SKRIPSI
OLEH
AISTA JAYANTI NABUS
NPM 13.31.3366
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Santu Paulus Ruteng sebagai Salah Satu
Persyaratan untuk Melakukan Penelitian
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui
Ketua Program Studi PGSD
ii
PENGESAHAN
STUDI DESKRIPTIF UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN
MEMBACA PERMULAAN PADA KELAS RENDAH
SDI KENGKO TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Oleh
AISTA JAYANTI NABUS
NPM : 13.31.3366
Telah dipertahankan di depan tim penguji pada
Tanggal : 21 Agustus 2017
Di Program Studi PGSD
Susunan Dewan Penguji
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
Disahkan
Ketua STKIP St. Paulus Ruteng
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Npm : 13.31.3366
Dengan ini mengatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara khusus
dirujuk dalam naskah ini dan tertulis dalam daftar pustaka. Jika kemudian hari
terbukti bermasalah sebagai plagiat karya tulis ilmiah orang lain maka masalah
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya selaku penulis skripsi ini.
iv
MOTO
v
PERSEMBAHAN
Papa Aleks dan Mama Ledi yang telah bersusah payah mendukung cita-
cita saya, kakak Fortun, kakak Beci, Adek Sela serta semua anggota keluargaku
yang selalu setia memotivasi dan menyemangati saya, sahabat kelas IV G, guru-
guru SDI Kengko yang selalu memberi motivasi kepada saya dan lembaga STKIP
St. Paulus Ruteng yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala cinta dan
kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai suatu
karya ilmiah. Dalam tulisan ini penulis mengajukan judul tentangStudi deskriptif
upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa tahun
Ajaran 2016/2017. Selama menyusun tulisan ini sampai pada selesainya, tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang dengan iklas hati membantu penulis
baik tenaga maupun materi yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Seiring dengan itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Yohanes Servatius Boy Lon, MA. Selaku Ketua STKIP St. Paulus Ruteng
vii
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sepenuhnya sempurna seperti
yang diharapkan oleh pembaca yang budiman. Oleh karena itu segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan tulisan ini, penulis terima
Penulis,..
ABSTRAK
viii
Santu Paulus Ruteng. Pembimbing 1 David Djerubu, S.Fil, MA dan Pembimbing
II Heronimus E. A. Wejang, S.Fil, M.Pd
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan membaca yang
biasa dilakukan oleh pembelajaran tingkat awal yang esensinya terfokus pada
membaca bersuara dan membaca lancar.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam
mengatasi kesulitan membaca permulaan di SDI Kengko. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan pengumpulan data, mereduksi data, pengajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami hambatan membaca permulaan. Jumlah siswa yang mengalami
kesulitan membaca permulaan cukup banyak. Hal ini disebabkan karena
kurangnya minat dari siswa terhadap belajar membaca, tidak mampu menghafal
huruf/abjad A-Z, tidak bisa menggabungkan suku kata atau kata perkata. Oleh
karena itu upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa pada kelas rendah yaitu dengan cara guru mencoba untuk
mengulang kembali dengan menggunakan media abjad melalui kertas atau kain
yang sudah disiapkan untuk mengajar.
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa kesulitan membaca permulan di SDI Kengko masih sangat signifikan. Hal
ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kesulitan
membaca permulaan siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internalnnya dikarenakan kurangnya keseriusan dan kemauan dari dalam diri
siswa terhadap belajar membaca sedangkan faktor eksternalnnya dipengaruhi oleh
orang tua siswa seperti membimbing anak untuk belajar membaca, selain itu
orang tua siswa juga kurang memperhatikan cara anaknya untuk belajar.
Walaupun berbagai hambatan yang dialami oleh siswa di SDI Kegko, akan tetapi
guru tetap memperhatikan membimbing siswa dengan cara memotivasi dan
melatih siswa yang mengalami kesulitan membaca secara rutin, serta menjalin
hubungan dan adanya partisipasi antara guru dengan orang tua siswa untuk
membimbing, mengarahkan anaknya untuk belajar.
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. i
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................... iv
MOTTO........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi
PRAKATA....................................................................................................... vii
ABSTRAK....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
x
2.2.4 Berbagai kesalahan membaca permulaan....................................... 20
Rendah............................................................................................ 37
xi
Permulaan....................................................................................... 38
4.3 Pembahasan............................................................................................. 41
Permulaan....................................................................................... 42
Permulaan Siswa............................................................................. 43
BAB V PENUTUP........................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 46
5.2 Saran........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 4.2 Data Siswa Tahun 2017..................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Lampiran 4: Surat keterangan Hasil Penelitian................................................. 72
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
manusia seutuhnya, dalam arti manusia yang dapat membangun dirinya sendiri
dan secara bersama-sama membangun bangsa dan negara. Peran pendidikan tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Karena melalui pendidikan tersebut akan tercipta sumber
tantangan yang cukup berat. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
terjadi dimasyarakat kadang terjadi lebih cepat dan menuntut kualitas sumber
daya manusia yang bermutu dan mampu bersaing dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi. Dalm menghadapi harapan dan tantangan masa depan
yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagi esensi kehidupan, baik bagi
peserta didik yang belum mampu berjalan seimbang dengan tutuntan zaman, hal
ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh dari
proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk
bahasa secara formal. Belajar bahasa secara alamiah sering dikenal dengan
1
bahasa selalu ada komponen guru (yang mengajarkan) dan siswa (yang belajar)
serta komponen lainnya seperti kurikulum, ruang kelas, ujian dan sebagainnya.
(anak) biasanya tidak sadar bahwa siswa tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Peserta didik diharapkan
pokok yang harus dikuasai siswa selain kemampuan menulis dan berhitung.
Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa membaca adalah suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psiko linguistik, dan meta kognitif. Sebagai
pemahaman kreatif.
Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak hanya bagi mata
pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga sebagai dasar mata pelajaran lainnya. Hal
2
ini terjadi karena melalui bacaan, anak memperoleh pengetahuan baru dan dapat
diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, dalam hal ini huruf-
huruf menurut alfabet latin. Dapat dipahami bahwa pada tingkat membaca
permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama di bina dan dikuasai, dan ini
dikuasai secara mantap barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan.
Inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada tahun-tahun selanjut
diketahui. Oleh karena itu, wajar jika guru khawatir ketika siswanya mengalami
isi bacaan tetapi waktu membacanya lama, maka siswa tersebut tetap
3
Untuk mencapai harapan diatas siswa dilatih menerapkan teknik yang
baik saat membaca.penelitian ini difokuskan pada kelas rendah kelas I-III SDI
dasar agar siswa dapat belajar bagaimana cara membaca dengan baik.
Dari masalah yang telah dikemukakan di atas, perlu dicarikan solusinya agar
hasil belajar siswa dalam membaca permulaan menjadi meningkat. Peneliti sebisa
mempelajari materi ini siswa mencoba untuk membaca dan guru hanya
4
2. Rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa.
3. Minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia sangat
rendah.
4. Rendahnya kemampuan membaca permulaan pada siswa.
masalah dalam penelitian ini yaitu Upaya Guru dalam Mengatasi rendahnya
membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana upaya guru dalam
mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa SDI Kengko tahun ajaran
2016/2017?
Berdasarkan uraian pada rumusan di atas maka tujuan penelitian ini adalah
5
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam upaya mengatasi
BAB II
KAJIAN TEORETIS
studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
2012:157).
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
kritis, dan pemahaman kreatif. Proses membaca terdiri atas Sembilan aspek yaitu:
sikap, dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang
6
Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptual, yaitu aktivitas mengenal
suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang melalui,
kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Aspek urutan
secara linear yang umumnya terampil pada suatu halaman dari kiri kekanan atau
yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih
luas dalam mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep yang dihadapi
kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah
membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual
7
berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal
kognitif, menurut Crawley dan Mountain( Rahim, 2008: 3). Menurut pandangan
Membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3)
informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai
peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu
sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika
membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.
8
Membaca adalah sebuah proses interaktif. Keterlibatan pembaca dengan
teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang
bermanfaat akan memenuhi beberapa tujuan yang ingin dicapainaya. Teks yang
dibaca oleh sesorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi
membaca sesorang dapat membuka cakrawala dunia dan mengetahui apa yang
sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu, wajar jika guru merasa khawatir
Dalam membaca, dikenal juga mitos. Mitos ialah keyakinan yang belum
tentu benar, namun kerap dianggap sebagai kebenaran itu sendiri, sehingga
membaca misalanya: (1) Harus membaca setiap kata atau tidak setiap kata dalam
suatu kalimat harus baca untu mengerti keseluruhan makna dalam kalimat, (2)
membaca cukup hanya sekali atau menangkap ide dasar mengenai kalimat yang
sulit tidaklah mudah (3) merasa bersalah jika melompat membaca atau harus biasa
memetakan pikiran (4) mesin kecepatan mebaca (5) jika meloncat-loncat atau
jarang membaca akan mengurangi pemahaman dan (6) terdapat persoalan dengan
kesehatan mata.
sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelomok kata,
9
kalimat, paragraf dan wacana tetapi suatu proses yang menuntut agar kelompok
kata ang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas
Tarigan (2008: 9-11) Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari
atau arti (Meaning)erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensi
kita dalam membaca. Berikut ini ada beberapa hal yang penting dalam tujuan
membaca:
telah dilakukan oleh tokoh; Apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; Apa
yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-
masalah yang dibuat pleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau dialami oleh tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh
10
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua dan ketiga dan seterusnya
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebt membaca untuk
oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai
sesuatu yang vital dalam satu masyrakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak
Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang
melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat
kegiatan membaca.
11
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
manusia.
1. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan
keadaan.
Burhan (2013: 38) mengemukakan bahwa ada empat level dalam membaca.
oleh pembelajaran tingkat awal, misalnya anak sekolah dasar. Kedua, membaca
terbaik dari sebuah buku dengan waktu yang singkat terbatas. Ketiga membaca
bacaan( buku), membaca dengan baik dengan waktu tanpa batas. Keempat
12
2.2 Membaca Permulaan
membaca lancar. Bagi siswa di pedesaan dan siswa yang tidak mengalami
merupakan latihan bagi anak untuk memegang, membuka, dan membaca bahan-
bahan tercetak seperti buku (bacaan yang bergambar), majalah, dan lainnya.
seperti huruf, suku kata, kata, kalimat, tetapi baru membaca gambar.
Kegiatan pramembaca bertujuan mengenalkan bahan-bahan tercetak
kepada anak. Berikut ini contoh kegiatan pramembaca yang bisa dilatihkan
kepada siswa yang baru duduk dikelas awal sekolah dasar yaitu:
jarak antara mata dengan buku. Pada awal kegiatan membaca ini anak
13
sehingga anak dapat menikmatinya dan timbul rasa ingin segera dapat
membaca.
2. Guru Membacakan Buku
Guru membaca buku bergambar dengan cara menunjuk kata yang dibacanya
agar anak memahami bahwa membaca tulisan adalah dari kiri kekanan dan
tulisan dibaca baris demi baris sampai halaman bawah. Selanjutnya buku
kepada anak bahwa simbol yang dibaca memiliki arti serta membaca itu
membaca huruf. Anak tidak dituntut untuk mengenal semua huruf secara urut.
Biarkanlah waktu berjalan sehingga mula-mula anak hanya hafal satu atau
Misalnya, anak yang bernama Faisal akan lebih cepat dan mudah menghafal
Pramembaca yaitu:
1. Menyanyikan Lagu abcdefg
Bersama-sama menyanyikan lagu abcdefg sambil guru menunjukan
huruf depan s sapi. Anak dapat meneruskan dengan: susu, suka, sisir,
14
jangan disalahkan jika ada anak menyebut kata dalam bahasa daerah.
dikenal dulu, lalu guru menyebut kata yang belum dikenal, lama-lama
(kursi, meja, buku, papan tulis dan sebagainya), jika perlu label nama
dilakukan secara bertema, kelas dapat dihias dengan barang atau benda-
benda sesuai dengan tema tersebut dan diberi label diatasnya. Misalnya
tema binatang, gambar atau tiruan binatang dapat diberi label namanya.
Selain itu, ruang kelas perlu dilengkapi dengan abjad atau urutan huruf
yang cukup besar, sehingga anak yang duduk dimana pun mudah untuk
melihatnya. Jika perlu masing-masing meja juga tersedia abjad agar setiap
buku, simbol huruf, dan beberapa huruf yang sudah dikenal anak melalui kegiatan
prabaca selama kurang lebih tiga minggu pada awal semester pertama di kelas
Kegiatan membaca permulaan terfokus pada pengenalan huruf, suku kata, kata,
15
Kegiatan memperkenalkan huruf dapat diteruskan seperti pada kegiatan
e, o) dan beberapa huruf mati yang akan sering digunakan dalam kata bahasa
sehingga menimbulkan bunyi yang menjadi awal dari kata. Setelah anak hafal
semua huruf hidup, anak diminta untuk memilih huruf mati yang sudah
menjadi sa, si, su, se, so/ ta, ti, tu, te, to /ka, ki, ku, ke, ko / ga, gi, gu,ge, go.
3. Menggabungkan muku kata menjadi kata yang bermakna
Dari daftar suku kata yang dimiliki anak, anak dapat mencari gabungan suku
kata yang bisa menjadi kata yang bermakna. Misalnya dari contoh di atas,
anak diminta menyebut gabungan suku kata apa saja yang dapat menjadi kata
misalnya: susu, suka, sate, siku, toko, tiga, teko, gigi, kaki, dan sebagainya.
Untuk tambahan kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan memberikan kepada
anak satu lembar bacaan dengan huruf yang sudah dikenal anak. Kemudian
anak diminta mencari kata kemudian memberi tanda pada kata itu. Guru perlu
mencarikan bacaan yang suku katanya masih sederhana sehingga anak mudah
membuat kalimat yang mudah dipahami. Misalnya, kakiku luka, gigi siti satu,
joko suka susu, dan sebagainya. Setelah anak mengenal suku kata dari
gabungan dua huruf, guru dapat melanjutkan dengan suku kata yang terdiri
dari tiga huruf dengan berbagai variasinya, sehingga anak mengenal variasi
16
susunan suku kata bahasa Indonesia. Dengan sedikit memoles cara mengeja,
kelas.
b. Membaca buku cerita yang sesuai untuk anak kelas awal
Pada tahap berikutnya diharapkan anak sudah dapat membaca dengan
gambarnya saja. Guru juga sudah bisa menggabungkan dengan buku paket
Membaca sangat efektif apa bila diberikan sejak dini, hal ini dikarenakan
disampaikan.
c. Memberikan penyaluran positif dalam membuka wawasan terhadap situasi
17
Dari penjelasan tujuan membaca oleh kedua ahli di atas bahwa melalui
dirinya.
diketahui dan akan dibahas secara singkat disini antara lain metode basal, metode
terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap seperti buku kerja, kartu huruf,
tes awal, tes akhir, dan gambar atau filmstrip. Selain itu juga disediakan buku
pegangan guru yang memuat tujuan umum, tujuan kegiatan siswa. Buku
pegangan guru juga memuat kosakata baru, kegiatan untuk memotivasi anak,
halaman.
