Anda di halaman 1dari 2

Komplikasi DKA

Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia dan hiperkalemia merupakan kondisi yang mengancam hidup pada pasien
DKA. Terdapat risiko terjadinya gagal ginjal akut yang berhubungan dengan dehidrasi berat,
sehingga tidak direkomendasikan pemberian kalium pada reusitasi cairan awal atau jika kadar
kalium serum di atas 5,5 mmo/L. Kadar kalium bagaimanapun akan turun jika dilakukan terapi
dengan insulin, sehingga direkomendasikan pemberian larutan NaCl 0,9% dengan kalium 40
mmol/L (larutan siap pakai) selama kadar kalium di bawah 5,5 mmol/L dan pasien masih bisa
berkemih. Jika kadar kalium kurang dari 3,5 mmol/L, perlu dipertimbangkan pemberian kalium.

Hipoglikemia
kadar glukosa darah dapat turun dengan cepat jika ketoasidosis terkoreksi, dan kesalahan
yang umum terjadi adalah glukosa darah turun hingga ke status hipoglikemia. Hal ini dapat
menyebabkan ketosis berulang yang disebabkan oleh hormon-hormon counter-regulatory.
Ketosis berulang akan memperpanjang masa perawatan pasien. Hipoglikemia berat juga
berkaitan dengan terjadinya aritmia jantung, acute brain injury, dan kematian. Saat kadar
glukosa darah turun hingga 14 mmol/L, pemberian glukosa 10% intra vena harus dimulai untuk
mencegah hipoglikemia.

Oedem cerebral
Oedem cerebral jarang memberikan simptom pada DKA, biasanya sifatnya
asimptomatik. Oedem cerebral yang berkaitan dengan DKA lebih sering terjadi pada aak-anak
dibandingkan dengan dewasa.

Oedem pulmonal
Oedem pulmonal juga jarang dilaporkan pada pasien DKA, seperti halnya oedem
cerebral, adanya oedem pulmonal biasanya dapat diamati pada beberapa jam setelah terapi
dimulai. Seringnya hal ini dianggap sebagai komplikasi yang iatrogenik, dan pemberian infus
kristaloid yang cepat diduga merupakan pemicu komplikasi ini. Pasien usia lanjut dan pasien
dengan kelainan jantung berisiko tinggi terhadap terjadinya oedem pulmonal, sehingga perlu
dilakukan monitoring tekanan vena sentralnya.1

Anda mungkin juga menyukai