Anda di halaman 1dari 10

LIMBAH INDUSTRI KERTAS

Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari lingkungan. Menurut Rini
(2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu :
Limbah cair, yang terdiri dari :
Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin, terpenting, zat
pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD (Biological Oxygen Demand)
tinggi,
Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas,
Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
Limbah panas
Mikroba seperti golongan bakteri koliform.
Partikulat yang terdiri dari :
Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
Gas yang terdiri dari :
Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap
dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia
Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime kiln (tanur
kapur)
Uap yang mengganggu jarak pandangan
Limbah padat yang terdiri dari :
Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
Limbah dari potongan kayu

KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI KERTAS


Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan terlarut dan
padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap oksidasi biologis.
PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KERTAS

Pengelolaan Berdasarkan Wujudnya

1. Pengelolaan limbah cair

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu cair, padat,
dan emisi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah dengan menggunakan
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah cair berdasarkan unit
operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Fisik

Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening (penyaringan). Screening
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran
besar. Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan kayu yang masih berukuran besar sehabis
diolah pada proses chipper. Setelah dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran
besar akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan ukuran kayu
yang dikehendaki.

Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak penjernih. Bak
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan operasional.
Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan 80% zat padat
yang tersuspensi dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah :

Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan
pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki
(reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan mengguna- kan washer, sedangkan
pemisahan kayu dan reject dipakai screen.
Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor yang
disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.

b. Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat organik beracun. Dinamakan
secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia yang akan mengubah sifat bahan
terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi
gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.

Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :

Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine dioksida,
ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap akhir satu langkah
dilakukan pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas
yang diputihkan dialirkan ke unit pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi
larutan sulfur dioksida.

Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya memberikan
bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk membunuh bakteri dan jamur
sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan penyaringan sehingga
dihasilkan air proses yang bersih dan bebas jamur.

Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida) dan NaS
(sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik. Cairan yang
dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan kimia, dengan daur ulang. Pada
proses daur ulang terjadi limbah cair.

Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang masih tertinggal
berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang
umumnya beracun.

c. Biologi
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah

Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang

biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan secara biologis


mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang
menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi
bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal
10 hari.

Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi bahkan dengan waktu
tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan
penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS sampai di bawah 30mg/1.

Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan


mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan energi berupa unsure
karbon (C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah diperoleh dari senyawa organic
dalam air limbah, sehingga senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah
satu limbah yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge yang berasal dari
primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum
dialirkan ke deep tank air activated sludge untuk mengurangi kandungan organik secara biologi
dengan memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari
pupuk fosfor dan nitrogen.

Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan Air Limbah diatas, maka satu
hal yang penting untuk diketahui ialah standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan
pemerintah untuk pabrik pulp. Standar baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah
berdasarkan Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH
dikisaran 6,0-9,0, BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.

2. Pengelolaan limbah padat


Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari kapur dan
mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman. Limbah padat itu harus
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill (aman). Jika tidak, peristiwa fatal
seperti di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal
dijadikan tempat pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu pindah lokasi,
land fill itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa waktu kemudian zat-zat beracun
keluar dari tanah land fill dan mengancam nyawa warga di sekitarnya. Untuk menghindari
jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan. Pemerintah menghukum perusahaan kimia tersebut
dengan denda dan ganti rugi bagi warga yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill
di Love Canal itu mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super fund (1970- an)
untuk melindungi penduduk dari limbah industri.

Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime Klin. Bark
Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan untuk
pengolahan lumpur kapur.

3. Pengelolaan limbah emisi udara

Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp, biasanya pabrik pulp
menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit pulping, Electro Static Dust Precipitator
pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di Recausticizing Unit. Beberapa limbah atau proses
yang menghasilkan emisi udara ini, beserta penanganannya ialah :

Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke unit
penanganan kondensat di evaporator plant.

Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur).

Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan untuk memutar
turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk pemanasan dalam proses di
seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke
sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium
hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia
berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.

Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel boiler, recovery
boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat electrostatic
precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery boiler dilengkapi dengan
scrubber yang dialiri weak wash dari recaust plant.

PENGELOLAAN LIMBAH BERDASARKAN PROSESNYA

1. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan bahan padatan yang mengendap atau
mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap tahap untuk memisahkan air
dari limbah padatan dengan membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian
bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan
padatan tersuspensi serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini
biasanya belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan bahan padatan secara
biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi
dan BOD. Ada 2 proses pada pengolahan sekunder yaitu :
a. Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair dialirkan melalui
lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan
mengkonsumsi sebagian besar bahan bahan organik.
b. Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara dan lumpur yang
mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan limbah cair
yang telah diolah pada proses pengolahan primer. Selama proses ini limbah organik dipecah
menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur
aktif.
3. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air dan meghilangkan
bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik
dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi, pengolahan
primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum masuk ke tempat pengendapan
primer, air limbah masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan
saringan untuk menghilangkan benda benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya memerlukan
waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses pengendapan dapat digunakan bahan
flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan
secara biologis dapat mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna,
dan potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat digunakan
laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu
tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit oksidasi dan
trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi membutuhkan biaya
operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui pengolahan fisik
dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004). Sedangkan endapan (sludge) yang
biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut
Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak.
Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1. Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih
luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain
adalah metode incinerator basah yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
2. Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga dihasilkan gas
metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang
dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini
menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan.
Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).

Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas


Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan dan kesehatan
manusia, dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain :
a. Membunuh ikan, kerang, dan invertebrata akuatik lainnya
b. Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan
c. Menghabiskan jutaan liter air tawar
d. Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah
industri yang mencemari lingkungan

Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan kertas yang
berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu :
Asbes
Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa dan boiler.
Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin yang
berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.
Kromium heksavalen dan senyawa nikel
Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai
karsinogenik terhadap paru paru dan organ pernafasan lain.
Debu kayu (utamanya kayu keras)
Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab kanker pernafasan.
Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin
Senyawa senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker.

Upaya Mengatasi Pencemaran Limbah Pabrik


Pencemaran yang terjadi di lingkungan yang diakibatkan oleh limbah pabrik akan menjadi persoalan
yang serius apabila tidak mendapatkan perhatian dengan baik. Pencemaran limbah pabrik akan
menyababkan dampak- dampak negatif yang sangat merugikan lingkungan dan juga makhluk hidup.
Dengan demikian perlu diadakan upaya- upaya agar dapat mengatasi pencemaran yang terjadi
(baca: pengolahan limbah rumah tangga). Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pencemaran yang diakibatkan limbah pabrik antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengupayakan pengelolahan limbah sebaik mungkin

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pabrik merupakan limbah yang berbahaya, karena sebagain
pabrik menggunakan bahan- bahan kimia dalam operasional produksi pabrik mereka. Maka dari itulah
harus diupayakan langkah- langkah untuk membuat limbah menjadi ramah lingkungan dan tidak
mengandung zat- zat yang berbahaya. setelah limbah- limbah yang dihasilkan ini menjadi ramah
lingkungan, maka membuangnya langsung ke lingkungan tidak akan menyebabkan pencemaran.

Contoh yang paling banyak adalah ketika limbah pabrik berupa limbah cair maupun limbah gas. Setelah
limbah cair dan gas ini diolah sedemikian rupa, maka bisa dilepas ke alam (misal ke laut dan juga
angkasa). Dan pembuangan limbah tersebut secara langsung di lingkungan tidak akan
menyebabkan pencemaran air dan juga pencemaran udara.

2. Tidak membuang limbah cair langsung ke sumber air

Cara bijak yang lainnya adalah tidak membuang limbah pabrik yang cair ke dalam sumber air
(baca: proses terjadinya mata air) secara langsung, terlebih tanpa adanya penyaringan dan pengolahan
terlebih dahulu. Limbah cair yang langsung berasal dari pabrik, tanpa diolah biasanya akan
menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. Hal ini karena belum adanya pemisahan antara zat yang
berbahaya maupun tidak.

Apabila limbah segar seperti ini langsung di buang ke sungai (baca: manfaat sungai) maupun laut maka
akan menyebabkan ekosistem laut dan ekosistem sungai menjadi rusak dan tercemar. Hal ini papsti akan
berdampak pada matinya banyak makhluk hidup yang menghuni sumber air tersebut.

3. Mengubur limbah- limbah yang bersifat organik

Untuk limbah pabrik padat, maka perlu adanya tindakan yang berbeda antara limbah- limbah organik dan
non organik. Limbah- limbah yang bersifat organik bisa dikubur karena limbah tersebut dapat terurai
dengan abik apabila dikubur di dalam tanah (baca: jenis-jenis tanah). Dengan mengubur limbah- limbah
organik maka kita hanya mengatasi keberadaan limbah organik saja, namun juga kita akan mendapatkan
tanah yang lebih subur dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan tertentu yang pastinya akan
bermanfaat.

4. Menggunakan kembali limbah- limbah pabrik yang masih bisa didaur ulang
Selain limbah- limbah organik, ternyata limbah anorganik juga mempunyai penanganannya sendiri.
limbah pabrik anorganik yang sulit untuk diurai secara alami maka dapat dipilah- pilah. Dan limbah yang
bersifat anorganik ini dapat kita daur ulang untuk menjadi sesuatu yang baru. Limbah anorganik yang
masih bisa untuk didaur ulang sebaiknya kita daur ulang saja. Disamping kita membantu menangani
persoalan limbah padat pabrik, kita juga dapat menghamat bahan baku.

5. Menanam banyak pepohonan

Cara bijaksana yang selannjutnya adalah menanam banyak pohon di sekitar pabrik. Hal ini lebih
mengarah ke limbah gas. Limbah pabrik yang bersifat gas biasanya dibuang melalui cerobong asap dan
selanjutnya akan mencemari udara. Udara yang tercemar ini akan menyebabkan penipisan pada lapisan
ozon pada akhirnya apabila tidak ditangani dengan baik. Maka dari itulah, kita dianjurkan untuk menanam
pepohonan untuk dapat menetralisir udara yang telah tercemar tersebut agar tidak terlalu berbahaya.

Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani pencemaran dari Limbah pabrik tersebut.
Sebagai manusia yang mengelola Bumi, maka kita harus memeperhatikannya dan mengupayakan
usaha- usaha yang baik agar dapat menyelamatkan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai