Disusun Oleh :
010114a014
PSIK-A
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNGARAN
2017
Analisis Jurnal Keperawatan Gerontik
Pada uji selisih dalam penelitian ini untuk kelompok I (Deep Breathing
Exercise) dan II (Diaphragma Breathing Exercise) menggunakan uji independent test
ample t-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05). Penelitian Westerdahl, dkk tentang
deep breathing exercise dapat menurunkan atelektasis dan terjadi peningkatan fungsi
ventilasi sehingga dapat meningkatkan fungsi paru. Secara fisiologis, deep breathing
akan menyebabkan abdomen dan rongga dada teragkat perlahan dan terisi penuh yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intratoraks diparu. Inspirasi dalam
akan efektif untuk membuka pori-pori kecil antara sel epitel alveolus (kohn) dan
menimbulkan ventilasi kolateral kedalam alveolus disebelahnya yang mengalami
penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas kedalam alveolus yang
tersumbat dapat dicegah. Sejalan dengan penelitia yang dilakukan oleh Nurhayati dkk
(2013) menunjukkan latihan deep breathing meningkatkan kapasitas inspirasi 70%
sedangkan latihan diaphragm breathing meningkatkan kapasitas inspirasi 30%. Itu
menunjukkan bahwa deep breathing exercise lebih efektif meningkatkan kapasitas
inspirasi daripada diaphragm breathing exercise.
Menurut Padula & Yeaw (2006) bahwa melatih otot inspirator akan membantu
meningkatkan kapasitas vital paru. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Nury
(2008) bahwa latihan pernapasan dapat meningkatkan kapasitas paru. Latihan deep
breathing dilakukan untuk menghasilkan tekanan lebih rendah pada intrathorak,
sehingga udara akan mengalir dari tekanan atmosfir yang lebih tinggi masuk ke dalam
paru yang memiliki tekanan yang lebih rendah sebagai proses pertukaran gas atau
ventilasi paru (Padula &Yeaw, 2006).