Anda di halaman 1dari 2

KERACUNAN MAKANAN

No. : SOP/ /
Dokumen 35.07.103.102/2016
SOP No. Revisi :0
Tgl. Terbit : 19 Januari 2016 UPTD PUSKESMAS
Halaman :1/2 PUJON

KABUPATEN dr. Wiwit Wijayati


MALANG Nip.197501242006042015

1. Pengertian Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan


pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya
Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan
Staphylococcus aureus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Menangani
Keracunan Makanan
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Pujon Nomor 440/108/KEP/
35.07.103.102/2015 Tentang Kebijakan Layanan Klinis
4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi I tahun 2013
5. Prosedur 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Penegakan diagnosa: Penanganan Keracunan Makanan
4. Tatalaksana
a. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-
limiting, pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa
studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus membutuhkan
terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang
cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan
pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena
(misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer
Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang
mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya,
kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan
feses diberikan bila diare tidak segera berhenti. Diphenoxylate
dengan atropin (Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg
diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate / 5 mL). Dosis
awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (20 mg
/ d). Digunakan hanya bila diare masif.
KERACUNAN MAKANAN
UPTD
No. : SOP/ / dr. Wiwit Wijayati
KABUPATEN
Dokumen 35.07.103.102/2016 Nip.197501242006042015
MALANG
SOP No. Revisi :0
Tgl. Terbit :19 Januari 2016
Halaman :2/2

b. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik


harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu
harus segera dirujuk.
c. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan
diri.
d. Konseling dan Edukasi
Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene
keluarga dan pasien.
e. Kriteria Rujukan
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani
dengan adekuat.
2. Pasien mengalami perburukan.
3. Dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis penyakit
dalam atau spesialis anak.
6. Unit Terkait 1. UGD
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai