LAPORAN KASUS
I. KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Ny. FN
Jenis kelamin : Perempuan
Tgl. Lahir : 10-01-1967
Alamat : BTP Jl. Keindahan III no. 72 Blok AA
No. RM : 026906
Tgl. Pemeriksaan : 08-09-2014
Dokter yang memeriksa : dr. Andi Rahmat Hidayat
Dokter muda : Achmad Randi
2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Demam
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 4 hari SMRS, demam berlangsung naik turun, mengigil (+).
Demam dirasakan meninggi bersamaan dengan sakit kepala yang
dirasakan berdenyut di daerah pelipis dan dahi, pusing (+), mual (-),
muntah(-) BAB dan BAK dalam batas normal. Saat 2 hari SMRS osi
masih demam, terdapat perdarahan pada gusi yang berlangsung secara
spontan, mimisan (-), BAB dan BAK dalam batas normal. 1 hari SMRS
osi masih demam, mual (+), muntah sebanyak 1x berisi air dan lendir dan
osi hanya meminum parasetamol, BAB dan BAK dalam batas normal.
Kemudian pada hari ini keluhan menetap dan kemudian dibawa ke UGD.
1
Paracetamol 500mg 3x1
3. Pemeriksaan Fisis
Status present :
Sakit sedang/Gizi Baik/Komposmentis
Tanda vital : T: 150/90mmHg
N: 96 x/mnt
P: 22 x/mnt Tipe : Thoracoabdominal
S: 37,8
Kepala : Ekspresi : Normal
Simetris muka : kiri = kanan
Deformitas : (-)
Rambut :lurus sukar di cabut
Mata : Eksoptalmus/Endoptalmus : (-)
Gerakan : Normal
Tekanan bola mata : t.d.p.
Kelopak mata : Hiperemis (-), ptosis (-), edema (-)
Konjungtiva : Anemis (+)
Sclera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih
Pupil : Isokor, 2,5 mm/ 2,5 mm
Telinga : Tophi : (-)
Pendengaran : Normal
Nyeri tekan di prosessus mastoideus : (-)
2
Sela iga : Simetris kiri = kanan, kesan tidak melebar
Lain-lain : (-)
Paru : Palpasi : Fremitus raba (-) , nyeri tekan (-)
Perkusi :Paru kiri = Paru kanan : Sonor
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi :
BJ I/II : Murni, regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
Perut : Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)
Hati : Tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 7/8/2014
- Hgb : 14,4 g/dl
- Ht : 41,5 %
- Leukosit : 5,28 x 103/l
- Plt : 63 x 103/l
- IgG/IgM Dengue : negatif/Positif
- Ureum/Kreatinin : 20/0,8 mg/dl
3
- SGOT /SGPT : 160/143 U/L
5. Assesment
- DHF grade II
- HT grade I
- Peningkatan enzim transaminase
6. Planning
Pengobatan
R/ Diet rendah garam.
R/ IVFD RL 40tts/menit
R/ Paracetamol 500 mg 3x1
R/ Amlodipin 5mg 1-0-0
Rencana Pemeriksaan
Kontrol darah rutin/hari
HBsAg
Anti HCV
Foto Thorax PA
7. Prognosis
Ad functionem :Dubia et bonam
Ad sanationem :Dubia et Bonam
Ad vitam :Dubia et Bonam
8. Follow up
4
anemis tidak ada ikterus tidak ada PT/APTT, Elektrolit
DVS R-1 cmH20
Regular.
Normal
mentis
5
Abdomen : peristaltik ada kesan
Hasil lab :
Hb : 14,8 g/dL
PLT : 63 x 10^3
A: - DHF grd II
- HT grade I
mentis
6
regular
Hasil lab :
Hb : 15,6 g/dL
PLT : 20 x 10^3
IgM Salmonella +2
A: : - DHF grd II
- HT on treatment
mentis
7
Paru : Bunyi Pernapasan : vesikuler
Regular.
Normal
Hasil lab :
Hb : 16,8 g/dL
PLT : 15 x 10^3
A: - DHF grd II
- HT on treatment
8
mentis
regular
Hasil lab :
Hb : 14,7 g/dL
PLT : 44 x 10^3
A: - DHF grd II
- HT on treatment
9
(STOP)
Plan: periksa darah rutin/ 12 jam,
O: Sakit sedang/Gizi cukup/Compos control SGOT, SGPT, ADT Tunggu
hasil, urinalisa
mentis
regular
Hasil lab :
Hb : 14,3 g/dL
PLT : 65 x 10^3
A: - DHF grd II
- HT on treatment
9. Resume
Seorang perempuan berusia 47 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan demam selama 4 hari. Demam dirasakan meninggi bersamaan
dengan sakit kepala yang dirasakan berdenyut di daerah pelipis dan dahi,
10
terdapat perdarahan gusi sejak 2 hari, nyeri kepala (+), mual (+), muntah
(+) frekuensi 1x berisi lendir dan air, warna kekuningan dengan volume
sekitar. BAK lancar warna kuning. BAB lancar warna kecokelatan.
Riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah menderita penyakit DBD
sebelumnya. Riwayat HT (+) dengan TD 140/90 selama 2 tahun, tidak
terkontrol. Riwayat penyakit keluarga tidak ada keluarga yang menderita
dengan penyakit yang sama sekarang. Dari anamnesis. Perdarahan gusi
(+). Dari pemeriksaan laboratorium, Ht : 41.5%, Leukosit : 5.28 x 10 3/l,
Plt : 63 x 103/l, IgG/IgM dengue: negatif/positif
II. DISKUSI
Pada anamnesis, pasien demam yang dialami sejak 4 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan secara terus menerus, sempat turun
dengan minum paracetamol namun naik lagi. Pasien juga mengalami
perdarahan gusi sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan meninggi bersamaan
dengan sakit kepala yang dirasakan berdenyut di daerah pelipis dan dahi.
Terdapat manifestasi perdarahan spontan berupa perdarahan gusi. Selain itu,
pada anamnesis juga didapatkan bahwa pasien memiliki nyeri kepala. mual
ada, muntah ada frekuensi 1x berisi lendir dan air, warna kekuningan dengan
volume sekitar 50cc.
Pada pemeriksaan fisik, pasien mengeluh nyeri ulu hati dan rumple
leede (+). Dari pemeriksaan tersebut, terdapat uji turniket positif berarti
fragilitas kapiler meningkat. Dinyatakan positif bila terdapat > 20 petekie
dalam diameter 2,5 cm di lengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
11
103 /l - 450x 103 /l) dan pemeriksaan IgG/IgM dengue memberikan hasil
negatif/positif.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Infeksi virus dengue adalah suatu infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi demam, sakit kepala, nyeri otot atau persendian,
ruam dan trombositopenia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu
bentuk dari infeksi virus dengue disertai dengan perembesan plasma yand
ditandai dengan hemokonsentrasi. Perembesan plasma yang terjadi bisa saja
menyebabkan syok hipovolemik yang sering kita sebut sebagai dengue shock
syndrome .(1,2)
13
Transmisi dari virus dengue tergantung terhadap 2 faktor, yaitu faktor biotik
dan abiotic. Faktor biotik meliputi virus, vektor, dan host. Sedangkan faktor
abiotic termasuk suhu, kelembaban, dan lokasi.(4)
14
II.3. Cara Penularan
Virus dengue dapat menular kemanusia dari gigitan nyamuk. Nyamuk
yang tidak terinfeksi mendapatkan virus ketika mereka menghisap darah
dari individu yang terinfeksi. Virus berkembang pada tubuh nyamuk selama
1-2 minggu dan ketika mencapai kelenjar ludah nyamuk, virus dapat
bertransmisi pada manusia saat nyamuk menghisap darah manusia. Setelah
nyamuk yang infeksius menggigit manusia, virus akan bereplikasi pembuluh
limfa dan selama 2-3 hari akan menyebar ke seluruh tubuh melau darah.
Virus bersirkulasi dalam darah selama 4-5 hari selama masa demam dan
akan hilang dalam waktu sehari ketika suhu tubuh menurun.(3)
Gambar 2. Nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia dan mentransmisikan virus dengue. (5)
III. EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Di Asia Tenggara, angka kejadian DBD meningkat dari dibawah 100.000
kasus pada tahun 1950-1960an menjadi 200.000 kasus pada tahun 90an.
Peningkatan angka kejadian juga dilaporkan terjadi diluar dari area tropis dan
subtropis.(5)
15
Gambar 3. Distribusi Geografis Dengue. (5)
Gambar 4. Angka Insiden DBD per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 1968-2009. (8)
Menurut WHO 2009, Gambaran klinis dari penderita dengue dibagi atas 3
fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.(8)
A. Fase Febris
Pada fase ini biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, suhu tubuh
biasanya mencapai 39-400 C, bersifat bifasik. Pada fase ini juga biasanya
disertai rash atau eritema kulit yang bisa ditemukan pada wajah, leher, atau
16
dada pada 2-3 hari pertama. Ruam berkembang berbentuk makopapular pada
hari ketiga hingga hari keempat.(4,8)
Selain itu dapat pula ditemukan nyeri seluruh tubuh, mialgia, atralgia
dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan pua nyeri pada tenggorokan,
injeksi farings dan konjugtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini
dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti uji turniket positif atau peteki
dan perdarahan mukosa.Walaupun jarang bisa juga ditemukan epistaksis
hebat, perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.(4,8)
B. Fase Kritis
Terjadi pada hari ke 3-7 dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma sering didahului
dengan penuruna trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.(8)
C. Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadilah pengembalian cairan dari
ekstravaskular ke intravaskular secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan kembali serta hemodinamik
membaik.(8)
V. PATOGENESIS
17
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa menkanisme imunopatologis
berperan terhadap terjadinya DBD dan bentuk yang lebih parah berupa DSS.
Adapun respon imun yang berperan adalah:(1)
Selain teori diatas, pada tahun 1973 Halstead mengajukan sebuah hipotesis
tentang secondary heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi
18
bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi
menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi
kompleks imun yang tinggi.(1)
VI. DIAGNOSIS
A. Manifestasi Klinis
- Demam, perlangsungan akut, tinggi dan terus menerus, berlangsung
selama 2-7 hari pada kebanyakan kasus.
- Adanya manifestasi perdarahan berupa perdarahan provokatif (uji turniket
positif) maupun perdarahan spontan (peteki, purpura, epistaksis,
perdarahan gusi, hematesis dan/atau melena)
- Hepatomegali atau pembesaran hati
- Syok, dengan manifestasi berupa takikardi, nadi melemah, tekanan nadi
menyempit, dan akral dingin.
B. Pemeriksaan Laboratorium
- Trombositopenia ( 100.00 sel per mm3)
- Hemokonsentrasi, yaitu peningkatan nilai hematokrit 20%
19
Dengan ditemukannya dua dari 4 gejala klinis yang ada disertai temuan
laboratorium berupa trombositopenia dan hemokonsentrasi, demam berdarah
dengue sudah dapat ditegakkan.(4)
1. DBD Grade I
Memberikan gejala demam, sakit kepalam nyeri retro-orbital, mialgia dan
artralgia ditambah uji turniket memberikan hasil positif. Selain itu pada
hasil laboratorium ditemukan adanya trombositopenia dan peningkatan
hematokrit sebagai tanda terjadinya kebocoran plasma.
2. DBD Grade II
Memenuhi krtieria DBD grade I disertai tanda-tanda perdarahan spontan
seperti perdarahan gusi, epsitaksis, melena dan/atau hematesis.
3. DBD Grade III
Pasien dikategorikan kedalam DBD grade III jika memenuhi kriteria DBD
grade II disertai tanda-tanda adanya kegagalan sirkulasi.
4. DBD Grade IV
Pasien dikategorikan DBD grade IV jika memenuhi kriteria DBD grade III
disertai dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terukur.