Secara garis besar, langkah mengajar membaca dengan metode basal
18
2. Memberikan konsep atau kosakata baru sebagai pengantar;
3. Membimbing anak membaca cerita dengan mengajukan pertanyaan yang
pada metedo mengajar, tetapi juga paket pelajaran yang sangat lengkap.
suara /i/, huruf /a/ memberikan suara /a/, huruf /u/ member suara /u/, huruf
/beh/ member suuara /beh/, dan huruf /en/ member suara /en/. Pada tahap
berikutnya, anak mulai menggabungkan bunyi /b/ dengan /i/ menjadi /b/,
bunyi /n/ dengan /a/ menjadi /na/ dan seterusnya. Baru kemudian anak diajak
bunyi, anak dapat membaca kata-kata baru sendiri. Namun demikian, ada
pehamaman;
19
b. Ada kata-kata perkecualian dalam asosiasi huruf /bunyi. Huruf o,
misalnya, melambangkan bunyi yang berbeda pada kata toko dan kata
dalam proses belajar mengajar regular maupun dalam program remedial bagi
3. Metode linguistik
Pengajaran membaca dengan metode linguistik menekankan proses
pada pokoknya adalah pada pola ejaan ing pada akhir kata.
Dengan sajian semacam ini, anak diharapkan mampu menarik
kesimpulan tentang pola hubungan antara huruf dan bunyi yang ada. Kerena
tekanannya pada pola ejaan yang sama, sering ditemukan materi bacaan yang
20
b. Pola visiual kaitan antara bunyi huruf secara konsisten disajikan kepada
Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebgai berikut:
bahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, dan menullis. Pola pikir dari
metode ini adalah bahwa 1) anak dapat mengatakan apa yang dipikirkannya,
2) apa yang dikatakan anak dapat ditulis (oleh anak sendiri atau oleh orang
bahasa lisan, dan bahasa tulis anak. Anak mendiktekan cerita kepada guru dan
Cerita anak dapat berasal dari kejadian yang dialami anak atau gambar yang
pola bahasa dari materi bacaan bergantung pada pada kemampuan bahasa
pengalamnnya.
21
Pada tahap yang lebih tinggi, bukan guru yang menuliskan cerita
Hal ini dapat dimulai dengan latihan membuat diagram pengalaman. Isi
pengamatan suatu kejadian, atau kisah fiktif. Dengan berdiskusi, guru dan
antara guru dan murid berkisar pada pilihan kata, struktur, dan huruf besrta
bunyinya. Keterampilan lain seperti penggunaan huruf besar, tanda baca, atau
lebih tua dan sangat efektif untuk menangani anak yang berkesulitan
baik secara lisan maupun tertulis, kemajuan juga terlihat pada penguasaan
mekanik atau teknik mengarang, ejaan, kosakata, struktur dan kedalaman isi
22
3. Penggantian kata
4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5. Pengucapan kata salah tetapi makna asama
6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7. Pengucapan kata dengan bantuan guru
8. Pengulangan
9. Pembalikan kata
10. Pembalikan huruf, kurang memperhatikan tanda baca,pembetulan sendiri,
kurangnya peran guru dan orang tua dalam memotivasi anak membaca.
pandangan dan konsep. Untuk itu perwujudan dari proses belajar mengajar itu
yang bermutu. Tanpa mengabaikan faktor lain, guru dapat dianggap sebagai faktor
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
23
Dalam dunia pendidikan, istilah guru bukanlah hal yang asing. Menurut
pandangan lama, guru adalah sosok manusia yang patut ditiru. Ditiru dalam arti
segala ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus
yaitu;
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dengan yang dilakukan dalam
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hendaknya mampu dan terampil dalam
samping itu harus mampu memotivasi siswa untk bisa menerima dan
guru akan dapat memainkan peranaannya sebagai pengajar dengan baik. Jika
24
Hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
eksternal dan internal ini perlu diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah
yang baik, dengan ciri bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Seperti
dapat diketahui bahwa kualitas dan kwantitas belajar siswa didalam kelas
bergantung pada faktor guru, hubungan pribadi antara siswa didalam kelas,
serta kondisi umum dan suasana didalam kelas. Sebagai pengelola kelas, guru
dan self activity melalui proses belajar yang efektif serta efisien dengan hasil
optimal.
3. Guru sebagai mediator dann fasilitator.
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
juga harus mampu memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu
kontinyu dan sistematik, baik melalui pre service dan inservice training,
memilih media sesuai tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru
belajar yang berguna dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
25
mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.
4. Guru sebagai evaluator.
Tujuan dari penilian itu adalah untuk mengetahui penguasaan siswa
proses belajar mengajar, yang akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki
pengetahuan.
d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
e. Pelaksana administrasi pendidikan. Disamping sebagai pengajar guru pun
masyarakat.
b. Pelajar dan ilmuwan, yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu
26
c. Orang tua, dengan mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan
keluarga.
d. Pencari teladan, guru menjadi ukuran bagi norma- norma tingkah laku.
7. Peran guru secara psikologis, yaitu dapat dipandang sebagai berikut :
a. Ahli psikologi pendidkan. Oleh karena itu, guru harus melaksanakan
Bolango. Hasil dalam penelitian ini adaah dari jumlah siswa 27 orang, 23 orang
siswa atau 85% sudah mampu membaca permulaan dengan kategori baik dan
sangat baik, sedangkan 4 orang siswa atau 15% tidak mampu dalam membaca
permulaan.
27
Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan pokok yang
siswa kelas rendah yang berasal dari latar belakang yang beragam.
disebabkan oleh faktor guru sebagai penyampaian pembelajaran, tetapi juga dari
tersebut antara lain keterbatasan kosa kata bahasa indonesia siswa, metode
pembelajaran yang dgunakan masi bersifat tradisional minat dan sikap siswa
Penguasaan materi yang baik oleh guru bukan merupakan tolak ukur berhasilnya
proses pembelajaran, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana cara guru yang
28
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu jenis penelitian untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian
pengolahannya secara kualitatif pula, yaitu berupa kata-kata dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Disebut kualitatif karena data yang terkumpul bukanlah data berupa
angka- angka melainkan hanya berupa deskripsi, uraian, atau penjelasan yang
29
Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam
yang menghasilakan model penelitian. Desain dalam dalam penelitian ini adalah
desain untuk studi deskriptif. Desain penelitian deskriptif merupakan studi untuk
menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, studi untuk
melukiskan secara akurat berbagai sifat dan fenomena, dan penentuan frekuensi
terjadinya suatu keadaan juga termasuk dalam desain penelitian deskriptif ini.
1. Tahap persiapan
a. Observasi awal
Pada tahap ini adalah melakukan observasi (survei awal) ke lokasi yang
Timur
b. Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan membuat suatu rancangan
mulai dari:
30
1. STKIP St. Paulus Ruteng sebagai lembaga pendidikan di mana tempat
subyek penelitian adalah guru- guru di SDI Kengko yaitu guru kelas 1 sampai
tidak terlalu jauh dari tempat penelitian sehingga hal ini mempermudah bagi
31
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru SDI Kengko,
2016/ 2017.
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata
yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dilihat
yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
aporan tentang diri sendiri atau setidaknya pada pengetahuan dan atau
siswa kelas rendah. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data teah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan
32
diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini setiap informan memberikan
mengambil dokumen berupa foto-foto pada saat wawancara dengan guru yang
adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan
berikut:
pengalaman mengetahui
siswa membaca
membaca permulaan
pemulaan
2 Dalam Untuk
33
pengalaman mengetahui
yang membaca
umumnya permulaan
membaca
pemula?
3 Kesulitan apa Untuk
membaca dalam
pemula? membaca
permulaan
4 Apa kesulitan Untuk
siswa dalam
pemulaan? membaca
pemulaan
5 Apa saja Untuk
34
terapkan oleh sudah di
kesulitan- mengatasi
permulaan membaca
permulaan
metode mengetahui
dalam membaca
membaca permulaan
permulaan?
7 Apa upaya Untuk
35
mengatasi sudah di
membaca dalam
permulaan mengatasi
membaca
permulaan
kelas rendah
8 Uapaya apa Untuk
selain mengetahui
membantu mengajar
siswa dalam
membaca membantu
permulaan siswa
membaca
permulaan
9 Berdasarkan Untuk
pengalaman mengetahui
36
paling berhasil mengatasi
untuk persoalaan
mengatasi memembaca
memembaca
awal siswa
yang di mengetahui
mengatasi dalam
kesulitan membantu
membaca mengatasi
permulaan kesulitan
proses permulaan
proses
pembelajaran
11 Apakah masi Untuk
membaca mengalami
37
permulaan? kesulitan
membaca
permulaan
siswwa
Metode analisis data ialah menganalisis terhadap data yang tersusun, data
yang telah penulis peroleh dari penelitian dengan menggunakan metode analisis
ada. Sedangkan kualitatif adalah yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat
2012 : 22). Peneliti menggunakan analisis data dengan cara sebagai berikut:
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian ,data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang intensitas informasi yang telah
diperoleh.
2. Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
38
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal interaktif, hipotesis atau teori.
dan mengecek kembali informasi dari sumber data yang ada, sehingga pada
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39
direncanakan. Mengenai jumlah guru ada SDI Kengko dapat dilhat pada tabel
berikut:
40
4. IV 6 10 16
5. V 7 14 21
6. VI 5 11 16
1. Visi
Menjadi sekolah berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai
2. Misi
luhur.
menunjang kegiatan pembelajaran, masih ada gedung yang belum ada yaitu aula,
menggunakan gedung yang ada. Pihak sekolah tetap bekerja keras dalam
yang baru. Data gedung di SDI Kengko dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Gedung SDI Kengko
41
6 WC 2
Jumlah 12
Pada hakikatnya setiap sekolah banyak kesulitan yang sering terjadi pada
permulaan sering disebut kesulitan membaca yang berlangsung pada kelas awal,
model kesulitannya seperti siswa yang belum mampu membedakan antara huruf,
kata dan kalimal. Seperti yang telah dijelaskan bahwa siswa yang berkesulitan
penjelasan dari guru kelas I (MM) selaku subjek penelitian yang mengatakan
bahwa:
Siswa yang belum mampu menghafal dan belum bisa mengingat kembali
apa yang telah dijelaskan oleh guru itu disebabkan karena rendahnya daya ingat
siswa, kurangnya minat dari diri siswa terhadap belajar membaca. oleh karena itu
peran guru sangat penting dalam memotivasi pada siswa bahwa membaca sangat
membaca permulaan yaitu siswa sulit menentukan antara abjad yang cara bacanya
42
hampir sama misalnya: b/d, f/v. Hal ini didukung oleh informan atas nama( ME)
pengenalan hubungan atau pola ejaan dan bunyi. Dengan berbagai banyak
kesulitan membaca permulaan yaitu faktor internal dan eksternal. Yang termasuk
faktor internal rendahnya minat belajar siswa terhadap belajar membaca, dan
meliputi keluarga dan lingkungan kurangnya dukungan dari orang tua terhadap
usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca
dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak
43
yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Oleh karena itu siswa
Selain itu, pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru
stusdi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
disampaikan oleh guru FSS selaku wali kelas III, seperti berikut:
oleh dirinya sendiri tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan, keluarga sangat
keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi peserta didik.
Hal ini diperkuat oleh penjelasan informen yang mengatakan bahwa kurangna
perhatian dari orang tua siswa terhadap cara belajar peserta didik di rumah dapat
44
Strategi yang digunakan guru dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa di kelas rendah sangat dibutuhkan. Oleh karena itu cara yang
digunakan guru dalam mengatasi persoalan membaca awal siswa yaitu guru dan
siswa berulang-ulang menghafal abjad (A-Z) dengan cara ini siswa mulai mudah
menghafal dan bisa mengingat kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru. Hal
ini dijelaskan oleh informen atas nama (MM) yang mengatakan bahwa:
Selain menyebut abjad secara berulang-ulang, cara yang lain yang harus d
ilakukan oleh guru yaitu dengan menyuruh siswa untuk menyanyi abjad A-Z,
abjad atau huruf. Hal ini didukung oleh informen atas nama (ME) yang
mengatakan bahwa:
Dengan cara guru menyuruh siswa dalam menyanyikan lagu abjad A-Z,
siswa dengan sendirinya lebih termotivasi dalam belajar menghafal abjad A-Z
Untuk mengatasi berbagai macam kesulitan yang terjadi pada siswa guru-
guru di SDI Kengko berupaya untuk mencoba untuk mengulang kembali disertai
45
media berupa abjad (kertas atau kain) yang sudah disiapkan untuk diajarkan. Hal
ini dijelaskan oleh( MM) selaku wali kelas I yang mengatakan bahwa:
sangat penting bagi siswa kelas rendah. Media pembelajaran merupakan alat bantu
atau alat peraga yang digunakan oleh guru untuk mempermudahkan pemahaman
siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam
memilih media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa
agar dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini diperkuat oleh (FS) selaku wali kelas III
permulaan siswa kelas rendah di SDI Kengko adalah dengan memberikan tugas
rumah dan melatih siswa untuk belajar membaca. Oleh karena itu kemampuan
membaca menjadi dasar yang utama tidak hanya bagi mata pelajaran bahasa
indonensia tetapi juga sebagai dasar mata pelajar lainnya. Hal ini terjadi karena
4.3 Pembahasan
4.3.1 Bentuk Kesulitan Membaca Permulaan siswa
Guru merupakan sosok seorang pendidik yang harus dipatuhi di teladani
oleh kalangan siswa dalam dunia pendidikan. Kehadiran seorang guru dalam
46
dunia pendidikan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu
guru dalam upaya meningkatan mutu pendidikan serta meningkatnya potensi yang
dimilki oleh peserta didik, ketika guru mau dan mampu mengarahkan siswanya
bagaimana cara membaca yang baik dan benar. Demikianpun halnya pendidikan
tingkat sekolah dasar yang merupakan dasar dari semua jenjang pendidikan
dimana peserta didik pada kelas awal diwajibkan untuk segera memiliki
kesulitan membaca permulaan antara lain seperti siswa yang belum bisa
huruf, penyelipan kata, penggantian kata, dan pembalikn huruf. Beberapa istilah
yang sering digunakan untuk memberi komponen dasar dari proses membaca,
yaiyu Recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan
kedalam kata-kata. Proses sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih
berlangsung pada kelas-kelas awal. Oleh karena itu jika anak pada usia sekolah
permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka anak tersebut akan
mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-
kelas berikutnnya.
47
Siswa yang berkesulitan membaca permulaan kebanyakan ditemukan pada
kelas rendah yaitu di kelas 1, 2 dan kelas 3. Hal ini diperkuat oleh seorang ahli
membedakan huruf-huruf, kata dengan kalima dan Upaya atau usaha yang
dilakukan guru tidak dimengerti dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat
informen atas nama ME dan MM yang mengatakan bahwa dikatakan siswa yang
menghafal dan membedakan huruf-huruf dan kata perkata. Karena itu tugas
mengajar membaca kepada siswa ada pada guru. selain itu informen atas nama
FSS menjelaskan bahwa kelas III SDI Kengko ada 4 orang siswa yang
upaya yang dilakukan guru dalam melatih siswa belajar membaca sangat
dibutuhkan.
Dari penjelasan di atas diperkuat oleh para ahli(Eka, 2018:21) yang
mengatakan bahwa guru adalah ujung tombak dalam proses pendidikan proses
pandangan dan konsep. Dalam dunia pendidikan, istilah guru bukanlah hal yang
Permulaan
Banyak siswa yang ditemukan di SDI Kengko yang mengalami kesulitan
permulaan dilihat dari kemampuan dari setiap siswa dalam pengenalan huruf,
kata dan kalimat yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya. Banyak faktor yang
48
dapat menyebabkan siswa sulit dalam membaca permulaan, diantaranya adalah
faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar, diantaranya adalah sebagai berikut: keluarga, dan lingkungan. Oleh karena
itu keluaraga dan lingkungan sangat berperan penting dalam memotifasi belajar
membaca siswa.
Muliyono (2012:164) mengatakan bahwa beberapa faktor penyebab
nembentuk kata bahkan ada kata yang sengaja tidak di baca dikarenakan siswa
sulit membacakannya.
2. Penyelipan kata
Disebabkan karena kebiasaan siswa untuk menambakan kata atau frasa dalam
dia tau makna dari kata tersebut. misalnya siswa tidak bisa membaca kata
dan tersendat-sendat.
6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
Disebabkan karena tiga faktor yaitu kurangnya penguasan kosa kata,
siswa terhadap makna frasa atau kelompok kata, pelafalan, dan rendahnya
49
keterampilan anak dalam membaca mulai dari kurangnya mengenali huruf
/kata.
8. Pengulangan kata
Disebabkan karena beberapa faktor yaitu tidak mengenali kata, kurangnya
kanan kekiri, misalnya kata nasi dibaca isan, pembalikan juga terjadi dalam
Permulaan Siswa.
Berbagai cara yang telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
membaca permulaan siswa di SDI Kengko yaitu dengan cara guru menyuruh
siswa untuk menyayikan abjad dari A-Z secara berulang-ulang, sehingga siswa
lebih mudah dan dengan sendirinya akan mampu menyebutkan serta menentukan
abjad A-Z.
Sejalan dengan penjelasan di atas bahwa di SDI Kengko berbagai cara yang
telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa yaitu
melalui tehnik bernyanyi. Hal ini didukung oleh pendapat beberapa informen atas
siswa, guru perlu menyuruh siswa untuk menyanyikan abjad A-Z secara
50
berulang-ulang sehingga siswa lebih mudah memahami dan menentukan huruf-
bahwa salah satu cara dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa yaitu
melalui metode eja yang mengajarkan siswa dalam hal membaca melalui tehnik
asosiasi antara grafem (huruf) dengan morfem (bunyi). Setelah menguasai vokal
suku kata dan suku kata menjadi kalimat. Selain itu terbukti bahwa metode eja
terbukti efektif pada tahap membaca permulaan, baik dalam proses belajar
membaca.
Cara lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa kelas rendah di SDI Kengko yaitu melalui bimbingan terhadap
anak yang kurang mengenali huruf, yaitu dengan cara huruf di jadikan bahan
memberikan bimbingan terhadap anak yang memparas frase yaitu dengan sajikan
sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya, perkenalkan fungsi tanda
baca dan cara membacanya. Memberikan bimbingan terhadap anak yang kurang
ajarkan secara tersendiri bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara
tepat berikan latihan kusus pengucapan kata-kata tertentu yang di anggap sulit,
yaitu anak disuruh membaca ulang, kenali jenis kata atau frasa yang di hilangkan,
berikan latihan membaca kata dan frasa, dan Bimbingan terhadap anak yang
51
cendrung mengulangi kata yaitu anak perlu disadarkan bahwa mengulangi kata
dalam membaca merupakan kebiasaan buruk kenali jenis kata yang sering diulang
dan Bimbingan anak yang cendrung melakukan pembalikan kata yaitu dengan
anak perlu disadarkan bahwa membaca dalam bahan yang menggunakan sistem
alfabetis menggunakan orientasi dari kiri kekanan, bagi anak yang kurang
menguasai hubungan huruf bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa
mengganti suku kata yaitu dengan menggunakan bahan bacaan yang termasuk
kategori muda, identifikasikan kata-kata yang sudah diucapkan oleh anak tersebut.
Dari berbagai usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi siswa yang
membaca permulaan pada siswa kelas rendah di sekolah, berbagai usaha yang
telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa kelas
yang sudah disiapkan untuk mengajar. Selain itu metode yang diterapkan guru
berupa ceramah dimana guru mengulang secara terus menerus dan diikuti oleh
52
Beberapa informen yaitu MM, ME dan FS mengatakan bahwa upaya yang
abjad/ huruf dengan menggunakan media yang telah disiapkan. Selain itu upaya
menyuruh siswa menemukan sendiri dari huruf menjadi kata dan kata menjadi
kalimat serta guru mendekati orang tua wali untuk melatih siswa dalam hal
membaca permulaan di rumah. Selain itu, guru juga perlu melakukan pendekatan
dengan orang tua murid agar para orang tua bisa membimbing serta mengawasi
siswa pada saat belajar di rumah. Sehingga masalah yang berkaitan dengan
kesulitan siswa dalam membaca permulaan bisa diatasi bersama dan kreat
Upaya lain yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca
bahasa dengan cara guru merangsang untuk berpikir tentang pengalaman masing-
cerita itu dan merekam secara cermat. Rekaman guru yang menggunakan huruf-
huruf yang jelas secara cermat dan rekaman itu berbentuk deretan kata, frase,
kalimat atau cerita yang akan dijadikan pelajaran. Oleh karena itu siswa dapat
mencermati apa yang sudah dijelaskan ole guru dan motivasi belajar siswa tinggi.
Yusuf (2003:89) mengemukakan upaya yang dilakukan guru dalam
mendengarkan, berbicara, dan menulis. Pola pikir dari metode ini adalah anak
dapat mengatakan apa yang dipikirkannya, apa yang dikatakan anak dapat ditulis
53
oleh anak itu sendiri atau oleh orang lain, dan anak dapt membaca apa yang
ditulis.
Pengajaran membaca dengan metode pengalaman bahasa tidak terpusat
pada seperangkat materi bacaan, tetapi pada pengalaman, kemampuan baca lisan,
dan bahasa tulis anak. Anak mendiktekan cerita kepada guru dan guru
demikian, pola bahasa dari materi bacaan tergantung pada kemampuan pada
bahasa lisannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
merupakan kesulitan siswa yang tidak bisa membedakan kata menjadi kalimat.
54
Hai ini disebakan karena kurangnya kemauan atau minat dari siswa, tidak mampu
SDI Kengko menyadari bahwa betapa pentingnya upaya guru dalam melatih siswa
memotivasi belajar membaca permulaan siswa. Oleh karena itu sekolah berusaha
membangun atau menjalin pentingnya ada upaya yang dilakukan guru dalam
melatih siswa membaca. Peran guru dalam memotivasi anak yang mengalami
kesulitan membaca permulaan tidak terlepas dari peran orang tua yang
sesungguhnya yang merupakan faktor utama dan utama dalam membimbing anak
belajar membaca. Pada kenyataannya di SDI Kengko masih banyak siswa yang
perhatian guru terhadap berbagai kesulitan yang mereka hadapi, selain itu orang
yang dialami oleh siswa di SDI Kegko, guru tetap berusaha dengan memotivasi
5.2 Saran
1. Bagi sekolah
Sekolah harus memahami peran dan fungsinya dengan baik agar terciptanya
permulaan.
55
2. Bagi guru
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam upaya mengatasi
3. Bagi masyarakat
Daftar Rujukan
56
Masri, 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta:PT Indeks
LAMPIRAN I
57
kesulitan mengajar membaca
membaca membaca
permulaan pemulaan
pengalaman pengalaman
dialami oeh
siswa dalam
membaca
pemula?
dialami membaca
siswadalam permulaan
membaca
pemula?
4 Apa kesulitan Untuk mengetahui
58
siswa membaca
membaca pemulaan
pemulaan?
Guru 5 Apa saja Untuk mengetahui
siswa siswa
membaca
permulaan
6 Dari metode- Untuk mengetahui
terapkan permulaan
dalam
mengatasi
kesulitan
59
siswa dalam
membaca
permulaan?
Guru 7 Apa upaya Untuk mengetahui
permulaan
kelas
rendah ?
8 Uapaya apa Untuk mengetahui
dalam permulaan
membantu
siswa
membaca
permulaan
9 Berdasarkan Untuk mengetahui
60
pengalaman strategi yang
paling persoalaan
untuk siswa
mengatasi
persoalaan
memembaca
awal siswa
10 Upaya apa Untuk mengetahui
untuk membantu
mengatasi membaca
permulaan pembelajaran
siswa di luar
proses
pembelajaran
?
11
61
Apakah masi Untuk mengetahui
mengalami mengalami
permulaan?
LAMPIRAN II
pemulaan?
Ibu MM: yang saya ajarakan pertama yakni menuliskan abad A-Z di papan
sambil menghafal.
2) P: Dalam pengalaman mengajar ibu, kesulitan apa yang umumnya dialami
62
Ibu MM: kesulitan umum yang paling banyak di alami oleh siswa dalam
dan P
3) P: Kesulitan apa yang paling banyak dialami siswadalam membaca
pemula?
Ibu MM: Kesulitan anak dalam membaca permulaan adalah mengingat
permulaan?
Ibu MM: Metode yang paling cocok dan berhasil yang di terapkan yaitu
berulang-ulang.
7) P: menurut Ibu metode apa yang kurang berhasil dari sekian metode yang
di gunakan?
Ibu MM: Metode yang kurang berhasil untuk diterapkan pada siswa
63
Ibu MM: Guru mencoba untuk mengulang kembali dengan
menemukan sendiri.
10) P: Berdasarkan pengalaman ibu, strategi apa yang paling berhasil untuk
dengan cara ini siswa mulai menghafal dan bisa mengingat kembali .
11) P: Upaya apa yang di lakukan untuk membantu mengatasi kesulitan
pemulaan?
64
Ibu ME: pengalaman saya berkaitan dengan kesulitan siswa dalam belajar
pemula?
Ibu ME: Kesulitan yang sering di alami siswa seperti ada poin ertama dan
permulaan?
Ibu ME: Metode yang paling cocok dan berhasil yang di terapkan yaitu
di gunakan?
Ibu ME: Metode yang kurang berhasil untuk diterapkan adalah metode
65
9) P: Uapaya apa selain penerapan metode mengajar yang pernah ibu
menerapkan metode lain seperti siswa yang tidak tau membaca di latih
oleh teman-teman yang tau membaca atau menyuruh siswa tersebut untuk
rumah.
11) P: Upaya apa yang di lakukan untuk membantu mengatasi kesulitan
Ibu ME: yang biasa saya lakukan selama ini berkaitan dengan proses
bimbingan studi sore bahkan saya uga selalu mendekati orang tua wali di
rumah.
66
3. Nama : Fransiskus Sulfariono Sandri
permulaan?
Pa FS: Pengalaman saya selama ini tidak semua siswa yang bisa membaca,
67
68