Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja ( Sidhartani, 2007 ).
Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan
batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang
umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi
psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit
ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong,2009).
Menurut Wong ( 2009 ) dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan pada
anak cukup luas. Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan
perkembangan. Serangan asma menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah
berhari-hari, berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat
menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit membagi
waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan
emosional.Keadaan ini berdampak pada pola interaksi orang tua dan anak serta
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup
anak.
Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta
penduduk dunia menderita asma (GINA, 2011). Prevalensi asma pada anak di
Amerika Serikat mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka ini akan terus
bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di
dunia diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes ( 2009 ) angka kejadian asma pada anak dan bayi
sekitar 10-85%. Departemen Kesehatan juga memperkirakan penyakit asma
termasuk 10 besar penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di
Rumah Sakit serta diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita
asma. Apabila tidak dilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin
meningkat pada masa yang akan datang ( Depkes RI, 2009 ).

1
Fenomena terjadinya peningkatan kasus asma di beberapa daerah, salah
satunya Provinsi Jawa Tengah dapat terlihat dari adanya peningkatan kasus asma
di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta. Peningkatan angka
kunjungan anak dengan asma di unit rawat jalan sekitar 15,77% pada tahun
2012, dan penyakit asma termasuk dalam 10 penyakit terbanyak pada tahun
2010 di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta (Rekam
medik Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta, 2013 ).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Asma ?
2. Bagaimana pembagian dari penyakit Asma ?
3. Apa factor pencetus penyakit Asma ?
4. Apa etiologi penyakit Asma ?
5. Jelaskan manifestasi klinis dari penyakit Asma ?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Asma ?
7. Apa komplikasi dari penyakit Asma ?
8. Jelaskan pemeriksaan penunjang dari penyakit Asma ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Asma ?
10. Bagaimana pathway penyakit asma ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Asma ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan pernafasan sesuai dengan masalah utama asma.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui yang dimaksud dengan Asma .
b. Mengetahui pembagian dari penyakit Asma .
c. Mengetahui factor pencetus penyakit Asma .
d. Mengetahui etiologi penyakit Asma .
e. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Asma .
f. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Asma .
g. Mengetahui komplikasi dari penyakit Asma .
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit Asma .
i. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Asma .
j. Mengetahui pathway penyakit Asma .
k. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Asma .
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dmengetahuit berubah-ubah, baik secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji,
1999; 71)
Asma adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang
dmengetahuit pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi
mukosa serta edema.Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca
dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan nmengetahuis terhadap
berbagai stimulan.

B. Pembagian asma pada anak.


1. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdmengetahuit pada anak umur 3 8 tahun. Serangan
umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya
serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dmengetahuit
bebermengetahui hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dmengetahuit
berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dmengetahuit
berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang
terdmengetahuit pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi
asma anak.
2. Asma episode yang sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3
tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas
akut. Pada umur 5 6 tahun dmengetahuit terjadi serangan tanpa infeksi yang
jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya
alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.
3
Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan bebermengetahui
hari sampai bebermengetahui minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada
umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan
dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek
terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan.
Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan
kelainan fisik. Hay Fever dmengetahuit ditemukan pada golongan asma
kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini
merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
3. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6
bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi
yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik.
Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten dan hampir selalu terdmengetahuit mengi setiap hari; malam hari
terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi.
Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan di rumah sakit.
Terdmengetahuit juga gologan yang jarang mengalami serangan berat,
hanya sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah
mendmengetahuitkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai
asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencmengetahuii
puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya
perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa
muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dmengetahuit terjadi
perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest
dan terdmengetahuit sulkus Harison. Pada golongan ini dmengetahuit terjadi
gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik
kurangsekali, sering tidak dmengetahuit melakukan olah raga dan kegiatan
lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu.
Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
C. Faktor Pencetus
1. Alergen.
faktor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak
dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan
4
faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan
jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah
diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan
alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan
dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang,
spora jamur yang terdmengetahuit di rumah. Dengan bertambahnya umur
makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering
terjadi pada bayi dan anak kecil.
2. Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza.
Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur,
misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
3. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari
cat, SO2 dan polutan udara lainya dmengetahuit memacu serangan asma.
Iritasi hidung dan batuksendiri dmengetahuit menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4. Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dmengetahuit
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dmengetahuit merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dmengetahuit
memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dmengetahuit
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan
yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan

5
menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya
serangan atau hari depan anak juga dmengetahuit memperberat serangan asma.
Serangan asma dmengetahuit timbul disebabkan berbagai pencetus
bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai
pencetus non allergen yang dmengetahuit mempercepat dan memperburuk
serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan
dmengetahuit terjadi pada seorang anak setelah mendmengetahuit infrksi virus
pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
D. Etiologi
1. Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
2. Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus,
pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan
temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional;
takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dmengetahuit
menjadi faktor pencetus.
E. Manifestasi klinis

Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi
yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
X foto dada : atelektasis tersebar, Hyperserated

6
F. Patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya bahan
iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh
muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan
pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi
dmengetahuit berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ;
tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas
bebermengetahui minggu atau bulan.
Asma juga dmengetahuit terjadi faktor pencetusnya karena latihan,
kecemasan, dan udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi
meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan
nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan
dmengetahuit menimbulkan distres pernafasan. Anak yang mengalami astma
mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan
nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus,
CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan
akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dmengetahuit menurunkan
kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan nmengetahuis

Mengetahuibila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut
akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
7
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator
radang (histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)


Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan nmengetahuis

Asma

G. Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


Chronik persistent bronchitis
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kmengetahuisitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.

I. Penatalaksanaan
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dmengetahuit
diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
8
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan mengetahui pada orang
tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.
b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi
bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit. Efek
samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi
gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic, sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi
keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus
misalnya infus pump.
c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

J. Pathway

9
10
BAB III
TINJAUAN KASUS

Skenario Kasus
An. B usia 42 bulan dirawat di RS Hidayah. Klien mengeluh sesak nafas 2 hari
SMRS, klien tidak batuk, terdmengetahuit tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar
bunyi wheezing. Klien tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada
alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak cemas. Ibu klien belum
mengetahui tentang penyakit asma. TTV ; TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu :
37C, dan RR : 38 x/menit.

A. Pengkajian

Identitas Orang Tua Ayah Ibu


Nama : Tn. J Ny.N
Umur : 29 tahun 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Agama : Islam Islam
Pendidikan : Sarjana SMA
Pekerjaan : Wiraswasta IRT
Suku bangsa : Jawa Jawa
Alamat : Jl. Pemuda No.1 Jl. Pemuda No.1 Kebumen
Kebumen

2. Identitas Klien
Nama : An.B
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen
No.RM : 20605
Tanggal masuk RS : 11 November 2015 pukul 09.30 WIB
Dx. Medis : Asma

11
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama : Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari sebelum ke puskesmas,
klien tidak batuk, klien ada alergi dingin kemudian oleh ibunya diperiksakan
di Puskesmas, menurut hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma
sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan agar
klien dibawa ke RS Hidayah. Pada tanggal 11 November 2015 pukul 09.30
WIB oleh keluarga klien dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien mengatakan
klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdmengetahuit
tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien tampak
pucat dan gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara
dingin. Di IGD TTV ; TD : 90/60 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37C, dan
RR : 38 x/menit. Terapi : Oksigen 3 liter/ menit,infus RL 20 tpm, dan
nebulizer. Saat dikaji pada tanggal 11 November 2015 pukul 11.00 WIB Ibu
klien mengatakan klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk,
terdmengetahuit tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi
wheezing. Klien tampak pucat dan nafsu makan klien menurun. Ibu klien
mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien
tampak gelisah dan cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit
asma.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan jika udara dingin klien merasa sesak tetapi sesaknya
ringan tidak separah ini .Klien belum pernah dirawat di RS.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.
Dan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi
maupun penyakit serius lainnya.
5. Riwayat kehamilan
Anak laki laki dari ibu G1 P1 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien
mengatakan tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu
klien selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan secara teratur.
6. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada
kelainan bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan.
Klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu, presentasi bawah kepala, ketuban
berwarna jernih, setelah lahir klien langsung menangis, BBL : 3500 gram.
12
7. Riwayat imunisasi
Klien sudah mendmengetahuit imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ; DPT
I, II, III ; dan campak.
8. Riwayat tumbuh kembang
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalm proses
tumbuh kembang.
Perkembangan motorik : klien mampu berjalan dengan tegak, lari-lari kecil,
melompat, dan berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.
Perkembangan sosial : klien mulai mampu menggosok gigi sendiri, dan
menncoba memakai baju.
9. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan klien = 100 cc/ kgBB/ hari
= 100 x 14
=1400 liter
10. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori klien = 100 kalori/kgBB
= 100 x14
=1400 kalori/hari
C. Pemeriksaan Fisik
1. TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37 C
RR : 38 x/menit
2. Antropometri :
Lingkar Kepala : 54 cm
Lingkar Lengan atas : 16 cm
BB : 14 Kg
TB : 100 cm
3. Kepala : mesosepal
4. Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap
cahaya pupil isokhor
5. Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung,
terpasang oksigen kanul nasal 2 liter/menit.
6. Mulut : bibir terlihat pucat,dan terdmengetahuit secret.
7. Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah
13
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
9. Dada :
Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdmengetahuit tarikan dinding
dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri,
terdmengetahuit vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdmengetahuit bunyi wheezing
Jantung :
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdmengetahuit pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler
Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : adanya massa, klien belum BAB.
Perkusi : timpani
10. Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC
11. Anus : tidak ada lesi
12. Ekstremitas :
atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak ada
gangguan gerak
bawah : tidak ada gangguan gerak.
13. Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.

