Anda di halaman 1dari 17

A.

Judul Percobaan
Diagram Biner

B. Tujuan Percobaan
Menetapkan (mencari) suhu kelarutan kritis (titik konsulat) sistem biner
air-phenol.

C. Landasan Teori
Kata fase berasal dari Yunani yang berarti pemunculan yaitu keadaan
materi yang seragam diseluruh keadaan materi yang seragam diseluruh bagiannya,
bukan hanya dalam komposisi kimia, melainkan juga keadaan fisiknya. Jadi kita
bicara mengenai fase cair, padat atau gas suatu zat, dan seperti contoh fase padat
(seperti fosfor hitam dan fosfor putih). Yang dimaksud dengan komponen adalah
senyawa yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dengan pelarut dalam
larutan (Atkins, 1993: 296)
Sistem dua komponen fase tunggal:
F=2+1+2=3
Jika ada tiga variabel yang harus ditentukan, yaitu: temperatur, tekanan dan
konsentrasi. Gafik demikian berupa grafik tiga dimensi yang sukar digambar.
Untuk mempermudah diambil salah satu variabel tetap, biasanya diambil P tetap,
sehingga diperoleh diagram yang menyatakan hubungan T-C. sistem dua
komponen juga mempermudah dengan mengambil kesetimbangan-
kesetimbangan secara terpisah yaitu kesetimbangan cair-gas, padat-gas, cair-cair
dan padat- cair (Sukardjo, 2002: 256).
Mulai dengan membahas sistem biner yang terdiri dari atas pasangan
larutan campuran sebagian, yaitu larutan yang tidak bercampur dalam semua fasa
proporsi pada semua temperatur. Misalkan kita menambahkan sedikit cairan B
pada sampel cairan Apada temperature tertentu T, cairan B larut sempurna, dalam
sistem biner setiap satu fase. Dengan makin banyak penambahan B, tia satu tahap
dimana B tidak larut lagi. Sekarang sampel terdiri dari dua fase yang berada
dalam kesetimbangan satu sama lain (Atkins, 1993: 297)
Dua cairan dikatakan misiabel sebagian jika A larut dengan B dalam
jumlah terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah
terbatas. Bentuk yang paling umum untuk diagram fase T-X cair-cair pada
tekanan tetap, biasanya 1 atm, dapat dilihat pada gambar. Diagram diatas dapat
diperoleh secara eksperimen dengan melakukan menambah suatu zat cair
kedalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu (Rohman,
2004: 184).
Diagram fase memungkinkan kita meramalkan perubahan titik leleh dan
titik didih zat sebagai hasil dari perubahan tekanan luar, jika kita dapat
memperkirakan arah perubahan fasa yang terjadi akibat perbahan suhu dan
tekanan. Titik leleh dan titik didih normal air yang diukur pada tekanan 1 atm
berturut-turut adalah 0 dan 100. Secara jelas bahwa kenaikan tekanan diatas 1
atm akan menaikkan titik didih dan menurunkan titik leleh. Penurunan tekanan
akan menurunkan titik didih dan menaikkan titik leleh (Chang, 2004: 393).
Percobaan yang dilakukan pada suhu tinggi akan diperoeh batas kelarutan
berbeda. Semakin tinggi suhu kelarutan masing-masing komponensatu sama lain
meningkat, sehingga daerah dua fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada
akhirnya akan bertemu disatu titik pada suhu konsulat atas, atau juag disebut suhu
kelarutan kritis, Tc. Diatas Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai
komposisi. Contoh sistem yang mengikuti kurva seperti ini adalah sistem air-fenol
dengan Tc= 65,85 (Rohman, 2004: 185).
Sistem fasa biner yang juga digunakan pada camouran logam. Pengujian
komposisi paduan logan aliminium dengan spectrometer digunakan untuk
mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat dalam logam tersebut.
Selanjutnya dengan menggunakan acuan diagram fase biner paduan Al-Cu dapat
ditentukan berapa temperature untu mencapai titik liquius (melting point). Hal in
penting untuk menghindari temperature peleburan berlebih justru dapat merusak
cairan logam cor. Dari diagram fasa biner Al-Cu untuk aluminium dengan
kandungan 11,7% Cu termasuk tipe + dengan titik cair liquid sekitar 640.
Temeperatur ini dapat dijadiakan acuan untuk proses peleburan berlebih yang
justru merusak cairan logam cor (Setiawan, 2014: 112).
Kurva kesetimbangan untuk sistem biner etanol-air menunjukkan bahwa
semakin besr fraksi mol maka temperatur pada dew point dan dubble point
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena etanol bersifat volatile dengan titik
didih 78, 32 sedangkan air bersifat nonpolatil dengan titik didih 100. Salah
satu faktor yang mempengaruhi titik didih adalah kadar etanol. Pada titik 0,85 dan
0,9 fraksi mol termasuk dalam fase uap sedangkan pada titik 0,95 dan 0,98 fraksi
mol termasuk dalam fase cair (Sari, 2010: 370).
Kenaikan suhu pada sistem biner menyebabkan kecenderungan kenaikan
kaafinitas dan uptake ion. Secara epiris tingkat afinitas terhadap suhu untuk sistem
biner dapat diperkirakan dari konstanta kesetimbangan K pada model kompetitif
Langmuir. Kenaikan afinitas dan uptake ion Cr terlihat tidak begitu signifikan
dengan pertambahan suhu. Hal ini terjadi karena energy adsorsinya dengan suhu
menyebabkan bertambahnya reaktifitas dan difusifitas ion dalam pori yang akan
memperbanyak ion yang menuju dan terikat pada permukaan (Amri, 2004: 116).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Termometer 110 10 buah
c. Tabung reaksi besar 10 buah
d. Sumbat karet 10 buah
e. Gelas kimia 500 mL 1 buah
f. Gelas kimi 250 mL 1 buah
g. Gelas ukur 10 mL 1 buah
h. Botol semprot 1 buah
i. Spatula 1 buah
j. Penjepit tabung 1 buah
k. Rak tabung reaksi 1 buah
l. Kompor gas 1 buah
m. Pipet tetes 1 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Phenol (C6H5OH)
b. Larutan natrium klorida (NaCl) 1%
c. Metanol (CH3OH) 1%
d. Aquades (H2O)
e. Aluminiu foil
f. Label
g. Tissue

