Anda di halaman 1dari 11

I.

Tujuan
II. Prinsip
III. Teori Dasar
III.1 Perbedaan Plasma dan Serum
III.1.1 Serum
Serum yaitu darah yang dalam tabung setelah membeku akan mengalami retraksi
bekuan dengan akibat terperasnya cairan dalam bekuan tersebut atau darah dalam tabung
yang disentrifuge dengan kecepatan dan waktu tertentu sehingga akan terbentuk tiga bagian
yaitu serum, buffycoat dan eritrosit. Dalam serum terdapat zat antibodi untuk membinasakan
protein asing (antigen, artinya zat yang merangsang pembentukan zat antibodi) yang masuk
dalam tubuh (Ernawati, 1986).
Serum didapat dengan cara membiarkan darah dalam tabung reaksi tanpa
antikoagulan membeku dan kemudian di sentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk
mengendapkan semua sel-selnya. Cairan diatasnya yang berwarna kuning jernih disebut
serum. Pada proses pembekuan darah fibrinogen diubah menjadi fibrin maka serum tidak
mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-zat lainnya masih tetap terdapat di dalamnya
(Ernawati, 1986). Fibrinogen adalah protein dalam plasma darah yang berubah menjadi fibrin
sehingga menimbulkan pembekuan darah. Menurut Widmann (1995) serum pada hakikatnya
mempunyai susunan yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor pembekuan II,
V, VIII, XIII yang sudah tidak ada.
III.1.2 Plasma
Plasma adalah darah dalam tabung yang berisi antikoagulan lalu disetrifuge dalam
waktu dan kecepatan tertentu, sehingga terpisah plasma dan bagian yang lainnya. Plasma
masih mengandung fibrinogen, tidak mengandung faktor-faktor pembekuan antara lain :
faktor ll, faktor V dan faktor Vlll, serta mengandung serotinin tinggi oleh karena perusakan
platelete. Menurut Ernawati (1986) plasma masih mengandung fibrinogen, karena disebabkan
penambahan antikoagulan yang mencegah terjadinya pembekuan darah tersebut.
III.1.3 Perbedaan serum dan plasma
Bedasarkan pernyataan diatas yaitu tentang serum dan plasma. Maka dapat
disimpulkan bahwa serum dan plasma diperoleh dengan cara pemisahan yang berbeda.
Perbedeaan tersebut dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:

Gambar 1. Perbedaan Plasma dan Serum


Rangkuman pemisahan cairan darah menjadi plasma dan serum diringkaskan dalam Tabel
1.
y

III.2 Karbohidrat
Karbohidrat berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan rumus (CH 2O)n.
Tetapi pengertian ini sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena banyak senyawa karbohidrat
yang tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1, misalnya gula
deoksiribosa yang mempunyai rumus C5H10O4. Disamping itu banyak pula karbohidrat yang
mengandung atom lain seperti nitrogen, sulfur dan lain-lain yang menunjukkan tidak
sesuainya dengan rumus karbohidrat tersebut. Walaupun demikian, nama karbohidrat ini
sampai sekarang masih terus dipergunakan (Girindra, 1990).
III.2.1 Penggolongan Karbohidrat
III.2.1.1 Monosakarida
Karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain.
Bentuk lain dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang dimiliki dan sebagai aldosa dan
ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yazid &
nursanti, 2006). Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), monosakarida ialah karbohidrat
yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan
tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Tiga senyawa gula
yang penting dalam monosakarida adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
a. Glukosa
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009) glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering
disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan.
Di alam, glukosa terdapat dalam buah buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa
dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan
klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus
digunakan untuk pembentukan amilum dan selulosa.
Sinar matahari
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
klrofil
Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan molekul-molekul glukosa
yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan molekul air.
nC6H12O6 (C6H10O5)n + n H2O
Dalam dunia perdagangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat
pekat, sehingga mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini
diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam.

Gambar 2. Struktur Glukosa


b. Fruktosa
Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketohektosa
yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut levulosa.
Pada umumnya monosakarida dan sakarida mempunyai rasa manis. Fruktosa berikatan
dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai
pemanis, berasal dari tebu atau bit (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).

Gambar 3. Struktur Fruktosa

c. Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umunya berikatan dengan glukosa
dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa
kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat
memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).
Gambar 4. Struktur Galaktosa
III.2.1.2 Disakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikan satu dengan yang lain,
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam alam
ialah disakarida (Poedjiadi & Supriyanti, 2009). Disakarida merupakan karbohidrat yang
pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida yang sama atau berlainan, misalnya
sukrosa, maltosa dan laktosa (Iswari & Yuniastuti, 2006). Karbohidrat yang tersusun dari dua
sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang
terdiri atas dua satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh:
sukrosa, maltosa, dan laktosa (Yazid & Nursanti, 2006).
III.2.1.3 Polisakarida
Karbohidrat yang tersusun dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus
atau bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis pleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan
untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum, glikogen, dekstrin, dan
selulosa (Budianto, 2009).
III.2.2 Fungsi Karbohidrat
Fungsi dari karbohidrat antara lain sebagai berikut :
a. Berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur,
dll.
b. Didalam tubuh berguna untuk mencegah timbulnya ketosis.
c. Mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan.
d. Mencegah kehilangan mineral yang berlebihan.
e. Berguna untuk membantu metabolism lemak dan protein (Winarno, 2004).

III.2.3 Metabolisme Karbohidrat


III.2.3.1 Proses Glikolisis
Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam tubuh akan
berlangsung secara anaerobik melalui proses yang dinamakan Glikolisis (Glycolysis). Proses
ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis di
dalam sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari
keseluruhan proses Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi produk akhir
berupa piruvat. Pada proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada
rantainya (C6H12O6) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat (pyruvate)
yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3). Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi
yang disertai dengan terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan
Fruktosa 6-fosfat. Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses
glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1 NADH3 ATP).
Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai
komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP & 2 buah
molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akan
mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk (Irawan,
2007).

III.2.3.2 Respirasi Sseluler


Tahap metabolisme energi berikutnya akan berlangsung pada kondisi aerobik dengan
mengunakan bantuan oksigen (O2). Bila oksigen 2 tidak tersedia maka molekul piruvat hasil
proses glikolisis akan terkonversi menjadi asam laktat. Dalam kondisi aerobik, piruvat hasil
proses glikolisis akan teroksidasi menjadi produk akhir berupa H2O dan CO2 di dalam
tahapan proses yang dinamakan respirasi selular (Cellular respiration). Proses respirasi
selular ini terbagi menjadi 3 tahap utama yaitu produksi Acetyl-CoA, proses oksidasi Acetyl-
CoA dalam siklus asam sitrat (Citric-Acid Cycle) serta Rantai Transpor Elektron (Electron
Transfer Chain/Oxidative Phosphorylation). Tahap kedua dari proses respirasi selular yaitu
Siklus Asam Sitrat merupakan pusat bagi seluruh aktivitas metabolisme tubuh. Siklus ini
tidak hanya digunakan untuk memproses karbohidrat namun juga digunakan untuk
memproses molekul lain seperti protein dan juga lemak (Irawan, 2007).

III.2.3.3 Glikogenesi
Glikogenesis adalah pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila terjadi peningkatan
kadar glukosa dalam darah (misalnya beberapa saat setelah makan) maka pankreas akan
mensekresikan hormon insulin yang akan menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk
glikogen di dalam hati dan otot. Hormon insulin akan menstimulasi enzim glikogen sintase
untuk memulai proses glikogenesis (Sloane, 2003).
Dalam sintesis glikogen, satu ATP dibutuhkan untuk setiap molekul glukosa. Molekul
glukosa diubah menjadi glukosa-6-fosfat sebagai struktur pembangun glikogen. Glukosa-6-
fosfat akan ditambahkan pada molekul glikogen yang sudah ada sehingga glikogen menjadi
lebih panjang. Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati, sedangkan
otot hanya mampu menyimpan gikogen kurang dari 1% saja (Sloane, 2003)..
III.2.3.4 Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukn) glukosa dari sumber bukan
karbohidrat. Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah asam piruvat, namun
oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga menjalani proses glukoneogenesis. Asam
laktat, beberapa asam amino dan gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa. Glukoneogenesis
hampir mirip dengan glikolisis dengan proses yang dibalik, hanya beberapa tahapan yang
membedakannya dengan glikolisis. ATP dibutuhkan dalam tahapan gluconeogenesis (Sloane,
2003)..
III.2.3.5 Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul glikogen menjadi glukosa.
Apabila tubuh dalam keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam darah
menurun, gula diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang kemudian
digunakan untuk memproduksi energy (Sloane, 2003)..
Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah menjadi
glukosa-1-fosfat kemudian diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Glukogenolisis diatur oleh
hormon glukagon yang disekresikan pancreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan
kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase untuk
memulai glikogenolisis dan menghambat kerja enzim glikogen sintase (menghentikan
glikogenesis) (Sloane, 2003)..
Glukosa-6-fosfat akan masuk ke dalam proses glikolisis untuk menghasilkan energi.
Glukosa-6-fosfat juga dapat diubah menjadi glukosa untuk didistribusikan oleh darah menuju
sel-sel yang membutuhkan glukosa (Sloane, 2003).

III.3 Glukosa
Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat
dalam darah.( Baron, 1984). Organ organ yang berpengaruh dalam metabolisme glukosa
antara lain hati dan pankreas. Glukosa darah berada dalam keseimbangan dan mengatur
secara hormonal yaitu hormon teroid, hormon insulin, hormon efineprin dan hormon
pertumbuhan (Ganong,1990 ).
Jumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara jumlah yang
masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam darah dari tiga macam sumber, yaitu :
a. Makanan yang mengandung hidratarong. Setelah dicerna dan diserap, jenis makanan ini
merupakan sumber glukosa tubuh yang paling penting.
b. Glukogen, glikogen disimpan dalam otot dan heper, dan dapat dipecah untuk melepas
glukosa.
c. Sebagian asam amino dipecah oleh heper untuk menghasilkan glukosa. (Beck,2011 )
Insulin tidak diperlukan untuk terjadinya salah satu diantara ketiga proses ini. Setelah
glukosa masuk ke dalam darah, insulin diperlukan untuk memungkinkan glukosa
meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan. Pada orang non diabetik, glukosa yang
meninggalkan aliran darah digunakan lewat dua cara , yaitu :
a. Energi segera bagi semua jaringan.
b. Energi simpan sebagai glikogen dalam heper dan otot, serta lemak di dalam jaringan
adipose. (Beck, 2011 )
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolisme yang
mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa
dalam tubuh sangat berlebihan maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme
secara enzimatik untuk menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut di
bawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa
mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesi untuk mensintesis
glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( plasma darah ) yaitu 65 110
mg/dl ( 3,6 6,1 mmol/ L ). (Murray, 2003 )
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kadar glukosa di
dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa dialirkan
melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel sel tubuh. Umumnya kadar glukosa
darah berada pada kadar 70 110 mg/dl. (Price, 2005 ). Metabolisme glukosa yang tidak
normal dapat menyebabkan hiperglikemia ( bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi ( >
110 mg/dl )) dan hipoglikemia ( bila kadar glukosa darah terlalu rendah ( < 70 mg/dl )).
III.4 Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan.Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Diabetes yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem
tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2011).
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan
melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis,
diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).
III.4.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes Association, 2010
adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut): 1) Autoimun. 2) Idiopatik. Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin
Dependent), lebih sering ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel
pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh
karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
diproduksikan. Hanya 13 sekitar 10% dari semua penderita diabetes melitus
menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para
ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi
dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (ADA, 2010).
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan
kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh
manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa
yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan
usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80%
sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat
menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang obesitas 14
memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula
darah normal (ADA,2010).
III.4.2 Gejala Diabetes Melitus
Manifestasi klinik dari pasien DM tergantung dari tingkat hiperglikemia. Manifestasi
umum yang sering terjadi dan biasanya disebut dengan gejala klasik DM adalah 3P yaitu
poliuria, polidipsi dan poliphagi (Black & Hawks,2009; Smeltzer, et al, 2008).
a. Poliuria (meningkatnya pengeluaran urin) merupakan gejala umum pada penderita DM,
banyaknya kencing disebabkan karena kadar gula dalam darah berlebihan.\, sehingga
merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkan melalui ginjal besama urin.
b. Polidipsi (meningkatnya rasa haus) dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh akibat
diuresis osmotik (Smeltzer et al, 2008).
c. Polipagia terjadi karena proses katabolik yang menyebabkan proses pemecahan lemak
dan protein untuk menjadi energi. Gejala lain yang biasanya muncul pada penderita DM
adalah kelelahan, pandangan kabur, kulit kering, lecet pada kulit atau adanya luka yang
lama sembuh (Smeltzer, et al, 2008).
III.4.3 Terapi Diabetes Melitus
a. Terapi Non farmakologi
- Terapi pengobatan nutrisi dibutuhkan oleh semua pasien. Untuk pasien dengan DM
tipe 1 di fokuskan pada pengaturan pemberian insulin dengan diet seimbang untuk
menjaga berat badan yang sehat. Selain itu, penderita DM tipe 2 sering memerlukan
pembatasan kalori untuk meningkatkan berat badan. Waktu makan dan makan siang
antara makanan ringan biasanya tidak diperlukan jika manajemen farmakologis sesuai
- Latihan aerobik dapat meningkatkan resistensi insulin dan kontrol glikemik di
kebanyakan pasien dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi
penurunan berat badan atau perawatan, dan meningkatkan kesehatan. Olahraga harus
dimulai secara perlahan pada pasien yang tidak banyak duduk. pasien yang lebih tua
dan orang-orang dengan penyakit aterosklerosis harus memiliki evaluasi
kardiovaskular sebelum memulai program latihan yang cukup besar.
(Dippiro, 2009)
b. Terapi Farmakologi
- Regulasi insulin memiliki onset tindakan yang relatif lambat bila diberikan secara
subkutan, membutuhkan suntikan 30 menit sebelum makan untuk mencapai kontrol
glukosa postprandial yang optimal dan untuk mencegah hipoglikemia pasca-makan
tertunda.
- Lispro, aspart, dan glulisine insulins adalah analog yang lebih cepat diserap,
puncaknya lebih cepat, dan memiliki durasi tindakan lebih pendek daripada insulin
biasa. Hal ini memungkinkan pemberian dosis lebih nyaman dalam waktu 10 menit
setelah makan (bukan 30 menit sebelumnya), menghasilkan khasiat yang lebih baik
dalam menurunkan glukosa darah postprandial daripada insulin biasa pada DM tipe 1,
dan meminimalkan hipoglikemia postmeal tertunda.
- Untuk penderita DM tipe 2 dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan yaitu :
Sulfonilurea, biguanin, tiazolidindion, inhibitor glukosida.
(Dippiro, 2009)
III.5 Metode Analisis Glukosa Darah
Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :
a. Metode Folin
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan
CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan
fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart glukosa
(Sacher, 2004 ).
b. Metode Samogyi-Nelson
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalamlarutan alkali panas dan Cu
direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks (Fischbach, 2009).
c. Ortho tholuidin
Prinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi dengan ortho tholuidin dalam asam
acetat panas membentuk senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk diukur serapannya
pada panjang gelombang 625 nm (Sacher, 2004).
d. Glukosa oksidase/peroksidae
Glukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang oksidasi dengan
menghasilkan H2O2. Dengan adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksid ini dialihkan
ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna. Metode-metode pemeriksaan
glukosa oksidase/peroksidae :
1. Gluc DH
Prinsip : Glukosa dehydrogenase mengkatalisasi oksidasedari glukosa sesuai
persamaan sebagai berikut :
Gluitc DH

BetaDGlukosa+NAD D Gluconolactone+NADH+ H+

Jumlah NADH yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa. Apabila


glukosa di dalam urin atau liquor yang harus diukur, maka dianjurkan menggunakan
metode ini,karena lebih spesifik.
2. GOD PAP
GOD- PAP merupakan reaksi kolorimetri enzimatik untuk pengukuran pada
daerah cahaya yang terlihat oleh mata. Prinsip : Glukosa oksidase (GOD)
mengkatalisasi oksidasi dari glukosa menurut persamaan berikut :
GOD
Glukosa + O2 + H2O Gluconic acid + H2O
Hidrogen peroksida yang terbentuk dalam reaksi ini bereaksi dengan 4
aminoantipyrin ( 4 Hydroxybenzoic acid ). Dengan adanya peroksidase (POD) dan
membentuk N- ( 4- antipyryl ) P- benzoquinone imine.Jumlah zat warna yang
terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa.
3. Gluco quant ( Heksokinase/ G6 DH )

HK
Prinsip : Glukosa + ATP G 6 P + ADP

G6P - DH
G 6 P + NADP Glukonat 6 P + NADP

4. GOD period (Test combination)

GOD
Prinsip : Glukosa + O2 + H2O Glukonat + H2O2

POD
H2O2 + ABTS* Coloured complex + H2O
Presipitasi ringan yang terlihat pada larutan deproteinisasi tidak akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan (Sacher, 2004).
III.6 Spektrofotometri
Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna adalah
spektrofotometer. Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai suatu teknik yang
handal untuk deteksi, identifikasi, dan pengukuran kadar senyawa kimia dalam suatu larutan.
Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada
teknik spektrofotometri, cahaya dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunaka prisma
sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya
monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang gelombang, sehingga
cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur. Hubungan antara konsentrasi dengan
cahaya yang diserap dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert
menyatakan pengurangan intensitas cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan
berwarna berlangsung secara eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui
cahaya dan kadar zat dalam larutan (Soewoto, 2001).

Anda mungkin juga menyukai