Selain tanda tadi, DSS juga seringkali ditandai dengan menyempitnya tekanan
nadi (20 mmHg) dan disertai terjadinya hipotensi. Pasien dengan syok berada
dalam bahaya kematian jika tidak diatasi dengan baik. Pasien bisa saja masuk
20
kedalam stadium syok yang lebih dalam dengan tekanan darah dan nadi yang
tidak terukur.(1,8)
B. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada didaptkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi efusi pleura hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemioraks. Pemeriksaan foto rontgen sebaiknya dalam posisi lateral
decubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.(1)
VIII. PENATALAKSANAAN
Sampai hari ini, tidak ada terapi spesifik untuk demam dengue. Prinsip utama
pengobatan pada penyakit ini cuma berupa terapi suportif. Steroid, antiviral,
maupun karbazokrom tidak memiliki peran yang berarti. Dengan terapi suportif
yang adekuat angka kemtian dapat diturunkan hingga 1%. Pemeliharaan cairan
sirkulasi adalah tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
Asupan cairan harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral
21
tidak bisa dipertahankan maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena
untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.(1,5)
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairankhususnya
pada penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertamaadalah jenis cairan dan
kedua adalah jumlah serta kecepatan cairanyang akan diberikan. Karenatujuan
terapi cairan adalahuntuk mengganti kehilangancairan di ruang intravaskular,pada
dasarnya baik kristaloid(ringer laktat, ringer asetat,cairan salin) maupun
koloiddapat diberikan. WHO menganjurkanterapi kristaloidsebagai cairan standar
padaterapi DBD karena dibandingkandengan koloid, kristaloidlebih mudah
didapat dan lebihmurah. Jenis cairan yang idealyang sebenarnya dibutuhkandalam
penatalaksanaan antaralain memiliki sifat bertahanlama di intravaskular, amandan
relatif mudah diekskresi,tidak mengganggu sistem koagulasitubuh, dan memiliki
efekalergi yang minimal.(3,4,5,6)
Sebuah studi menyebutkan bahwa meskipun koloid lebih mahal, koloid tidak
memberikan dampak edema seperti pada penggunaan cairan kristaloid. Selain itu
koloid dapat mencapai target resusitasi yang sama dengan cairan kristaloid
dengan volume cairan yang lebih sedikit. Sedangkan kristaloid, dengan harga
yang lebih murah, memiliki efek lebih lanjut berupa koagulopati dan kegagalan
ginjal.(6,7)
Selain terapi cairan, paracetamol bisa digunakan untuk sebagai obat penurun
panas dan analgesik. Aspirin dan dan NSAID lainnya sebaiknya dihindari karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya Reyes syndrome dan hemoragik. Assesmen
dari kondisi pasien berupa pemeriksaan lab harus dievaluasi setiap 24 jam untuk
mengawasi tanda-tanda terjainya syok.(5)
22
Protokol 1: Penanganan Tersangka DBD (probable) tanpa syok
Protokol 2: Pemberian cairan pada tersangka DBD di ruang rawat
Protokol3: Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan nilai
hematokrit >20%
Protokol 4: Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD
Protokol 5:Tatalaksana Dengue Shock Syndrome
23
Gambar 8. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%.(2)
24
Gambar 9. Penatalaksanaan perdarahan pada pasien DBD.(1)
Pilihan cairan kristaloid ataupun koloid pada DSS masih menjadi sebuah
perdebatan. Belum ada studi yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
yang signifikan terhadap keduanya. Akan tetapi seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa cairan kristaloid menjadi rekomendasi WHO dikarenakan
kemudahan untuk didapatkan dan harga yang terjangkau. WHO
merekomendasikan penggunaan cairan kristaloid Cuma bagi pasien dengan syok
yang tidak teratasi dengan cairan koloid.(5,6,7)
25
Gambar 10. Penatalaksaan Dengue Shock Syndrome.(1)
IX. PENCEGAHAN
26
sebaiknya dihindari dengan cara menggunakan pakaian tertutup atau lotion anti
nyamuk (repelen).(5)
X. PROGNOSIS
Pada Demam Dengue prognosisnya apabila suhu turun maka akan terjadi
perbaikan dan penyembuhan sempurna. Sedangkan pada Demam Berdarah
Dengue angka kematian yang disebabkan oleh DBD kurang dari 1%, tetapi bila
timbul Dengue Shock Syndrome maka angka kematian bisa mencapai 40-50%.
Sehingga prognosis Dengue Shock Syndrome sangat tergantung dari pengenalan
dini dengan cara pemantauan cermat dan tindakan cepat dan tepat terutama ketika
terjadi renjatan (syok).(4)
DAFTAR PUSTAKA
27
2. World Health Organization. Dengue haemorraghic fever: Diagnosis,
treatment, prevention and control 2nd Ed. Geneva, 1997
3. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue
shocksyndrome in the context of the integrated management of childhood
illness. Departmentof Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005
4. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.India, 2011.
5. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: An Escalating Problem. BMJ
2002;324:1563-6
6. Liolios A. Volume resuscitation: the crystalloid vs colloid debate revisited.
Medscape 2004.Available from:
URL:http://www.medscape.com/viewarticle/480288
7. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison
of three fluidsolutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J
Med 2005; 353:87789
8. Kementrian Kesehatan RI. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah
Dengue.2010.ISSN 2087-1546.
28