E. Prosedur Kerja
1. Tabung rekasi sebanyak 10 buah disiapkan.
2. Tabung reaksi sebanyak 8 buah diisi dengan campuran air dan fenol dengan
komposisi masing=masing seperti berikut:
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabung
Phenol (g) 4 4 4 4 4 2 2 2
Air (g) 4 5 6 8 10 6,5 8,5 10
Dan dua tabung berikutnya diisi dengan campuran sebagai berikut:
No. tabung 9 10
Phenol (g) 4 4
Air (g) 6 6
Penambahan 3 mL NaCl 3 mL CH3OH

3. Tabung reaksi tersebut selanjutnya dikocok hingga keruh, lalu dipanaskan.


4. Suhu campuran diamati dan dicatat selama dipanaskan saat campuran
berubah dari keruh menjadi jernih.
5. Tabung reaksi yang berisi campuran yang telah jernih dipindahkan pada rak
tabung dan diamati dan dicatat suhunya saat berubah menjadi keruh kembali.
6. Perlakuan yang sama untuk tabung tabung berikutnya.
F. Hasil Pengamatan

Perbandingan jernih (oC) keruh (oC) x


4:4 64 63 63,5
4:5 65 62 63,5
4:6 65 62 63,5
4:8 65 64 64,5
4 : 10 66 62 64,0
2 : 6,5 75 72 73,5
2 : 8,5 64 62 63
2 : 10 65 57 61

Untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan NaCl atau pada


penambahan CH3OH pada temperatur kelarutan kritis (titik konsulat).
Suhu untuk Suhu untuk
menjadi menjadi x
jernih (oC) keruh (oC)
4 gram C2H5OH + 6 gram H2O + 3 ml 76 72 7
NaCl 74
4 gram C2H5OH + 6 gram H2O + 4 gram 67 62 6
CH3OH 64,5

G. Analisis Data
Diketahui :
Mr C2H5OH : 94 gr/mol
Mr H2O : 18 gr/mol
Mr NaCl : 58,5 gr/mol
Mr CH3OH : 32 gr/mol
Ditanyakan :
X C2H5OH....?
X H2O....?
Penyelesaian :
1. Tabung 1 (4 : 4)
Massa C2H5OH : 4 gram
Massa H2O : 4 gram

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
4
= 18 /

= 0,2222 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,2647

= 0,1605
X C2H5OH + X H2O = 1
0,1605 + X H2O =1
X H2O = 1 0,1606
= 0,8395
2. Tabung 2 (4 : 5)
Massa C2H5OH : 4 gram
Massa H2O : 5 gram

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
5
= 18 /

= 0,2778 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,3203

= 0,1327
X C2H5OH + X H2O = 1
0,1327 + X H2O =1
X H2O = 1 0,1327
= 0,8673
3. Tabung 3 (4 : 6)
Massa C2H5OH : 4 gram
Massa H2O : 6 gram

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
6
= 18 /

= 0,3333 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,3758

= 0,1131
X C2H5OH + X H2O = 1
0,1131 + X H2O =1
X H2O = 1 0,1131
= 0,8869
4. Tabung 4 (4 : 8)
Massa C2H5OH : 4 gram
Massa H2O : 8 gram

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
8
= 18 /

= 0,4444 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,4869

= 0,0873
X C2H5OH + X H2O = 1
0,0873 + X H2O =1
X H2O = 1 0,0873
= 0,9127
5. Tabung 5 (4 : 10)
Massa C2H5OH : 4 gram
Massa H2O : 10 gram

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
10
= 18 /

= 0,5555 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,5980

= 0,0711
X C2H5OH + X H2O = 1
0,0711 + X H2O =1
X H2O = 1 0,0711
= 0,9288
6. Tabung 6 (2 : 6,5)
Massa C2H5OH : 2 gram
Massa H2O : 6,5 gram

Mol C2H5OH =
2
= 94 /

= 0,0213 mol

Mol H2O =
6,5
= 18 /

= 0,3611 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0213
= 0,3824

= 0,0557
X C2H5OH + X H2O = 1
0,0557 + X H2O =1
X H2O = 1 0,0557
= 0,9443
7. Tabung 7 (2 : 8,5)
Massa C2H5OH : 2 gram
Massa H2O : 8,5 gram

Mol C2H5OH =
2
= 94 /

= 0,0213 mol

Mol H2O =

8,5
= 18 /

= 0,4722 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0213
= 0,4935

= 0,0432
X C2H5OH + X H2O = 1
0,0557 + X H2O =1
X H2O = 1 0,0432
= 0,9568
8. Tabung 8 (2 : 10)
Massa C2H5OH : 2 gram
Massa H2O : 10 gram

Mol C2H5OH =
2
= 94 /

= 0,0213 mol

Mol H2O =
10
= 18 /

= 0,5555 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0213
= 0,5768

= 0,0369
X C2H5OH + X H2O = 1
0,0557 + X H2O =1
X H2O = 1 0,0369
= 0,9631
9. Penentuan NaCl dan CH3OH
Diketahui :
m C2H5OH : 4 gram
m H2O : 6 gram
Mr H2O : 18 g/mol
Mr C2H5OH : 94 g/mol
Mr NaCl : 58,5 g/mol
V NaCl : 3 ml
V CH3OH : 4 ml
Ditanyakan :
X tiap spesi....?
Penyelesaian :
a. Penambahan NaCl

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
6
= 18 /

= 0,3333 mol
NaCl 1% = b/v
1% = 1/100 g/ml
= 0,01 g/ml
Massa NaCl = 0,01 g/ml 3 ml
= 0,03 gram

Mol NaCl =
0,03
= 58,5 /

= 0,0005 mol
Mol total = (0,0425 + 0,3333 + 0,0005) mol
Mol total = 0,3763 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,3763

= 0,1129

2
X H2O =
0,3333
= 0,3763

= 0,8867

X NaCl =
0,0005
= 0,3763

= 0,0013
b. Penambahan CH3OH

Mol C2H5OH =
4
= 94 /

= 0,0425 mol

Mol H2O =
6
= 18 /

= 0,3333 mol
Massa CH3OH 1% = v/v
1% = 1/100 4 ml
= 0,04 g/ml
Massa CH3OH = 0,792 g/ml 0,04 ml
= 0,0316 gram

Mol CH3OH =
0,0316
= 32 /

= 0,0009 mol
Mol total = (0,0425 + 0,3333 + 0,0009) mol
Mol total = 0,3767 mol
2 5
X C2H5OH =
0,0425
= 0,3767

= 0,1182

2
X H2O =
0,3333
= 0,3767

= 0,8847

X NaCl =
0,0009
= 0,3767

= 0,0024

Grafik
1. Grafik Hubungan Fraksi Mol Fenol dengan Suhu Kelarutan

Suhu (0C)
80

70

60

50

40

30

20

10

0
0.0369 0.0432 0.0557 0,0711 0.0873 0.1131 0.1327 0.1605

X Fenol
2. Grafik pengaruh penambahan NaCl terhadap titik konsulat

Suhu (oC)
80

70

60

50

40

30

20

10

0
0.0369 0.0432 0.0557 0,0711 0.0873 0.1131 0.1327 0.1605

X Fenol
3. Grafik pengaruh penambahan CH3OH terhadap titik konsulat
N
Suhu (0C)
aCl
80

70

60

50

40

30

20

10

0
0.0369 0.0432 0.0557 0,0711 0.0873 0.1131 0.1327 0.1605

X Fenol

H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan suhu kelarutan kritis sistem
biner air-fenol. Sistem biner adalah suatu sistem yang terdiri dari dua komponen.
Komponen adalah senyawa yang ada dalam sistem seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan (Atkins, 1993). Adapun prisip dasar dari percobaan ini adalah dua
cairan yang dapat bercampur homogen berdasarkan kelarutannya. Adapun prinsip
kerja dari percobaan ini adalah pemanansan dan pendinginan.
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan fenol dan air dalam
tabung dengan perbandingan fenol-air dalam 8 tabung reaksi adalah 4:4, 4:5, 4:6,
4:8, 4:10, 2:6,5, 2: 8,5, dan 2:10. Variasi komposisi ini bertujuan utnuk
mengetahui perbandingan kelarutan kritis fenoldan air. Pencampuran fenol dan air
menghasilkan dua lapisan yang disebabkan perbedaan massa jenis fenol dan air,
dimana massa jenis fenol 1,03 g/mL sedangkan air massa jenisnya 1 g/mL.
adapun kepolarannya dimana air bersifat polar karena memiliki perbedaan
keelektronegatifan atara H-O sehingga air bersifat polar. Fenol juga bersifat polar
karena dapat larut dalam air, akan tetapi kelarutan fenol dalam air berkurang jika
gugus nonpolar terikat pada cincin aromatic. Setelah larutan dicampur lalu
dikocok hingga membentuk larutan keruh yang menandakan bahwa larutan
tersebut berada dalam dua fasa. Selanjutnya larutan dipanas kan hingga larutan
berubah menjadi beningyang menandakan bahwa larutan tersebut berada dalam
satu fasa. Dilakukan pembacaan skala thermometer tepat ketika larutan sudah
berubah menjadi jernih. Tabung selanjutnya dikeluarkan dan didiamkan hingga
larutan menjadi keruh kembali dan dicatat skala thermometer tepat ketika larutan
berubah kembali menjadi jernih. Perubahan menunjukkan bahwa semakin tinggi
suhu maka kelarutan juga akan semakin besar.
Berdasarkan percobaan, diperoleh suhukelarutan rata-rata fenol dari
tabung 1 sampai 8 berturut-turut yaitu, 63,5oC,63,5oC,63,5oC,64,5oC,64,5oC,
64oC,73,5oC, 63oC dan 61oC. Suhu larutan mempengaruhi terbentuknya daerah
satu fasa dimana semakin tinggi suhu maka daerah dua fasa akan semakin sempit
dan akhirnya akan bertemu pada daerah satu fasa yang disebut titik konsulat. Titik
konsulat adalah titik diamana air dan fenol membentuk daerah satu fasa yang
ditandai dengan larutan menjadi bening. Berdasarkan percobaan ini titik konsulat
berada pada tabung keenam dengan suhu kelarutan 73,5oC. hasil yang peroleh
belum sesuai dengan teori bahwa pada sistem air-fenol memiliki titik konsulat 65,
85 oC (Ratnasari, 2011). Hal ini dipengaruhi karena proses pemanasan yang
kurang maksimal.
Pengaruh penambahan larutan NaCl dan CH3OH pada sistem air fenol
dilakukan dengan mencampur fenol air dengan perbandingan 4:6 ditambah
dengan NaCl sedangkan pada tabung yang lain ditambah CH3OH. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat yang hanya larut pada
salah satu komponen dan pengaruh penambahan zat yang yang dapat larut pada
kedua komponen tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan suhu kelarutan rata-rata
penambahan NaCl berada pada 74. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa
penambahan NaCl yang hanya dapat larut dalam air menyebabkan kelarutan
berkurang sehingga suhunya berada diatas titik konsulat. Adapun suhu kelarutan
kritis pada penambahan CH3OH adalah 64,5 yang menunjukkan bahwa
campuran ini berada pada tipe campuran campuran kelarutan kritis minimum.
Hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan teori bahwa pada sistem air fenol
memiliki titik konsulat minimum yang mana meskipun campuran fenol air
dipanaskan terus menerus jika telah melewati titik kritisnya maka tidak akan
terjadi pemisahan lagi.
Berdasarkan analisis data, fraksi mol fenol masing-masing tabung
berturut-turut adalah 0,1605, 0,1327, 0,1131, 0,0873, 0,0711, 0,0557, 0,0432 dan
0,0369. Dari data ini dapat diperoleh titik konsulat dari masing-masing tabung
dengan adanya suhu kelarutan masing-masing tabung dan menghubungkan titik
konsulat tersebut maka akan membentuk diagram fasa yang disebut diagram
biner.

I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa
suhu kelarutan maksimum yang didapat pada sistem air fenol yaitu 73,5. Pada
sistem fenol-air-NaCl yaitu 74 dan pada sistem air-fenol-CH3OH yaitu 64,5.

J. Saran
Diharapkan kepada praktikum selanjutnya agar pada saat pemanasan
dilakukan secara hati-hati dan pembacaan skala thermometer dilakukan dengan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Amin., Supranto dan M Fahrirozi. 2004. Kesetimbangan adsorpsi Optimal


Campuran Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan zeolit Alam Terimpregnasi 2-
Merkaptobenzetiazol. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 6. No. 2.

Atkins, P.W. 1993: Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika I. Yogyakarta: Jica.

Sari, Ni Ketuk. 2010. Vapor- Liquid Equilibrium (VLE) Water-Etanol from


Bulrish Fermentation. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 5. No. 2.

Setiawan, Hera. 2014. Pengaruh Challer Pendingin pada Kekerasan Produk Cor
Propeler Aluminium. Jurnal Simetris. Vol 5. No. 2.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai