Anda di halaman 1dari 82

STUDI DESKRIPTIF UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN

MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS RENDAH


SDI KENGKO TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

OLEH
AISTA JAYANTI NABUS
NPM 13.31.3366

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Santu Paulus Ruteng sebagai Salah Satu
Persyaratan untuk Melakukan Penelitian

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SANTU PAULUS RUTENG
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

STUDI DESKRIPTIF UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN


MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS RENDAH
SDI KENGKO TAHUN AJARAN 2016/2017

AISA JAYANTI NABUS


NPM. 13. 31. 3366

SKRIPSI

Telah disetujui pada tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

David Djerubu, S.Fil.,MA Heronimus E.A. Wejang,S.Fil, M.Pd


NIDN: 08-3112-6119 NIDN: 08-0802-7901

Diketahui
Ketua Program Studi PGSD

Drs. Eliterius Sennen, M.Pd


NIDN: 08-2209-6302

ii
PENGESAHAN
STUDI DESKRIPTIF UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN
MEMBACA PERMULAAN PADA KELAS RENDAH
SDI KENGKO TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI
Oleh
AISTA JAYANTI NABUS
NPM : 13.31.3366
Telah dipertahankan di depan tim penguji pada
Tanggal : 21 Agustus 2017
Di Program Studi PGSD
Susunan Dewan Penguji
Penguji Utama

Fransiska J. Madun, M.Pd


NIDN : 08 0202 9001

Penguji I Penguji II

David Djerubu, S.Fil, MA Heronimus E. A. Wejang, S.Fil, M.Pd


NIDN : 08-3112-6119 NIDN : 08-0802-7901

Disahkan
Ketua STKIP St. Paulus Ruteng

Dr. Yohanes Servatius Boy Lon, MA.


NIDN : 08-0505-5902

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aista jayanti nabus

Npm : 13.31.3366

Program studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dengan ini mengatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara khusus

dirujuk dalam naskah ini dan tertulis dalam daftar pustaka. Jika kemudian hari

terbukti bermasalah sebagai plagiat karya tulis ilmiah orang lain maka masalah

tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya selaku penulis skripsi ini.

Ruteng, 21Agustus 2017

Aista Jayanti Nabus


NPM : 13.31.3366

iv
MOTO

Sabar dan bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang

utama dalam mencapai kesuksesan.

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan dengan rendah hati serta diiringi ucapan

terima kasih kepada:

Papa Aleks dan Mama Ledi yang telah bersusah payah mendukung cita-

cita saya, kakak Fortun, kakak Beci, Adek Sela serta semua anggota keluargaku

yang selalu setia memotivasi dan menyemangati saya, sahabat kelas IV G, guru-

guru SDI Kengko yang selalu memberi motivasi kepada saya dan lembaga STKIP

St. Paulus Ruteng yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi sarjana.

vi
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala cinta dan

kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai suatu

karya ilmiah. Dalam tulisan ini penulis mengajukan judul tentangStudi deskriptif

upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa tahun

Ajaran 2016/2017. Selama menyusun tulisan ini sampai pada selesainya, tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak yang dengan iklas hati membantu penulis

baik tenaga maupun materi yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Seiring dengan itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Yohanes Servatius Boy Lon, MA. Selaku Ketua STKIP St. Paulus Ruteng

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenyam

pendidikan di kampus tercinta ini.


2. Drs. Eliterius Sennen, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah

memberikan kesempatan dan dorongan serta motivasi kepada penulis.


3. David Djerubu, S..Fil., MA selaku pembimbing I yang dengan tulus hati

meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu membimbing penulis hingga

menyelesaikan proposal ini.


4. Heronimus E. A Wejang, S.Fil,M.Pd selaku dosen pembimbing II juga yang

dengan tulus hati meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu

membimbing penulis hingga menyelesaikan proposal ini.


5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan pikiran kepada penulis

demi penyempurnaan proposal ini.


6. Orang tua dan saudara/I tercinta Bapak Aleks Ngabus, Ibu Wilhelmina Ledi,

Kakak Fortunnatus Hanta, serta seluruh keluarga yang telah banyak

memberikan dukungan dalam bentuk materi maupun doa.

vii
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sepenuhnya sempurna seperti

yang diharapkan oleh pembaca yang budiman. Oleh karena itu segala kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan tulisan ini, penulis terima

dengan lapang dada.

Penulis,..

Aista Jayanti Nabus

ABSTRAK

Nabus, Aista Jayanti. 2017. Studi Deskriptif Upaya Guru Dalam


Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas Rendah SDI
Kengko. Skripsi. Ruteng: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP

viii
Santu Paulus Ruteng. Pembimbing 1 David Djerubu, S.Fil, MA dan Pembimbing
II Heronimus E. A. Wejang, S.Fil, M.Pd
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan membaca yang
biasa dilakukan oleh pembelajaran tingkat awal yang esensinya terfokus pada
membaca bersuara dan membaca lancar.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam
mengatasi kesulitan membaca permulaan di SDI Kengko. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan pengumpulan data, mereduksi data, pengajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami hambatan membaca permulaan. Jumlah siswa yang mengalami
kesulitan membaca permulaan cukup banyak. Hal ini disebabkan karena
kurangnya minat dari siswa terhadap belajar membaca, tidak mampu menghafal
huruf/abjad A-Z, tidak bisa menggabungkan suku kata atau kata perkata. Oleh
karena itu upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa pada kelas rendah yaitu dengan cara guru mencoba untuk
mengulang kembali dengan menggunakan media abjad melalui kertas atau kain
yang sudah disiapkan untuk mengajar.
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa kesulitan membaca permulan di SDI Kengko masih sangat signifikan. Hal
ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kesulitan
membaca permulaan siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internalnnya dikarenakan kurangnya keseriusan dan kemauan dari dalam diri
siswa terhadap belajar membaca sedangkan faktor eksternalnnya dipengaruhi oleh
orang tua siswa seperti membimbing anak untuk belajar membaca, selain itu
orang tua siswa juga kurang memperhatikan cara anaknya untuk belajar.
Walaupun berbagai hambatan yang dialami oleh siswa di SDI Kegko, akan tetapi
guru tetap memperhatikan membimbing siswa dengan cara memotivasi dan
melatih siswa yang mengalami kesulitan membaca secara rutin, serta menjalin
hubungan dan adanya partisipasi antara guru dengan orang tua siswa untuk
membimbing, mengarahkan anaknya untuk belajar.

Kata Kunci: Upaya Guru Dalam Mengatasi, Kesulitan Membaca Permulaan

DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................. i

ix
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................... iv

MOTTO........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN........................................................................................... vi

PRAKATA....................................................................................................... vii

ABSTRAK....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1


1.2 Identifikasi............................................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................... 6
BAB 2 KAJIAN TEORITIS......................................................................... 6

2.1 Hakekat Membaca................................................................................... 6

2.1.1 Pengertian Membaca...................................................................... 7

2.1.2 Enam mitos seputar membaca........................................................ 9

2.1.3 Tujuan Membaca............................................................................ 9

2.1.4 Manfaat Membaca.......................................................................... 11

2.1.5 Aspek-aspek Membaca.................................................................... 12

2.2 Membaca Permulaan............................................................................... 13

2.2.1 Pengertian Membaca Permulaan.................................................... 13

2.2.2 Tujuan Membaca Permulaan.......................................................... 13

2.2.3 Pengajaran Membaca Permulaan.................................................... 14

x
2.2.4 Berbagai kesalahan membaca permulaan....................................... 20

2.3 Hakikat Guru........................................................................................... 21

2.3.1 Pengertian Guru.............................................................................. 21

2.3.2 Peran Guru...................................................................................... 22

2.4 Penelitian Relevan................................................................................... 26

2.5 Kerangka Berpikir ..................................................... 27

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................. 29

3.1 Jenis dan Desain Penelitian..................................................................... 29

3.2 Tahap-tahap Penelitian............................................................................. 30

3.3 Subjek Penelitian..................................................................................... 32

3.4 Waktu dan Tempat penelitian................................................................... 32

3.5 Data dan sumber data............................................................................... 33

3.6 Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 33

3.7 Instrumen Penelitian................................................................................ 34

3.8 Teknik Analisis Data................................................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 35

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian.................................................................... 35

4.1.1 Deskripsi Guru................................................................................ 35

4.1.2 Deskripsi Siswa............................................................................... 36

4.1.3 Visi dan Misi SDI Kengko.............................................................. 36

4.1.4 Keadaan Gedung............................................................................. 37

4.2 Hasil Penelitian........................................................................................ 37

4.2.1 Deskripsi Bentuk Kesulitan Membaca Permulaan Kelas

Rendah............................................................................................ 37

4.2.2 Faktor Penyebab Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca

xi
Permulaan....................................................................................... 38

4.2.3 Strategi Untuk Mengatasi Persoalan Membaca Permulaan............ 39

4.2.4 Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca permulaan.... 40

4.3 Pembahasan............................................................................................. 41

4.3.1 Bentuk Kesulitan Membaca Permulaan Siswa............................... 41

4.3.2 Faktor Penyebab Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca

Permulaan....................................................................................... 42

4.3.3 Strategi Yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan

Membaca Permulaan Siswa............................................................ 43

4.3.4 Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Permulaan Siswa............................................................................. 43

BAB V PENUTUP........................................................................................... 46

5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 46

5.2 Saran........................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Kepada Guru.................................................. 38

Tabel 4.1 Data Guru di SDI Kengko Tahun 2017............................................. 45

xii
Tabel 4.2 Data Siswa Tahun 2017..................................................................... 46

Table 4.3 Data Gedung SDI Kengko................................................................. 47

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Instrumen Wawancara ....................................................... 65

Lampiran 2 : Hasil Wawancara......................................................................... 70

Lampiran 3 : Foto Wawancara.......................................................................... 71

xiii
Lampiran 4: Surat keterangan Hasil Penelitian................................................. 72

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menciptakan

manusia seutuhnya, dalam arti manusia yang dapat membangun dirinya sendiri

dan secara bersama-sama membangun bangsa dan negara. Peran pendidikan tidak

dapat ditawar-tawar lagi. Karena melalui pendidikan tersebut akan tercipta sumber

daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan maupun

persaingan dengan dunia luar (Hufron dan Arony,2000 : 27).


Memasuki era globalisasi sekarang ini, dunia pendidikan menghadapi

tantangan yang cukup berat. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang

terjadi dimasyarakat kadang terjadi lebih cepat dan menuntut kualitas sumber

daya manusia yang bermutu dan mampu bersaing dalam menghadapi perubahan-

perubahan yang terjadi. Dalm menghadapi harapan dan tantangan masa depan

yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagi esensi kehidupan, baik bagi

perkembangan pribadi peserta didik maupun perkembangan masyarakat. Banyak

peserta didik yang belum mampu berjalan seimbang dengan tutuntan zaman, hal

ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh dari

proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk

mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa depan.


Barung (2013:1) mengatakan bahwa konsep Pembelajaran

bahasamemiliki dua karakteristik yaitu:belajar bahasa secara alamiah dan belajar

bahasa secara formal. Belajar bahasa secara alamiah sering dikenal dengan

pemerolehan bahasa (language acquisition), sedangkan belajar bahasa secara

formal dikenal dengan istilah pembelajaran bahasa. Di dalam proses pembelajaran

1
bahasa selalu ada komponen guru (yang mengajarkan) dan siswa (yang belajar)

serta komponen lainnya seperti kurikulum, ruang kelas, ujian dan sebagainnya.

Komponen-komponen tersebut tidak dikenal didalam proses pemrolehan bahasa.


Pemrolehan bahasa merupakan proses ambang sadar, pemerolehan bahasa

(anak) biasanya tidak sadar bahwa siswa tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya

sadar akan kenyataan bahwa siswa tengah menggunakan bahasa untuk

komunikasi. Pemerolehan bahasa mencakupi pemerolehan bahasa pertama dan

bahasa kedua. Perbedaanya, pemerolehan bahasa pertama ( bahasa ibu, bahasa

daerah) bersifat sepontan dan jarang dirancang sedangkan pemerolehan bahasa

kedua( bahasa indonensia) pada umumnya diniatkan dan dirancang.


Proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar harus melibatkan

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Peserta didik diharapkan

menjadi orang yang siap untuk memikirkan perubahan-perubahan yang terjadi

dalam kaitan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku. Sebagaimana

pembelajaran pada umumnya, pembelajaran di kelas rendah dititik beratkan pada

kemampuan membaca, dan menulis. Membaca merupakan salah satu kemampuan

pokok yang harus dikuasai siswa selain kemampuan menulis dan berhitung.
Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa membaca adalah suatu yang rumit

yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga

melibatkan aktivitas visual, berpikir, psiko linguistik, dan meta kognitif. Sebagai

proses visual membaca merupakan proses penerjemahan simbol tulis (huruf)

kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup

aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis , dan

pemahaman kreatif.
Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak hanya bagi mata

pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga sebagai dasar mata pelajaran lainnya. Hal

2
ini terjadi karena melalui bacaan, anak memperoleh pengetahuan baru dan dapat

mengembangkan kreativitas yang tetrwujud pada bakat dan minat anak.


Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan

merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Dalam

komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-lambang bunyi bahasa

diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, dalam hal ini huruf-

huruf menurut alfabet latin. Dapat dipahami bahwa pada tingkat membaca

permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama di bina dan dikuasai, dan ini

terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di

sekolah. Pengertian pengubahan disiini juga mencakup pengenalan huruf-huruf

sebagai lambang bunyi-bunyi bahasa. Setelah pengubahan dimaksud di atas

dikuasai secara mantap barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan.

Inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada tahun-tahun selanjut

di sekolah. Sudah barang tentu bahwa dirumah juga pembianaan dan

pengembangan itu dapat dilakukan. Membaca merupakan dasar utama untuk

memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang

dapat membuka cakrawala dunia, mengetahui apa yang sebelumnya tidak

diketahui. Oleh karena itu, wajar jika guru khawatir ketika siswanya mengalami

kesulitan dalam hal membaca.

Barung (2013:64), mengatakan bahwa seseorang dikatakan mampu


1. Menangkap/mengerti atau memahami yang terkandung didalam bacaan
2. Kecepatan yang wajar dalam membaca ini artinya, biarpun siswa memahami

isi bacaan tetapi waktu membacanya lama, maka siswa tersebut tetap

dikategorikan sebagai siswa yang belum mampu membaca (tingkat

kemampuan membacanya masih rendah).

3
Untuk mencapai harapan diatas siswa dilatih menerapkan teknik yang

baik saat membaca.penelitian ini difokuskan pada kelas rendah kelas I-III SDI

Kengko Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur. Dengan

pertimbangan berdasarkan pengamatan peneliti bahwa masih banyak siswa kelas

rendah di SDI Kengko yang mengalami kesulitan dalam membaca permulaan.

Sehingga hasil pembelajarannya kurang memuaskan. Secara umum pembelajaran

membaca yang dilakukan disekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa

tujuan utama yaitu:


1. Memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca,
2. Mampu membaca dalam hati dengan kecepatan membaca yang fleksibel
3. Memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan
Pembelajaran membaca permulaan perlu diterapkan pada siswa sekolah

dasar agar siswa dapat belajar bagaimana cara membaca dengan baik.
Dari masalah yang telah dikemukakan di atas, perlu dicarikan solusinya agar

hasil belajar siswa dalam membaca permulaan menjadi meningkat. Peneliti sebisa

mungkin mengenal dan memahami berbagai faktor-faktor tersebut yang

menghambat kemampuan membaca permulaan dari siswa tersebut.


Fokus materi yang diteliti adalah mengatasi kesulitan membaca permulan. Dalam

mempelajari materi ini siswa mencoba untuk membaca dan guru hanya

mengamati bagaimana siswa membaca.


Salah satu masalah pokok yang terjadi di SDI Kengko kecamatan

Pocoranaka Timur adalah masih banyak siswa yang mengalami kesulitan

membaca. Dilihat dari masalah tersebut maka peneliti ingin mendeskripsikan

Studi Deskriptif Tentang Upaya Guru Di sekolah dalam mengatasi kesulitan

membaca permulaan siswa.


.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti mencoba mengidentiikasi

masalah sebagai berikut:


1. Keterbatasan kosa kata siswa.

4
2. Rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa.
3. Minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia sangat

rendah.
4. Rendahnya kemampuan membaca permulaan pada siswa.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas, penulis ingin membatasi

masalah dalam penelitian ini yaitu Upaya Guru dalam Mengatasi rendahnya

Kemampuan membaca permulaan siswa Tahun Ajarann 2016/2017.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas, penulis ingin

membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana upaya guru dalam

mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa SDI Kengko tahun ajaran

2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan upaya guru dalam mengatasi kemampuan membaca

permulaan pada siswa di SD Kengko Tahun Ajaran 2016/2017.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperoleh informasi dan gambaran penelitian tentang

upaya guru dalam mengatasi membaca permulaan pada siswa.


2. Bagi Guru

5
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam upaya mengatasi

kemampuan membaca permlaan pada siswa.


3. Bagi Siswa
Dapat melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dalam meningkatkan

kemampan membaca permulaan.

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Hakikat Membaca


2.1.1 Pengertian Membaca

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan

membaca, maka anak tersebut akan mengalami banyak kesulitan dalam

mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya(Mulyono

2012:157).

Rahim (2008:2-12) mengatakan bahwa membaca adalah suatu yang rumit

yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga

melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakongnitif. Sebagai

proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf)

mencakup aktitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca

kritis, dan pemahaman kreatif. Proses membaca terdiri atas Sembilan aspek yaitu:

Sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajarannya, asosiasi,

sikap, dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang

diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan.

6
Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptual, yaitu aktivitas mengenal

suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang melalui,

kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Aspek urutan

dalam membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun

secara linear yang umumnya terampil pada suatu halaman dari kiri kekanan atau

dari atas kebawah.

Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak

yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih

luas dalam mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep yang dihadapi

dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman

terbatas. Pengalaman konkrit (langsung) dan pengalaman tidak langsung akan

meningkatkan perkembangan konseptual anak, namun pengalaman langsung lebih

efektif daripada pengalaman tidak langsung.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen

dasar dari proses membaca, yaitu Recording, decoding, dan meaning.Recording

merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan

bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses

decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemaahan rangkaian grafis

kedalam kata-kata. Proses Recording dan decoding biasanya berlangsung pada

kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah

membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual

bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di

kelas-kelas tinggi SD. Disamping keterampilan decoding, pembaca juga harus

memiliki keterampilan memahami makna (meaning). Pemahaman makna

7
berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal

sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan proses perseptual dan

kognitif, menurut Crawley dan Mountain( Rahim, 2008: 3). Menurut pandangan

tersebut, membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis kedalam bunyi.

Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata,

memahami literal, interprestasi, membaca kritis (crtical reading) dan membaca

kreatif (creative reading). Sebagai proses linguistik, skema pembaca

membantunya membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur

sintaksis membantunya mengomunikasikan dan menginterprestasikan pesan-

pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi,

pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini mengidentifikasi tugas

membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor

pemahamannya, dan menilai hasilnya.

Rahim (2008:3) mengemukakan bahwa defenisi membaca mencakup: (1).

Membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3)

membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan

informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai

peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu

strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang

sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika

membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.

8
Membaca adalah sebuah proses interaktif. Keterlibatan pembaca dengan

teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang

bermanfaat akan memenuhi beberapa tujuan yang ingin dicapainaya. Teks yang

dibaca oleh sesorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi

antara pembaca dan teks.

Subini (2011:53) mengatakan bahwa membaca merupakan dasar utama

untuk memperoleh kemampuan belajar diberbagai bidang. Melalui aktivitas

membaca sesorang dapat membuka cakrawala dunia dan mengetahui apa yang

sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu, wajar jika guru merasa khawatir

ketika muridnya mengalami kesulitan dalam hal membaca.

2.1.2 Enam Mitos Seputar Membaca

Dalam membaca, dikenal juga mitos. Mitos ialah keyakinan yang belum

tentu benar, namun kerap dianggap sebagai kebenaran itu sendiri, sehingga

mempengaruhi tingkahlaku dan mind-set suatu masyarakat.

Masri (2008:25-31) mengatakan bahwa terdapat enam mitos seputar

membaca misalanya: (1) Harus membaca setiap kata atau tidak setiap kata dalam

suatu kalimat harus baca untu mengerti keseluruhan makna dalam kalimat, (2)

membaca cukup hanya sekali atau menangkap ide dasar mengenai kalimat yang

sulit tidaklah mudah (3) merasa bersalah jika melompat membaca atau harus biasa

memetakan pikiran (4) mesin kecepatan mebaca (5) jika meloncat-loncat atau

jarang membaca akan mengurangi pemahaman dan (6) terdapat persoalan dengan

kesehatan mata.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca bukan hanya

sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelomok kata,

9
kalimat, paragraf dan wacana tetapi suatu proses yang menuntut agar kelompok

kata ang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas

dan makna kata-kata secara individual akan dapat diktahui.

2.1.3 Tujuan membaca

Tarigan (2008: 9-11) Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari

serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna

atau arti (Meaning)erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensi

kita dalam membaca. Berikut ini ada beberapa hal yang penting dalam tujuan

membaca:

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh tokoh; Apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; Apa

yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-

masalah yang dibuat pleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.


b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik

dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau dialami oleh tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh

untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh ide-ide utama.


c. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka apa yang hendak diperlihatkan oleh

pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-

10
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau

gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.


d. Membaca untuk menemukan apa yang terjadi pada setiap bagian cerita,

apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua dan ketiga dan seterusnya

setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan

kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca utuk mengetahui

urutan atu susunan, organisasi cerita.


e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa,

tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau

apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebt membaca untuk

mengelompokan, membaca untu mengklasifikasikan.


f. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat

oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.


Berdasarkan uraian di atas dapat dismpulkan bahwa membaca merupakan

suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai

informasi yang terdapat dalam tulisan.


2.1.4 Manfaat membaca

Rahim (2008:1-2) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan

sesuatu yang vital dalam satu masyrakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak

memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar.

Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang

melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat

belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari

kegiatan membaca.

11
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin

kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu,

kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari

manusia.

2.1.5 Aspek-aspek membaca

Menurut Guntur (2008: 13) ada beberapa aspek-aspek membaca yaitu:

1. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan

yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:


a) Pengenala bentuk huruf
b) Pengenalan unssur-unsur linguistik
c) Pengenalan hubungan atau koresondensi pola ejaan dan bunyi
d) Kecepatan membaca ketaraf lambat
2. Keterampilan yang bersifat pemahman yang dapat dianggap beada pada

urutan yang lebih tinggi, aspek ini mencakup:


a) Memahami pengertian sederhana
b) Memehami signifikasi atau makna
c) Evaluasi atau penilaian
d) Kecepatan membaca yang fleksibel yang muda disesuaikan dengan

keadaan.

Burhan (2013: 38) mengemukakan bahwa ada empat level dalam membaca.

Pertama, membaca dasar, yaitu membaca permulaan yang biasanya dilakukan

oleh pembelajaran tingkat awal, misalnya anak sekolah dasar. Kedua, membaca

inpeksional, yaitu membaca yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang

terbaik dari sebuah buku dengan waktu yang singkat terbatas. Ketiga membaca

analitis, yaitu membaca menyeluruh, membaca lengkap seluruh teks

bacaan( buku), membaca dengan baik dengan waktu tanpa batas. Keempat

membaca sintopikal, yaitu membaca sejumlah buku untuk membandingkan satu

dengan yang lain.

12
2.2 Membaca Permulaan

2.2.1 Pengertian Membaca Permulaan

Keterampilan membaca di sekolah dasar terdiri dari keterampilan

membacakan dan keterampilan membaca.


Menurut Barung (2011:86) Membacakan di kelas rendah lazim disebut

membaca permulaan yang esensinya terfokus pada membaca bersuara dan

membaca lancar. Bagi siswa di pedesaan dan siswa yang tidak mengalami

pendidikan TK biasanya dimulai dengan kegiatan pramembaca permulaan untuk

mengenalkan bacaan pada anak. Pembelajaran membaca permulaan bagi siswa

kelas rendah khususnya kelas I SD .


2.2.2 Pramembaca Pada Awal Pertama Kelas Satu SD
Barung (2013:56-60) mengatakan bahwa Pada dasarnya pramembaca

merupakan latihan bagi anak untuk memegang, membuka, dan membaca bahan-

bahan tercetak seperti buku (bacaan yang bergambar), majalah, dan lainnya.

Kegiatan membaca disini belum membaca simbol-simbol membaca tertulis

seperti huruf, suku kata, kata, kalimat, tetapi baru membaca gambar.
Kegiatan pramembaca bertujuan mengenalkan bahan-bahan tercetak

kepada anak. Berikut ini contoh kegiatan pramembaca yang bisa dilatihkan

kepada siswa yang baru duduk dikelas awal sekolah dasar yaitu:

1. Membuka Buku Bacaan Bergambar


Anak diminta mulai membaca buku, yaitu memegang buku dengan cara

yang benar (tidak terbalik), membuka halaman demi halaman, menyesuaikan

jarak antara mata dengan buku. Pada awal kegiatan membaca ini anak

dibiarkan membaca gambar-gambar yang ada didalam buku terlebih dahulu.

Guru perlu memeberikan buku bacaan gambar yang semenarik mungkin

13
sehingga anak dapat menikmatinya dan timbul rasa ingin segera dapat

membaca.
2. Guru Membacakan Buku
Guru membaca buku bergambar dengan cara menunjuk kata yang dibacanya

agar anak memahami bahwa membaca tulisan adalah dari kiri kekanan dan

tulisan dibaca baris demi baris sampai halaman bawah. Selanjutnya buku

dibuka halaman demi halaman kebelakang. Guru perlu memeperlihatkan

kepada anak bahwa simbol yang dibaca memiliki arti serta membaca itu

nikmat dan menyenangkan.


3. Membaca Simbol Huruf
Walaupun secara intensif pengenalan huruf akan banyak dilakukan pada

membaca permulaan, tetapi untuk pemanasan anak mulai dikenalkan

membaca huruf. Anak tidak dituntut untuk mengenal semua huruf secara urut.

Biarkanlah waktu berjalan sehingga mula-mula anak hanya hafal satu atau

dua huruf (yang biasa dilihatnya) lama-lama akan semakin meningkat.

Masing-masing anak tidak harus memiliki perbendaharaan huruf yang sama.

Misalnya, anak yang bernama Faisal akan lebih cepat dan mudah menghafal

huruf f karena merupakan huruf pertama namanya dibandingkan dengan anak

yang bernama Ani.


Berikut ini contoh cara memperkenalkan huruf pada Kegiatan

Pramembaca yaitu:
1. Menyanyikan Lagu abcdefg
Bersama-sama menyanyikan lagu abcdefg sambil guru menunjukan

simbol huruf masing-masing pada gambar huruf.


2. Bermain Persamaan huruf depan dari suatu kata
Guru menyebutkan suruhannya dan memberi satu kata sebagai contoh.

Anak diminta untuk meneruskan. Misalkan sebut kata yang memakai

huruf depan s sapi. Anak dapat meneruskan dengan: susu, suka, sisir,

saku, dan seterusnya. Biasakan menggunakan baghasa Indonesia, tetapi

14
jangan disalahkan jika ada anak menyebut kata dalam bahasa daerah.

Cobalah lakukan uuntuk huruf yang lain.


3. Kata yang mengandung huruf tertentu
Alat yang diperlukan adalah gambar beserta kata dibawahnya untuk

memperkenalkan huruf depannya. Masing-masing kata satu kotak. Anak

diminta menyebut kata kemudian huruf depannya. Mula-mula kata yang

dikenal dulu, lalu guru menyebut kata yang belum dikenal, lama-lama

akan makin banyak kata yang dikenal oleh anak.


4. Penataan kelas yang kaya tulisan
Benda-benda yang ada didalam kelas sebaiknya diberi sesuai namanya

(kursi, meja, buku, papan tulis dan sebagainya), jika perlu label nama

masing masing anak ditempelkan dimejanya. Jika kegiatan kelas

dilakukan secara bertema, kelas dapat dihias dengan barang atau benda-

benda sesuai dengan tema tersebut dan diberi label diatasnya. Misalnya

tema binatang, gambar atau tiruan binatang dapat diberi label namanya.

Selain itu, ruang kelas perlu dilengkapi dengan abjad atau urutan huruf

yang cukup besar, sehingga anak yang duduk dimana pun mudah untuk

melihatnya. Jika perlu masing-masing meja juga tersedia abjad agar setiap

anak mudah menggunakan tanpa menggangu anak lain.


2.2.3 Membaca Permulaan Pada Awal Semester Pertama dikelas Satu SD
Barung (2013:59) mengatakan bahwa Setelah anak diperkenalkan dengan

buku, simbol huruf, dan beberapa huruf yang sudah dikenal anak melalui kegiatan

prabaca selama kurang lebih tiga minggu pada awal semester pertama di kelas

satu SD, perkenalan membaca dapat dilanjutkan dengan membaca permulaan.

Kegiatan membaca permulaan terfokus pada pengenalan huruf, suku kata, kata,

dan kalimat sederhana.


Berikut ini contoh kegiatan membaca permulaan yaitu:
1. Memperkenalkan huruf/Bermain huruf

15
Kegiatan memperkenalkan huruf dapat diteruskan seperti pada kegiatan

pramembaca. Selanjutnya konsentrasikan pada pengenalan huruf hidup (a, i, u,

e, o) dan beberapa huruf mati yang akan sering digunakan dalam kata bahasa

Indonesia (s, k, t, b, d,).


2. Memperkenalkan Suku kata/Bermain Suku Kata
Kegiatan ini prinsipnya adalah menggabungkan huruf mati dan huruf hidup

sehingga menimbulkan bunyi yang menjadi awal dari kata. Setelah anak hafal

semua huruf hidup, anak diminta untuk memilih huruf mati yang sudah

dikenalnya dan menggabungkan dengan semua huruf hidup. Misalnya: Huruf

hidup (a, i, u, e, o) dan beberapa huruf mati yaitu (s, k, t, d, ) digabungkan

menjadi sa, si, su, se, so/ ta, ti, tu, te, to /ka, ki, ku, ke, ko / ga, gi, gu,ge, go.
3. Menggabungkan muku kata menjadi kata yang bermakna
Dari daftar suku kata yang dimiliki anak, anak dapat mencari gabungan suku

kata yang bisa menjadi kata yang bermakna. Misalnya dari contoh di atas,

anak diminta menyebut gabungan suku kata apa saja yang dapat menjadi kata

misalnya: susu, suka, sate, siku, toko, tiga, teko, gigi, kaki, dan sebagainya.
Untuk tambahan kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan memberikan kepada

anak satu lembar bacaan dengan huruf yang sudah dikenal anak. Kemudian

anak diminta mencari kata kemudian memberi tanda pada kata itu. Guru perlu

mencarikan bacaan yang suku katanya masih sederhana sehingga anak mudah

membacanya kemudian dan bisa memperoleh banyak kata lain dari

menggabungkan suku kata.


4. Menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat
Dari kata-kata yang sudah dibuat oleh anak diatas kemudian mereka diminta

membuat kalimat yang mudah dipahami. Misalnya, kakiku luka, gigi siti satu,

joko suka susu, dan sebagainya. Setelah anak mengenal suku kata dari

gabungan dua huruf, guru dapat melanjutkan dengan suku kata yang terdiri

dari tiga huruf dengan berbagai variasinya, sehingga anak mengenal variasi

16
susunan suku kata bahasa Indonesia. Dengan sedikit memoles cara mengeja,

diharapkan anak akan lebih cepat dapat membaca.

a. Membaca label untuk benda-benda yang ada di dalam kelas


Guru meminta anak untuk membiasakan membaca label yang ada di

kelas.
b. Membaca buku cerita yang sesuai untuk anak kelas awal
Pada tahap berikutnya diharapkan anak sudah dapat membaca dengan

menggunakan buku cerita bergambar yang pada awalnya hanya dilihat

gambarnya saja. Guru juga sudah bisa menggabungkan dengan buku paket

bahasa Indonesia untuk kelas awal SD/M


2.2.4 Tujuan Membaca Permualaan
Membaca hendaknya mempunyai tujuan terhadap pengetahuan yang akan

dipahaminya dalam menemukan fenomena lingkungan sekitar. Hal ini

dikarenakan seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cendrung lebih

memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Rahim

(2008:11) mengatakan bahawa tujuan dari membaca antara lain:


a. Memperbarhi pengetahuan tentang suatu topik.
b. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui.
c. Memperoleh informasi yang menunang bagi perkembangan diri.
d. Mengkonfirmasi fakta yang ada dilingkungan sekitar.

Membaca sangat efektif apa bila diberikan sejak dini, hal ini dikarenakan

mempunyai banyak tujuan. Tujuan membaca yaitu:

a. Mendapatkan informasi tentang data dan kejadian sehari-hari dalam

menentukan fakta untuk mengembangkan diri.


b. Meningkatkan citra diri yaitu memperoleh nilai positif dari pesan yang

disampaikan.
c. Memberikan penyaluran positif dalam membuka wawasan terhadap situasi

yang akan ataupun yang akan dihadapi.


d. Mencari nilai kehidupan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan

17
Dari penjelasan tujuan membaca oleh kedua ahli di atas bahwa melalui

membaca dapat memperoleh informasih yang ada dilingkungan sekitar

bermaanfat bagi mengandung nilai-nilai yang dapat diambil maanfatnya, sehingga

sesuatu yang diperoleh dari membaca dapat memperkaya pengetahuan dalam

dirinya.

2.2.5 Pengajaran Membaca Permulaan

Yusuf (2003: 88) mengemukakan beberapa metode yang sering dipakai

untuk pengajaran membaca permulaan. Beberapa metode bersumber dari

pendekatan berdasarkan symbol, sebagian yang lain bersumber dari pendekatan

berdasarkan makna. Meskipun metode-metode ini dirancang untuk pengajaran

membaca permulaan sehari-hari, beberapa dapat dirancang secara individual

untuk membimbing anak berkesulitan membaca. Beberapa metode yang perlu

diketahui dan akan dibahas secara singkat disini antara lain metode basal, metode

eja, dan metode linguisik, metode pengalaman bahasa.

1. Metode membaca basal


Program pengajaran membaca dengan metode basal terdiri atas

beberapa set yang tersusn menurut tingkat kesukarannya, masing-masing

terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap seperti buku kerja, kartu huruf,

tes awal, tes akhir, dan gambar atau filmstrip. Selain itu juga disediakan buku

pegangan guru yang memuat tujuan umum, tujuan kegiatan siswa. Buku

pegangan guru juga memuat kosakata baru, kegiatan untuk memotivasi anak,

dan pertanyaan untuk mengecek tingkat pemahaman anak pada setiap

halaman.
Secara garis besar, langkah mengajar membaca dengan metode basal

meliputi hal-hal berikut:


1. Memberi motivasi kepada anak;

18
2. Memberikan konsep atau kosakata baru sebagai pengantar;
3. Membimbing anak membaca cerita dengan mengajukan pertanyaan yang

sebenarnya tujuan membaca;


4. Mengembangkan keterampilan lebih lanjut dengan tugas-tugas dari buku

kerja atau latihan tambahan;


5. Member tugas sebagai aplikasi keterampilan yang baru dipelajari;
6. Evaluasi.
Dengan demikian, metode membaca basal bukan hanyan menunjuk

pada metedo mengajar, tetapi juga paket pelajaran yang sangat lengkap.

Karena banyaknya materi yang harus disiapkan, di Indonesia belum pernah

disusun bahan pelajaran membaca permulaan yang dapat dipakai dengan

metode basal. (Yusuf 2003:89).


