Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Pendidikan Karakter, Akhlak dan Moral Secara sepintas, terminologi

pendidikan moral, pendidikan akhlak dan pendidikan karakter seolah bermakna sama. Namun,
jika diselidiki dari akar filosofisnya ternyata ketiga terminologi tersebut memiliki perbedaan.
Pendidikan moral lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.[1]
Dengan kata lain, pendidikan moral sangat normatif dan kurang bersinggungan dengan ranah
afektif dan psikomotorik. Namun demikian, terminologi ini bisa dikatakan sebagai terminologi
tertua dalam menyebut pendidikan yang bertujuan mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam
kehidupan manusia. Dalam pendidikan akhlak, kriteria benar dan salah dalam menilai suatu
perbuatan merujuk kepada Alquran dan Assunnah. Telaah lebih dalam terhadap konsep akhlak
adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku seorang individu. Karakter positif ini tiada
lain adalah penjelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia. Namun demikian,
dalam implementasinya pendidikan akhlak selama ini masih cenderung pada pengajaran right
and wrong seperti halnya pendidikan moral. Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan, dan keterampilan
tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karakter itu akan membentuk motivasi, yang
dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Karakter bukan sekedar penampilan
lahiriyah, melainkan mengungkapkan secara implisit hal-hal yang tersembunyi. Karakter adalah
watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal
yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Sering orang menyebutnya tabiat atau
perangai.[2] Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena
pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana
menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga
anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan
komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian karakter
merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan
dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang
lain, nilai-nilai karakter mulia lainnya.[3] Dari sudut pandang yang lain, bisa dikatakan bahwa
tawaran istilah pendidikan karakter ini timbul sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap
praktek pendidikan moral selama ini. Oleh karenanya, terminologi yang ramai dibicarakan
sekarang ini adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral
education). Walapun secara substansial keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil.[4]
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, pendidikan karakter mempunyai orientasi yang
sama yaitu pembentukan karakter (watak). Pandangan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur
dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler, bukan alasan untuk
dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bila sejauh
ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan
yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak sarat
dengan informasi ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu
tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter
memiliki ikatan yang kuat dengan nilainilai spiritualitas dan religiusitas.[5]

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai