Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN

MASYARAKAT
KONSEP SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
MUTAKHIR

OLEH
KELOMPOK III

Anggra 17112160
Dwi Intan Vanesha 1711216035
Elva Yunita 1711216002
Mhd Iqbal 1711216066
Mahuzhatul khairiyah 1711216026
Susie Adriyani 1711216024

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

1
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Makalah Konsep Surveilans Kesehatan Masyarakat Mutakhi. Adapun tujuan

disusunnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen

mata kuliah, selain itu untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang

tentang Konsep Surveilans Kesehatan Masyarakat Mutakhir. Tak lupa pula

penulis ucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dan

membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah

ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebabitu kritik dan saran dari para pembaca

sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah kecil ini

dapat memberikan manfaat yang besarbagi kita semua. Akhir kata penulis

ucapkan terima kasih.

Padang, Agustus 2017

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.3.1 Tujuan umum .2

1.3.2 Tujuan khusus 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi surveilans3

2.2 Tujuan Surveilans..4

2.3 Jenis - Jenis Surveilans..4

2.4 Sumber Data Surveilans....8

2.5 Kegunaan Surveilans 9

2.6 Konsep Surveilans Kesmas Mutakhir..12

2.7 Hubungan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans.12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan....19

3.2 Saran...19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surveilans kesehatan masyarakat adalah kegiatan pengamatan secara

sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan

serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-

masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan

secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan

penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar

dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Kadang

digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat

maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan

metode yang sama dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah

kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan

masyarakat.

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya

pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan

pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.

Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling

penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah

penduduk dan overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari

4
orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga

memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit

menular tertentu.Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang

mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut

mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan

masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang

sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun

penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini

mungkin. Untuk itu dalam pembelajaran surveilans kesehatan masyarakat ini

mahasiswa kesehatan masyarakat bisa mencegah dan memperkecil perpindahan

penyakit menular.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Surveilans kesehatan masyarakat ?

2. Apa saja tujuan surveilans kesehatan masyarakat ?

3. Apa saja jenis - jenis surveilans kesehatan masyarakat ?

4. Apa saja yang menjadi sumber data surveilans kesehatan masyarakat ?

5. Apa saja peran surveilans kesehatan masyarakat mutakhir

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar pada surveilans

kesehatan masyarakat dan elemen-elemen surveilans kesehatan masyarakat. Dan

sebagai penambah indicator penilainan bagi mahasiswa.

5
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian surveilans kesehatan masyarakat

2. Mengetahui tujuan pada surveilans kesehatan masyarakat

3. Mengetahui apa saja jenis-jenis surveilans kesehatan masyarakat

4. Mengetahui apa saja sumber data pada surveilans kesehatan masyarakat

5. Mengetahui apa saja peran surveilans kesehatan masyarakat mutakhir

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Surveilans

Menurut WHO, Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,

analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta

penyebaaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian di diseminasikan

(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan

penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCPC2, 2008).

German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health

surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa

pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu

peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan

kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian,

dan meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans

kesehatan masyarakat dapat digunakan :

a. Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus

penting kesehatan masyarakat

b. Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya,

termasuk identifikasi populasi resiko tinggi

7
c. Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan

kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic

d. Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program

e. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan public

f. Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan

g. Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.

2.2 Tujuan surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah

kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan

dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus

surveilans:

a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi

dini outbreak

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease

burden) pada populasi

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU,

2002).

8
2.3 Jenis-Jenis Surveilans

2.3.1 Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor

individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,

cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu

memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,

sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina

merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang

atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular

selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit

selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional

pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua

jenis karantina, yaitu:

a.) Karantina total

Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar

penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan

orang yang tak terpapar.

b.) Karantina parsial

Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,

berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi

penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan

9
penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan

tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di posposlainnya

tetap bekerja.

2.3.2 Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-

menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui

pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit

dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit

adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans

penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh,

program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.

2.3.3 Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan

masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-

indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum

konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator

individu sakit,seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan

laboratorium, yang dapat ditelusuri darianeka sumber, sebelum diperoleh

konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.Surveilans sindromik dapat

dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.Sebagai contoh,

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan

surveilanssindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip

10
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS.

Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining

pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit

tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah

kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus

yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang

menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat

memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk

memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,

2006).Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu

dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi

tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans

sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan

menggunakan sumber daya yang terbatas.

2.3.4 Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan

menonitor penyakit infeksi.Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui

makanan seperti salmonellosis, penggunaansebuah laboratorium sentral untuk

mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksioutbreak penyakit

dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan

pelaporansindroma dari klinik-klinik

2.3.5 Surveilans terpadu

11
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan

semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/

kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu

menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi

mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.

Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan

kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,

2006).

a) Karakteristik pendekatan surveilans terpadu

b) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)

c) Menggunakan pendekatan solusi majemuk

d) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural

e) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,

pengumpulan,pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung

surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium,

komunikasi, manajemen sumber daya)

f) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.

Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap

memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang

berbeda (WHO, 2002).

g) Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang sertaorganisme, memudahkan transmisi penyakit

infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalahyang dihadapi

12
negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan

bergayut.Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadudi seluruh dunia, yang

manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan

organisasiinternasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

surveilans yang melintasi batas-batasnegara. Ancaman aneka penyakit

menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lamayang

muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang

baru muncul (newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan

SARS. Agenda surveilans global yang komprehensifmelibatkan aktor-

aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan

ekonomi .

2.4 Sumber Data

Sumber data dalam survelans epidemiologi menurut kemenkes RI

no.1116/menkes/sk/VIII/2003:

1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan

masyarakat

2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta

laporan kantor pemerintah dan masyarakat

3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit ststistik kependudukan dan

masyarakat

4. Data geografi yang dapat di peroleh dari unit unit meteorologi dan

geofisika

13
5. Data laboratorium yang dapat di peroleh dari unit pelayanan kesehatan dan

masyarakat

6. Data kondisi lingkungan

1) Laporan wabah

2) Laporan penyelidikan wabah/KLB

3) Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan

4) Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya

5) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat

diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat

6) Laporan kondisi pangan.

2.5 Kegunaan surveilans kesehatan Msayarakat

Adapun kegunaan surveilans dalam pelayanan kesehatan Masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi

sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan

penyakit di populasi.

2. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi

penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor

resiko).

3. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan

tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

14
2.6 Konsep Surveilans Kesmas Mutakhir

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi

data secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang

membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Kecepatan surveilans dapat ditingkatkan melalui sejumlah cara:

1. Melakukan analisis sedekat mungkin dengan pelapor data primer, untuk

mengurangi lag (beda waktu) yang terlalu panjang antara laporan dan

tanggapan;

2. Melembagakan pelaporan wajib untuk sejumlah penyakit tertentu

(notifiable diseases);

3. Mengikutsertakan sektor swasta melalui peraturan perundangan;

4. Melakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat menggunakan

hasil surveilans;

5. Mengimplementasikan sistem umpan balik tunggal, teratur, dua-arah dan

segera.

Akurasi surveilans yang efektif memiliki sensitivitas tinggi, yakni sekecil

mungkin terjadi hasil negative palsu. Aspek akurasi lainnya adalah spesifisitas,

yakni sejauh mana terjadi hasil positif palsu. Pada umumnya laporan kasus dari

masyarakat awam menghasilkan false alarm (peringatan palsu). Karena itu

sistem surveilans perlu mengecek kebenaran laporan awam ke lapangan, untuk

mengkonfirmasi apakah memang tengah terjadi peningkatan kasus/ outbreak.

15
Analisis secara teratur dan berkesinambungan terhadap data suatu penyakit

akan dapat memberikan kesempatan lebih mengenal keendrungan penyakit

menurut musim atau periode waktu tertentu mengetahui daerah geografis dimana

jumlah kasus meninggi atau menurun serta berbagai kelompok risiko tinggi

menurut umur, jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi serta pekerjaan.

Biasanya data terdapat pada pusat pelayanan kesehatan atau pusat data dan

informasi kesehatan serta pusat informasi data lainnya yang dikumpulkan secara

sistematis termasuk data demografi.

Sementara dewasa ini perkembangan surveilans di rumah sakit semakin

maju dan sedang menghadapi masa transisi dari perawatan penyakit menular

sebagai tugas utama kearah penyakit tidak menular (penyakit degenerative dan

kecelakaan).