2. Metode eja
Metode eja mengajarkan membaca teknik melalui asosiasi antara

grafem (huruf) dengan morfem (bunyi). Setelah menguasai vokal dan

konsonan, anak belajar membaca dengan menggabungkan bunyi menjadi suku

kata dan suku kata menjadi kalimat.


Pada tingkat awal, misalnya anak belajar bahwa huruf I memberikan

suara /i/, huruf /a/ memberikan suara /a/, huruf /u/ member suara /u/, huruf

/beh/ member suuara /beh/, dan huruf /en/ member suara /en/. Pada tahap

berikutnya, anak mulai menggabungkan bunyi /b/ dengan /i/ menjadi /b/,

bunyi /n/ dengan /a/ menjadi /na/ dan seterusnya. Baru kemudian anak diajak

membaca kata-kata seperti /ini/, /bibi/, /abu/.


Keuntungan metode adalah dengan dikuasinya kaitan antara huruf dan

bunyi, anak dapat membaca kata-kata baru sendiri. Namun demikian, ada

beberapa kelemahannya antara lain sebagai berikut.


a. Terlalu menekankan ucapan kata dapat mengorbankan kemampuan

pehamaman;

19
b. Ada kata-kata perkecualian dalam asosiasi huruf /bunyi. Huruf o,

misalnya, melambangkan bunyi yang berbeda pada kata toko dan kata

pohon. Anak mungkin bingung pada tahap awal;


c. Banyak anak mempunyai kesulitan menggabung huruf meskipun secara

lepas dapat mengahfal bunyinya.

Metode eja terbukti efektif pada tahap membaca permulaan, baik

dalam proses belajar mengajar regular maupun dalam program remedial bagi

anak berkesulitan membaca

3. Metode linguistik
Pengajaran membaca dengan metode linguistik menekankan proses

membaca kata-kata tercetakmenjadi bunyi seperti pada komunikasi

lisan.Metode linguistik menekankan pengajaran membaca kata secara utuh.

Latihan mengucapkan huruf atau menggabungkannya tidak diberikan. Kata-

kata dikelompokan menurut ejaannya. Kata-kata anjing, kencing,

daging, misalnya, mungkin disajikan secara bersamaan, kerena tekanan

pada pokoknya adalah pada pola ejaan ing pada akhir kata.
Dengan sajian semacam ini, anak diharapkan mampu menarik

kesimpulan tentang pola hubungan antara huruf dan bunyi yang ada. Kerena

tekanannya pada pola ejaan yang sama, sering ditemukan materi bacaan yang

secara keselurahan kurang bermakna seperti berikut ini:


anjing dan kucing
anjing dan kucing suka daging
telepon bordering
suara mendesing
anjing dan kucing berguling.
Beberapa metode linguistik antara lain sebagai berikut:
a. Tekanan pada hubungan antara fonem dan grafem membantu anak

menyadari bahwa mebaca adalah bahasa lisan yang ditulis;

20
b. Pola visiual kaitan antara bunyi huruf secara konsisten disajikan kepada

anak, dan sistem yang teratur ke sistem yang tidak teratur;


c. Anak belajar membaca dan mengeja kata secara utuh;
d. Kesadaran akan kalimat sejak dini telah di tanamkan;
e. Pengajaran membaca dikaitkan dengan pengetahuan bahasa anak sendiri.

Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebgai berikut:

a. Kurangnya penekanan pengembangan pehamaman pada tahap awal;


b. Anak terdorong untuk membaca kata demi kata;
c. Metode ini menekankan keterampilan auditori memori;
d. Tidak adanya kesepakatan di antara ahli bahasa tentang teknik

mengajarkan. (Yusuf, 2003:89)


4. Metode pengalaman bahasa.
Metode pengalaman bahasa (languange experience) menekankan

pengintegrasian pengembangan keterampilan membaca dan keterampilan

bahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, dan menullis. Pola pikir dari

metode ini adalah bahwa 1) anak dapat mengatakan apa yang dipikirkannya,

2) apa yang dikatakan anak dapat ditulis (oleh anak sendiri atau oleh orang

lain), 3) anak dapat membaca apa yang tertulis.


Pengajaran membaca dengan metode pengalaman bahasa tidak

terpusat pada seperangkat materi bacaan, tetapi pada pengalaman, kemampuan

bahasa lisan, dan bahasa tulis anak. Anak mendiktekan cerita kepada guru dan

guru menuliskannya. Cerita inilah yang kemudian menjadi materi bacaan.

Cerita anak dapat berasal dari kejadian yang dialami anak atau gambar yang

dibuatnya. Jadi, anak belajar membaca pikirannya sendiri. Dengan demikian,

pola bahasa dari materi bacaan bergantung pada pada kemampuan bahasa

lisannya, sedangkan isinya bergantung pada pengalamannya. Kemudian,

secara bertahap dan terbimbing, anak diminta menuliskan sendiri

pengalamnnya.

21
Pada tahap yang lebih tinggi, bukan guru yang menuliskan cerita

pengalaman anak, tetapi anak sendiri yang didorong untuk menuliskannya.

Hal ini dapat dimulai dengan latihan membuat diagram pengalaman. Isi

diagram pengalaman dapat berupa deskripsi narasi(cerita), laporan

pengamatan suatu kejadian, atau kisah fiktif. Dengan berdiskusi, guru dan

murid mngubah diagram pengalaman menjadi draft kasar bacaan. Diskusi

antara guru dan murid berkisar pada pilihan kata, struktur, dan huruf besrta

bunyinya. Keterampilan lain seperti penggunaan huruf besar, tanda baca, atau

ejaan. Motivasi belajar membaca harusnya tinggi karena anak menciptakan

sendiri terutama isi dan bentuk bacaan yag dipelajarinya.

Berdasarkan penelitian, metode pengalaman bahasa cukup efektif

untuk mengajarkan membaca kelas-kelas menengah dengan murid yang sudah

lebih tua dan sangat efektif untuk menangani anak yang berkesulitan

membaca. Anak menunjukan kemajuan dan kemampuan mengekspresikan diri

baik secara lisan maupun tertulis, kemajuan juga terlihat pada penguasaan

mekanik atau teknik mengarang, ejaan, kosakata, struktur dan kedalaman isi

karangan. Beberapa kelebihan dalam metode ini antara lain:

1. Metode ini mengintegrasikan keempat keterampilan berbahasa sekaligus

2. Metode ini memanfaatkan pengalaman anak untuk pengajaran berbahasa

3. Kreativitas anak berkembang

4. Motivasi belajar anak tinggi

2.2.6 Berbagai kesalahan membaca permulaan


Muliyono (2012:164) mengatakan bahwa dalam membaca permulaan

terdapat beberapa kesalahan antara lain:


1. Penghilangan kata atau huruf
2. Penyelipan kata

22
3. Penggantian kata
4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5. Pengucapan kata salah tetapi makna asama
6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7. Pengucapan kata dengan bantuan guru
8. Pengulangan
9. Pembalikan kata
10. Pembalikan huruf, kurang memperhatikan tanda baca,pembetulan sendiri,

ragu-ragu dan tersendat-sendat.


Dari berbagai kesalahan yang sering terjadi dapat disimpulkan bahwa ada

faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan membaca permulaan siswa adalah

kurangnya peran guru dan orang tua dalam memotivasi anak membaca.

2.3 Hakikat Guru


2.3.1 Pengertian Guru

Eka (2008:21) mengatakan bahwa Guru adalah ujung tombak dalam

proses pendidikan, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses

pendidikan, karena pristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai

pandangan dan konsep. Untuk itu perwujudan dari proses belajar mengajar itu

dapat terjadi dalam berbagai model.

Depdikbud (2008:21 dalam Eka) mengemukakan bahwa guru adalah

sumber daya manusia yang diharapkan mampu mengerahkan dan

mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar

yang bermutu. Tanpa mengabaikan faktor lain, guru dapat dianggap sebagai faktor

utama yang paling menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan.

Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

23
Dalam dunia pendidikan, istilah guru bukanlah hal yang asing. Menurut

pandangan lama, guru adalah sosok manusia yang patut ditiru. Ditiru dalam arti

segala ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus

dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.

Bruce Joyce, (2008:21) mengelompokkannya pada empat peran guru

yaitu;

1. Sebagai proses informasi;


2. Perkembangan pribadi;
3. Interaksi sosial;
4. Modifikasi tingkah laku;
2.3.2 Peran Guru

Eka (2008:23) mengatakan bahwa peran guru adalah untuk menciptakan

serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dengan yang dilakukan dalam

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang menajadi tujuannya. Beberapa peran guru akan

diuraikan di bawa ini:

1. Guru Sebagai Demonstrator


Guru hendaknya senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan

kemampuannya dalam hal ini yang dimilikinya, karena sangat menetukan

hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hendaknya mampu dan terampil dalam

merumuskan tujuan pembelajaran khusus, memahami kurikulum, dan sebagai

sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Di

samping itu harus mampu memotivasi siswa untk bisa menerima dan

memahami serta menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, seorang

guru akan dapat memainkan peranaannya sebagai pengajar dengan baik. Jika

ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan- keterampilan mengajar.


2. Guru sebagai pengelola kelas.

24
Hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan

eksternal dan internal ini perlu diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah

pada tujuan- tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu

turut menetukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkunga belajar

yang baik, dengan ciri bersifat menantang dan merangsang siswa untuk

belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Seperti

dapat diketahui bahwa kualitas dan kwantitas belajar siswa didalam kelas

bergantung pada faktor guru, hubungan pribadi antara siswa didalam kelas,

serta kondisi umum dan suasana didalam kelas. Sebagai pengelola kelas, guru

harus menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit

mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu

membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control

dan self activity melalui proses belajar yang efektif serta efisien dengan hasil

optimal.
3. Guru sebagai mediator dann fasilitator.
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan sebagai

alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Guru

juga harus mampu memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu

dengan baik. Dengan demikian, guru memerlukan latihan- latihan secara

kontinyu dan sistematik, baik melalui pre service dan inservice training,

memilih media sesuai tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru

serta minat dan kemampuan siswa.


Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber

belajar yang berguna dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar

25
mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat

kabar.
4. Guru sebagai evaluator.
Tujuan dari penilian itu adalah untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap pelajaran, serta ketetapan dan keefektifan metoda pengajaran.

Disamping itu, untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelas atau

kelompoknya. Informasi dari hasil evaluasi merupakan umpan balik terhadap

proses belajar mengajar, yang akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya sehingga memperoleh

hasil pendidikan yang optimal.


5. Peran guru sebagai pengadministrasian
Seorang guru harus berperan sebagai :
a. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.
b. Wakil masyarakat, yang berarti dalam sekolah guru menjadi suatu

anggota masyarakat, guru harus mencerminkan suasana dan kemamuan

masyarakat dalam arti yang baik.


c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru bertanggung jawab untuk

mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa

pengetahuan.
d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
e. Pelaksana administrasi pendidikan. Disamping sebagai pengajar guru pun

bertanggung jawab akan jalaninya pendidikan dan harus dapat

menjalankan kegiatan administrasi.


6. Peran guru sebagai pribadi, dilihat dari self oriented, seseorang guru harus

berperan sebagai berikut :


a. Petugas sosial, yaitu seseorang harus membantu untuk kepentingan

masyarakat.
b. Pelajar dan ilmuwan, yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu

pengetahun mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

26
c. Orang tua, dengan mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan

anaknya. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah

keluarga.
d. Pencari teladan, guru menjadi ukuran bagi norma- norma tingkah laku.
7. Peran guru secara psikologis, yaitu dapat dipandang sebagai berikut :
a. Ahli psikologi pendidkan. Oleh karena itu, guru harus melaksanakan

tugasnya atas dasar prinsip- prinsip psikologi.


b. Seniman dalam hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu dengan

menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.


c. Pembentukan kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

2.4 Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan Rika Damanyanti dalam penelitian yang

berjudul teknik guru dalam pemebelajaran membaca permulaan pada kelas I SD

Negri I Bunjar Jawa menunjukan bahwa hasil penelitiannya adalah:

1. Munculnya berbagai teknik pembelajaran membaca permulaan yakni teknik

pembelajaran membaca memperkenalkan.


2. Teknik pembelajaran membaca permulaan yang paling sering digunakan guru

adalah teknik pembelajaran membaca dengan jenis bteknik baca ulang-usap.


3. Pemilihan teknik pembelajaran membaca permulaan yang digunakan guru

didasarkan atas pemikiran tentang karakteristik siswa yang sedang diajarkan.


Hasil penelitian yang dilakukan Eris Fenawati 2011 upaya guru mengatasi

kesulitan membaca permulaan siswa di kelas I SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone

Bolango. Hasil dalam penelitian ini adaah dari jumlah siswa 27 orang, 23 orang

siswa atau 85% sudah mampu membaca permulaan dengan kategori baik dan

sangat baik, sedangkan 4 orang siswa atau 15% tidak mampu dalam membaca

permulaan.

2.5 Kerangka Berpikir

27
Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan pokok yang

harus dikuasai siswa selain keterampilan menulis dan berhitung.siswa umumnya

menganggap bahwa membaca merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan

sebagaimana guru bahasa menganggap membaca merupakan keterampilan yang

sulit untuk diajarkan terutama dalam membelajarkan keterampilian membaca bagi

siswa kelas rendah yang berasal dari latar belakang yang beragam.

Rendahnya kemampuan membaca permulaan siswa bukan hanya

disebabkan oleh faktor guru sebagai penyampaian pembelajaran, tetapi juga dari

siswa sebagai subyek dan obyek pembelajaran. Berbagai faktor penghambat

tersebut antara lain keterbatasan kosa kata bahasa indonesia siswa, metode

pembelajaran yang dgunakan masi bersifat tradisional minat dan sikap siswa

untuk mengikuti pembelajaran juga sangat rendah, guru jarang menggunakan

media pembelajaran dan rendahnya kemampuan membaca permulaan siswa.

Penguasaan materi yang baik oleh guru bukan merupakan tolak ukur berhasilnya

proses pembelajaran, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana cara guru yang

dapat meningkatkan efeksitivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajan.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desaian Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsi

kualitatif yang bertujuan untuk mengambarkan mengenai situasi atau keadaan

yang terjadi di lapangan.

Sugiyono (2012:152) mengatakan bahwa Penelitian deskriptif merupakan

suatu jenis penelitian untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian

yang terjadi dengan memusatkan perhatian padamasalah-masalah aktual

sebagaimana adanya ketika penelitian berlangsung tanpa memberikan perlakuan

khusus terhadap peristiwa tersebut.Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan

suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data-data kualitatif dan

pengolahannya secara kualitatif pula, yaitu berupa kata-kata dalam bentuk tulisan

maupun lisan. Disebut kualitatif karena data yang terkumpul bukanlah data berupa

angka- angka melainkan hanya berupa deskripsi, uraian, atau penjelasan yang

terekam melalui tehnik-tehnik seperti wawancara mendalam, angket atau

kuesioner dan dokumentasi.

29
Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam

perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi

yang menghasilakan model penelitian. Desain dalam dalam penelitian ini adalah

desain untuk studi deskriptif. Desain penelitian deskriptif merupakan studi untuk

menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, studi untuk

melukiskan secara akurat berbagai sifat dan fenomena, dan penentuan frekuensi

terjadinya suatu keadaan juga termasuk dalam desain penelitian deskriptif ini.

3.2 Tahap- Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini merupakan langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan
a. Observasi awal
Pada tahap ini adalah melakukan observasi (survei awal) ke lokasi yang

dijadikan sasaran penelitian. Sehingga sebelum penelitian dilakukan

kunjungan ke lokasi penelitian yakni SDI Kengko Kecamatan Pocoranaka

Timur
b. Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan membuat suatu rancangan

peneliti atau disebut dengan usulan penelitian. Kegiatan ini merupakan

langkah pertama dalam mengawali suatu penelitian dan merupakan acuan

secara keseluruhan dalam melaksanakan peneliti selanjutnya.


c. Mengurus perijinan
Ijin penelitian ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah

kedudukan sebagai persyaratan administrasi dan birokrasi terhadap

instansi yang menangani wilayah penelitian. Adapun proses perijinan

mulai dari:

30
1. STKIP St. Paulus Ruteng sebagai lembaga pendidikan di mana tempat

pemilih menuntut ilmu


2. SDI Kengko sebagai tempat penelitian.
Dengan adanya surat ijin di atas maka penelitian dapat dilaksanakan

sesuai dengan panduan yang ditetapkan.

3.3 Subjek Penilitian

Subjek penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan informasi dan

keterangan dari penelitian yang diinginkan.Dalam penelitian ini yang menjadi

subyek penelitian adalah guru- guru di SDI Kengko yaitu guru kelas 1 sampai

guru kelas VI di Kengko 2016/ 2017.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni 2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDI Kengko Kecamatan Pocoranaka

Timur, Kabupaten Manggarai Timur. Peneliti memilih sekolahtersebut sebagai

tempat penelitian karena: pertama peneliti menilai adanya kesulitan siswa

dalam membaca permulaan. Kedua secara kebutulan tempat tinggal peneliti

tidak terlalu jauh dari tempat penelitian sehingga hal ini mempermudah bagi

peneliti untuk mengumpulkan informasi.

3.5 Data dan Sumber Data


1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah upaya guru

dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa dan data penelitian

ini merupakan data kualitatif. Diskusi terfokus juga dilakukan antara

peneliti dan guru tentang kesulitan membaca permulaan siswa.


2. Sumber Data

31
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru SDI Kengko,

Kecamatan Pocorana Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Tahun ajaran

2016/ 2017.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara- cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata

yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dilihat

penggunaannya melalui wawancara dan dokumentasi.


1. Teknik Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ini melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumah respondennya sedikit/kecil

(Sugiono.2015;194-197) teknik pengumpulan data ini mendaftarkan diri pada

aporan tentang diri sendiri atau setidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi. Wawancara yang dimaksud adalah wawancara secara

langsung ,dimana wawancara dilakukan dengan face to face yang artinya

peneliti berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan secara

lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh

pewawancara. Wawancara dilakukan terhadap guru untuk mengetahui

bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan pada

siswa kelas rendah. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur. Sugiyono (2012 : 194) menyatakan wawancara

terstruktur adalah diganakan sebagai teknik pengumpulan data atau

pengumpulan data teah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan

32
diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini setiap informan memberikan

pertanyaan yang sama dan pengumpulan data mencatanya.


2. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara memperoeh data angsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relefan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, foto-foto. (Ridwan, 2012: 77) daam penelitian ini peneliti

mengambil dokumen berupa foto-foto pada saat wawancara dengan guru yang

bertujuan untuk memperkuat data yang diperoleh dari subyek penelitian

sehingga hasil penelitian tidak diragukan lagi kebenarannya.

3.7. Instrumen Penelitian

Dalam peneltian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan

peneliti dalam memperoleh data adalah berupa pertanyaan, wawancara terstruktur.

Di bawah ini beberapa pedoman wawancara berupa pertanyaan sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Kepada Guru

No Pertanyaan Sasaran INFORMAN


Pertanyaan Guru kelas Guru kelas Guru kelas
I II III
1 Bagaimana Untuk

pengalaman mengetahui

ibu dalam pengalaman

mengajar mengajar siswa

siswa membaca

membaca permulaan

pemulaan
2 Dalam Untuk

33
pengalaman mengetahui

mengajar ibu, pengalaman

kesulitan apa mengajar siswa

yang membaca

umumnya permulaan

dialami oeh siswa ada

siswa dalam umumnya

membaca

pemula?
3 Kesulitan apa Untuk

yang paling mengetahui

banyak dialami Kesulitan yang

siswa dalam di alami siswa

membaca dalam

pemula? membaca

permulaan
4 Apa kesulitan Untuk

ibu dalam mengetahui

mengajar kesulitan ibu

siswa dalam

membaca mengajar siswa

pemulaan? membaca

pemulaan
5 Apa saja Untuk

metode yang mengetahui

sudah di metode yang

34
terapkan oleh sudah di

ibu dalam terapkan oleh

mengatasi guru dalam

kesulitan- mengatasi

kesulitan siswa kesulitan-

membaca kesulitan siswa

permulaan membaca

permulaan

6 Dari metode- Untuk

metode mengetahui

tersebut, metode mana

metode mana yang paling

yang paling cocok dan

cocok dan berhasil di

berhasil di terapkan dalam

terapkan dalam mengatasi

mengatasi kesulitan siswa

kesulitan siswa dalam

dalam membaca

membaca permulaan

permulaan?
7 Apa upaya Untuk

yang sudah ibu mengetahui

lakukan untuk upaya yang

35
mengatasi sudah di

kesuitan lakukan guru

membaca dalam

permulaan mengatasi

kelas rendah ? kesulitan

membaca

permulaan

kelas rendah
8 Uapaya apa Untuk

selain mengetahui

penerapan upaya yang di

metode lakukan guru

mengajar yang selain

pernah ibu penerapan

terapkan dalam metode

membantu mengajar

siswa dalam

membaca membantu

permulaan siswa

membaca

permulaan
9 Berdasarkan Untuk

pengalaman mengetahui

ibu, strategi strategi yang

apa yang berhasil untuk

36
paling berhasil mengatasi

untuk persoalaan

mengatasi memembaca

persoalaan awal siswa

memembaca

awal siswa

10 Upaya apa Untuk

yang di mengetahui

lakukan untuk upaya yang di

membantu lakukan guru

mengatasi dalam

kesulitan membantu

membaca mengatasi

permulaan kesulitan

siswa di luar membaca

proses permulaan

pembelajaran? siswa di luar

proses

pembelajaran
11 Apakah masi Untuk

ada siswa yang mengetahui

mengalami apakah masi

kesulitan ada siswa yang

membaca mengalami

37
permulaan? kesulitan

membaca

permulaan

siswwa

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data ialah menganalisis terhadap data yang tersusun, data

yang telah penulis peroleh dari penelitian dengan menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang

ada. Sedangkan kualitatif adalah yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat

dan dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.(Riduwan

2012 : 22). Peneliti menggunakan analisis data dengan cara sebagai berikut:

1. Data Reduction ( Data Reduksi)


Pada tahap ini,data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis

melalui reduksi data. Merduksi data berarti merangkum , memilih hal-hal

pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polana dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian ,data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang intensitas informasi yang telah

diperoleh.
2. Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif.


3. Conclusing Drawing/ Verivication ( Penarikan Kesimulan )
Setelah data disajikan, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan

terhadap penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya

38
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek

yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal interaktif, hipotesis atau teori.

3.9 Pengecekan keabsahan data


Dalam penelitian uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan

teknik triangulasi. Teknik triangulasi meruakan kegiatan untuk mengumpulkan

dan mengecek kembali informasi dari sumber data yang ada, sehingga pada

akhirnya nanti ditemukan kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya secara

menyeluruh( Sukmadinata, 2010:289) Selanjutnya untuk penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi sumber data.


Menurut Supyogo dkk; (2010:187) menyatakan bahwa triangulasi

sumber data dimaksudkan agar dalam pengumpulan data peneliti menggunakan

multi sumber data. Dengan demikian peneliti akan melakukan pengumpulan

data dari sumber-sumber yang ada di lapangan dan kemudian melakukan

pengecekan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data. Teknik

pengumpulan data triangulasi adalah teknik wawancara dan dokumentasi.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian

4.1.1 Keadaan Guru


Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses belajar

mengajar. Guru berkewajiban membimbing pengajaran dan menjalankan materi

pelajaran, mengarahkan siswa/I kearah pencapai tujuan pengajaran yang telah

39
direncanakan. Mengenai jumlah guru ada SDI Kengko dapat dilhat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1. Data Guru di SDI Kengko Tahun 2017

No Nama Guru/NIP Jabatan/status Jenis Pendidikan


kepegawaian Kelamin terakhir
1. Stefanus Haman Kepala L SPG
NIP.196709032001121003 Sekolah
2. Gaspar Habut Wakil Kepala L SPG
NIP.196312312007011502 Sekolah
3. Eduardus Don Bendahara L SPG
NIP.196403312008011002
4. Beneditus Sarimin Guru L SPG
NIP.196512311989101015
5. Pius Wihelmus Andi Guru L D2
Darma
6. Maria Ening, S.Pd Guru P S1
7. Martina Edita Mesum, Guru P S1
S.Pd
8. Fransiskus Sulfariono Guru P S1
Sandri, S.Pd
9. Desidratus E. D. Maris, Guru L S1
S.Pd

4.1.2 Keadaan Siswa-Siswi

Siswa di SDI Kengko berjumlah 105 orang, dengan rincian laki-laki 46

orang dan perempuan berjumlah 59 orang, rombongan belajar berjumlah 6

ruangan, yang dirinci sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Siswa Tahun 2017

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah


Laki-laki Perempuan
1. I 7 11 18
2. II 9 6 15
3. III 12 7 19

40
4. IV 6 10 16
5. V 7 14 21
6. VI 5 11 16

4.1.3 Visi dan Misi SDI Kengko

1. Visi
Menjadi sekolah berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai

budaya luhur sesuai ajaran agama

2. Misi

Melalui pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif untuk dapat:

a. Meningkatkan iman dan takwa melalui ajaran agama dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari


b. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dalam bidang

kebudayaan melalui kegiatan ekstrakurikuler


c. Memberikan bimbingan dalam meningkatkan kecerdasan siswa agar

siswa mampu mengorganisasi diri sehingga memiliki kepribadian yang

luhur.

4.1.4 Keadaan Gedung


Keadaan gedug di SDI Kengko belum memenuhi kebutuhan dalam

menunjang kegiatan pembelajaran, masih ada gedung yang belum ada yaitu aula,

ruangan laboratorium, ruangan bimbingan konseling. Namun dengan

menggunakan gedung yang ada. Pihak sekolah tetap bekerja keras dalam

memberikan pelayanan kepada siswa dan tetap berusaha membangun gedung

yang baru. Data gedung di SDI Kengko dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Gedung SDI Kengko

No Nama Gedung Jumlah


1 Kantor 1
2 Perpustakaan 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Kepala Sekolah 1
5 Ruangan Belajar 6

41
6 WC 2
Jumlah 12

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Bentuk Kesulitan Membaca permulaan Kelas Rendah

Pada hakikatnya setiap sekolah banyak kesulitan yang sering terjadi pada

siswa tingkat awal seperti kesulitan membaca permulaan. Kesulitan membaca

permulaan sering disebut kesulitan membaca yang berlangsung pada kelas awal,

model kesulitannya seperti siswa yang belum mampu membedakan antara huruf,

kata dan kalimal. Seperti yang telah dijelaskan bahwa siswa yang berkesulitan

membaca permulaan banyak ditemukan di kelas rendah di SDI Kengko. Berikut

penjelasan dari guru kelas I (MM) selaku subjek penelitian yang mengatakan

bahwa:

Menurut saya siswa yang berkesulitan membaca prmulaan


merupakan siswa ang belum mampu menghafal dan mengingat
kembali apa yang dielaskan oleh guru. Hal ini teradi karena siswa
berasal dari berbagai kalangan keluarga yang berbeda.

Siswa yang belum mampu menghafal dan belum bisa mengingat kembali

apa yang telah dijelaskan oleh guru itu disebabkan karena rendahnya daya ingat

siswa, kurangnya minat dari diri siswa terhadap belajar membaca. oleh karena itu

peran guru sangat penting dalam memotivasi pada siswa bahwa membaca sangat

penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berikir kritis dan

menganalisis persoalan. Bebrapa gejala adanya siswa yang mengalami kesulitan

membaca permulaan yaitu siswa sulit menentukan antara abjad yang cara bacanya

42
hampir sama misalnya: b/d, f/v. Hal ini didukung oleh informan atas nama( ME)

sebagai guru wali kelas II di SDI Kengko yang mengatakan bahwa:

Menurut saya siswa yang mengalami kesulitan membaca


permulaan merupakan siswa yang tidak bisa membedakan huruf
atau abajd terlebih khusus abjad b/d,f/v.

Pada umumnya siswa kelas rendah banyak mengalami kesulitan dalam

belajar membaca seperti pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik dan

pengenalan hubungan atau pola ejaan dan bunyi. Dengan berbagai banyak

kesulitan tersebut guru hendaknya memiliki kemampuan yang lebih dalam

mengajar membaca pada tahap permulaan. .

4.2.2 Faktor Penyebab Siswa Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan

Pada dasarnya faktor yang dapat menyebabkan siswa yang mengalami

kesulitan membaca permulaan yaitu faktor internal dan eksternal. Yang termasuk

faktor internal rendahnya minat belajar siswa terhadap belajar membaca, dan

kurangna belajar menghaal abjad, sedangkan yang termasuk faktor eksternal

meliputi keluarga dan lingkungan kurangnya dukungan dari orang tua terhadap

siswa. Pernyataan ini dipertegas dengan pernyataan yang disampaikan oleh ME

selaku guru wali kelas I yang mengatakan bahwa:

Menurut saya Faktor yang menyebabkan siswa mengalami


kesulitan membaca permulaan adalah karena siswa sulit menghafal
dan mengingat kembali apa yang diajarkan oleh guru.

Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam masyarakat

terpelajar. Namun, anank-anak yang tidak memahami pentingnya belajar

membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan

usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca

dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak

43
yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Oleh karena itu siswa

diwajibkan untuk bisa membaca mulai dari tingkat awal.

Selain itu, pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru

(MEM) selaku wali kelas II, sebagai berikut:

Menurut saya faktor penyebab siswa yang mengalami kesulitan


membaca permulaan adalah siswa sulit membedakan huruf atau
abjad terlebih khusus abjad B,D,F,V dan mereka sulit
menggabungkan antara suku kata atau kata perkata.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

stusdi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan

membaca, maka anak tersesbut akan mengalami banyak kesulitan dalam

mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.

Selanjutnya, pertanyaan di atas dipertegas dengan pernyataan yang

disampaikan oleh guru FSS selaku wali kelas III, seperti berikut:

Menurut saya faktor pemyebabnya adalah kurang minat dari siswa


dalam membaca dan kurangnya perhatian dari orang tua dalam
mendidik siswa di rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di atas dapat

disimpulkan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya dipengaruhi

oleh dirinya sendiri tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan, keluarga sangat

berperan penting dalam membimbing anak dalam belajar membaca, karena

keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi peserta didik.

Hal ini diperkuat oleh penjelasan informen yang mengatakan bahwa kurangna

perhatian dari orang tua siswa terhadap cara belajar peserta didik di rumah dapat

menyebabkan mengalami kesulitan membaca.

4.2.3 Strategi Untuk Mengatasi Persoalan Membaca Permulaan

44
Strategi yang digunakan guru dalam mengatasi kesulitan membaca

permulaan siswa di kelas rendah sangat dibutuhkan. Oleh karena itu cara yang

digunakan guru dalam mengatasi persoalan membaca awal siswa yaitu guru dan

siswa berulang-ulang menghafal abjad (A-Z) dengan cara ini siswa mulai mudah

menghafal dan bisa mengingat kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru. Hal

ini dijelaskan oleh informen atas nama (MM) yang mengatakan bahwa:

Menurut saya untuk mengatasi persolan kesulitan membaca


permulaan siswa yaitu dengan cara guru menyuruh siswa untuk
berulang-ulang menyebut dan menghafal abjad (A-Z) sehingga
siswa mampu mengingat kembali apa yang sudah dijelaskan.

Selain menyebut abjad secara berulang-ulang, cara yang lain yang harus d

ilakukan oleh guru yaitu dengan menyuruh siswa untuk menyanyi abjad A-Z,

secara berulang-ulang sehinnga siswa termotivasi dan mudah memahami tentang

abjad atau huruf. Hal ini didukung oleh informen atas nama (ME) yang

mengatakan bahwa:

Menurut saya dalam mengatasi persoalan membaca awal siswa


hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menyuruh siswa
untuk menyanyikan lagu abjad dari A-Z.

Dengan cara guru menyuruh siswa dalam menyanyikan lagu abjad A-Z,

guru juga harus menampilkan huruf-huruf kemudian menemukan bentuk karak

teristik khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk dengan begitu

siswa dengan sendirinya lebih termotivasi dalam belajar menghafal abjad A-Z

dengan begitu siswa mudah memahami tentang abjad.

4.2.4 Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan

Untuk mengatasi berbagai macam kesulitan yang terjadi pada siswa guru-

guru di SDI Kengko berupaya untuk mencoba untuk mengulang kembali disertai

45
media berupa abjad (kertas atau kain) yang sudah disiapkan untuk diajarkan. Hal

ini dijelaskan oleh( MM) selaku wali kelas I yang mengatakan bahwa:

Menurut saya upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi


kesulitan membaca permulaan siswa yaitu dengan cara mencoba
untuk mengulang kembali dengan menggunakan media abjad
melalui kertas atau kain yang sudah disiapkan untuk mengajar.

Media yang digunakan oleh guru dalam mengajar membaca permulaan

sangat penting bagi siswa kelas rendah. Media pembelajaran merupakan alat bantu

atau alat peraga yang digunakan oleh guru untuk mempermudahkan pemahaman

siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam

memilih media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa

agar dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini diperkuat oleh (FS) selaku wali kelas III

yang mengatakan bahwa:

Menurut saya upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi


kesulitan membaca permulaan siswa adalah dengan memberikan
tugas rumah atau bimbingan sore secara terus menerus, selain itu
memberikan latihan kepada siswa dalam hal membaca.
Usaha yang telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca

permulaan siswa kelas rendah di SDI Kengko adalah dengan memberikan tugas

rumah dan melatih siswa untuk belajar membaca. Oleh karena itu kemampuan

membaca menjadi dasar yang utama tidak hanya bagi mata pelajaran bahasa

indonensia tetapi juga sebagai dasar mata pelajar lainnya. Hal ini terjadi karena

melalui bacaan, anak memperoleh pengetahuan baru dan dapat mengembangkan

kreativitas yang terwujud pada bakat dan minat anak.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Bentuk Kesulitan Membaca Permulaan siswa
Guru merupakan sosok seorang pendidik yang harus dipatuhi di teladani

oleh kalangan siswa dalam dunia pendidikan. Kehadiran seorang guru dalam

46
dunia pendidikan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu

pendidikan, serta meningkatnya potensi yang dimiliki peserta didik. Keberhasilan

guru dalam upaya meningkatan mutu pendidikan serta meningkatnya potensi yang

dimilki oleh peserta didik, ketika guru mau dan mampu mengarahkan siswanya

bagaimana cara membaca yang baik dan benar. Demikianpun halnya pendidikan

tingkat sekolah dasar yang merupakan dasar dari semua jenjang pendidikan

dimana peserta didik pada kelas awal diwajibkan untuk segera memiliki

kemampuan membaca karena membaca merupakan dasar utama dalam

melanjutkan pelajaran berikutnya.


Dalam pelaksanaan pendidikan pada hakekatnya banyak sekolah

ditemukan siswa yang mengalami berbagai macam kesulitan, seperti kesulitan

membaca permulaan pada kelas rendah. Bentuk siswa yang mengalami

kesulitan membaca permulaan antara lain seperti siswa yang belum bisa

menghafal, sulit menggabungkan suku kata/ kata perkata,penghilangan kata atau

huruf, penyelipan kata, penggantian kata, dan pembalikn huruf. Beberapa istilah

yang sering digunakan untuk memberi komponen dasar dari proses membaca,

yaiyu Recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan

kalimat, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada rangkaian grafis

kedalam kata-kata. Proses sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih

ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Recording dan decoding biasanya

berlangsung pada kelas-kelas awal. Oleh karena itu jika anak pada usia sekolah

permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka anak tersebut akan

mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-

kelas berikutnnya.

47
Siswa yang berkesulitan membaca permulaan kebanyakan ditemukan pada

kelas rendah yaitu di kelas 1, 2 dan kelas 3. Hal ini diperkuat oleh seorang ahli

yang mengatakan bahwa membaca permulaan yang esensinya terfokus pada

membaca bersuara dan membaca lancar (Barung 2011:86). Dikatakan siswa

yang mengalami kesulitan membaca permulaan karena siswa belum bisa

membedakan huruf-huruf, kata dengan kalima dan Upaya atau usaha yang

dilakukan guru tidak dimengerti dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat

informen atas nama ME dan MM yang mengatakan bahwa dikatakan siswa yang

mengalami kesulitan membaca permulaan merupakan siswa yang belum mampu

menghafal dan membedakan huruf-huruf dan kata perkata. Karena itu tugas

mengajar membaca kepada siswa ada pada guru. selain itu informen atas nama

FSS menjelaskan bahwa kelas III SDI Kengko ada 4 orang siswa yang

terkategorikan siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Sehingga

upaya yang dilakukan guru dalam melatih siswa belajar membaca sangat

dibutuhkan.
Dari penjelasan di atas diperkuat oleh para ahli(Eka, 2018:21) yang

mengatakan bahwa guru adalah ujung tombak dalam proses pendidikan proses

belajar mengajar, pristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai

pandangan dan konsep. Dalam dunia pendidikan, istilah guru bukanlah hal yang

asing, guru dalah sosok manusia yang patut ditiru.


4.3.2 Faktor Penyebab Siswa Yang Mengalami Kesulitan Membaca

Permulaan
Banyak siswa yang ditemukan di SDI Kengko yang mengalami kesulitan

membaca permulaan, dikatakan siswa yang mengalami kesulitan membaca

permulaan dilihat dari kemampuan dari setiap siswa dalam pengenalan huruf,

kata dan kalimat yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya. Banyak faktor yang

48
dapat menyebabkan siswa sulit dalam membaca permulaan, diantaranya adalah

faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal yaitu faktor yang berasal dari

dalam siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari

luar, diantaranya adalah sebagai berikut: keluarga, dan lingkungan. Oleh karena

itu keluaraga dan lingkungan sangat berperan penting dalam memotifasi belajar

membaca siswa.
Muliyono (2012:164) mengatakan bahwa beberapa faktor penyebab

kesalahan dalam membaca permulaan adalah sebagai berikut:


1. Penghilangan kata atau huruf
Disebabkan karena ketidak mampuan siswa mengucapkan huruf huruf yang

nembentuk kata bahkan ada kata yang sengaja tidak di baca dikarenakan siswa

sulit membacakannya.
2. Penyelipan kata
Disebabkan karena kebiasaan siswa untuk menambakan kata atau frasa dalam

kalimat yang di baca.


3. Penggatian kata
Disebabkan karena ketidakmampuan siswa membaca suatu kata, sebenarnya

dia tau makna dari kata tersebut. misalnya siswa tidak bisa membaca kata

mengunya tetapi dia menggantikannya dengan kata makan.


4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
Disebabkan karena siswa kurang memahami susunan suku kata
5. Pengucapan kata salah tetapi makna sama
Siswa kurang memperhatikan tanda baca, pembentulan sendiri, ragu-ragu

dan tersendat-sendat.
6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
Disebabkan karena tiga faktor yaitu kurangnya penguasan kosa kata,

kurangnya penguasaan struktur kata, kurangnya penguasaan unsur konteks

(kalimat dan hubungan antara kalimat)


7. Pengucapan kata dengan bantuan guru

Disebabkan karena rendanya keterampilan siswa dan kurangnya pemahaman

siswa terhadap makna frasa atau kelompok kata, pelafalan, dan rendahnya

49
keterampilan anak dalam membaca mulai dari kurangnya mengenali huruf

/kata.

8. Pengulangan kata
Disebabkan karena beberapa faktor yaitu tidak mengenali kata, kurangnya

menguasai huruf / bunyi atau keterampilan membaca siswa rendah.


9. Pembalikan kata
Disebabkan karena kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari

kanan kekiri, misalnya kata nasi dibaca isan, pembalikan juga terjadi dalam

membunyiksn huruf misalnya huruf B di baca D, huruf F di baca V.


10. Pembalikan huruf
Disebabkan karena siswa kurang memperhatikan tanda baca, pembentulan

sendiri , ragu ragu dan tersendat- sendat.


Senada dengan pendapat parah ahli diatas informen atas nama MM, ME, dan

FSS mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa berkesulitan

membaca permulaan adalah keluarga. Keluarga yang kurang memperhatikan

cara belajar anaknya di rumah.


4.3.3 Strategi Yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Permulaan Siswa.
Berbagai cara yang telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan

membaca permulaan siswa di SDI Kengko yaitu dengan cara guru menyuruh

siswa untuk menyayikan abjad dari A-Z secara berulang-ulang, sehingga siswa

lebih mudah dan dengan sendirinya akan mampu menyebutkan serta menentukan

abjad A-Z.
Sejalan dengan penjelasan di atas bahwa di SDI Kengko berbagai cara yang

telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa yaitu

melalui tehnik bernyanyi. Hal ini didukung oleh pendapat beberapa informen atas

nama MM, ME dan FS bahwa dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan

siswa, guru perlu menyuruh siswa untuk menyanyikan abjad A-Z secara

50
berulang-ulang sehingga siswa lebih mudah memahami dan menentukan huruf-

huruf yang telah dijelaskan.


Hal tersebut diperkuat oleh para ahli (Yusuf.2003:89) yang mengatakan

bahwa salah satu cara dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa yaitu

melalui metode eja yang mengajarkan siswa dalam hal membaca melalui tehnik

asosiasi antara grafem (huruf) dengan morfem (bunyi). Setelah menguasai vokal

dan konsonan, anak belajar membaca dengan menggabungkan bunyi menjadi

suku kata dan suku kata menjadi kalimat. Selain itu terbukti bahwa metode eja

terbukti efektif pada tahap membaca permulaan, baik dalam proses belajar

mengajar regular maupun dalam program remedial bagi anak berkesulitan

membaca.
Cara lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca

permulaan siswa kelas rendah di SDI Kengko yaitu melalui bimbingan terhadap

anak yang kurang mengenali huruf, yaitu dengan cara huruf di jadikan bahan

nyanyian kemudian menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk

karakteristikan kususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk. Kemudian

memberikan bimbingan terhadap anak yang memparas frase yaitu dengan sajikan

sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya, perkenalkan fungsi tanda

baca dan cara membacanya. Memberikan bimbingan terhadap anak yang kurang

memahami pelafalan yaitu dengan bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu di

ajarkan secara tersendiri bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara

tepat berikan latihan kusus pengucapan kata-kata tertentu yang di anggap sulit,

kemudian berikan bimbingan kepada anak yang mengalami penghilangan kata

yaitu anak disuruh membaca ulang, kenali jenis kata atau frasa yang di hilangkan,

berikan latihan membaca kata dan frasa, dan Bimbingan terhadap anak yang

51
cendrung mengulangi kata yaitu anak perlu disadarkan bahwa mengulangi kata

dalam membaca merupakan kebiasaan buruk kenali jenis kata yang sering diulang

dan Bimbingan anak yang cendrung melakukan pembalikan kata yaitu dengan

anak perlu disadarkan bahwa membaca dalam bahan yang menggunakan sistem

alfabetis menggunakan orientasi dari kiri kekanan, bagi anak yang kurang

menguasai hubungan huruf bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa

untuk dilatihkan, dan memberikan bimbingan terhadap anak yang sering

melakukan penyelipan kata. Untuk mengatasi hal ini guru memberikan

bimbingan terhadap anak dengan menyuruh anak-anak membaca dengan pelan-

pelan, kemudian memberikan bimbingan tehadap anak-anak yang sering

mengganti suku kata yaitu dengan menggunakan bahan bacaan yang termasuk

kategori muda, identifikasikan kata-kata yang sudah diucapkan oleh anak tersebut.
Dari berbagai usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi siswa yang

berkesulitan membaca permulaan di SDI Kengko yaitu dengan memberikan

bimbingan secara efektif, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.


Dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh guru SDI Kengko masi

banyak ditemukan siswa yang masi mengalami hambatan dalam membaca.


4.3.4 Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Siswa
Pada dasarnya guru harus mampu berusaha dalam mengatasi kesulitan

membaca permulaan pada siswa kelas rendah di sekolah, berbagai usaha yang

telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa kelas

rendah adalah guru berusaha menyuruh siswa untuk menyebutkan secara

berulang-ulang disertai dengan menggunakan media berupa abjad (kertas/kain)

yang sudah disiapkan untuk mengajar. Selain itu metode yang diterapkan guru

berupa ceramah dimana guru mengulang secara terus menerus dan diikuti oleh

siswa itu sendiri.

52
Beberapa informen yaitu MM, ME dan FS mengatakan bahwa upaya yang

dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa di SDI

Kengko adalah guru menyuruh siswa untuk menyebutkan secara berulang-ulang

abjad/ huruf dengan menggunakan media yang telah disiapkan. Selain itu upaya

yang dilakukan guru adalah dengan memberikan pekerjaan rumah dengan

menyuruh siswa menemukan sendiri dari huruf menjadi kata dan kata menjadi

kalimat serta guru mendekati orang tua wali untuk melatih siswa dalam hal

membaca permulaan di rumah. Selain itu, guru juga perlu melakukan pendekatan

dengan orang tua murid agar para orang tua bisa membimbing serta mengawasi

siswa pada saat belajar di rumah. Sehingga masalah yang berkaitan dengan

kesulitan siswa dalam membaca permulaan bisa diatasi bersama dan kreat
Upaya lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca

permulaan kelas rendah di SDI Kengko yaitu dengan menggunakan pendekatan

bahasa dengan cara guru merangsang untuk berpikir tentang pengalaman masing-

masing, guru memberikan dorongan untuk bercerita, lalu guru mendengarkan

cerita itu dan merekam secara cermat. Rekaman guru yang menggunakan huruf-

huruf yang jelas secara cermat dan rekaman itu berbentuk deretan kata, frase,

kalimat atau cerita yang akan dijadikan pelajaran. Oleh karena itu siswa dapat

mencermati apa yang sudah dijelaskan ole guru dan motivasi belajar siswa tinggi.
Yusuf (2003:89) mengemukakan upaya yang dilakukan guru dalam

mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa dengan menggunakan metode

pengalaman bahasa,dimana metode ini menekankan penintegrasian

penegembangan keterampilan membaca dan keterampilan bahasa yang lain, yaitu

mendengarkan, berbicara, dan menulis. Pola pikir dari metode ini adalah anak

dapat mengatakan apa yang dipikirkannya, apa yang dikatakan anak dapat ditulis

53
oleh anak itu sendiri atau oleh orang lain, dan anak dapt membaca apa yang

ditulis.
Pengajaran membaca dengan metode pengalaman bahasa tidak terpusat

pada seperangkat materi bacaan, tetapi pada pengalaman, kemampuan baca lisan,

dan bahasa tulis anak. Anak mendiktekan cerita kepada guru dan guru

menuliskannya. Ceriata inilah yang kemudian menjadi materi ujian. Jadi

kesimpulannya adalah anak belajar membaca pikirannya sendiri. Dengan

demikian, pola bahasa dari materi bacaan tergantung pada kemampuan pada

bahasa lisannya.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa di SDI Kengko masih banyak ditemukan siswa yang

mengalami hambatan dalam membaca permulaan. Kesulitan membaca permulaan

merupakan kesulitan siswa yang tidak bisa membedakan kata menjadi kalimat.

54
Hai ini disebakan karena kurangnya kemauan atau minat dari siswa, tidak mampu

menghafal huruf A-Z, kurangnya bimbingan dari orang tua di rumah.

SDI Kengko menyadari bahwa betapa pentingnya upaya guru dalam melatih siswa

yang berkesulitan membaca permulaan sebagai salah satu komponen yang

berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan di Sekolah terutama dalam hal

memotivasi belajar membaca permulaan siswa. Oleh karena itu sekolah berusaha

membangun atau menjalin pentingnya ada upaya yang dilakukan guru dalam

melatih siswa membaca. Peran guru dalam memotivasi anak yang mengalami

kesulitan membaca permulaan tidak terlepas dari peran orang tua yang

sesungguhnya yang merupakan faktor utama dan utama dalam membimbing anak

belajar membaca. Pada kenyataannya di SDI Kengko masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan membaca permulaan itu disebabkan karena kurangnya

perhatian guru terhadap berbagai kesulitan yang mereka hadapi, selain itu orang

tua siswa juga kurang memperhatikan betapa pentingnya mereka dalam

memperhatikan cara belajar anaknya di rumah. Walaupun berbagai hambatan

yang dialami oleh siswa di SDI Kegko, guru tetap berusaha dengan memotivasi

siswa yang mengalami kesulitan membaca.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh

peneliti sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

Sekolah harus memahami peran dan fungsinya dengan baik agar terciptanya

upaya guru dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan membaca

permulaan.

55
2. Bagi guru

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam upaya mengatasi

kemampuan membaca permulaan pada siswa.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan untuk lebih terbuka, tidak masah bodoh dalam memperhatikan

meningkatnya belajar membaca anaknya dan selalu peduli terhadap pemberian

motivasi belajar yang baik terhadap anak di rumah.

Daftar Rujukan

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Barung, Kanis. 2008. Standar Keilmuan Bahasa Indonesia. STKIP:Ruteng

. 2008. Pembelajaran Bahasa Indonensia Kelas Rendah Sekolah


Dasar. STKIP: Ruteng

. 2008. Bahasa Indonensia Keilmuan. STKIP: Ruteng

Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

56
Masri, 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta:PT Indeks

Munawir. 2003. Pendidikan Anak Dengan Problema Belajar. Solo: PT Tiga


Pustaka Mandiri
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Gadja Mada
University Press
Prihatin, Eka. 2008. Guru Sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri
Persada
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta:


Javalitera
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alvfabeta.

, 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alvabeta.

Tampubolon, 2015.Kemampuan Membaca. Bandung: Angkasa.

Tarigan,Henry. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,


Bandung: Angkasa.

LAMPIRAN I

FORMAT PERTANAAN WAWANCARA

Indikator No Pertanyaan Sasaran INFO


Pertanyaan RMAN
Guru Guru Guru
kelas kelas kelas
I II III
Guru 1 bagaimana Untuk mengetahui

menemukan pengalaman pengalaman

jenis ibu dalam mengajar siswa

57
kesulitan mengajar membaca

siswa dalam siswa permulaan

membaca membaca

permulaan pemulaan

2 Dalam Untuk mengetahui

pengalaman pengalaman

mengajar ibu, mengajar siswa

kesulitan apa membaca

yang permulaan siswa

umumnya ada umumnya

dialami oeh

siswa dalam

membaca

pemula?

3 Kesulitan apa Untuk mengetahui

yang paling Kesulitan yang di

banyak alami siswa dalam

dialami membaca

siswadalam permulaan

membaca

pemula?
4 Apa kesulitan Untuk mengetahui

ibu dalam kesulitan ibu dalam

mengajar mengajar siswa

58
siswa membaca

membaca pemulaan

pemulaan?
Guru 5 Apa saja Untuk mengetahui

menerapkan metode yang metode yang sudah

metode yang sudah di di terapkan oleh

tepat untuk terapkan oleh guru dalam

mengatasi ibu dalam mengatasi

kesulitan mengatasi kesulitan-kesulitan

membaca kesulitan- siswa membaca

permulaan kesulitan permulaan

siswa siswa

membaca

permulaan
6 Dari metode- Untuk mengetahui

metode metode mana yang

tersebut, paling cocok dan

metode mana berhasil di terapkan

yang paling dalam mengatasi

cocok dan kesulitan siswa

berhasil di dalam membaca

terapkan permulaan

dalam

mengatasi

kesulitan

59
siswa dalam

membaca

permulaan?
Guru 7 Apa upaya Untuk mengetahui

mampu yang sudah upaya yang sudah

mengatasi ibu lakukan di lakukan guru

kesulitan untuk dalam mengatasi

yang sering mengatasi kesulitan membaca

di alami kesuitan permulaan kelas

siswa membaca rendah

permulaan

kelas

rendah ?
8 Uapaya apa Untuk mengetahui

selain upaya yang di

penerapan lakukan guru selain

metode penerapan metode

mengajar mengajar dalam

yang pernah membantu siswa

ibu terapkan membaca

dalam permulaan

membantu

siswa

membaca

permulaan
9 Berdasarkan Untuk mengetahui

60
pengalaman strategi yang

ibu, strategi berhasil untuk

apa yang mengatasi

paling persoalaan

berhasil memembaca awal

untuk siswa

mengatasi

persoalaan

memembaca

awal siswa
10 Upaya apa Untuk mengetahui

yang di upaya yang di

lakukan lakukan guru dalam

untuk membantu

membantu mengatasi kesulitan

mengatasi membaca

kesulitan permulaan siswa di

membaca luar proses

permulaan pembelajaran

siswa di luar

proses

pembelajaran

?
11

61
Apakah masi Untuk mengetahui

ada siswa apakah masi ada

yang siswa yang

mengalami mengalami

kesulitan kesulitan membaca

membaca permulaan siswa

permulaan?

LAMPIRAN II

INSTRUMEN PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA

Pewawacara/P : Aista Jayanti. Nabus

Lokasi : SDI Kengko, Desa Tango Molas, Kabupaten Manggarai Timur

Waktu : Tanggal 20-24 Juni 2017

1. Nama : Maria Edi Mesum

Jabatan : Guru wali kelas

1) P: Bagaimana pengalaman ibu dalam mengajar siswa dalam membaca

pemulaan?
Ibu MM: yang saya ajarakan pertama yakni menuliskan abad A-Z di papan

tulis atau di kertas manila kemudian siswa membaca dan menyebut

sambil menghafal.
2) P: Dalam pengalaman mengajar ibu, kesulitan apa yang umumnya dialami

oeh siswa dalam membaca pemula?

62
Ibu MM: kesulitan umum yang paling banyak di alami oleh siswa dalam

membaca permulaan yaitu siswa belum mampu menghafal karena siswa

belum bisa membedakan huruf-huruf. Misalkan membedakan huruf B, D

dan P
3) P: Kesulitan apa yang paling banyak dialami siswadalam membaca

pemula?
Ibu MM: Kesulitan anak dalam membaca permulaan adalah mengingat

kembali apa yang telah di berikan oleh guru


4) P: Apa kesulitan ibu dalam mengajar siswa membaca pemulaan?
Ibu MM: Kesulitan saya dalam megajar membaca permulaan yaitu

mengatasi siswa yang benar-benar tidak bisa berubah dalam hal

membimbing dan dibimbing.


5) P: Apa saja metode yang sudah di terapkan oleh ibu dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan siswa membaca permulaan?


Ibu MM: Metode-metode yang diterapkan dalam mengatasi kesulitan

siswa membaca permulaan yaitu ceramah dan diskusi.


6) P: Dari metode-metode tersebut, metode mana yang paling cocok dan

berhasil di terapkan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca

permulaan?
Ibu MM: Metode yang paling cocok dan berhasil yang di terapkan yaitu

metode ceramah di mana siswa harus di bimbing dan selalu di ingati

berulang-ulang.
7) P: menurut Ibu metode apa yang kurang berhasil dari sekian metode yang

di gunakan?
Ibu MM: Metode yang kurang berhasil untuk diterapkan pada siswa

membaca permulaan adalah metode tanya jawab


8) P: Apa upaya yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi kesuitan membaca

permulaan kelas rendah ?

63
Ibu MM: Guru mencoba untuk mengulang kembali dengan

memampangkan media abjad melalui kertas atau kain yang sudah di

siapkan untuk mengajar.


9) P: Uapaya apa selain penerapan metode mengajar yang pernah ibu

terapkan dalam membantu siswa membaca permulaan?


Ibu MM: selain menerapkan metode mengaar yng berlangsung di dalam

kelas saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan

menemukan sendiri.
10) P: Berdasarkan pengalaman ibu, strategi apa yang paling berhasil untuk

mengatasi persoalaan memembaca awal siswa?


Ibu MM: Saya bersama siswa berulang-ulang menghafal abad A-Z karena

dengan cara ini siswa mulai menghafal dan bisa mengingat kembali .
11) P: Upaya apa yang di lakukan untuk membantu mengatasi kesulitan

membaca permulaan siswa di luar proses pembelajaran?


Ibu MM: Upaya yang saya lakukan yaitu menyarankan orang tua siswa

untuk melatih atau membimbing siswa belaar membaca di rumah.

2. Nama : Maria Ening

Jabatan : Guru wali kelas

1) P: Bagaimana pengalaman ibu dalam mengajar siswa dalam membaca

pemulaan?

64
Ibu ME: pengalaman saya berkaitan dengan kesulitan siswa dalam belajar

membaca permulaan yaitu siswa sulit membedakan huruf atau abjad

terlebih khusus abad B D, F, V.


2) P: Dalam pengalaman mengajar ibu, kesulitan apa yang umumnya dialami

oeh siswa dalam membaca pemula?


Ibu ME: menggabungan antara suku kata/perkata
3) P: Kesulitan apa yang paling banyak dialami siswadalam membaca

pemula?
Ibu ME: Kesulitan yang sering di alami siswa seperti ada poin ertama dan

kedua seperti anak sulit membedakan abjad A,B,F,V dan penggabungan

antara suku kata.


4) P: Apa kesulitan ibu dalam mengajar siswa membaca pemulaan?
Ibu ME: Siswa lamban sekali untuk mengerti apa yang di ajarkan
5) P: Apa saja metode yang sudah di terapkan oleh ibu dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan siswa membaca permulaan?


Ibu ME: meode yang sudah saya terapkan selama ini adalah metode

ceramah dan tanya jawab


6) P: Dari metode-metode tersebut, metode mana yang paling cocok dan

berhasil di terapkan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca

permulaan?
Ibu ME: Metode yang paling cocok dan berhasil yang di terapkan yaitu

metode ceramah dan Tanya jawab, karena dengan menggunakan metode

ini guru dapat memahami kemampuan membaca siswa.


7) P: menurut Ibu metode apa yang kurang berhasil dari sekian metode yang

di gunakan?
Ibu ME: Metode yang kurang berhasil untuk diterapkan adalah metode

ceramah dan demonstrasi.


8) P: Apa upaya yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi kesuitan membaca

permulaan kelas rendah ?


Ibu ME: upaya yang sudah saya lakukan yakni saya selalu menggunakan

alat peraga berupa media pembelajaran yaitu papan abjad

65
9) P: Uapaya apa selain penerapan metode mengajar yang pernah ibu

terapkan dalam membantu siswa membaca permulaan?


Ibu ME: selain menerapkan metode dalam proses pembelajaran, guru

menerapkan metode lain seperti siswa yang tidak tau membaca di latih

oleh teman-teman yang tau membaca atau menyuruh siswa tersebut untuk

bergabung dengan kelas I yang masih belajar abjad


10) P: Berdasarkan pengalaman ibu, strategi apa yang paling berhasil untuk

mengatasi persoalaan memembaca awal siswa?


Ibu ME: Saya selalu melakukan Tanya jawab kepada siswa dan

memberikan tugas membaca di rumah kemudian siswa tersebut

membacakan kembali di depan kelas dengan apa yang sudah ia belaar di

rumah.
11) P: Upaya apa yang di lakukan untuk membantu mengatasi kesulitan

membaca permulaan siswa di luar proses pembelajaran?

Ibu ME: yang biasa saya lakukan selama ini berkaitan dengan proses

pembelajaran di luar sekolah yakni memberikan PR, atau melalui

bimbingan studi sore bahkan saya uga selalu mendekati orang tua wali di

rumah.

66
3. Nama : Fransiskus Sulfariono Sandri

Jabatan : Wali kelas III

1) P: Apakah masi ada siswa yang mengalami kesulitan membaca

permulaan?

Pa FS: Pengalaman saya selama ini tidak semua siswa yang bisa membaca,

tetapi ada siswa yang sama sekali belum bisa membaca.

67
68

Anda mungkin juga menyukai