14
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 11 November 2015 pukul 11.00 WIB
Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 10.7 gr/dl Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5
g/dl. Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl.
Anak : 12-34 g/dl
Hematokrit L 31 %
Leukosit 14.5 10^3/Ul
Eritrosit 4.1 10^6 /Ul
Diffferent count 0.10/1.40/49.60/40.50/0.40 Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-3%,
netrofil batang : 1-6%, netrofil
segmen: 4-6 %, limfosit 20- 40 %,
monosit: 1-8%
MCV 75# 24-102#
MCH 26 Pg
MCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

E. Terapi
IVFD RL = 20 tetes/menit
Oksigen 2 L/menit nasal kanul
Nebu : Ventolin 4x2,5 mg
L Bio 2x1 sac
Diet Gizi seimbang

15
KLASIFIKASI DATA

DS :
1. Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari yang lalu sebelum ke
puskesmas
2. Ibu klien mengatakan klien ada alergi
3. ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun.
4. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit asma.

DO :
1. Klien nampak Sesak Nmengetahuis
2. Klien tampak pucat dan gelisah
3. Klien tampak gelisah dan cemas.
4. Terdmengetahuit tarikan dinding dada ke dalam
5. Terdengar bunyi wheezing.
6. TTV
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37 C
RR : 38 x/menit
7. Terapi :
IVFD RL = 20 tetes/menit
Oksigen 2 L/menit nasal kanul
Nebu : Ventolin 4x2,5 mg
L Bio 2x1 sac
Diet Gizi seimbang

16
ANALISA DATA
No Hr/tgl/Jam Data focus Problem Etiologi
1. Senin,11 DS : Ketidakefek Ketidakmampua
november Ibu klien mengatakan klien tifan n mengeluarkan
2015 sesak nafas bersihan secret pada jalan
Jam 11.00 Tidak ada batuk jalan nafas nafas
Terdmengetahuit secret yang
berlebih
DO :
RR : 38 x/menit
Terdengar suara wheezing
Terdmengetahuit pernafasan
cuping hidung
Terdmengetahuit tarikan
dinding dada ke dalam
2. Senin,11 DS : Ansietas Perubahan status
november Klien dan Ibu klien kesehatan
2015 mengatakan cemas
Jam 11.00 Klien sulit tidur
Klien susah makan
DO :
Klien tampak gelisah dan
rewel

3. Senin,11 DS : Kurang Defisiensi


november Klien mengatakan klien dan pengetahuan informasi
2015 keluarga belum mengetahui tentang proses
Jam 11.00 tentang penyakit asma penyakit dan
Klien dan keluarga tampak perawatan
cemas dirumah
DO :
Keluarga tampak bingung
Ibu klien bertanya-tanya
tentang penyakit asma

17
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Ketidakmampuan mengeluarkan secret pada
jalan nafas
2. Ansietas b.d Perubahan status kesehatan
3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi tentang proses penyakit dan perawatan
dirumah

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Ketidakmampuan mengeluarkan secret pada
jalan nafas
Tujuan Intervensi
NOC NIC
Respiratory Status : Airway Suction
Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
Respiratory status : Airway suctioning
Patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum sesudah
Kriteria hasil : suctioning
Mendemonstrasikan batuk 3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
efektif dan suara nafas yang untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
bersih, tidak ada sianosis 4. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
dan dyspneu (mampu nmengetahuis dalam
mengeluarkan sputum, 5. Monitor status oksigen pasien
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dmengetahuit menghambat
jalan nafas

2. Ansietas b.d Perubahan status kesehatan


NOC NIC
Anxiety self control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping 2. Nyatakan dengan jelas harmengetahuin
18
Kriteria hasil : terhadap pelaku pasien
Klien mampu 3. Mengetahui semua prosedur dan
mengidentifikasi dan mengetahui yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala prosedur
cemas 4. Identifikasi tingkat kecemasan
Vital sign dalam batas 5. Instruksikan pasien menggunakan teknik
normal relaksasi

3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi tentang proses penyakit dan perawatan
dirumah

NOC NIC
Knowledge : disease Teahing : disease process
process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
Knowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
behaviour penyakit yang spesifik
Kriteria hasil : 2. Mengetahui patofisiologi dari penyakit
Pasien dan keluarga dan mengetahui hal ini berhubungan
menyatakan pemahaman dengan anatomi dan fisiologi dengan
tentang penyakit, kondisi, cara yang tepat
prognosis dan program 3. Identifikasi kemungkinan penyebab,
pengobatan dengan cara yang tepat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Senin,11/11/2015

DX I 09:00 1. Mengauskultasi suara S : Ibu klien


nafas sebelum sesudah mengatakan klien
suctioning sesak nafas sejak 1
2. Memberikan O2 hari yang lalu
dengan menggunakan sebelum ke
nasal untuk puskesmas
09:30 memfasilitasi suction O :
nasotrakeal
19
3. Menganjurkan pasien Klien nampak
09:48 untuk istirahat dan Sesak
nmengetahuis dalam Nmengetahuis
4. Memonitor status Klien tampak
oksigen pasien pucat dan
10:03
gelisah
Terdmengetahui
10:22
t tarikan dinding
dada ke dalam
Terdengar bunyi
wheezing.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan 1-4
DX II 1. Menggunakan S:
pendekatan yang Ibu klien
menenangkan mengatakan
2. Menmengetahui semua klien ada alergi
10:30 prosedur dan ibu klien
mengetahui yang
mengatakan
dirasakan selama
nafsu makan
prosedur
klien menurun.
3. Mengidentifikasi
O : Klien Nampak
10:58 tingkat kecemasan
gelisah
4. Menginstruksikan
A : Masalah
pasien menggunakan
Belum Teratasi
teknik relaksasi
P : Intervensi
11:00
dilanjutkan 1-4

12:09
DX III 1. Memberikan penilaian S :
tentang tingkat Ibu klien belum
pengetahuan pasien mengetahui
tentang proses tentang penyakit
20
penyakit yang spesifik asma.
2. Menmengetahui O:
patofisiologi dari Klien tampak
penyakit dan pucat dan
mengetahui hal ini gelisah

berhubungan dengan Klien tampak

anatomi dan fisiologi gelisah dan


cemas.
dengan cara yang
A : Masalah
tepat
Belum Teratasi
3. Mengidentifikasi
P : Intervensi
kemungkinan
dilanjutkan 1-3
penyebab, dengan
cara yang tepat

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada An. R dengan Asma sangatlah penting diberikan
informasi kepada keluarga untuk merawatnya. Untuk menangani masalah Asma
keluarga sangat berperan penting untuk memantau pasien menghindari faktor
pencetus yang dmengetahuit menyebabkan penyakit Asma tersebut muncul atau
kambuh kembali.
B. Saran
1. Pasien dan keluarga
Diharapkan keluarga selalu berpmengetahuiran langsung dengan pasien untuk
mengawasi dan memantu menghindari faktor faktor pencetus yang
dmengetahuit membuat penyakit Asma pada pasien kambuh.
2. Perawat
Diharapkan perawat berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi
pasien penyakit Asma.
3. Penulis
Diharapkan penulis dmengetahuit menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dmengetahuit memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara optimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI.(2009).Pedoman Pengendalia Penyakit Asma. Jakarta: Direktorat


pengendalian penyakit tidak menular Kemenkes RI.
Global Initiative in Asthma (GINA,2011). Pocket Guide For Asthma Management
And Prevension In Children. Di akses melalui www.Ginaasthma.org. Tanggal 10
Februari 2012.
National Center for Health Statistic. (2008). Current Asthma. USA: Centers for Disease
Sidhartini, M (2007). Peran Edukasi Pada Penatalaksanaan Asma Pada Anak.
Semarang: ISBN.
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009).
Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai