LP Hil
LP Hil
1. Definisi
Hernia adalah menonjolnya suatu organ struktur dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek kongenital atau yang didapat (Barbara, C. Long, 1996).
Macam-macam Hernia :
2. Anatomi Fisiologi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi
hernia.
1
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat
ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir
tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis.
3. Etiologi
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Konstipasi mengejan
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostat
4. Patofisiologi
2
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat
insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit
yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis merupakan kanal yang normal pada fetus. Pada usia 8 bulan masa
kehamilan akan terjadi tonjolan desensus vestikulorum melalui kanal tersebut
penurunan testis itu akan menarik peritonium ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritonium yang disebut prosesus vaginalis peritoni. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini akan mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Jika menutupnya tidak tepat akan menyebabkan usus
terjepit.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen.
Hernia yang dapat dikembalikan ke tempat asal disebut reducible, usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi bila berbaring, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen disebut
ireducible/inkorserata, karena isi kantong hernia mengalami perlekatan dengan
kantong hernia/bisa isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Bila isi hernia mengalami nekrosis biasa disebut strangulata. Isi hernia yang
terperangkap akan mengalami gangguan vaskularisasi. Pada awalnya terjadi
3
bendungan vena sehingga terjadi edema organ/struktur di dalam hernia. Timbulnya
edema akan menyebabkan jepitan pada cincin hernia menjadi nekrosis dan gangren
sehingga kantong hernia berisi eksudat berupa cairan serosanguinus.
Hernia inguinalis ada 2 macam direk dan indirek. Hernia inguinalis indirek keluar
dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrikal inferior, masuk ke kanalis inguinalis. Jika cukup panjang
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Bila berlanjut tonjolan akan sampai
ke scrotum atau labia.
Hernia ini tiga kali lebih banyak terjadi pada laki-laki pada semua tingkat usia.
Sedangkan hernia inguinalis direk terjadi karena kelemahan kanalis inguinalis masuk
melalui cincin internal, melewati posterior dinding inguinal langsung ke segitiga
Hesselbaeh dan keluar melalui cincin eksternal.
Benjolan dilipat paha yang muncul saat berdiri, batuk, berisi, mengejan, nyeri pada
benjolan, mual, muntah, terdengar bising usus pada benjolan.
6. Test Diagnostik
Foto thorax
WBC meningkat jika gangren
7. Penanganan
4
5. Celana penyangga
6. Operatif
8. Komplikasi
Pre Operasi
5
KONSEP ASKEP
1) Pengkajian
obesitas
1. Pola eliminasi
Konstipasi
Pekerjaan klien
6
1. Pola reproduksi dan seksualitas
Kehamilan
2) Diagnosa Keperawatan
3) Rencana Keperawatan
Intervensi:
7
R/ Mengurangi ketegangan abdomen.
1. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian therapi yang sesuai: analgetik.
Intervensi:
R/ Klien perlu mengerti tentang kondisi dengan cara untuk mengontrol timbulnya
nyeri.
8
1. Motivasi klien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan
timbul nyeri.
R/ Menurunkan insiden.
Intervensi:
9
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
1. Beri informasi yang jelas pada setiap prosedur yang akan diberikan.
1. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah.
Intervensi:
10
1. Timbang berat badan 1 minggu sekali.
Post Operasi
1) Pengkajian
Abdomen distensi/kembung.
11
1. Pola eliminasi
Konstipasi, retensi.
Tirah baring
Lemas
2) Diagnosa Keperawatan
3) Perencanaan
Intervensi:
12
R/ Mempermudah menentukan tindakan yang akan dilakukan.
1. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian therapi yang sesuai: analgetik.
1. Potensial injuri insisi luka operasi b.d masih lemahnya area operasi.
Intervensi:
1. Anjurkan klien untuk menekan insisi luka operasi bila batuk atau bersin.
R/ Batuk atau bersin meningkatkan tekanan intra abdomen, stressing pada insisi.
13
R/ Dampak operasi kadang-kadang menimbulkan kesulitan Bak.
1. Observasi TTV.
1. Beri cairan peroral yang adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.
Intervensi:
R/ Mencegah konstipasi.
R/
14
R/ Menyokong daerah operasi yang memungkinkan akan kembali lagi bila tidak ada
sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.
Intervensi:
15
Balutan luka bersih, tidak ada rembesan cairan, luka tidak bengkak.
Intervensi:
16
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. and Esther Matassarin, 1997. Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders.
Ignatavicus, Donna D. and Marylin Varber Bayne, 1991. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B. Saunders.
Long Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung, Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan keperawatan Pajajaran.
17