berbagai
macam pola demam mulai dari tanpa demam, demam tidak terlalu tinggi
yang terus menerus, hingga ke hiperpireksia, (2) Anemia, dan (3)
Splenomegali.
Jenis malaria yang paling ringan adalah malaria tertiana yang
disebabkan oleh Plasmodium vivaks, dengan gejala demam dapat terjadi
setiap 2 hari sekali setelah gejala pertama terjadi. Plasmodium
falciparum (malaria tropika) merupakan penyebab kematian terbesar
yang dapat menghalangi jalan darah ke otak sehingga dapat
menyebabkan koma hingga kematian. Malaria kuartana yang disebabkan
oleh Plasmodium malarie, memiliki masa inkubasi yang lebih lama dan
gejala demam terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat merupakan
jenis malaria yang paling jarang ditemukan disebabkan oleh
Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi dengan pewarnaan
Giemsa merupakan gold standard penyakit malaria. Cara lain
pemeriksaan laboratorium adalah dengan mendeteksi antigen malaria
dengan Dipstick atau Rapid Diagnostic Test, cara ini sangat simpel tetapi
masih membutuhkan konfirmasi ulang bila hasil positif dengan cara
mikroskopis. Cara lain untuk diagnosis adalah dengan pemeriksaan asam

9
nukleat parasit dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), pemeriksaan
ini lebih akurat namun harganya mahal dan kompleks.3,4
Komplikasi penyakit malaria cenderung lebih berat pada
kehamilan. Komplikasi yang sering timbul pada ibu adalah anemia,
edema paru, dan hipoglikemi. Malaria juga dapat menimbulkan
permasalahan bagi janin yaitu abortus spontan, persalinan prematur,
kematian janin, insufisiensi plasenta, IUGR, BBLR, dan gawat janin.
Selain itu, penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat
menyebabkan malaria kongenital.3

c. TBC Paru
Ibu hamil yang menderita TBC paru mengalami keluhan yaitu
batuk lama tak sembuh-sembuh, dapat sampai batuk berdarah,
penurunan berat badan, keringat malam hari. Pada foto thorax ditemukan
gambaran infiltrat, kavitas, dan limfadenopati. Pada kehamilan dengan
infeksi TBC meningkatkan risiko prematuritas, IUGR, BBLR, dan
kematian janin dalam kandungan. Infeksi TBC dapat menginfeksi
plasenta dalam bentuk granuloma atau aspirasi sekret pada proses
persalinan sehingga dapat menyebabkan TBC kongenital. Neonatal
tuberkulosis dapat dicegah dengan pengobatan TBC sebelum
persalinan.3
Pengobatan TBC dalam kehamilan menurut rekomendasi WHO
adalah pemberian 4 regimen kombinasi isoniazid, rifampicin, etambutol,
dan pirazinamid selama 6 bulan dengan cara pengobatan yang sama
dengan penderita TBC yang tidak hamil. Saat persalinan mungkin
diperlukan pemberian oksigen yang adekuat dan cara persalinan sesuai
indikasi obstetrik. Pemakaian masker dan ruangan isolasi diperlukan
untuk mencegah penularan. Pemberian ASI tidak merupakan
kontraindikasi meskipun ibu mendapatkan obat anti-TBC. Profilaksis
neonatus dengan izoniazid 10 mg/kg/hari dan vaksin BCG.3

d. Penyakit Jantung
Keluhan yang dirasakan ibu berupa sesak napas, jantung
berdebar, dada terasa berat terkadang disertai nyeri, nadi cepat, dan kaki

10
bengkak. Bahaya yang dapat terjadi adalah payah jantung bertambah
berat, kelahiran prematur, BBLR, bayi dapat lahir mati.4
Persalinan dilakukan dengan mempercepat kala 2 (induksi
persalinan / vacum / forcep) atau dengan seksio sesarea.4

e. Diabetes Melitus
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita
diabetes melitus adalah persalinan prematur, hydramnion, kelainan
bawaan, makrosomia, kematian janin dalam kandungan sesudah
kehamilan minggu ke-36, serta kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup,
kemudian mati < 7 hari).5
Diabetes juga mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam
kehamilan yaitu pre-eklamsia, kelainan letak janin, serta insufisiensi
plasenta. Diabetes juga merupakan penyulit yang sering dijumpai dalam
persalinan yaitu dapat terjadi inersia uteri dan atonia uteri, distosia bahu
karena anak besar, lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan
(seksio sesarea), lebih mudah terjadi infeksi, angka kematian maternal
lebih tinggi.4,5

f. Penyakit Menular Seksual


Kehamilan dengan HIV/AIDS dapat menyebabkan terjadi
gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena
infeksi. Dampak HIV pada kehamilan yakni dapat terjadi pertumbuhan
intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
prematur. Bayi dapat tertular HIV/AIDS dalam kandungan atau tertular
melalui ASI.5

g. Toxoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya
yang dapat terjadi infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus,
infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, dan
hidrosefalus.4,5

11
12. Pre-Eklampsia ringan
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Hipertensi yang ditemukan dengan tekanan sistolik 140 mmHg atau
tekanan diastolik 90 mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6
jam dan terdapat proteinuria 300 mg dalam 24 jam (1+ dipstick), rasio
protein urin : kreatinin 0,3 atau peroteinuria yang persisten 30 mg/dL
pada sampel urin acak. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik
karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.5
Komplikasi pre-eklampsia ringan pada ibu hamil yaitu pre-eklamsi
berkembang menjadi pre-eklampsia berat sampai dengan kematian dan
dapat terjadi kegagalan fungsi organ. Penyulit yang dapat terjadi pada janin
ialah intrauterine fetal growth restriction, solusio plasenta, prematuritas,
sindroma gawat napas, kematian janin intrauterine, kematian neonatal,
perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral
palsy.5
Tujuan utama perawatan preeklampsia adalah mencegah kejang,
perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan
melahirkan bayi sehat.
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat
jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi
tidak mutlak harus tirah baring. Pada umur kehamilan 20 minggu, tirah
baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada vena kava
inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah
curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-
organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi
glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya
mengingkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular,
sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan
meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan
memperbaiki kondisi janin dalam rahim. Pada preeklampsia, ibu hamil
umumnya masih muda, berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak
perlu restriksi garam.5

12
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu
dirawat di rumah sakit. Kriteria rawat inap preeklampsia ringan:5
a. Bila tidak ada perbaikan pada tekanan darah dan proteinuria selama 2
minggu
b. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia berat
Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG
dan Doppler khususnya untuk mengevaluasi pertumbuhan janin dan jumlah
cairan amnion. Pemeriksaan non stress test dilakukan 2x seminggu dan
konsultasi ke bagian mata, jantung, dan lain-lain.5
Kehamilan preterm adalah antara 22 minggu sampai 37 minggu.
Pada kehamilan preterm, bila tekanan darah mencapai normotensive,
persalinannya ditunggu sampai aterm. Pada kehamilan aterm > 37 minggu,
persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu dengan
memperpendek kala II.6

13. Hamil kembar


Kehamilan kembar adalah ibu hamil dengan dua janin (gemelli),
atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan
menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan, seperti: sesak
napas, edema kedua bibir kemaluan dan tungkai, varises, dan hemorrhoid.
Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan kembar adalah keracunan
kehamilan, hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak,
persalinan sukar, perdarahan saat persalinan.
Pengaruh kehamilan kembar terhadap ibu adalah kebutuhan akan
zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-
zat lainnya, hidramnion, frekuensi pre-eklamsi dan eklampsia lebih sering,
dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta
sesudah anak pertama lahir. Pengaruh kehamilan terhadap janin adalah
prematuritas, bila terjadi solusio plasenta maka angka kematian bayi kedua
tinggi, dan dapat terjadi kelainan letak janin.6

13
14. Intra uterine fetal death
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur
kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam.
Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu yaitu tidak terasa gerakan janin dan
perut terasa mengecil, payudara mengecil. Dari keluhan ibu dapat
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil yaitu DJJ tidak terdengar dan
hasil tes kehamilan negatif. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan
janin mati dalam rahim yaitu gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan
dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu.6

15. Serotinus / Hamil lebih bulan


Pada kehamilan 42 minggu, fungsi dari jaringan plasenta dan
pembuluh darah menurun sehingga dapat menyebabkan janin mengecil,
kulit janin mengkerut, lahir dengan berat badan rendah, janin dalam rahim
dapat mati mendadak.7

16. Letak sungsang


Letak sungsang yaitu letak janin dalam rahim dengan kepala diatas
dan bokong atau kaki dibawah pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan).
Bahaya yang dapat tejadi yaitu gawat napas yang berat dan bayi dapat mati
dalam proses persalinan.6,7

17. Letak lintang


Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan
tua (hamil 8-9 bulan), dimana kepala ada di samping kanan atau kiri dalam
rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa,
karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Pada janin
letak lintang yang mati dalam proses persalinan baru dapat dilahirkan
dengan alat melalui jalan lahir biasa. Pada persalinan yang tidak di tangani
dengan benar, dapat terjadi robekan rahim, dan akibatnya yaitu perdarahan
hingga syok, infeksi, gawat janin, dan janin mati.6,7

II.3.3 Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)

14
1. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan sebelum persalinan atau
sebelum kelahiran bayi pada ibu hamil setelah 28 minggu. Perdarahan
antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya.
Perdarahan dapat terjadi pada:
a. Plasenta Previa yaitu plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi
sebagian/seluruh mulut rahim.
b. Solusio Plasenta yaitu plasenta sebagian atau seluruhnya lepas dari
tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan
darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat
melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya
penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi pada perdarahan antepartum
adalah bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan, perdarahan
hingga syok pada ibu, gawat janin, dan kematian janin.7

2. Pre-Eklampsia berat/Eklampsia
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria
lebih dari 5g/24jam.7
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang atau
koma. Kejang dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah persalinan. Proporsi
yang tidak menderita kejang sampai dengan 48 jam postpartum adalah
sebesar 10 persen.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat
sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklampsia digolongkan
preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:7
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih dari 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan
kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500ml/24jam.

15
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan aras abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson).
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotrasferase.
k. Perumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
l. Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low
Platelets).
Diagnosis ditegakkan pada kehamilan 20 minggu dan didapatkan
satu atau lebih gejala pre-eklamsia berat. Komplikasi pre-eklamsi berat
pada ibu yaitu pre-eklamsi berat menjadi eklamsi dan dapat terjadi
kegagalan fungsi organ. Komplikasi pada janin dapat berupa prematuritas,
IUGR, gawat janin, dan IUFD.6,7

II.4 Pencegahan kehamilan risiko tinggi

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan


obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Tujuan utama dari asuhan antenatal antara lain:
a. untuk menentukan status kesehatan dari ibu dan janin
b. memperkirakan usia kehamilan
c. memulai rencana untuk melanjutkan obstetrical care
Terdapat enam alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:8
a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnnya
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

16
d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal


menurut Depkes RI yang terdiri dari :8
a. Pada kunjungan pertama, dilakukan:
1. Catat identitas ibu hamil
2. Catat kehamilan riwayat sekarang
3. Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
4. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
6. Pemeriksaan obstetrik
7. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khususnya atas indikasi
9. Edukasi nutrisi
10. Penyuluhan/konseling.

b. Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama


kehamilan:8
Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36)
Bila kehamilan risiko tinggi jadwal kunjungan harus lebih ketat.
Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan minimal 4 kali. Dalam bahasa
program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka
K yang merupakan singkatan dari kunjungan.

c. Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7 T: Timbang berat badan,


ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus Uteri, pemberian imunisasi Tetanus

17
Toxoid, pemberian Tablet besi (minimum 90 tablet selama kehamilan), Tes
terhadap penyakit menular sexual, Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.9

d. Pemberian vitamin zat besi.


Dimulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 mg, minimal masing-masing 120 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di
minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.8,9

e. Jadwal imunisasi TT
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus
didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya.
Pemberian imuniasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal,
hanya terdapat interval minimal antar dosis TT (dosis vaksin 0,5 ml IM di
lengan atas).8,9

Tabel 1. Jadwal imunisasi TT


Jenis Lama % Perlindungan
Waktu Kunjungan
Imunisasi Perlindungan
TT1
Saat kunjungan pertama (sedini mungkin
pada kehamilan)

TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan) 3 tahun 80%

6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika


TT3 5 tahun 95%
selang waktu minimal terpenuhi

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%

25 tahun/
TT5 1 tahun setelah TT4 99%
seumur hidup

f. Jadwal kunjungan ulang9


1. Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk:
a. Penapisan dan pengobatan anemia.

18
b. Perencanaan persalinan.
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Kunjungan II (2428 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan:
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran
kemih.
c. Mengulang perencanaan persalinan.
3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir):
a. Sama seperti kunjungan II dan III.
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c. Mengenali tanda-tanda persalinan

19
BAB III
METODE

III.1 Jenis dan subjek penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh
dari kunjungan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi di Puskesmas Rawasari
periode Januari Desember tahun 2016.

III.2 Analisis data


Analisis data menggunakan analisis deskriptif, data disajikan dalam bentuk
grafik.

III.3 Kerangka konsep

Ibu
Hamil

IBU HAMIL RISIKO


TINGGI

Fakto risiko

Cakupan
puskesmas

Gambar 3.1 Kerangka konsep

20
III.4 Definisi variabel operasional

Tabel 3.1 Definisi variabel operasional


Variabel Definisi

Ibu hamil Wanita yang sedang mengandung janin didalam


rahimnya karena sel telur telah dibuahi oleh spermatozoa
dari pria.

Faktor risiko Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala yang dapat


meningkatkan suatu risiko dalam penyakit tertentu.

Risiko tinggi Kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih
besar pada waktu kehamilan maupun persalinan.

Cakupan Jangkauan pelayanan kesehatan lewat puskesmas.

21
BAB IV
HASIL

IV.1 Profil komunitas umum

Puskesmas Rawasari awalnya adalah Puskesmas Pembantu (Pustu)


dibawah naungan Puskesmas Pal V di bangun tahun 1980. Pada tahun 1994,
status puskesmas meningkat menjadi Puskesmas Induk dengan membawahi 4
Pustu yaitu, Pustu Villa Kenali Permai, Pustu Simpang 3 Sipin, Pustu Sei
sawang, dan Pustu Kampung Hidayat. Puskesmas Rawasari mempunyai wilayah
kerja dengan 4 kelurahan yaitu kelurahan simpang 3 sipin, kelurahan mayang
mengurai, kelurahan Rawasari dan kelurahan Beliung yang terletak dikecamatan
Kota Baru.

Pada tahun 2016 terjadi pemekaran wilayah kecamatan Kota Baru,


Puskesmas Rawasari berada di kecamatan pemekaran yaitu kecamatan Alam
Barajo. Dengan pemekaran wilayah kecamatan wilayah kerja puskesmas
Rawasari berkurang menjadi 3 kelurahan yaitu kelurahan mayang mengurai,
kelurahan Rawasari dan kelurahan Beliung yang terletak dikecamatan Alam
Barajo.

Puskesmas Rawasari membawahi 3 Puskesmas Pembantu (Pustu ) yaitu,


Pustu Villa Kenali Permai, Pustu Simpang 3 Sipin dan Pustu Kampung Hidayat.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Pada Kelurahan Tahun 2016

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga


Kel. Rawasari 19.961Jiwa 3.565
Kel. Beliung 9.379 Jiwa 1.722
Kel. Mayang mengurai 25.636 Jiwa 5.654
Jumlah 54..976 jiwa 10.941

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Pada Kelurahan Tahun 2016

22
Jumlah Penduduk L P
Kel. Rawasari 19.961Jiwa 9.777 10.184
Kel. Beliung 9.379 Jiwa 4.813 4.566
Kel. Mayang mengurai 25.636 Jiwa 13.190 12.446
Jumlah 54.976 Jiwa 27.780 27.196

Gambar 4.1 Peta wilayah kerja puskesmas rawasari

Puskesmas Rawasari ditetapkan sebagai puskesmas yang menerapkan


pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD)
Berdasarkan Keputusan Walikota Jambi No. 535 tahun 2016 tanggal 30
Desember 2016. Tahun 2017 merupakan masa transisi bagi puskesmas rawasari.
Puskesmas Rawasari sudah memasuki tahun ke 3 menerapkan pelayanan 24 jam
sejak ditetapkan tahun 2015.

23
IV.1.1 Visi dan misi
1. Visi
Menjadikan Puskesmas Rawasari sebagai pusat pelayanan Kesehatan
masyarakat yang terpadu dan bermutu menuju layanan prima.

2. Misi
1. Memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Meningkatkan mutu sumber daya puskesmas
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
4. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat.

IV.1.2 Sosial budaya, agama, politik dan ekonomi


Mayoritas penduduk beragama Islam (82,1%), Kristen(13%),
Budha/Hindhu (3,4%) dan lain lain (1,6%). Perilaku Masyarakat berobat ke
Puskesmas Rawasari dan 4 Puskesmas Pembantu , yaitu Pustu Sei.Sawang,
Pustu Simpang III Sipin, Pustu Kenali Permai dan Pustu Kampung Hidayat.
Dan sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek swasta.
Otonomi daerah dengan dukungan Pemerintah Daerah cukup baik,
mata pencarian penduduk mayoritas petani dan pegawai negeri, dan yang
lainnya pedagang, buruh dan pensiunan pegawai negeri.

IV.1.3 Pendidikan
Sebagian besar pendidikan SD sederajat, SMP sederajat, SMA
sederajat dan Perguruan Tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah
kerja Puskesmas Rawasari adalah: TK= 26 , SD/MI= 17/3, SLTP/MTS= 2/3,
SLTA/MA= 6/1 dan PT= 1.

IV.1.4 Fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas rawasari


Puskesmas Rawasari mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan dalam
gedung berupa: pelayanan Gawat Darurat sederhana, Poli umum, Poli gigi,
Poli Anak, Poli Imunisasi, Poli KIA, Poli KB, Kesehatan Anak, Pojok
Kesling, Pojok Gizi, Pojok laktasi, Klinik IMS, Pemeriksaan Labor dan
Pelayanan Apotik. Pada tahun 2015 ini ditambah dengan pelayanan 24 Jam.

24
Pelayanan luar gedung berupa : Puskesmas Pembantu 4 buah,
posyandu 23 Pos, Posyandu usila 3 Pos, Posbindu 1, Kelas Bumil 4 dan UKS
Strata Optimal (1) di SD 150/IV kota jambi.

IV.1.5 Data prasarana dan ketenagaan

Table 4.3 Data prasarana dan ketenagaan


No Prasarana dan tenaga Jumlah

1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 3 buah

2 Poskesdes 0 Buah

3 Polindes 0 Buah

4 Posyandu 23 Buah

5 Dokter Umum 3 Orang

6 Dokter Gigi 2 Orang

7 Dokter Spesialis 0 Orang

8 Sarnjana Kesehatan 1 orang

9 Bidan 19 Orang

10 Perawat 16 Orang

11 Sarjana Keperawatan 6 orang

12 Perawat Gigi 4 0rang

13 Analis 3 Orang

14 Sanitarian 4 Orang

15 Nutrisionis 1 Orang

16 Farmasi 4 Orang

25
17 Crash Program (PCPPM) 1 Orang

18 LCPK 3 Orang

Tabel 4.4 Data Sarana di wilayah Kerja

No Data Sarana Jumlah

1 Rumah Sakit 1 Buah

2 Rumah Bersalin (RB) 3 Buah

3 Klinik Swasta 2 Buah

4 Bidan Praktek Swasta (BPS) 14 Buah

5 TK, PAUD dan Sederajat 15 Buah

6 SD dan Sederajat 13 Buah

7 SLTP dan Sederajat 2 Buah

8 SLTA Sederajat 5 Buah

IV.1.6 Struktur organisasi


1. Kepala Puskesmas,
2. Kepala sub bagian Tata Usaha,
3. Penanggung jawab Upaya Kesehatan Essensial dan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat,
4. Penanggung Jawab upaya kesehatan Masyarakat Pengembangan,
5. Penanggung jawab UKP ( Upaya Kesehatan Pereorangan ), Kefarmasian
dan Laboratorium,
6. Penanggungjawab Jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan

26
IV.1.7 Kelembagaan
Puskesmas Rawasari merupakan salah satu Puskesmas di Kota Jambi
yang dibawahi langsung Dinas kesehatan Kota Jambi. Puskesmas ini
diklasifikasikan Puskesmas Rawat Jalan dengan Pelayanan 24 Jam sejak
Februari 2015, dengan membawahi 4 Puskesmas Pembantu. dikepalai
seorang Kepala Puskesmas dan di bantu oleh Tata Usaha serta beberapa
Koordinator Program di Puskesmas. Dalam struktur organisasinya dibagi
beberapa unit program yang masing masing unit pelayanan akan dipegang
oleh seorang koordinator, yang dibantu beberapa anggotanya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada struktur Puskesmas.

27
28
IV.1.8 Program pelayanan kesehatan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa program pokok,
program tambahan. Program-program pokok meliputi Promkes, KIA,
MTBS, P2M, Gizi, Kesling, Pengobatan dasar. Program-program tambahan
meliputi KB, Usila, Perkesmas, Laboratorium, Kesehatan Mata, Kesehatan
telinga, Kesehatan Jiwa, UKS / UKGS, Kesehatan Gigi dan Mulut, Klinik
IMS dan SP2TP (SIK)
Puskesmas Rawasari mulai tahun 2008 sudah menerapkan
KAWASAN BEBAS ROKOK dilingkungan Puskesmas, sehingga
Puskesmas sudah terasa lebih sehat dan pengunjung selalu diingatkankan
untuk tidak merokok di lingkungan Puskesmas.

IV.2 Data sampel


Sampel pada mini project ini adalah seluruh ibu hamil yang datang
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di setiap kelurahan wilayah kerja
dan di Puskesmas Rawasari tahun 2016 yang berjumlah 922 orang.

Tabel 4.5 Data jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan
tahun 2016
No. Kelurahan Jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan

1. Rawasari 334 orang

2. Mayang Mangurai 427 orang

3. Beliung 161 orang

Jumlah 922 orang

29
BAB V
DISKUSI

V.1 Hasil
Data yang disajikan pada mini project ini adalah mengenai gambaran
cakupan ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas Rawasari tahun 2016 yang
berjumlah 184 orang. Adapun hasil pengolahan data secara lengkap yang
diperoleh dari penelitian ini disajikan dalam tabel dan grafik, sebagai berikut:

V.1.1 Gambaran jumlah ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Rawasari tahun 2016

Tabel 5.1 Jumlah ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Rawasari tahun 2016

No. Kelurahan Jumlah ibu hamil risiko tinggi

1. Mayang Mangurai 85 orang

2. Rawasari 67 orang

3. Beliung 32 orang

Jumlah 184 orang

90

80 85
46%
70

60 67
37%
50
85 Jumlah ibu hamil risiko tinggi
40
67
30 32
17%
20
32
10

0
Rawasari Mayang Mangurai Beliung

30
Gambar 5.1 Grafik jumlah ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Rawasari tahun 2016

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan perbedaan jumlah ibu hamil
risiko tinggi di setiap wilayah kerja Puskesmas Rawasari. Jumlah ibu hamil
risiko tinggi terbanyak yaitu di kelurahan Mayang mangurai berjumlah 85
orang dengan persentase 46%. Sedangkan Jumlah ibu hamil risiko tinggi
paling sedikit yaitu di kelurahan beliung berjumlah 32 orang dengan
persentase 17%.

V.1.2 Gambaran jumlah ibu hamil risiko tinggi berdasarkan faktor risiko di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari tahun 2016

Tabel 5.2 Jumlah ibu hamil risiko tinggi berdasarkan faktor risiko di wilayah
kerja Puskesmas Rawasari tahun 2016
No Kelurahan Ibu hamil
U U TD > HB Lila Prot TB DM H Riw Hep
< > 140/90 <11 <23,5 ein < I sc B
20th 35th mmHg mg/dl cm + 145 V
1. Rawasari
2. Mayang M
3. Beliung
Puskesmas 10 54 6 28 21 41 36 2 0 65 9

31
70
24%

60 20%

50
15%
13%
40
10%
30
8%
Ibu hamil

20
4% 3%
2%
10 1
0
0
U< U> TD > HB < Lila < Protein TB < DM HIV + Riw SC Hep B
21th 35th 140/90 11gr% 23,5 + 145 cm +
mmHg cm

Gambar 5.2 Grafik ibu hamil risiko tinggi berdasarkan faktor risiko di
Puskesmas Rawasari tahun 2016

Dari grafik di atas menunjukan bahwa jumlah ibu hamil dengan


riwayat SC ( sectio caesarea ) sebelumnya adalah faktor risiko terbanyak
yang dimiliki pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawasari pada
tahun 2016, yaitu sebanyak 65 orang ibu hamil dengan persentase 24%.
Disusul dengan urutan kedua terbanyak yaitu ibu hamil dengan usia > 35
tahun sebanyak 54 orang ibu hamil dengan persentase 20%. Sedangkan
faktor risiko yang paling sedikit adalah ibu hamil dengan HIV sebanyak 0
dengan persentase 0%. Tampak dari grafik diatas bahwa di wilayah kerja
puskesmas rawasari tidak memiliki ibu hamil dengan HIV AIDS. Sedangkan
untuk data ibu hamil risiko tinggi berdasarkan faktor risikonya per kelurahan
tidak dapat disimpulkan dikarenakan data yang tidak memadai.

32
V.1.3 Gambaran cakupan ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas Rawasari
tahun 2016
Untuk menggambarkan pencapaian cakupan ibu hamil risiko tinggi
dipuskesmas Rawasari, peneliti dalam hal ini hanya menyajikan 3 wilayah
yakni Rawasari, Mayang mangurai dan Beliung yang mempunyai data
lengkap selama tahun 2016, dikarenakan terjadi pemecahan wilayah yaitu
simpang 3 sipin sehingga tidak mempunyai data yang lengkap di tahun 2016.
Untuk lebih jelasnya pencapaian cakupan ibu hamil risiko tinggi bisa dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Jumlah sasaran ibu hamil dan cakupan ibu hamil risiko tinggi
di wilayah kerja Puskesmas Rawasari

Kelurahan Sasaran ibu Jumlah ibu hamil Persentase


hamil risiko tinggi

Rawasari 312 62 20%

Mayang mangurai 401 80 20%

Beliung 147 29 20%

JUMLAH 860 172 20%

450

400

350

300

250
Sasaran
200 Cakupan
150

100

50

0
Rawasari Mayang Mangurai Beliung

33
Gambar 5.3 Grafik pencapaian cakupan ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas
Rawasari tahun 2016

Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa persentase cakupan


ibu hamil risiko tinggi di puskesmas Rawasari yaitu sebanyak 20%. Setiap
kelurahan memiliki persentase cakupan ibu hamil risiko tinggi yang sama
yaitu sebanyak 20% dari jumlah sasaran ibu hamil.

V.2 Pembahasan
Kematian ibu menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah
kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup.
Antenatal care atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Asuhan
antenatal bertujuan untuk mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Berdasarkan penelitian ibu hamil di puskesmas rawasari terdapat 922 orang ibu
hamil yang berasal dari tiga kelurahan wilayah kerja untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan di puskesmas rawasari.
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan untuk
memperbaikinya, dan kenyataannya, banyak dari faktor risiko ini sudah dapat
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi. Dari 922 orang ibu hamil yang datang
untuk memeriksakan kehamilan di puskesmas rawasari terdapat 184 orang ibu
hamil resiko tinggi dengan persentase 20%. Persentase faktor risiko penyebab ibu
hamil risiko tinggi adalah 4% usia < 20 tahun, 20 % usia > 35 tahun, 13% tinggi
badan < 145 cm, 2% tekanan darah > 140/90 mmhg, 10% Hb < 11 gr%, 8%
lingkar lengan atas < 23,5 cm, 15% protein urin (+), 1% diabetes melitus, 0%
HIV (+), 24% riwayat sectio caesarea, 3% hepatitis B (+).

34
Dari hasil penelitian ibu hamil risikio tinggi di puskesmas rawasari,
faktor risiko terbanyak penyebab ibu hamil risiko tinggi adalah ibu hamil dengan
riwayat sectio caesarea sebelumnya dan penyebab terbanyak kedua adalah usia >
35 tahun. Dari kunjungan semua ibu hamil ke puskesmas rawasari terdapat 20%
ibu hamil risiko tinggi.

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

1. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi tahun
2016 adalah 922 orang.
2. Jumlah ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Rawasari pada
tahun 2016 adalah 184 orang.
3. Persentase jumlah ibu hamil risiko tinggi di puskesmas rawasari adalah
sebanyak 20%.
4. Persentase faktor risiko penyebab ibu hamil risiko tinggi adalah 4% usia < 20
tahun, 20 % usia > 35 tahun, 13% tinggi badan < 145 cm, 2% tekanan darah >
140/90 mmhg, 10% Hb < 11 gr%, 8% lingkar lengan atas < 23,5 cm, 15%
protein urin (+), 1% diabetes melitus, 0% HIV (+), 24% riwayat sectio
caesarea, 3% hepatitis B (+).
5. Faktor risiko penyebab ibu hamil risiko tinggi terbanyak adalah riwayat sectio
caesarea yaitu sebanyak 24%, faktor risiko terbanyak kedua adalah usia > 35
tahun, dan faktor risiko terendah adalah HIV yaitu sebanyak 0%.

36
VI.2 Saran
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan
pemeriksaan asuhan antenatal atau antenatal care dengan memanfaatkan
media-media informasi seperti poster, leaflet dan pamflet untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat agar dapat untuk mencegah komplikasi obstetri dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
cepat.

37

Anda mungkin juga menyukai