Manfaat sistem surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi

surveilans digunakan oleh pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun

pemangku surveilans pada berbagai level. Rendahnya penggunaan data surveilans

merupakan masalah di banyak Negara berkembang dan beberapa negara maju.

Salah satu cara mengatasi problem ini adalah membangun network dan

komunikasi yang baik antara peneliti, pembuat kebijakan, dan pengambil

keputusan. Surveilans kesemas mutakhir digunakan dan di manfaatkan untuk

pemantauan dan monitoring penyakit penyakit tertentu dengan menggunakan

teknologi informasi yang biasanya disebut dengan system informasi kesehatan

dengan adanya sisem informasi kesehatan dapat membantu tenaga surveilans

dalam mengammbil sumber informasi dan data dari suatu penyakit. Sistem

16
informasi kesehatan ini sendiri mengadopsi dari konsep surveilans kesehatan

masyarakat

Berikut contoh implementasi surveilans kesmas mutakhir

1. Sistem Informasi Turbekulosis Terpadu (SITT)

2. Sistem Informasi Hiv Aids (SIHA)

3. Sistem Informasi Malaria (SISMAL)

, 2.7 Hubungan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans.

Pada poin ke 2 (dua) dan ke 1 (satu) pada bab II, sudah dijelaskan mengenai

pengertian dari Surveilans dan SIK (Sistem Informasi Kesehatan). Mengutip

pernyataan dari CDC / ATSDR (Center for Diseas Control / Agency for toxic

Substance and Disease Regristary) menerangkan bahwa Surveilans atau

Surveillance is the ongoing systematic collection, analysis, and interpretations of

outcome-spesific data for use in the planning, implementation, and evaluation of

public practice.

Sedangkan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) adalah gabungan perangkat

dan prosedur yang digunakan dalam program kesehatan untuk mengumpulkan,

mengolah, mengirimkan, dan menggunakan data untuk keperluan perencanaan,

monitoring, evaluasi, dan pengendalian (pengambilan keputusan).

Dengan melihat, kedua pengertian di atas kita bisa mengambil sebuah

kesimpulan bahwa SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dan Surveilans memilki

sebuah kesamaan dalam penerapannya. Yaitu sama-sama digunakan untuk

melakukan perencanaan (planning) di bidang kesehatan. Di Indonesia Sistem

17
Surveilans Epidemiologi merupakan subsistem dari SIKNAS (Sistem Informasi

Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis dalam intelijen penyakit dan

masalah kesehatan untuk penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam

rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

Jadi, SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan Surveilans dapat kita

gambarkan melalui diagram sebagai berikut :

Akan tetapi, surveilans tidak berjalan secara semestinya seperti

pengertiannya. Masih banyak permasalahan yang muncul di tengah-tengahnya.

Berdasarkan observasi WHO (World Health Organization), 2004 menemukan

beberapa temuan terkait surveilans seperti :

a. Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di

kalangan pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan

kesehatan dan staf surveilans sendiri di semua tingkat.

b. Informasi surveilans tidak digunakan dalam pengambilan keputusan.

c. Kualitas data Surveilans tidak memuaskan dan sulit diperbaiki.

d. Tidak dilakukan analisis data surveilans secara memadai.

e. Penyelidikan kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sembarangan.

f. Tidak ada motivasi di kalangan staf surveilans untuk meningkatkan

kemampuan diri.

18
g. Berbagai sistem surveilans penyakit khusus sulit dikoordinasikan dan

diintegrasikan, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa konsep dari surveilans kesehatan

masyarakat mutakhir merupakan pengembangan dari konsep dan metoda

surveilans kesehatan masrakat yang sudah ada pengembangan konsep ini di

implementasikan dengan teknologi informasi yang menjadi sumber dari informasi

kesehatan dari suatu penyakit.

Dengan adanya system informasi kesehatan dari suatu penyakit dapat

memudahankan petugas surveilans dalam mencari dan mengolah data informasi

kesehatan dan system informasi kesehatan juga bias di akses oleh masyarakat.

3.2 Saran

Saran penulis untuk kedepan nya surveilans mutakhir ini dapat dikembangkan

lebih baik lagi. Kepada para pembaca diharapankan masukannya.

19

Anda mungkin juga menyukai